RANCANGAN POJK PERUSAHAAN INDUK KONGLOMERASI KEUANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

2017, No mengikat untuk seluruh lembaga jasa keuangan, emiten, dan perusahaan publik; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

2017, No f. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor perbankan dari Ban

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Le

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI. BAB I KETENTUAN

-2- Dengan mempertimbangkan hal di atas dan sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Dalam rangka penerapan tata kelola terintegrasi yang baik, Konglomerasi Keuangan perlu memiliki Pedoman Tata Kelola Terintegrasi dengan mengacu pada

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR... TAHUN 2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.05/2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PERINTAH TERTULIS PADA SEKTOR PERASURANSIAN

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pengeluaran Saham dengan Nilai Nominal Berbeda; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 19

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.05/2017 TENTANG LAPORAN BERKALA PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10/POJK.05/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT RISIKO LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /POJK.03/2017 TENTANG TINDAK LANJUT PELAKSANAAN PENGAWASAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /POJK.04/2017 TENTANG PENGELUARAN SAHAM DENGAN NILAI NOMINAL BERBEDA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 3/POJK.05/2013 TENTANG LAPORAN BULANAN LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG INVESTASI SURAT BERHARGA NEGARA BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.03/2017 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.03/2016 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.04/2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA KOMITE AUDIT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 3/POJK.05/2013 TENTANG LAPORAN BULANAN LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 4/POJK.04/2014 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN SANKSI ADMINISTRATIF BERUPA DENDA DI SEKTOR JASA KEUANGAN

2017, No Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jas

2017, No f. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan disektor perbankan dari Bank

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.04/2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL

2017, No e. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor perbankan dari Ban

2017, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.05/2015 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PENGELOLA STATUTER PADA LEMBAGA JASA KEUANGAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /POJK.04/2016 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN PERATURAN OLEH LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH WALI AMANAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2015 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PEMEGANG SAHAM TERTENTU

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /POJK.01/2015 TENTANG PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2016

DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.03/2017 TENTANG BANK PERANTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8/POJK.03/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1/POJK.05/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Ke

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal; Mengingat : 1. Undang-Undan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 14/ 24 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.04/2014 TENTANG SEKRETARIS PERUSAHAAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

2016, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa K

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 47 /POJK.04/2016 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN PERATURAN OLEH LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 4/POJK.04/2014 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN SANKSI ADMINISTRATIF BERUPA DENDA DI SEKTOR JASA KEUANGAN

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBATASAN ATAS SAHAM YANG DITERBITKAN SEBELUM PENAWARAN UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/24/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG INVESTASI SURAT BERHARGA NEGARA BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /POJK.04/2016 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN PERATURAN OLEH BURSA EFEK

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2017 TENTANG LAPORAN BANK UMUM SEBAGAI KUSTODIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR : /POJK.../2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASIBAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No.74 2 d. bahwa informasi yang diungkapkan kepada masyarakat perlu memperhatikan faktor keseragaman dan kompetisi antar Bank; e. bahwa berdasar

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No tentang Kegiatan Perusahaan Efek di Berbagai Lokasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Neg

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 362, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 5636); MEMUTUSKA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/POJK.05/2014 TENTANG PEMERIKSAAN LANGSUNG LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/POJK.05/2014 TENTANG PEMERIKSAAN LANGSUNG LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.04/2016 TENTANG PENGAWASAN TERHADAP WAKIL DAN PEGAWAI PERUSAHAAN EFEK

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17 /POJK.05/2016 TENTANG LAPORAN TEKNIS DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

Materi ini dapat diakses melalui http://www.ojk.go.id/id/regulasi/otoritas-jasakeuangan/rancangan-regulasi/default.aspx RANCANGAN POJK PERUSAHAAN INDUK KONGLOMERASI KEUANGAN Batang Tubuh PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG PERUSAHAAN INDUK KONGLOMERASI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menciptakan industri jasa keuangan yang sehat dan memiliki daya saing yang tinggi diperlukan langkah-langkah penataan Konglomerasi Keuangan; b. bahwa sejalan dengan penataan kembali lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan dan/atau pengendalian di berbagai sektor jasa keuangan diperlukan penetapan kriteria dan ruang lingkup Konglomerasi Keuangan dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap stabilitas sistem keuangan; c. bahwa penataan Konglomerasi Keuangan merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung efektivitas pengawasan berdasarkan risiko terhadap Konglomerasi Keuangan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Perusahaan Induk Konglomerasi Keuangan; ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG PERUSAHAAN INDUK KONGLOMERASI KEUANGAN I. UMUM Kondisi sektor jasa keuangan yang sehat dan aman merupakan suatu prasyarat utama agar sistem keuangan mampu mendukung pencapaian stabilitas sistem keuangan dan berperan secara optimal dalam perekonomian nasional. Perkembangan globalisasi, teknologi informasi, dan inovasi produk serta aktivitas, lembaga jasa keuangan telah menciptakan sistem keuangan yang sangat kompleks, dinamis, dan saling terkait antar masing-masing sektor jasa keuangan baik dalam produk dan kelembagaan, maupun kepemilikan dalam suatu Konglomerasi Keuangan sehingga menyebabkan peningkatan eksposur risiko industri jasa keuangan di Indonesia, khususnya Konglomerasi Keuangan yang heterogen dan berpengaruh signifikan terhadap stabilitas sistem keuangan. Konsep Entitas Utama yang saat ini diterapkan di Indonesia dalam rangka pengaturan dan pengawasan terintegrasi yaitu LJK induk dari Konglomerasi Keuangan atau LJK yang ditunjuk oleh Pemegang Saham Pengendali/Pemegang Saham

