BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan dengan merujuk pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Dalam Bab IV ini akan diuraikan deskripsi dan pembahasan hasil

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakikatnya bertujuan untuk membangun

TANYA JAWAB PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 9 DAN 8 TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Sekitar 200-an orang dengan membawa serta anak-anak, melakukan orasi menolak keberadaan GBKP Bandung Timur. Padahal syarat administratif telah tuntas.

PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI KOTA BANJAR

Ahmadiyah selalu mencari kesempatan untuk bisa melakukan aktivitasnya.

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA

[2013] PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 4 TAHUN TENTANG JUMAT KHUSYU. [salinan] Pemerintah Kabupaten Bima Bagian Hukum Setda.

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

TUGAS AKHIR MATA KULIAH PANCASILA IMPLEMENTASI SILA PERTAMA TERHADAP PEMBANGUNAN TEMPAT IBADAH

PEDOMAN OBSERVASI. No Aspek yang diamati Keterangan. dalam menjaga hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA. Penulis telah memaparkan pada bab-bab yang terdahulu mengenai dasar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI,

BAB I PENDAHULUAN. identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. hal budaya maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA DIALOG INTERAKTIF FORKOMPINDA KABUPATEN SEMARANG BERSAMA FKUB, TOKOH MASYARAKAT DAN LINTAS AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan ribuan pulau dan

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P R O G R A M K E R J A P R O P I N S I J A W A T I M U R TAHUN

Kronologi Pembubaran Diskusi Salihara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama Islam Bab 11 ISLAM DAN TOLERANSI

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA PERINGATAN HARI AMAL BAKTI KE-69 KEMENTERIAN AGAMA TANGGAL 3 JANUARI 2015

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) RAPAT KOORDINASI FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN ANGGARAN 2018

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

Grafik 1: Transmisi Pengetahuan Agama 9.6. Grafik 2: Bertetangga dengan orang yang berbeda Suku dan Agama

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

EXECUTIVE SUMMARY PENOLAKAN PENCANTUMAN ISLAM PADA E-KTP BAGI PENGANUT JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI MANISLOR KUNINGAN

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS AHMADIYAH DI KABUPATEN PANDEGLANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

NASKAH SOSIALISASI PERAT A URAN A B ERSAM A A

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK

BAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

BAB V ANALISIS SK GUBERNUR NO. 188/94/KPTS/013/2011 DALAM TEORI PERLINDUNGAN EKSTERNAL DAN PEMBATASAN INTERNAL PERSPEKTIF WILL KYMLICKA

-1- QANUN ACEH NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DAN PENDIRIAN TEMPAT IBADAH

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 40 TAHUN 2012 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) DI JAWA BARAT

TANYA JAWAB BAB I KETENTUAN UMUM

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK

KEGIATAN KANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK - JAKSEL YANG DIBIAYAI APBD TAHUN ANGGARAN 2013

I. PENDAHULUAN. menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. adanya kerusuhan Temanggung yang terjadi pada tanggal 8 februari 2011

PROSEDUR PENDIRIAN RUMAH IBADAT. Pusat Kerukunan Umat Beragama Sekretariat Jenderal Kementerian Agama R.I

BUPATI BENGKALIS ASSALAMU ALAIKUM WR. WB, SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA UNTUK KITA SEMUA,

G U B E R N U R JAMB I

BAB III SEJARAH SINGKAT MAJELIS ULAMA INDOSESIA. pada masa itu, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam

Gubernur Jawa Barat SAMBUTAN GUBERNUR JAWA BARAT PADA APEL GELAR PASUKAN OPERASI PRAJA WIBAWA TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2007

KONFLIK KEAGAMAAN DI SUMENEP MADURA (Studi Perebutan Otoritas antara Kyai Tradisional dan Walisongo Akbar)

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

LEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA DIALOG INTERAKTIF LINTAS AGAMA DAN PENGUKUHAN PENGURUS FKUB KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 66 /KPTS/013/2013 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN RUMAH TOKO MENJADI RUMAH PERIBADATAN (STUDI DI KOTA SAMARINDA)

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD) TAHUN ANGGARAN 2016

SAMBUTAN MENTERI AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

107 LAMPIRAN-LAMPIRAN

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/312/KEP/ /2016

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, JAKSA AGUNG, DAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

: KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI ORGANISASI : BADAN KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT Halaman.

