BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, baik untuk bertutur maupun untuk memahami atau mengapresiasi

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D)

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan suatu tujuan pendidikan sebagaimana yang telah tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TULIS TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

tentang Standar Nasional Pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal ini dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai peran penting pada kehidupan saat ini, apabila

BAB I PENDAHULUAN. hal-hal berikut. Pertama, guru dapat menumbuhkan rasa memiliki, mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. lain-lain. Perubahan itu merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH SMP KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN

Atikah Anindyarini Yuwono Suhartanto

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN. dan cipta serta pikir baik secara etis, estetis, dan logis.

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada Pasal 3 menetapkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan global. Maka sebagai bangsa, kita perlu terus mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari seberapa maju pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Pendidikan Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

KISI-KISI SOAL. Tahun Pelajaran : 2014/ Menentukan persamaan isi berita.

BAB I PENDAHULUAN. suatu Sistem Pendidikan Nasional. Dan sebagai pedoman yuridisnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang. tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mempunyai tujuan pendidikan sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab, sehingga pendidikan nasional harus mampu menjamin peningkatan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global dengan tetap berpegang pada nilai-nilai agama dan kultur kepribadian bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan dapat diwujudkan melalui iklim pendidikan yang kondusif dan berkualitas, kendati demikian permasalahan pendidikan di Indonesia selalu dihadapkan dengan empat mata rantai yang tak terpisahkan yaitu: pemeratan, kualitas, relevansi, dan efisiensi. Keempat permasalahan tersebut yang paling dominan dan mendapat perhatian utama adalah kualitas pendidikan. Suatu realita menunjukkan bahwa secara kuantitas lembaga pendidikan formal dari satuan pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi 1

mengalami kemajuan yang signifikan. Ini terbukti dari data Litbang Depdiknas tahun 2000 yang memaparkan bahwa lulusan Sekolah Menengah yang melanjutkan kependidikan jenjang berikutnya mengalami peningkatan dari sekitar 55 % (tahun 1996) menjadi 60% (tahun 1997) dan meningkat lagi menjadi sekitar 65% (tahun 1998). Peningkatan secara kuantitas tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas. Keterpurukan kualitas sumber daya manusia terbukti dari angka yang dikemukakan oleh Human Development Index (HDI) tahun 2007 yang memaparkan bahwa kualitas mutu pendidikan negara kita berada pada urutan 107, berarti kualitas pendidikan di negeri ini jauh di bawah negara-negara Asia seperti Thailand, Malaysia, Philipina, Hongkong dan Korea Selatan (Human Development Report, 2007). Guna mengatasi kondisi tersebut sebenarnya pemerintah telah melakukan berbagai upaya diantaranya dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang kemudian disusul dengan aturan operasional berupa Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Selanjutnya dikeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan Permen 22 dan 23 tahun 2006 yang lebih dikenal dengan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Seluruh Undang-undang dan Peraturan Menteri tersebut 2

ditujukan sebagai penyediaan payung hukum bagi perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia. Sekolah Menengah Pertama (SMP) menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan salah satu pendidikan dasar yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama dengan pendidikan dasar lainnya. Pendidikan dasar (SMP) sebagai salah satu tingkat atau jenjang pendidikan yang merupakan kelanjutan dari sekolah dasar (SD) mempunyai tujuan yang telah dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional. Tujuan Pendidikan Dasar adalah: meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklah mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Departemen Pendidikan Nasional, 2006). SMP sebagai lembaga pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan dasar tersebut dicantumkanlah beberapa mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa salah satunya adalah mata pelajaran bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan disemua jenjang pendidikan mulai dari SD sampai Pergutuan Tinggi (sebagai mata kuliah MKDU) pada jurusan selain jurusan bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. (2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara. 3

(3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. (4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial. (5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan budi pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. (6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (Sastromiharjo, 2009: 4). Permen Diknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Komptensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa standar komptensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: a. Mendengarkan Memahami wacana lisan dalam kegiatan wawancara, pelaporan, penyampaian berita radio/tv, dialog interaktif, pidato, khotbah/ceramah, dan pembacaan berbagai karya sastra berbentuk dongeng, puisi, drama, novel remaja, syair, kutipan dan sinopsis novel. b. Berbicara Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, pengalaman, pendapat, dan komentar dalam kegiatan wawancara, presentasi pelaporan, diskusi, protokuler, dan pidato, serta dalam berbagai karya sastra berbentuk cerita pendek, novel remaja, puisi, dan drama. 4

