PENGGUNAAN LIMBAH BATU BATA SEBAGAI BAHAN STABILISASI TANAH LEMPUNG DITINJAU DARI NILAI CBR. Hairulla

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN)

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen )

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

KORELASI ANTARA TEGANGAN GESER DAN NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DENGAN BAHAN CAMPURAN SEMEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN DENGAN KOMPOSISI 75% FLY ASH DAN 25% SLAG BAJA PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

BAB III LANDASAN TEORI. saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikan dalam sejumlah kelompok

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENINGKATAN NILAI CBR PADA CAMPURAN TANAH LEMPUNG DENGAN BATU PECAH

2.2 Stabilisasi Menggunakan Bentonit Stabilisasi Menggunakan Kapur Padam 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH ABSTRAK

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB III METODOLOGI. langsung terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi. Teweh Puruk Cahu sepanajang 100 km.

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH GYPSUM TERHADAP NILAI KUAT GESER TANAH LEMPUNG

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (ABU AMPAS TEBU) UNTUK MEMPERBAIKI KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG SEBAGAI SUBGRADE JALAN (059G)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH GEDE BAGE BANDUNG DENGAN ENZIM DARI MOLASE TERFERMENTASI

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR

ANALISIS UJI KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH DI LABORATORIUM DENGAN MODEL PENDEKATAN. Anwar Muda

STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN PASIR DAN SEMEN UNTUK LAPIS PONDASI JALAN RAYA. Anwar Muda

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN AIR DIATAS KADAR AIR OPTIMUM TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG YANG DICAMPUR ABU TERBANG

BAB III METODOLOGI. konsultasi kepada dosen pembimbing merupakan rangkaian awal dalam pekerjaan

III. METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah

Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu dan Semen Terhadap Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH BETON SEBAGAI BAHAN STABILISASI TERHADAP PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN SRAGEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat

PENGUJIAN PARAMETER KUAT GESER TANAH MELALUI PROSES STABILISASI TANAH PASIR MENGGUNAKAN CLEAN SET CEMENT (CS-10)

KORELASI ANTARA TEGANGAN GESER DAN NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG DENGAN BAHAN CAMPURAN SEMEN

KATA PENGANTAR. Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

METODE PENELITIAN. Lampung yang telah sesuai dengan standarisasi American Society for Testing

PEMANFAATAN KAPUR DAN FLY ASH UNTUK PENINGKATAN NILAI PARAMETER GESER TANAH LEMPUNG DENGAN VARIASAI LAMA PERAWATAN

Pengaruh Penambahan Bahan Stabilisasi Merk X Terhadap Nilai California Bearing Ratio (CBR)

Oleh: Dewinta Maharani P. ( ) Agusti Nilasari ( ) Bebby Idhiani Nikita ( )

Pengaruh Kandungan Material Plastis Terhadap Nilai CBR Lapis Pondasi Agregat Kelas S

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii. PERNYATAAN... iv. PERSEMBAHAN... v. MOTTO...

PERBAIKAN SUBGRADE DENGAN SERBUK BATA MERAH DAN KAPUR (STUDI KASUS TANAH LEMPUNG TANON SRAGEN )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai

PENGARUH PENGGUNAAN ABU CANGKANG KELAPA SAWIT GUNA MENINGKATKAN STABILITAS TANAH LEMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum Dalam pengertian teknik secara umum, Tanah merupakan material yang

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN (DENGAN SLAG BAJA DAN FLY ASH) PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

PENGARUH CAMPURAN ABU SABUT KELAPA DENGAN TANAH LEMPUNG TERHADAP NILAI CBR TERENDAM (SOAKED) DAN CBR TIDAK TERENDAM (UNSOAKED)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

PEMANFAATAN KAPUR SEBAGAI BAHAN STABILISASI TERHADAP PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN VARIASI UKURAN BUTIRAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. dari bebatuan yang sudah mengalami pelapukan oleh gaya gaya alam.

BAB III METODOLOGI. terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi:

KOMPOSISI TANAH. Komposisi Tanah 2/25/2017. Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara MEKANIKA TANAH I

ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN NILAI CBR DAN NILAI PENYUSUTAN TANAH TIMBUNAN (SHRINKAGE LIMIT) DAERAH BARITO KUALA

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA PEMANFAATAN KLELET ( LIMBAH PADAT INDUSTRI COR LOGAM ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT PADA BETON KEDAP AIR

BAB III LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA

PEMANFAATAN LIMBAH BETON GUNA MENINGKATKAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

STUDI PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN

MENINGKATKAN NILAI STRUKTUR LAPIS PONDASI PERKERASAN JALAN LAMA DENGAN METODE CEMENT TREATED RECYCLED BASE (STUDI KASUS RING ROAD MUARA TEWEH)