Rian Thera Keyword : State Law, Civil society organizations, Anarchism.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Aksi 212: Rizieq Shihab datang

BAB V PENUTUP. dalam penelitian novel Saya Mujahid Bukan Teroris karya Muhammad B.

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA KESBANGPOL KOTA SALATIGA TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 217 /KPTS/013/2015 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR BENGKULU. atau menodai agama, serta tidak mengganggu ketentraman dan ketertiban umum;

BAB I PENDAHULUAN. harmoni kehidupan umat beragama di Indonesia. 1. Syiah di Sampang pada tahun 2012 yang lalu.

KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. Model penanganan konflik yang dilakukan pihak gereja yaitu Pendeta dan. pengurus gereja antara lain:

BAB IV ANALISA DATA. A. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat. jika yang dinamakan hidup bersama dan berdampingan pasti ada masalah

Politik. Lolytasari, M.Hum

STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. A. Penyebab Terjadinya Konflik Pendirian Rumah Ibadah. pendirian rumah ibadat yang tidak memenuhi syarat.

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 27 /KPTS/013/2016

Seolah umat Islam itu jahat dan tidak ada baiknya sedikit pun terhadap mereka. Ini tidak fair.

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

PERSATUAN DAN KERUKUNAN

BAB IV ANALISIS. Pustaka Pelajar, 2001, hlm Azyumardi Azra, Kerukunan dan Dialog Islam-Kristen Di Indonesia, dalam Dinamika

Pemerintah setempat awalnya memberi izin dengan dalih kegiatan itu dianggap sejenis acara sosial budaya.

KESADARAN, BUDAYA, DAN GENGSI. Oleh : ANASTASIA EVIRA

MATRIK PERISTIWA LAPORAN TEMATIK PELANGGARAN KEBEBASAN BERAGAMA/ BERKEYAKINAN TERKAIT PENDIRIAN RUMAH IBADAH & HAK BERIBADAH PERIODE JANUARI-JULI

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim

Transkripsi:

189 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan dengan merujuk pada beberapa pertanyaan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tokoh masyarakat Muslim (ulama) tidak mempermasalahkan keberadaan gereja di lingkungan Desa Campakamekar walaupun status hukum gereja tersebut tidak memenuhi persyaratan peraturan hukum yang berlaku (ilegal) dengan alasan tidak merugikan dan mengganggu keamanan, kegiatan peribadahan umat Islam serta menguntungkan masyarakat, karena pihak gereja sering memberikan bantuan materi kepada masyarakat melalui kegiatan bakti sosial. 2. Tokoh masyarakat Muslim (ulama) setempat juga tidak menghalang-halangi para jemaat gereja untuk melakukan ibadah dan kebaktian. Mereka berprinsip bahwa keyakinan memeluk agama tidak bisa dipaksakan serta proses menjalankan ibadah tidak boleh saling mengganggu karena akan berdampak buruk bagi solidaritas dan kondusifitas sosial masyarakat setempat. 3. Berdirinya gereja tersebut dikarenakan oleh lemahnya mekanisme kontrol dari pihak aparatur Desa Campakamekar sebagai pemegang kebijakan setempat. Hal ini diperkuat pula oleh kurang pahamnya para tokoh masyarakat Muslim (ulama) setempat dalam menjalankan sikap dan prinsip toleransi antar umat beragama. Selain itu, ekonomi masyarakat Desa Campakamekar terbilang

190 lemah, sehingga pihak gereja bisa membantu mereka dan mendapatkan hati serta restu pendirian gereja dari masyarakat setempat dan para tokoh masyarakat Muslim (ulama). Sikap dan perilaku tokoh masyarakat Muslim (ulama) setempat yang keliru menerapkan makna toleransi beragama tersebut menjadi semacam contoh bagi masyarakat setempat untuk melakukan hal yang sama. 4. Keberadaan GKKI di Desa Campakamekar sudah menjadi suatu kenyataan, bahkan sikap dan perilaku tokoh masyarakat Muslim (ulama) setempat sudah diketahui oleh masyarakat luas. Sampai pada tanggal 13 Januari 2008, konflik menjurus kearah penghancuran gerejapun terjadi. Ada desakan dari gerakan ormas Islam antara lain: Gerakan Pemuda Persatuan Islam (PERSIS), Gerakan Pemuda Nahdatul Ulama (NU) dan Gerakan Pemuda Muhammadiyah, bahkan Front Pembela Islam (FPI) Kabupaten Bandung untuk menghancurkan dan menutup GKKI. Gerakan ormas Islam tersebut berasal dari luar Desa Campakamekar. Gerakan ini merupakan puncak kekesalan atas tindakan para tokoh masyarakat Muslim (ulama) setempat dan aparatur Desa Campakamekar yang seolah-olah melegalisasi gereja ilegal di lingkungan Desa Campakamekar. 5. Menurut pengakuannya, pimpinan GKKI Desa Campakamekar Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda menjadi pendeta dan mendirikan gereja karena motif ekonomi dan kebutuhan hidup. Harapannya agar dana tetap mengalir dari pusat adalah dengan tetap mengadakan bakti sosial kepada masyarakat. Akan