c. Membaca Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami berbagai bentuk wacana tulis, dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerita pendek, drama, novel remaja, antologi puisi, novel berbagai angkatan. d. Menulis Melakukan berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk buku harian, surat pribadi, pesan singkat, laporan, surat dinas, petunjuk, rangkuman, teks berita, slogan, poster, iklan baris, resensi, karangan, karya ilmiah sederhana, pidato, surat pembaca, dan berbagai karya sastra berbentuk pantun, dongeng, puisi, drama dan cerpen. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di atas diimplementasikan ke dalam empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan berbicara, keterampilan mendengar, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keterampilan berbahasa yang masih dianggap sangat rendah di Indonesia adalah keterampilan membaca, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Bank Dunia pada tahun 2000 menunjukkan bahwa kemampuan membaca pelajar di Indonesia berada pada urutan 26 dari 27 negara yang diteliti. Rendahnya kemampuan membaca pelajar di Indonesia dibuktikan pula oleh fakta bahwa dalam setahun di Indonesia hanya terbit 12 buku untuk satu juta penduduk pertahun. Sementara Negara-negara berkembang lainnya mampu menerbitkan 55 buku untuk satu juta penduduknya per tahun. Bahkan di negara-negara maju 5

mencapai 513 buku untuk setiap satu juta penduduk per tahun (Alwasilah, 2007: 58). Membaca dari dulu hingga sekarang, merupakan salah satu aktivitas yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan membaca, waktu dan jarak dalam berkomunikasi dapat lebih efesien dan suatu generasi dapat mengabadikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh generasi sebelumnya sebagaimana pepatah yang mengatakan Buku adalah gudang ilmu dan membaca adalah kuncinya. Pepatah ini menyiratkan makna luhur akan pentingnya aktivitas membaca. Terlebih dalam dunia pendidikan, proses tanspormasi ilmu banyak diperoleh melalui membaca semakin banyak membaca semakin banyak ilmu yang didapat. Keberhasilan studi seseorang akan sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauannya dalam membaca bahkan setelah seorang siswa menyelesaikan studinya, kemampuan dan kamauan membaca sangat mempengaruhi keluasan pandangan tentang berbagai masalah. dan bahkan kemampuan membaca menjadi ciri kemajuan suatu bangsa. Kenyataan yang ada di kabupaten Ketapang provinsi Kalimantan Barat, menunjukkan dari hasil ujian nasional (UN) mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tiga tahun terakhir rata-rata Ujian Nasional (UN) menunjukkan hasil sebagai berikut: tahun ajaran 2006/2007 adalah 6,63, tahun ajaran 2007/2008 adalah 6,64 dan tahun ajaran 2008/2009 adalah 6,65 (Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang, Oktober 2009). Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang dan pihakpihak sekolah namun hasil yang diperoleh peningkatan dari tahun ke tahun belum 6

begitu berarti. Selain itu, jika dilihat dari rata-rata nilai harian keterampilan membaca dengan tingkat KKM (Kreteria Ketuntasan Minimal) yaitu 7,00 nilai siswa berada di bawah rata-rata KKM tersebut. Hal ini dipengaruhi juga oleh kebiasaan dan pola membaca yang salah dari para pelajar itu sendiri. Berdasarkan hasil survey di lapangan kondisi di atas disebabkan oleh berbagai faktor sebagai berikut: a. Jumlah siswa yang memasuki ruang baca sangat sedikit. b. Minat siswa untuk membaca buku, sangat kurang hal ini diakibatkan karena sampul, kertas, dan tulisan kurang menarik minat siswa untuk membacanya. c. Dalam kegiatan membaca buku, siswa terlalu monoton pikirannya sehingga organ yang lain tidak bergerak yang mengakibatkan siswa terlalu jenuh dan bosan untuk membaca buku. d. Jika diberikan ulangan berupa bacaan yang dikaitkan dengan menjawab pertanyaan menunjukkan nilai yang rendah. e. Kurang kreatifnya guru dalam memberikan materi pelajaran yang dikaitkan dengan penggunaan media pembelajan. Prestasi kemampuan membaca siswa kurang memuaskan diasumsikan sebagai akibat dari keterbatasan sarana membaca, kurangnya motivasi dan dukungan dari lingkungan atau guru, guru kurang mengapresiasi kemampuan membaca siswa, dan pelajaran kurang menarik karena tidak menggunakan sarana dan prasarana lain selain buku, serta gaya mengajar guru yang kurang inovatif hanya terbatas pada pengajaran secara konvensional. Dari berbagai 7