2.8.5 Penurunan Kualitas Udara Penurunan Kualitas Air Kerusakan Permukaan Tanah Sumber dan Macam Bahan Pencemar

STABILISASI TANAH LEMPUNG MENGGUNAKAN KERIKIL UNTUK MENINGKATKAN DAYA DUKUNG (CBR) DI LABORATORIUM SEBAGAI BAHAN TIMBUNAN

PENGARUH KADAR LEMPUNG DAN KADAR AIR PADA SISI BASAH TERHADAP NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG KEPASIRAN (SANDY CLAY)

KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG YANG DITAMBAHKAN SEMEN DAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI SUBGRADE JALAN. (Studi Kasus: Desa Carangsari - Petang - Badung)

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

KARAKTERISITIK KUAT GESER TANAH MERAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN EFEKTIFITAS SEMEN DAN FLY ASH DALAM STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN UJI TRIAXIAL CU DAN APLIKASI PADA STABILISASI LERENG ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membangun suatu jalan, tanah dasar merupakan bagian yang sangat

2. Kekuatan Geser Tanah ( Shear Strength of Soil ), parameternya dapat diperoleh dari pengujian : a. Geser Langsung ( Direct Shear Test ) b.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TANYA JAWAB SOAL-SOAL MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI. 1. Soal : sebutkan 3 bagian yang ada dalam tanah.? Jawab : butiran tanah, air, dan udara.

Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau tanpa

PEMANFAATAN LIMBAH PUPUK KIMIA SEBAGAI BAHAN STABILISASI TANAH (Studi Kasus Tanah Lempung Tanon, Sragen)

BAB V RESUME HASIL PENELITIAN

KONTRIBUSI PENAMBAHAN ZAT ADDITIVE (SEMEN) TERHADAP TANAH LOKAL UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR SEBAGAI LAPIS PONDASI ATAS BAMBANG RAHARMADI

STUDI SIFAT FISIK TANAH ORGANIK YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN CORNICE ADHESIVE. Iswan 1) Muhammad Jafri 1) Adi Lesmana Putra 2)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap pengujian tanah tanpa bahan tambah. limbah cair pabrik susu 35%

Transkripsi:

PENGGUNAAN LIMBAH BATU BATA SEBAGAI BAHAN STABILISASI TANAH LEMPUNG DITINJAU DARI NILAI CBR Hairulla e-mail: hasanhairulla84@gmail.com Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Musamus Merauke Abstrak Jenis tanah dasar di Kabupaten Merauke umumnya merupakan tanah lempung yang memiliki nilai kembang susut yang besar. Hal ini menyebabkan daya dukung tanahnya dalam memikul beban sangat rendah. Salah satu cara untuk mengatasi jenis tanah lempung adalah dengan melakukan stabilisasi tanah. Penelitian ini dilakukan dengan menstabilisasikan tanah dengan cara mekanis untuk mengetahui nilai kuat geser tanah lempung sebelum dan sesudah dilakukan stabilisasi dengan limbah batu bata dan mengetahui nilai CBR. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode experimental, dimana menggunakan pencampuran tanah lempung dengan limbah batu bata dengan variasi persentase limbah batu bata 0%, 10%, 20%, 30%, dan 40%. Kemudian dilakukan pengujian kuat geser langsung dan CBR. Hasil pengujian kuat geser langsung dan CBR. Nilai kuat geser tanah lempung dengan kadar limbah batu bata 0%, 10%, 20%, 30%, dan 40% pada 28 hari sebesar 0,60 kg/cm 2, 1,02 kg/cm 2, 0,84 kg/cm 2, 0,77 kg/cm 2, 0,71 kg/cm 2. Dan Nilai CBR tanah lempung dengan kadar limbah batu bata 0%, 10%, 20%, 30%, 40% sebesar 2,96%, 3,25%, 3,37%, 3,71%, 8,7%. Dapat terlihat bahwa dengan menambahkan limbah batu bata dapat menurunkan nilai kuat geser pada tanah lempung sedangkan dengan menambahkan limbah batu bata akan meningkatkan nilai CBR pada tanah lempung. Kata Kunci : Stabilisasi tanah lempung, limbah batu bata, kuat geser, CBR PENDAHULUAN Tanah dasar merupakan bagian yang sangat penting dalam mendirikan suatu bangunan karena tanah dasar akan mendukung seluruh beban konstruksi di atasnya. Jenis tanah dasar di Kabupaten Merauke umumnya merupakan tanah lempung dengan kembang susut yang besar sehingga memiliki daya dukung yang rendah dalam memikul beban struktur. Salah satu cara untuk mengatasi jenis tanah seperti ini adalah dengan melakukan stabilisasi secara mekanis. Kuat geser tanah sangat diperlukan untuk mengetahui besarnya tahanan geser tanah. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji penggunaan limbah batu bata sebagai bahan stabilisasi tanah lempung. Limbah batu bata yang akan digunakan berasal dari Kampung Wasur Kabupaten Merauke. Demikian halnya tanah lempung yang digunakan berasal dari daerah yang sama yang dijadikan sebagai bahan penelitian. Hal tersebut menjadi daya tarik penulis untuk 185