191 tetapi, dana tersebut tidak seluruhnya dipakai untuk mengadakan bakti sosial, sebagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. 6. MUI Kecamatan Padalarang, KUA Kecamatan Padalarang serta Pemerintah Kecamatan Padalarang bisa dikatakan telah berhasil menjadi penengah dan berhasil memprakarsai dialog antar umat beragama, sehingga tidak menjurus pada aksi-aksi anarkis, bentrok fisik bahkan penghancuran bangunan oleh aksi ormas Islam tersebut terhadap gereja di Desa Campakamekar. Selain itu, ketiga lembaga tersebut juga berhasil mencapai suatu kesepakatan dialog antar umat beragama dengan menghasilkan kesepakatan-kesepakatan atau aturan hukum yang harus dipatuhi oleh pihak-pihak yang berkonflik akibat dari keberadaan gereja tersebut di Desa Campakamekar. 7. Melalui mekanisme dialog antar umat beragama pula yang diadakan di Balai Desa Campakamekar pada tanggal 23 April 2008 dengan mengundang perwakilan dari MUI Kecamatan Padalarang, KUA Kecamatan Padalarang, Pemerintah Kecamatan Padalarang, Kapolsek Padalarang, pihak GKKI Desa Campakamekar serta ormas Islam, memutuskan bahwa kegiatan keagamaan GKKI dibekukan untuk sementara waktu sebelum semua persyaratan administratif gereja terpenuhi. Dengan keputusan tersebut, semua pihak menyetujui. 8. Upaya ketiga lembaga tersebut sangat efektif dan terbukti berhasil dalam menengahi konflik di Desa Campakamekar dan mencegah timbulnya konflik baru. Hal tersebut dibuktikan dengan makin kondusifnya kehidupan dan

192 ketenteraman beribadah masyarakat serta gejolak protes ormas Islam agar gereja tersebut dihancurkan tidak terjadi kembali. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mengemukakan saran yang kiranya dapat menjadi masukan dalam pengembangan sistem kontrol sosial bagi para tokoh masyarakat Muslim (ulama) setempat, tokoh masyarakat setempat, lembaga keagamaan GKKI Desa Campakamekar, aparatur Desa Campakamekar, MUI Desa Campakamekar, MUI Kecamatan Padalarang, KUA Kecamatan Padalarang, Pemerintah Kecamatan Padalarang dan para anggota ormas Islam Kabupaten Bandung Barat untuk menengahi dan menyikapi masalah keberadaan gereja ilegal di Desa Campakamekar. Adapun saran-sarannya adalah sebagai berikut: 1. Kepada Para Tokoh masyarakat Muslim (ulama) a. Tokoh masyarakat Muslim (ulama) harus menjadi pelopor dan memberikan contoh yang baik dalam hal kebaikan kepada masyarakat. b. Tokoh masyarakat Muslim (ulama) harus menjadi contoh kepribadian bagi masyarakat di tempat tinggalnya. c. Tokoh masyarakat Muslim (ulama) harus kembali melakukan reorientasi dan menjalin dialog dengan para tokoh masyarakat Muslim (ulama) yang berkompeten mengenai makna toleransi umat beragama yang sesuai dengan tuntunan agama dan ajaran Islam, tanpa mencederai kemurnian dan aqidah (keyakinan) umat Islam dan para tokoh masyarakat Muslim

