I. PENDAHULUAN. seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan. (Kusaeri dan Suprananto, 2012). Dalam Permendiknas Nomor 20 tahun

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Asesmen atau penilaian merupakan proses untuk mendapatkan informasi mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun sains, ilmu yang pada

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme,

I. PENDAHULUAN. Menurut Depdiknas (2004), asesmen sangat penting dilakukan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan. dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Lind dan Gronlund (1995) asesmen merupakan sebuah proses yang ditempuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran biologi, praktikum merupakan salah satu upaya yang

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat beberapa komponen

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat erat hubungannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Praktikum biologi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh mahasiswa untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia merupakan ilmu yang mencari jawaban atas dasar pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membentuk kualitas sumber daya manusia memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembelajaran. Penilaian Pembelajaran. Proses Pembelajaran. Gambar 1.1 Komponen Pembelajaran

DATA HASIL OBSERVASI KELAS. No Aspek yang diobservasi Deskripsi hasil observasi 1 Persiapan Mengajar (Silabus dan RPP)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata asesmen berasal dari serapan bahasa Inggris yaitu assessment. Asesmen atau

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan merupakan upaya dalam menghasilkan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. beragam situasi dan kondisi. Dengan pengajaran IPS, diharapkan siswa dapat memiliki sikap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aa Juhanda, 2014

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan kurikulum 2013 menuntut sejumlah perubahan mendasar pada proses

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu aspek yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa alam dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep fisika.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina potensi

BAB I PENDAHULUAN. laku (kemampuan) pada diri siswa, seperti yang sebelumnya tidak tahu. menjadi tahu, yang sebelumnya tidak paham menjadi paham, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi pada semua guru yang memiliki tanggung jawab untuk. atas diantaranya adalah siswa harus memiliki kemampuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan bertaqwa, bersikap mulia dan berpengetahuan yang sesuai dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PENGEMBANGAN ASSESMEN KINERJA UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu pelajaran IPA yang menarik untuk dipelajari karena

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kompleksnya tingkat berpikir siswa,

Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K

2016 DAMPAK ASESMEN PORTOFOLIO TERHADAP PEMAHAMAN DAN SIKAP SISWA PADA PEMBELAJARAN FISIKA

I.PENDAHULUAN. menunjukkan kondisi ini adalah berdasarkan The Third Internasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PAD A TOPIK SEL ELEKTROLISIS

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) membangun kesadaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

C. Langkah-langkah Penelitian Langkah-langkah dalam penelitian yang dilakukan, penulis menyusun alur penelitian seperti pada Gambar 3.

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di negara kita

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR PADA MATERI TITRASI ASAM BASA KELAS XI-MIA SMAN 4 KOTA JAMBI

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan.

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi dan teknologi informasi. Pendidikan merupakan sarana penting untuk

I. PENDAHULUAN. Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru

JURNAL PENGARUH PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA POKOK BAHASAN STRUKTUR TUMBUHAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP DHARMA WANITA PARE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Bagaimana mata dapat melihat? bagaimanakah dengan terjadinya siang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian atau asesmen adalah suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan (Kusaeri dan Suprananto, 2012). Dalam Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 dinyatakan bahwa salah satu prinsip penilaian adalah menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian yang dilakukan harus mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik (Tim Penyusun, 2007). Kemampuan peserta didik tidak hanya sebatas kemampuan kognitif dan afektif saja yang dapat diukur melalui tes tertulis atau pun tes lisan serta pengamatan guru terhadap aktifitas sosial peserta didik selama mengikuti kegiatan belajar mengajar dikelas. Sehingga seorang pendidik perlu mempertimbangkan beberapa aspek saat melakukan penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Sebagaimana dijelaskan dalam Permendikbud Nomor 104 tahun 2014 yang menyatakan bahwa lingkup penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan (Tim Penyusun,

2 2014). Berarti, salah satu ranah kompetensi atau kemampuan peserta didik yang harus dinilai adalah kompetensi keterampilan atau psikomotorik. Kompetensi keterampilan atau psikomotorik merupakan ranah kompetensi yang berkaitan dengan skill atau kemampuan bertindak. Hasil belajar psikomotorik merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif. Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta didik telah menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya (Sudijono, 2011). Kemampuan psikomotorik dapat dinilai melalui pengamatan atau observasi secara langsung terhadap peserta didik tersebut (Uno dan Koni, 2012). Kompetensi keterampilan terdiri atas keterampilan abstrak dan keterampilan konkrit. Keterampilan konkrit memerlukan keterampilan abstrak berupa pengetahuan, kemampuan berpikir dan sikap. Keterampilan abstrak terutama terdiri dari keterampilan berpikir sedangkan keterampilan konkrit berupa keterampilan melakukan sesuatu dan menghasilkan sesuatu. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan proses pembelajaran disekolah, masing-masing matapelajaran tidak dapat diberikan perlakuan yang sama, karena setiap matapelajaran memiliki karakteristik masing-masing (Tim Penyusun, 2014). Karakteriktik merupakan sebuah ciri yang khas yang mencerminkan perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Mata pelajaran Kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Sehingga, kegiatan belajar mengajar tentu tidak cukup hanya sebatas ceramah atau