mengetahui berapakah besar pengaruh penggunaan limbah batu bata terhadap nilai kuat geser tanah lempung. Adapun rumusan masalah dari penulisan ini adalah berapa nilai kuat geser tanah lempung sebelum dan sesudah distabilisasi dengan limbah batu bata? Dan berapa nilai CBR tanah dasar sebelum dan setelah distabilisasi limbah batu bata? Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui nilai kuat geser tanah lempung sebelum dan sesudah distabilisasi dengan limbah batu bata. Dan mengetahui nilai CBR sebelum dan sesudah distabilisasi dengan limbah batu bata. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1. Tinjauan Pustaka Adapun tinjauan pustaka dari peneliti terdahulu sebagai berikut: Bretyndah Kezia Lumikis, 2013 dalam penelitian yang berjudul Korelasi antara tegangan geser dan nilai CBR pada tanah lempung ekspansif dengan bahan campuran semen. Tanah ekspansif memiliki kemampuan daya dukung tanah yang rendah sehingga sering menimbulkan kerusakan pada bangunan. Dalam konstruksi bangunan sipil nilai CBR dan kuat geser tanah dasar berpengaruh dalam perencanaan suatu bagunan, oleh karena itu sebelum tanah tersebut digunakan seorang perencana dapat melakukan stabilisasi untuk menambah daya dukung tanah. Stabilisasi tanah dengan campuran semen dianggap bisa digunakan karena semen merupakan bahan pozolanik yang sifatnya dapat mengikat serta dapat mengeras bila bereaksi dengan air. Dengan adanya penambahan semen ini tanah yang mengandung kadar air tertentu dapat mengeras sehingga akan meningkatkan kestabilannya. Dari hasil uji pemadatan dengan proctor standart didapatkan nilai dmax = 1,202 kg/cm3 dan ωopt = 41,19%. Penambahan semen meningkatkan nilai CBR dan tegangan geser tanah dimana nilai maksimumnya terjadi pada penambahan campuran semen 10%, nilai CBR tanah asli sebesar 0,390% meningkat menjadi 1,115% dan nilai sudut geser dalam tanah asli sebesar ϕ = 12,48o meningkat menjadi ϕ = 36,00o. Nilai kohesi tanah mencapai maksimal pada campuran semen 4% yaitu sebesar 3,41 t/m2. Dengan demikian terjadi peningkatan tegangan geser tanah. 2. Landasan Teori a. Tanah Dalam pengertian teknik sipil secara umum, tanah didefinisikan sebagai himpunan mineral, bahan organik dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak diatas batuan dasar (bedrock) (Hardiyatmo, 2006). Batasan berat jenis untuk beberapa jenis tanah dapat dilihat pada Tabel 1. 186

Tabel 1. Batasan berat jenis untuk beberapa jenis tanah Macam Tanah Berat Jenis (Gs) Pasir Kerikil 2,65-2,68 Lanau anorganic 2,62-2,68 Lempung Organic 2,58-2,65 Lempung Anorganik 2,68-2,75 Humus 1,37 Gambut 1,25-1,80 Sumber : Hary Christady Hardiyatmo, 2006, Mekanika Tanah 1, hal. 5 b. Tanah lempung Tanah lempung merupakan butiran yang sangat kecil dan memiliki sifat kohesi dan plastisitas. Sifat kohesi berarti butiranbutirannya saling menempel, sedangkan sifat plastisitas berarti sifat yang memungkinkan tanah dapat berubah bentuk tanpa mengubah volume dan tidak menyebabkan retak atau pecah (Wesley, 2010). c. Air Air merupakan sumber daya alam yang melimpah, dapat ditemukan disetiap tempat di permukaan bumi, air juga merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan dibutuhkan setiap mahluk hidup. Air yang digunakan dalam pengujian ini harus bersih bebas dari kotoran dan lumpur. d. Batu bata Batu bata merah merupakan bahan bangunan yang digunakan untuk membuat suatu bangunan yang teerbuat dari tanah dengan atau tanpa campuran bahan-bahan lain, dibakar pada suhu yang cukup tinggi, hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dengan air. e. Analisis ukuran butiran Analisis ukuran butiran adalah penentuan persentase berat butiran pada satu unit saringan, dengan ukuran diameter lubang tertentu (Hardiyatmo,2006). Ada dua cara yang digunakan untuk mendapatkan distribusi ukuran-ukuran partikel tanah yaitu: analisis ayakan digunakan untuk ukuran partikelpartikel berdiameter lebih besar dari 0,075 mm, dan analisis hidrometer digunakan untuk ukuran partikel-partikel berdiameter lebih kecil dari 0,075 mm (Das,1995). f. Batas-batas Atterberg Batas Atterberg (Atterberg Limits) yaitu ukuran untuk menentukan batas cair yang dimodifikasi Casagrande (1925) yang mana menjadi metode untuk meningkatkan hasil percobaan yang dapat diulang kembali (Sutarman, 2013). Atterberg (1911) memberikan cara untuk menggambarkan batas-batas konsistensi dari tanah berbutiran halus dengan mempertimbangkan kandungan kadar air tanah. Batas-batas tersebut adalah batas cair (liquid limits), batas plastis (plastic limits) dan batas susut (shrinkage limits). 187