193 (ulama) di Desa Campakamekar, serta jangan kembali menerapkan kesalahan dalam bertoleransi antar umat beragama dalam masyarakat. d. Tokoh masyarakat Muslim (ulama) mempunyai tanggung jawab untuk menjaga aqidah masyarakat. Jadi, seharusnya peran dan tanggung jawab tersebut dijalankan sesuai dengan aturan agama dan aturan lain yang hidup di masyarakat secara tegas dan konsekuen. e. Para tokoh masyarakat Muslim (ulama) hendaknya melakukan bimbingan kepada masyarakat akan guna dan manfaat zakat dalam kehidupan. Masyarakat Desa Campakamekar yang mampu dalam hal ekonomi hendaknya menyantuni yang tidak mampu agar pihak lain tidak memanfaatkan ketidakmampuan ekonomi masyarakat Desa Campakamekar kepada kepentingan dan niat yang tidak baik. 2. Kepada Aparat Pemerintah Desa Campakamekar dan MUI Desa Campakamekar Penentuan sikap dan kebijakan serta mekanisme kontrol dari pihak aparatur Desa Campakamekar dan MUI Desa Campakamekar sebagai pemegang kebijakan setempat seharusnya lebih tegas dan lebih diperketat dalam menjaga kerukunan umat beragama di wilayah Desa Campakamekar, sesuai dengan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 9 dan 8 Tahun 2006 (Tentang Pedoman Pendirian Rumah Ibadah serta Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Memelihara Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama) yang memuat tugas dan fungsi kepala desa dalam menjaga

194 kerukunan umat beragama. Kebijakan yang diberikan oleh aparatur desa setempat dan MUI setempat harus merujuk kepada peraturan tersebut dan harus tegas dalam menindak pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh lembaga keagamaan manapun apabila melakukan penyiaran agama dan kegiatan keagamaan yang tidak sesuai dengan aturan hukum dan dapat mengganggu stabilitas kerukunan umat beragama di desa tersebut. 3. Kepada MUI Kecamatan Padalarang, KUA Kecamatan Padalarang, Pemerintah Kecamatan Padalarang Lembaga di atas tersebut hendaknya melakukan kontrol dan tindakan tegas terhadap beberapa desa yang di wilayahnya terdapat beberapa gereja ilegal dan tidak memenuhi peraturan hukum yang berlaku serta lembagalembaga keagamaan lainnya yang menyalahi aturan hukum. Lembaga tersebut bisa menggunakan jasa bawahannya, seperti: MUI Kecamatan Padalarang menggunakan jasa MUI Desa, KUA Kecamatan Padalarang menggunakan jasa P3N (Lebe) yang ada di desa-desa wilayah Kecamatan Padalarang serta Pemerintah Kecamatan Padalarang menggunakan jasa aparatur desa yang ada di wilayah Kecamatan Padalarang. 4. Kepada Ormas Islam Kabupaten Bandung Barat Ormas Islam, dalam hal ini Gerakan Pemuda Persatuan Islam (PERSIS), Gerakan Pemuda Nahdatul Ulama (NU), Gerakan Pemuda Muhammadiyah serta Front Pembela Islam (FPI) Kabupaten Bandung, hendaknya menahan diri dan jangan berperilaku anarkis karena akan merusak

195 citra umat Islam secara menyeluruh. Sebaiknya upaya dialog senantiasa dilakukan dalam menyikapi masalah ini dan jangan mengedepankan anarkisme yang berlebihan. 5. Kepada Para Tokoh Masyarakat Hendaknya melakukan penyuluhan terhadap masyarakat bahwa tindakan mereka dengan mendukung keberadaan gereja ilegal tersebut adalah tindakan yang melanggar hukum dan potensial menimbulkan konflik antar umat beragama kelak. 6. Kepada Pihak GKKI Desa Campakamekar Hendaknya memperhatikan peraturan hukum yang berlaku sebelum membangun sebuah rumah ibadah dan melakukan penyiaran agama, dalam hal ini tentunya peraturan hukum tentang penyiaran agama dan pendirian rumah ibadah. Jangan sampai suatu hari nanti peristiwa semacam ini terulang kembali. 7. Kepada Warga Masyarakat Desa Campakamekar Hendaknya saling membantu satu sama lain. Apabila ada warga miskin di lingkungannya, warga yang mampu hendaknya membantu kesulitan warga yang tidak mampu. Jangan sampai warga yang tidak mampu ini meminta pertolongan kepada pihak-pihak yang berniat buruk.