faktor tersebut di atas bisa dikelompokkan menjadi tiga faktor utama yaitu faktor guru, faktor siswa itu sendiri dan faktor media atau sarana pendukung. Guna memperbaiki kemampuan membaca tesebut banyak cara yang dapat dilakukan diantaranya dengan mengoptimalkan penggunaan media dalam pembelajaran. Ada empat faktor yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan hasil kemampuan membaca yaitu kualitas tenaga pengajar, waktu pelaksanaan, sarana dan prasarana serta media. Diperjelas oleh Dale dalam Latuheru (1988: 23) bahwa multimedia pembelajaran yang digunakan dengan baik dalam proses pembelajaran akan bermanfaat dalam hal; (1) perhatian anak didik terhadap materi pelajaran akan lebih tinggi, (2) anak didik mendapatkan pengalaman yang konkrit, (3) mendorong anak didik untuk berani bekerja secara mandiri, dan (4) hasil yang diperoleh anak didik sulit dilupakan. Penggunakan media pembelajaran yang modern membuat anak akan lebih aktif belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Jonassen bahwa pembelajaran berbasis TIK (multimedia) dapat mendukung terjadinya proses belajar yang: a. Active, yaitu memungkinkan siswa terlibat aktif dikarenakan proses belajar yang menarik dan bermakna; b. Constructive, yaitu memungkinkan siswa menggabungkan konsep / ide baru ke dalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna yang selama ini ada dalam pikirannya; c. Collaborative, yaitu memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau masyarakat untuk saling bekerja sama, berbagi ide, saran dan pengalaman; d. Intentional, yaitu memungkinkan siswa untuk aktif dan antusias berusaha mencapai tujuan yang diinginkannya; e. Conversational, yaitu memungkinkan siswa untuk 8

melakukan proses sosial dan dialogis di mana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah; f. Contextualized, yaitu memungkinkan siswa untuk melakukan proses belajar pada situasi yang bermakna (real-world); dan g. Reflective, memungkinkan siswa untuk dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta meningkatkan sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri (Chaeruman, 2004). Selain itu, hasil penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa penggunaan media atau multimedia dalam pembelajaran dapat meningkatkan keefektifan membaca siswa diantaranya: penelitian pemanfaatan media pembelajaran perangkat lunak dengan nama Software Speed Reading and Comprehension Tool (S2RCT) dalam pembelajaran kecepatan efektif membaca (KEM) dapat ditingkatkan melalui itensitas membaca dan itensitas latihan membaca cepat (Misbah, 2008) dan pengembangan media berbasis komputer pada pembelajaran membaca dapat lebih aktif dan berpusat pada siswa. Hasil eksprimen dengan desain counterbalanced menunjukkan media pembelajaran berbasis komputer terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan efektif membaca (Rayudin, 2006). Penelitian Jacobs dan Schade (1992) menunjukkan bahwa, daya ingat orang yang hanya membaca saja memberikan persentase terendah, yaitu 1%. Daya ingat ini dapat ditingkatkan hingga 25%-30% dengan bantuan media lain seperti televisi. Daya ingat makin meningkat dengan penggunaan media 3 demensi seperti multimedia, hingga 60%, karena pembelajaran berbasis multimedia membuat pembelajaran sistematik, komunikatif dan interaktif sepanjang proses pembelajaran (Munir, 2008: 189). 9

Kemampuan membaca bisa dirangsang atau dibangun dengan berbagai cara diantaranya membangun minat belajar. Media pembelajaran memiliki kapasitas yang akan membuat minat belajar akan lebih optimal dalam konteks berpikir seperti ini maka dapat dianalogikan media pembelajaran berpotensi membangun kemampuan membaca. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengembangkan pembelajaran berbasis multimedia. Penelitian tersebut difokuskan pada Pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan kemampuan membaca studi pada mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis multimedia sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca. Dengan demikian rumusan masalah pada penelitian ini adalah Model pembelajaran berbasis multimedia bagaimanakah yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat? 10