g. Kadar air Kadar air (w), adalah perbandingan antara berat air (Ww) dengan berat butiran padat (Ws), dinyatakan dalam persen. Ww w % x100. (1) W Dimana: w = Kadar air Ww = Berat air Ws = Berat butiran padat s h. Berat jenis Berat jenis (Gs) adalah perbandingan antara berat volume butiran padat ( s), dengan berat volume air ( w) pada temperature 4 C. G W V s s s s. (2) w w Dimana : Gs = Berat Jenis (2,67) s = Berat volume butiran padat w = Berat volume air (62,4) Ws Vs = Berat butiran padat = Volume butiran padat i. Berat isi tanah Berat isi tanah adalah angka perbandingan antara berat tanah seluruhnya dengan isi tanah seluruhnya.berat isi tanah tergantung dari berat jenisnya, derajat kejenuhan, dan porositas dari tanah tersebut.menurut Lembaga Penelitian Tanah (1979), definisi berat isi tanah adalah berat tanah utuh (undisturbed) dalam keadaan kering dibagi dengan volume tanah, dinyatakan dalam g/cm3. Perhitungan berat isi tanah adalah sebagai berikut: W2 W1 V gr/cm 3 (3) Dimana: = Berat isi tanah W1 = Berat silinder/ring W2 =Berat silinder/ring + sampel tanah V = Volume silinder/ring j. Klasifikasi tanah Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok dan subkelompok-subkelompok berdasarkan pemakaiannya. Klasifikasi tanah dibagi menjadi dua yaitu: Klasifikasi Berdasarkan Tekstur dan Klasifikasi Berdasarkan Pemakaiannya. Yang dimaksud klasifikasi berdasarkan tekstur yaitu keadaan permukaan tanah yang bersangkuatan seperti membagi tanah dalam beberapa kelompok : kerikil (gravel), pasir (sand), lanau (silt), dan lempung (clay) atas dasar ukuran butiranbutirannya. Sistem klasifikasi berdasarkan tekstur tanah yang dikembangkan oleh Departemen Pertanian Amerika (USDA). Sedangkan klasifikasi berdasarkan pemakaiannya seperti sistem Klasifikasi 188

AASHTO yang umumnya dipakai oleh Departemen Jalan Raya di semua negara bagian di Amerika Serikat. Dan sistem klasifikasi USCS lebih disukai oleh para ahli geoteknik untuk keperluan-keperluan teknik lain (Das, 1995). k. Kepadatan tanah Istilah pemadatan adalah proses yang memakai tenaga dinamik untuk menjadikan tanah lebih padat dan sekaligus mengeluarkan udara (Wesley, 2010). Umumnya, makin tinggi derajat pemadatan, makin tinggi pula kekuatan geser dan makin rendah kompresibilitas tanah. Derajad kepadatan tanah diukur berdasarkan satuan berat volume kering (dry density) yaitu massa partikel padat per satuan volume tanah. Berat volume kering tanah dapat dituliskan ke dalam persamaan berikut : d b..... (4) 1 w Dimana : d = berat volume kering tanah b = berat volume basah tanah w = kadar air tanah. Berat volume kering maksimum dinyatakan sebagai berat volume kering dengan tanpa rongga udara atau berat volume saat tanah menjadi jenuh ( zav), dapat dihitung dari persamaan G. s w zav... (5) 1 w.gs Karena saat tanah jenuh (S = 1) dan e = wgs, maka: zav G s. w... (6) 1 e Berat volume kering ( d) setelah pemadatan pada kadar air (w) dengan kadar udara (air content) A (A=Va / V = volume udara/ volume total) dapat dihitung dengan persamaan: Dimana : zav s w d (7) 1 w.gs Pengujian pemadatan (uji Proctor) di laboratorium dibedakan menjadi dua, yaitu pengujian pemadatan standar dan pengujian pemadatan modifikasi. Beberapa keuntungan yang didapatkan dengan adanya pemadatan ini adalah : 189 G. 1 A = berat volume tanah saat jenuh Gs = berat jenis tanah (2,65) w = berat volume air (62,4) w = kadar air S = derajat kejenuhan e = angkapori A = kadar udara Va V d = volume udara = volume total = berat volume tanah kering