Pengendali Terakhir Konglomerasi Keuangan, perlu disempurnakan karena kurang sesuai dengan praktik yang berlaku secara internasional. Penunjukan Entitas Utama merupakan suatu pendekatan sementara untuk menetapkan satu LJK di dalam Konglomerasi Keuangan untuk mengintegrasikan antara lain manajemen risiko, tata kelola terintegrasi, dan permodalan terintegrasi. Langkah ini dilakukan mengingat Indonesia belum memiliki ketentuan tentang Perusahaan Induk (holding company), khususnya Perusahaan Induk di sektor jasa keuangan (financial holding company). Dalam Konglomerasi Keuangan dengan struktur selain vertikal, mekanisme koordinasi yang dilakukan oleh Entitas Utama dalam rangka memenuhi ketentuan pengawasan terintegrasi belum dapat dilakukan dengan optimal mengingat tidak terdapat hubungan kepemilikan secara langsung antara LJK yang menjadi Entitas Utama dengan LJK terelasi. Selain itu Konglomerasi Keuangan dengan struktur selain vertikal juga menyulitkan otoritas untuk melakukan pengawasan dan menerapkan supervisory action melalui Entitas Utama sebagai koordinator LJK anggota Konglomerasi Keuangan dalam rangka penerapan peraturan dan pengawasan terintegrasi. Di tataran internasional, dalam rangka pengaturan dan pengawasan terintegrasi terhadap Konglomerasi Keuangan, telah diterapkan konsep Financial Holding Company (FHC) 2

sebagai LJK Induk Konglomerasi Keuangan yang berfungsi mengkonsolidasikan dan mengendalikan secara langsung seluruh aktivitas Konglomerasi Dalam rangka menciptakan industri jasa keuangan yang sehat dan memiliki daya saing yang tinggi diperlukan langkah-langkah untuk menata struktur Konglomerasi Keuangan antara lain melalui penetapan kriteria Konglomerasi Keuangan dan pembentukan Keuangan untuk menggantikan Entitas Utama. Penataan Konglomerasi Keuangan merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung efektivitas pengawasan berdasarkan risiko terhadap Konglomerasi Keuangan yang sesuai dengan praktik-praktik terbaik secara Internasional. Sehubungan dengan hal-hal tersebut, maka diperlukan pengaturan tentang kriteria dan ruang lingkup Konglomerasi Keuangan dan pembentukan Keuangan dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan. Mengingat: Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253; MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN OTORITAS JASA II. PASAL DEMI PASAL KEUANGAN TENTANG PERUSAHAAN INDUK KONGLOMERASI KEUANGAN BAB 1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pasal 1 3

1. Lembaga Jasa Keuangan yang selanjutnya disebut LJK adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan di sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang mengenai Otoritas Jasa 2. Lembaga Jasa Keuangan Lainnya adalah pergadaian, lembaga penjaminan, lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, dan lembaga yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat yang bersifat wajib, meliputi penyelenggara program jaminan sosial, pensiun, dan kesejahteraan, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai pergadaian, penjaminan, lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, dan pengelolaan dana masyarakat yang bersifat wajib, serta lembaga jasa keuangan lain yang dinyatakan diawasi oleh OJK berdasarkan peraturan perundangundangan. 3. Grup LJK adalah dua atau lebih LJK yang berada dalam satu grup atau kelompok karena keterkaitan kepemilikan dan/atau pengendalian. 4. Konglomerasi Keuangan adalah Grup LJK yang melakukan kegiatan usaha jasa keuangan yang signifikan dan paling sedikit pada dua sektor atau jenis usaha yang berbeda yaitu perbankan, pasar modal, perasuransian, lembaga pembiayaan, dan/atau Lembaga 4