C. Kerangka Berpikir Mempermudah pelaksanaan penelitian ini, peneliti merumuskan kerangka berpikir. Kerangka berpikir menjadi acuan dan titik mula yang memberikan arahan yang jelas posisi penelitian yang dilakukan. Kerangka berpikir yang jadi acuan dalam penilitain ini dapat dilihat pada bagan berikut: Kajian Teoritis Pembelajaran Pembelajaran Bahasa Indonesia Kajian Empiris Pembelajaran Guru Materi (Wacana) Interaksi Belajar Mengajar Pembelajaran Berbasis Multimedia Peserta Didik Materi (Wacana) Interaksi Belajar Mengajar Keterampilan Membaca Hasil Belajar (Kemampuan Membaca) Bagan 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian Bagan di atas, menggambarkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi ideal dan faktual. Sisi ideal berupa kajian teoritis- konseptual pembelajaran bahasa Indonesia yang sesuai dengan hakikat pembelajaran bahasa. Sisi faktual menyangkut kajian lapangan yang menggambarkan kondisi nyata atau yang sebenarnya yang dilaksanakan di 11

sekolah. Kajian ini juga mengeksplorasi hasil penelitian tentang pembelajaran bahasa Indonesia yang efektif. Pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia di SMP ini menggunakan pendekatan komunikatif pada keterampilan membaca yang pada akhirnya akan menjadi kemampuan membaca siswa. Dalam interaksi belajar-mengajar guru memegang peranan yang utama sebagai pengendali kegiatan belajar siswa. Namun, dalam menjalankan perannya guru tidak bisa berdiri sendiri. Materi ajar tidak akan bermakna jika tidak dikemas dengan baik. Materi (wacana) ajar tidak akan diterima dengan baik oleh siswa bila tidak disajikan dengan baik. Di sinilah diperlukan media pembelajaran. Hubungan komunikasi guru dan siswa akan lebih baik jika menggunakan media dalam hal ini adalah multimedia. Pembelajaran ini menghubungkan komunikasi guru dan siswa pada pembelajaran yang berbasis multimedia. D. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, diperlukan pembatasan permasalahan penelitian yang lebih rinci dan dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: a. Bagaimanakah situasi dan kondisi pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat saat ini? b. Bagaimanakah model pembelajaran berbasis multimedia yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa SMP di Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat? 12

c. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat? d. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat? E. Tujuan Penelitian. a. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah mengembangkan model pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat. b. Tujuan Khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah: (1) Memperoleh gambaran kondisi pembelajaran bahasa Indonesia saat ini di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat. (2) Memperoleh gambaran tentang model pembelajaran berbasis multimedia yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa di SMP di Kabaupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat. 13

(3) Memperoleh gambaran faktor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat. (4) Memperoleh gambaran tentang efektivitas model pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa SMP di Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat setelah menggunakan multimedia. F. MANFAAT PENELITIAN Penelitian tentang pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kemampuan membaca pada pembelajaran bahasa Indonesia siswa SMP diharapkan dapat memberikan manfaat praktis sebagai berikut: a) Bagi sekolah hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan program pembelajaran yang efektif, bermakna dan menyenangkan dan sebagai salah satu alternatif penggunaan media pembelajaran. b) Bagi guru (teman sejawat) yang mengajar bahasa Indonesia penggunaan multimedia ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar bahasa Indonesia, khususnya pada keterampilan membaca. c) Bagi pengelola lembaga pendidikan model pembelajaran berbasis multimedia ini dapat dijadikan inspirasi untuk mengambil kebijakan dalam mengadakan dan memanfaatkan multimedia pembelajaran dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi penyelenggara dan pengelola SMP guna 14

menemu-kenali kekurangan dan kelemahan pembelajaran bahasa Indonesia sehingga dapat dicarikan upaya perbaikannya. d) Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperluas wacana maupun menjadi rujukan dalam bidang pengembangan pembelajaran berbasis multimedia pada mata pelajaran yang lain. e) Pada kasus dan indikasi yang menyerupai SMP di wilayah yang menjadi lokasi penelitian, multimedia ini dapat dijadikan solution choice dalam menyelesaikan masalah pengembangan media pembelajaran. G. Definisi Oprasional Variabel dalam penelitian ini yakni: a. Pembelajaran berbasis multimedia dalam penelitian ini adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan siswa turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu yang menggunakan multimedia sebagai sarana dalam pembelajaran. b. Kemampuan membaca dalam penelitian ini adalah kecepatan membaca dan pemahaman isi (bacaan) secara keseluruhan. (Tampubolon, 2008:7). Kecepatan membaca adalah jumlah kata yang dibaca permenit, sedangkan pemahaman isi bacaan menunjukkan jawaban yang benar atas pertanyaanpertanyaan isi bacaan yang telah dibaca. Kecepatan membaca dalam penelitian ini tidak dijadikan sebagai variable penelitian, melainkan hanya pemahaman isi bacaan yang diperoleh dari kemampuan siswa menjawab pertanyaan sesuai dengan isi bacaan. 15