1. Memperkecil pengaruh air terhadap tanah. 2. Bertambahnya kekuatan tanah. 3. Mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan kadar air 4. Memperkecilkan pemampatan dan daya rembes air. l. Stabilisasi tanah Stabilisasi tanah adalah pencampuran tanah dengan bahan tertentu, guna memperbaiki sifat-sifat teknis tanah agar memenuhi syarat tertentu (Hardiyatmo, 2006). Maksud dari stabilisasi tanah adalah untuk menambah kapasitas dukung tanah dan kenaikan kekuatan yang akan diperhitungkan pada proses perancangan. Umumnya, stabilisasi dapat dibagi dua yaitu: a. Stabilisasi mekanis Stabilisasi mekanis atau stabilisasi mekanikal dilakukan dengan cara mencampur atau mengaduk dua macam tanah atau lebih yang bergradasi berbeda untuk memperoleh material yang memenuhi syarat kekuatan tertentu. b. Stabilisasi dengan menggunakan bahan tambah Bahan tambah (additives) adalah bahan hasil olahan pabrik yang bila ditambahkan kedalam tanah dengan perbandingan yang tepat akan memperbaiki sifat-sifat teknis tanah, seperti : kekuatan, tekstur kemudahan dikerjakan (workability) dan plastisitas. Contoh-contoh bahan adalah: kapur, semen Portland, abu terbang, aspal dan lain-lain. m. Kekuatan geser tanah Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butiranbutiran tanah terhadap desakan atau tarikan (Hardiyatmo,2006). Hipotesa mengenai kekuatan geser tanah pertama kali dikemukakan oleh Coulumb sekitar tahun 1976 dengan persamaan sebagai berikut : τ C σ tanφ.. (8) Dimana: τ = kekuatan/tegangan geser C = kohesi tanah σ = tegangan/tekanan normal φ = sudut geser dalam tanah. Ada beberapa cara menentukan kuat geser tanah adalah : 1. Uji kuat geser langsung (direct shear test) 2. Uji triaksial (triaxial test) 3. Uji tekan bebas (unconfined compression test) 4. Uji geser kipas (vane shear test) Pada penelitian ini untuk mendapatkan parameter kekuatan geser tanah dilakukan percobaan geser langsung (Direct Shear Test). 1) Percobaan geser langsung (Direct Shear Test) Maksud dari percobaan geser langsung adalah untuk menentukan besarnya parameter geser tanah dengan alat geser langsung pada 190

kondisi unconsolidated undrained. Pada percobaan geser langsung, kekuatan geser dapat diukur secara langsung. Contoh tanah yang akan diuji dipasang pada alat dan diberikan tegangan vertikal yaitu tegangan normal secara konstan. Contoh tanah diberikan tegangan geser sampai mencapai nilai maksimum. Tegangan geser ini diberikan dengan memakai kecepatan konstan secara perlahan-lahan sehingga tegangan air pori selalu tetap nol. Parameter geser tanah yang didapat dari pengujian ini terdiri atas sudut geser dalam tanah (φ) dan nilai kohesi (C). n. CBR (California Bearing Ratio) CBR merupakan ukuran daya dukung tanah yang dipadatkan dengan daya pemadatan tertentu dan kadar air tertentu dibandingkan dengan beban standard pada batu pecah. Besaran CBR adalah persentase atau perbandingan daya dukung tanah yang diteliti dan daya dukung batu pecah standar pada nilai penetrasi yang sama (0,1 inch dan 0,2 inch). CBR laboratorium diukur dalam dua kondisi, yaitu kondisi tidak terendam disebut CBR Unsoaked dan kondisi terendam atau disebut CBR soaked. Pada umumnya CBR soaked lebih rendah dari CBR Unsoaked. Namun demikian kondisi soaked adalah kondisi yang sering dialami di lapangan, sehingga di dalam perhitungan konstruksi bangunan, harga CBR soaked yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan karena dalam kenyataannya air selalu mempengaruhi konstruksi bangunan (Warsiti, 2009). METODOLOGI PENELITIAN Sampel tanah lempung dan limbah batu bata yang digunakan berasal dari daerah kampung Wasur Kabupaten Merauke. Air yang digunakan adalah air bersih, bebas dari kotoran dan lumpur yang umum digunakan di Kabupaten Merauke. Penelitian dilaksanakan pada Laboratorium Teknik Sipil Universitas Musamus dan Laboratorium Dinas Pekerjaan Umum Merauke. Pengujian yang akan dilakukan antara lain: a. Kadar air b. Berat jenis spesifik (Gs) c. Batas batas Atterberg 1) Batas susut 2) Batas plastis 3) Batas cair d. Analisis ukuran butir tanah 1) Analisa saringan 2) Hidrometer e. Pemadatan Tanah f. Kuat geser langsung g. CBR (California Bearing Ratio) 191