Jasa Keuangan lainnya. 5. Keuangan (Financial Holding Company) adalah badan hukum yang dibentuk dan/atau dimiliki oleh Pemegang Saham Pengendali/ Pemegang Saham Pengendali Terakhir untuk mengkonsolidasikan dan mengendalikan secara langsung seluruh aktivitas Konglomerasi 6. Entitas Utama adalah LJK induk dari Konglomerasi Keuangan yang melakukan koordinasi LJK anggota Konglomerasi Keuangan dalam rangka penerapan peraturan dan pengawasan terintegrasi. 7. Perusahaan Anak adalah Perusahaan Anak sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan mengenai penerapan manajemen risiko terintegrasi bagi konglomerasi keuangan. 8. Pengendalian adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk mempengaruhi pengelolaan dan/atau kebijakan perusahaan, termasuk LJK, dengan cara apapun, baik secara langsung maupun tidak langsung. 9. Pemegang Saham Pengendali yang selanjutnya disebut dengan PSP adalah badan hukum, orang perseorangan dan/atau kelompok usaha yang memiliki Pengendalian terhadap Perusahaan Anak. 10. Pemegang Saham Pengendali Terakhir (ultimate shareholders) adalah perorangan atau badan hukum yang secara langsung ataupun tidak langsung memiliki saham perusahaan atau LJK dan merupakan pengendali terakhir atau penerima manfaat terakhir dari keseluruhan struktur kelompok 5

usaha yang mengendalikan suatu perusahaan atau LJK. BAB II KRITERIA KONGLOMERASI KEUANGAN Pasal 2 Pasal 2 (1) Grup LJK dinyatakan sebagai Ayat (1) Konglomerasi Keuangan apabila: a. melakukan kegiatan usaha jasa Huruf a. keuangan paling sedikit pada dua sektor atau jenis usaha yang berbeda yaitu perbankan, pasar modal, perasuransian, lembaga pembiayaan, dan/atau Lembaga Jasa Keuangan lainnya; dan b. memiliki total aset paling sedikit sebesar Rp 2.000.000.000.000,00 (dua triliun rupiah). Huruf b. Dalam hal Grup LJK telah ditetapkan sebagai Konglomerasi Keuangan, penurunan total aset Konglomerasi Keuangan di bawah Rp 2.000.000.000.000,00 (dua triliun rupiah) akibat aktivitas Konglomerasi Keuangan tidak mempengaruhi penetapan Konglomerasi Keuangan sebagaimana kriteria dimaksud. Ayat (2) (2) Perubahan kriteria Konglomerasi Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa (3) OJK dapat menetapkan Grup LJK Ayat (3) sebagai 1 (satu) Konglomerasi Keuangan tersendiri selain kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap stabilitas sistem keuangan. BAB III STRUKTUR DAN RUANG LINGKUP KONGLOMERASI KEUANGAN Pasal 3 Pasal 3 (1) Konglomerasi Keuangan Ayat (1) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) memiliki struktur yang terdiri dari: 6

a. Keuangan; dan b. LJK yang dikendalikan secara langsung maupun tidak langsung oleh PSP/PSPT yang sama; dan/atau c. Entitas lain yang menunjang fungsi dan bisnis Konglomerasi (2) Anggota Konglomerasi Keuangan Ayat (2) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan b meliputi jenis LJK sebagai berikut: a. bank; b. perusahaan asuransi dan reasuransi; c. perusahaan efek; d. perusahaan pembiayaan; dan/atau e. lembaga jasa keuangan lain. (3) Lembaga jasa keuangan lain Ayat (3) sebagaimana dimaksud pada ayat Cukup jelas (2) huruf e adalah entitas non LJK yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai LJK dan merupakan bagian dari Konglomerasi Bab IV Keuangan Pasal 4 Pasal 4 (1) Pemegang Saham Pengendali atau Ayat (1) Pemegang Saham Pengendali Kewajiban ini berlaku untuk Terakhir yang memiliki lebih dari 1 Konglomerasi Keuangan yang belum (satu) LJK dan melakukan ditetapkan oleh Otoritas Jasa Pengendalian terhadap suatu Konglomerasi Keuangan wajib menyampaikan laporan kepada Otoritas Jasa (2) Pemegang Saham Pengendali atau Pemegang Saham Pengendali Terakhir dari setiap Konglomerasi Keuangan wajib membentuk Ayat (2) Keuangan adalah LJK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) atau entitas non LJK sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (3). 7