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN 1. Tanah Lempung Tabel 2. Karakteristik tanah dasar No. Pemeriksaan Sifat fisis: Hasil Pemeriksaan 1 Kadar air (w) 12,89 % 2 Berat jenis (Gs) 2,68 3 Batas cair (LL) 42,29 % 4 Batas plastis (PL) 24,44 % 5 Indeks plastisitas (PI) 17,85 % 6 Sifat mekanis: Berat isi 1,55 gr/c m³ 7 Berat isi kering 1,58 gr/c maksimum ( d max) 8 Kadar air optimum (w optimum) 2. Analisis ukuran butiran m³ 16,03 % Dari hasil pengujian yang dilakukan untuk analisa saringan dan hidrometer diperoleh 2% agregat kasar (kerikil), 66% agregat halus (pasir), 25% lanau dan 9% lempung. 3. Campuran tanah lempung dengan limbah batu bata Tanah lempung dicampur limbah batu bata kemudian dilakukan pengujian swelling CBR, dan uji kuat geser langsung. Hasil pengujian swelling rawatan 4 hari campuran tanah dengan limbah batu bata dapat dilihat pada tabel 3 berikut: Tabel 3. Hasil pengujian swelling No. Persentase Limbah Batu Bata (%) Nilai Swelling (%) 1. 0 0.123 2. 10 0.083 3. 20 0.07 4. 30 0.06 5. 40 0.049 Hasil pengujian CBR dapat dilihat pada tabel 4 berikut Tabel 4. Hasil pengujian CBR No. Persentase Limbah Nilai CBR Batu Bata (%) (%) 1. 0 2,96 2. 10 3,25 3. 20 3,37 4. 30 3.71 5. 40 8,77 Hasil uji kuat geser langsung campuran tanah lempung dengan limbah batu bata dapat dilihat pada tabel 4, tabel 5, tabel 6, tabel 7 dan tabel 8 sebagai berikut Tabel 5. Hasil pengujian kuat geser langsung dengan kadar limbah batu bata 0% No. Pemeraman (Hari) Tegangan Geser (kg/cm²) 1. 0 0.36 2. 3 0.43 3. 7 0.48 4. 14 0.55 5. 28 0.60 192

No. Pemeraman (Hari) Tegangan Geser (kg/cm²) 1. 0 0.55 2. 3 0.63 3. 7 0.68 4. 14 0.72 5. 28 0.77 Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 4 No. 2, Agustus 2015 Tabel 6. Hasil penguji an kuat geser langsung dengan kadar limbah batu bata 10% No. Pemeraman Tegangan Geser (Hari) (kg/cm²) 1. 0 0.78 2. 3 0.83 3 7 0.91 4 14 0.96 5 28 1.02 Tabel 7. Hasil pengujian kuat geser langsung dengan kadar limbah batu bata 20% No. Pemeraman Tegangan (Hari) Geser (kg/cm²) 1. 0 0.60 2. 3 0.69 3. 7 0.74 4. 14 0.81 5. 28 0.84 Tabel 8. Hasil pengujian kuat geser langsung dengan kadar limbah batu bata 30% Tabel 9. Hasil pengujian kuat geser langsung dengan kadar limbah batu bata 40% No. Pemeraman Tegangan (Hari) Geser (kg/cm²) 1. 0 0.47 2. 3 0.55 3. 7 0.60 4. 14 0.65 5. 28 0.71 Klasifikasi tanah menggunakan sistem klasifikasi USCS dan sistem klasifikasi AASHTO. a. Sistem klasifikasi USCS Menurut sistem klasifikasi USCS, diperoleh hasil 51,80 % lolos ayakan no.200 karena lebih besar dari 50% maka termasuk jenis tanah berbutir halus (lanau atau lempung). Nilai batas cair kurang dari 50 % maka termasuk ML atau CL. Apabila diplot dalam diagram plastisitas dengan nilai batas cair 42,29 % dan nilai indeks plastisitas 17,85 %, maka menurut sistem klasifikasi tanah unified adalah ML (Lanau anorganik, pasir halus sekali, serbuk batuan, pasir halus berlanau atau berlempung). b. Sistem klasifikasi AASHTO Berdasarkan hasil pemeriksaan ukuran butiran diperoleh hasil 51,80 % lolos saringan no.200, karena lebih dari 35 % maka termasuk jenis lanau atau lempung klasifikasi kelompok A-4 sampai A-7. Untuk fraksi lolos ayakan no.40 yaitu batas cair (liquid limits) minimum 41 % dan indeks plastisitas (Plasticity Indeks) minimum 11 %, dari hasil pemeriksaan diperoleh batas cair 42,29 % dan indeks plastisitas 17,85 % sehingga tanah termasuk golongan A-7-6. Karena nilai batas plastis 24,44 % lebih kecil dari 30, maka menurut klasifikasi AASHTO adalah A-7-6. 4. Klasifikasi tanah 5. Pengaruh penambahan limbah batu bata terhadap swelling 193

Swelling ( % ) Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 4 No. 2, Agustus 2015 Tanah asli yang mempunyai nilai pengembangan sangat tinggi setelah dicampurkan dengan limbah batu bata, maka terjadi penurunan pengembangan. Turunnya nilai pengembangan tergantung persentase limbah batu bata seperti pada grafik 1 Kondisi awal tanah asli (0%) memiliki pengembangan sebesar 0,123 %. Setelah dicampur dengan 10% limbah batu bata, pengembangan menurun menjadi 0,0832 %. Pada penambahan 20% limbah batu bata terjadi peningkatan sebesar 0,070 %. Pada penambahan 30% limbah batu bata terjadi peningkatan pengembangan sebesar 0,06 %. Pada penambahan 40% limbah batu bata terjadi penurunan sebesar 0,0496%. Pengaruh penambahan limbah batu bata terhadap pengembangan dapat dilihat pada grafik 1 sebagai berikut: 0.14 0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 Swelling 0.02 0 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Kadar limbah batu bata ( % ) Grafik 1 Pengaruh penambahan limbah batu bata terhadap pengembangan 194

Nilai CBR (%) Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 4 No. 2, Agustus 2015 6. Pengaruh penambahan limbah batu bata pada nilai CBR Dari hasil pengujian CBR memperlihatkan peningkatan seiring dengan penambahan kadar limbah batu bata. Kondisi tanah asli 0% adalah sebesar 2,96%. Untuk penambahan limbah batu bata 10% terjadi peningkatan sebesar 3,2%, untuk penambahan limbah batu bata 20% terjadi peningkatan sebesar 3,3%, untuk penambahan limbah batu bata 30% terjadi peningkatan 3,7%, untuk penembahan limbah batu bata 40% terjadi peningkatan sebesar 8,7%. Kenaikan nilai CBR ini adalah yang tertinggi. Tanah lempung dicampur limbah batu bata kemudian dilakukan uji CBR maka hasilnya dapat dilihat pada grafik 2 sebagai berikut: 10 8 6 4 2 Nilai CBR 0 0 10 20 30 40 50 Kadar Limbah Batu Bata (%) Grafik 2 Pengaruh penambahan limbah batu bata terhadap nilai CBR 195

7. Pengaruh penambahan limbah batu bata pada kuat geser langsung Hasil dari kuat geser langsung yang dapat dilihat pada grafik 3. Untuk kadar limbah batu bata 0%, pada 0 hari kuat geser sebesar 0,36 kg/cm 2, setelah diperam 3 hari nilai kuat geser meningkat menjadi 0,43 kg/cm 2. Pada pemeraman 7 hari nilai kuat geser meningkat menjadi 0,48 kg/cm 2. Nilai kuat geser meningkat kembali pada pemeraman 14 hari menjadi 0,55 kg/cm 2. Kemudian pada pemeraman 28 hari, nilai kuat geser meningkat menjadi 0,60 kg/cm 2. Untuk kadar limbah batu bata 10%, nilai kuat geser tanpa pemeraman adalah sebesar 0,78 kg/cm 2, setelah diperam selama 3 hari, nilai kuat geser meningkat menjadi 0,83 kg/cm 2. Pada pemeraman 7 hari, nilai kuat geser meningkat menjadi 0,91 kg/cm 2. Nilai kuat geser meningkat kembali pada pemeraman 14 hari sebesar 0,96 kg/cm 2. Kemudian nilai kuat geser meningkat menjadi 1,02 kg/cm 2 pada pemeraman 28 hari. Untuk kadar limbah batu bata 20%, nilai kuat geser tanpa pemeraman sebesar 0,60 kg/cm 2, setelah diperam 3 hari, nilai kuat geser meningkat menjadi 0,69 kg/cm 2. Pada pemeraman 7 hari, nilai kuat geser meningkat menjadi 0,74 kg/cm 2. Selanjutnya diperam selama 14 hari, nilai kuat geser meningkat menjadi 0,81 kg/cm 2. Nilai kuat geser meningkat menjadi 0,84 kg/cm 2 pada pemeraman 28 hari. Untuk kadar limbah batu bata 30%, nilai kuat geser tanpa pemeraman sebesar 0,55 kg/cm 2, setelah diperam 3 hari nilai kuat geser meningkat menjadi 0,63 kg/cm 2. Pada pemeraman 7 hari nilai kuat geser meningkat menjadi 0,68 kg/cm 2. Nilai kuat geser meningkat pada pemeraman 14 hari menjadi 0,72 kg/cm 2. Selanjutnya pada pemeraman 28 hari nilai kuat geser meningkat menjadi 0,77 kg/cm 2. Untuk kadar limbah batu bata 40%, nilai kuat geser tanpa pemeraman sebesar 0,47 kg/cm 2, setelah diperam 3 hari nilai kuat geser meningkat menjadi 0,55 kg/cm 2. Nilai kuat geser meningkat menjadi 0,60 kg/cm 2 setelah diperam 7 hari. Pada pemeraman 14 hari nilai kuat geser meningkat menjadi 0,65 kg/cm 2. Kemudian pada pemeraman 28 hari nilai kuat geser meningkat menjadi 0,71 kg/cm 2. 196