(3) Keuangan dilarang memiliki atau mengendalikan kegiatan usaha di luar sektor jasa keuangan kecuali kegiatan usaha lain yang sebagian besar aktivitasnya menunjang fungsi dan bisnis Konglomerasi (4) Keuangan diatur dan diawasi oleh Otoritas Jasa (5) Pembentukan dan/atau penetapan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diajukan kepada Deputi Komisioner Pengawasan Terintegrasi. (6) Dalam hal Konglomerasi Keuangan memiliki LJK yang merupakan Kantor Cabang Bank Asing di Indonesia, maka dikecualikan dari kewajiban pembentukan (7) Pengurus Perusahaan Induk Konglomerasi Keuangan wajib memenuhi persyaratan kemampuan dan kepatutan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa (8) Laporan Keuangan Perusahaan Induk Konglomerasi Keuangan wajib di audit oleh auditor independen. Ayat (3) Kegiatan usaha lain yang menunjang fungsi dan bisnis Konglomerasi Keuangan dimaksud antara lain pengelolaan aset, teknologi informasi, dan sumber daya manusia. Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Pelaksanaan manajemen risiko terintegrasi, tata kelola terintegrasi, dan kewajiban penyediaan modal minimum terintegrasi mengacu pada konsep Entitas Utama. Entitas Utama dimaksud adalah LJK yang memiliki total aset terbesar dan/atau kualitas penerapan manajemen risiko yang baik. Ayat (7) Ayat (8) Pasal 5 Pasal 5 (1) Keuangan bertindak sebagai Entitas Utama yang bertanggung jawab untuk LJK yang berada dalam koordinasinya. Ayat (1) Entitas Utama bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan sebagaimana diatur dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan yang berlaku antara lain mengenai penerapan manajemen risiko terintegrasi, penerapan tata kelola terintegrasi, dan kewajiban penyediaan 8

modal minimum terintegrasi. (2) Dalam rangka efektivitas Ayat (2) pengawasan dan mempertimbangkan dampaknya terhadap stabilitas sistem keuangan, Otoritas Jasa Keuangan berwenang menetapkan lebih dari 1 (satu) Perusahaan Induk Konglomerasi Keuangan dalam Konglomerasi (3) Otoritas Jasa Keuangan berwenang memerintahkan Pemegang Saham Ayat (4) Pengendali/Pemegang Saham Pengendali Terakhir untuk melakukan penyesuaian terhadap: a. Struktur Konglomerasi Keuangan; b. LJK yang termasuk dalam Konglomerasi Keuangan; dan/atau c. LJK yang ditunjuk menjadi BAB V SANKSI Pasal 6 Pasal 6 Pemegang Saham Pengendali atau Pengenaan sanksi administratif Pemegang Saham Pengendali Terakhir dimaksud tidak menghilangkan Konglomerasi Keuangan yang melanggar ketentuan Pasal 4 ayat (1), ayat (2), ayat kewajiban penerapan ketentuan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. (7) dan ayat (8) serta Pasal 7 dikenakan sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. penurunan tingkat kesehatan; c. pembatalan hasil uji kemampuan dan kepatutan; d. pembatasan kegiatan usaha; e. perintah penggantian manajemen; f. pencantuman manajemen dalam daftar orang tercela; dan/atau g. pembatalan persetujuan, pendaftaran dan pengesahan. 9

BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 7 Pasal 7 Pemegang Saham Pengendali/ Pemegang Saham Pengendali Terakhir wajib menyesuaikan Konglomerasi Keuangan yang belum memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 4 paling lambat 1 Januari 2019. Pasal 8 Pasal 8 Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini berlaku, Grup LJK yang tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini tidak memiliki kewajiban untuk melaksanakan ketentuan pengawasan terintegrasi berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan yang berlaku. Pasal 9 Pasal 9 Peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan sebelum berlakunya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan dicabut, diganti atau diperbaharui. Pasal 10 Pasal 10 (1) Sebelum terbentuknya Perusahaan Ayat (1) Induk Konglomerasi Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, kewajiban Entitas Utama sebagaimana di atur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai penerapan manajemen risiko terintegrasi, penerapan tata kelola terintegrasi, dan kewajiban penyediaan modal minimum terintegrasi dinyatakan masih berlaku. (2) Sejak 1 Januari 2019, tugas dan fungsi Entitas Utama sebagaimana pada ketentuan yang berlaku digantikan oleh Perusahaan Induk Ayat (2) 10

Konglomerasi BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 11 Pasal 11 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal... 2017 KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Diundangkan di Jakarta Pada tanggal... 2017 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, MULIAMAN D. HADAD YASONA HAMONANGAN LAOLY LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11