Tegangan geser (kg/cm²) Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 4 No. 2, Agustus 2015 1.1 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 Waktu pemeraman (hari) kadar limbah batu bata 0% kadar limbah batu bata 10% kadar limbah batu bata 20% kadar limbah batu bata 30% kadar limbah batu bata 40% Grafik 3 Pengaruh penambahan limbah batu bata terhadap tegangan geser PENUTUP 1. Kesimpulan a. Nilai kuat geser tanah lempung dengan kadar limbah batu bata 0%, 10%, 20%, 30%, 40% sebesar 0,60 kg/cm 2, 1,02 kg/cm 2, 0,84 kg/cm 2, 0,77 kg/cm 2, 0,71 kg/cm 2. Dengan menambahkan limbah batu bata 10% pada tanah lempung dapat meningkatkan nilai kuat geser. Tetapi semakin banyak kadar limbah batu bata semakin kecil nilai kuat geser pada tanah lempung. b. Nilai CBR tanah lempung tanpa limbah batu bata sebesar 2,96% tetapi dengan menambahkan limbah batu bata 10%, 20%, 30%, 40% dapat menjadi 3,25%, 3,37%, 3,71%, 8,7%. Dari nilai tersebut dapat dilihat bahwa dengan menambahkan limbah batu bata pada tanah lempung dapat meningkatkan nilai CBR. 2. Saran Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, beberapa saran yang dapat disampaikan agar dapat menjadi bahan penelitian lebih lanjut adalah: a. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan melakukan pengujian kuat tekan bebas. b. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan bahan kimia DAFTAR PUSTAKA Adriani, dkk., 2012, Pengaruh Penggunaan Semen Sebagai Bahan Stabilisasi Pada Tanah Lempung Daerah Lambung Bukit Terhadap Nilai CBR Tanah, Vol. 8, No. 1, ISSN: 1858-2133. Das, B.M., 1995, Mekanika Tanah (Prinsipprinsip Rekayasa Geoteknis),Erlangga, Surabaya. 197

Hardiyatmo, H.C., 2006, Mekanika Tanah I, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hardiyatmo, H.C., 2006, Stabilisasi Tanah untuk Perkerasan Jalan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Laksono, T.D., 2009, Pembuatan Batu Bata Dengan Menggunakan Berbagai Macam Sampah, Vol.11, No.2:28-33. Lumikis, B.K., 2013, Korelasi Antara Tegangan Geser Dan Nilai Cbr Pada Tanah Lempung Ekspansif Dengan Bahan Campuran Semen, vol.1, No.6, ISSN:2337-6732. Risman., 2008, Kajian Kuat Geser Dan CBR Tanah Lempung Yang Distabilisasi Dengan Abu Terbang Dan Kapur., Vol. 13, No. 2: 99-110. Saparuddin., 2010, Pemanfaatan Air Tanah Dangkal Sebagai Sumber Air Bersih Di Kampus Bumi Bahari Palu., Vol. 8, No. 2:143 152. Sutarman, E., 2013, Konsep & Aplikasi Mekanika Tanah, Andi, Yogyakarta. SNI 01-3182-1992, Penentuan Kadar Air. SNI 03-1742-1989, Metode Pengujian Kepadatan Ringan Untuk Tanah. SNI 03-1744-1989, Metode Pengujian CBR Laboratorium. SNI 2813-2008, Cara Uji Kuat Geser Langsung Tanah Terkonsolidasi Dan Terdrainase. Warsiti., 2009, Meningkatkan CBR Dan Memperkecil Swelling Tanah Sub Grade Dengan Metode Stabilisasi Tanah Dan Kapur., Vol. 14, No. 1: 38-45. Wesley, L.D., 2012, Mekanika Tanah untuk Tanah Endapan dan Residu, Andi, Yogyakarta. 198