3 diskusi dikelas, namun perlu kegiatan lain yang dapat menunjang pemahaman siswa terhadap materi kimia, dan siswa dapat menemukan sebuah konsep dari pengalaman yang mereka alami secara langsung, salah satunya adalah kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum merupakan latihan aktivitas ilmiah baik berupa eksperimen, observasi maupun demonstrasi yang menunjukan adanya keterkaitan antara teori dengan fenomena yang dilaksanakan baik di laboratorium maupun di luar laboratorium. Melalui kegiatan praktikum, diharapkan siswa mampu memahami fenomena alam sekitar secara mendalam. Melalui kegiatan praktikum ini juga diharapkan siswa dapat mengaplikasikan secara langsung kemampuan yang mereka miliki (Rustaman, 2003). Selama kegiatan praktikum berlangsung, seorang guru atau pendidik dapat melakukan penilaian terhadap kemampuan psikomotorik siswa atau penilaian terhadap kinerja siswa. Penilaian kinerja merupakan suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauhmana yang telah dipelajari siswa. Penilaian kinerja mensyaratkan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas kinerjanya menggunakan pengetahuan dan ketrampilannya yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan, tindakan atau unjuk kerja. Tes unjuk kerja meminta siswa mewujudkan tugas sebenarnya yang mewakili keseluruhan kinerja yang akan dinilai, seperti mempersiapkan alat, menggunakan alat/merangkai alat, menuliskan data, menganalisis data, menyimpulkan, menyusun laporan dan sebagainya. Secara khusus penilaian kinerja menjelaskan kemampuan-kemampuan siswa, pemahaman konseptual, kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan, kemampuan melaksanakan kinerja dan kemampuan melakukan suatu proses (Susila, 2012). Selama ini penilaian terhadap kinerja peserta didik begitu

4 sulit dilaksanakan di sekolah karena perhatian guru terfokus pada semua siswa dengan beragam kemampuan. Padahal jumlah rata-rata siswa pada kebanyakan kelas di Indonesia sangat banyak. sering dijumpai satu kelas yang berisi sampai 48 orang siswa. Menilai kinerja siswa satu per satu pada pembelajaran sehari-hari tentu sangat menguras pikiran ddan tenaga guru. Pada saat bersamaan, guru juga masih harus mengelola pembelajaran. tidak akan ada seorang pun yang sanggup melaksanakan penilaian kinerja pada kondisi tersebut (Wulan, 2008). Hasil studi lapangan di empat SMA/MA di Kotaagung Kabupaten Tanggamus, menginformasikan bahwa kegiatan praktikum jarang dilakukan, terutama pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Kegiatan praktikum hanya dilakukan pada materi-materi tertentu saja. Hal ini disebabkan keterbatasan alat dan bahan kimia yang tersedia di Laboratorium. Sebagian besar guru sudah memberikan penilaian terhadap kemampuan peserta didik, namun penilaian yang dilakukan hanya sebatas penilaian terhadap keaktifan peserta didik dalam bertanya atau menyampaikan pendapat, kedisiplinan peserta didik, dan kerjasamanya. Hal ini disebabkan sebagian besar guru menyatakan tidak paham mengenai instrumen asesmen kinerja dan belum pernah membuat instrumen asesmen kinerja. Terkait instrumen asesmen kinerja, Wulan dkk (2007) telah menyederhanakan konsep asesmen kinerja yang selama ini dianut masyarakat ilmiah dalam memberikan penilaian terhadap kinerja peserta didik. Konsep asesmen kinerja tersebut disederhanakan tanpa mengabaikan aspek-aspek penting yang seharusnya ada. Hasil studi mendalam selama lima tahun tentang asesmen kinerja (Wulan 2003-2008) telah menghasilkan suatu gagasan baru tentang skenario implementasi

5 asesmen kinerja sehari-hari untuk pembelajaran sains di Indonesia. Asesmen kinerja yang dihasilkan tidak menyulitkan guru dalam melakukan penilaian terhadap kinerja siswa, karena asesmen yang hasilkan sederhana, mudah dipahami, dan memungkinkan bagi guru untuk dapat melakukan penilaian terhadap peserta didik, baik secara individu maupun kelompok. Harapannya dengan adanya pula asesmen kinerja praktikum pada pembelajaran kimia, peserta didik menjadi lebih termotivasi dalam meningkatkan kemampuan psikomotoriknya, sehingga perlu dikembangkan asesmen kinerja pada praktikum kimia, salah satunya adalah Pengembangan Instrumen Asesmen Kinerja pada Praktikum Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah karakteristik instrumen asesmen kinerja pada materi pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi? 2. Bagaimanakah tanggapan guru kimia terhadap instrumen asesmen kinerja pada materi pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi? 3. Apakah faktor pendukung dan kendala selama proses pengembangan instrumen asesmen kinerja pada materi pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan dan menghasilkan produk instrumen asesmen kinerja pada praktikum pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi;

6 2. Mendeskripsikan karakteristik instrumen asesmen kinerja pada praktikum pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi; 3. Mendeskripsikan tanggapan guru kimia terhadap instrumen asesmen kinerja; dan 4. Mendeskripsikan faktor pendukung dan kendala selama proses pengembangan instrumen asesmen kinerja pada praktikum pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Bagi guru (khususnya guru mata pelajaran Kimia) adalah dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi dalam pembuatan instrumen asesmen kinerja; 2. Bagi siswa adalah siswa menjadi lebih termotivasi dalam meningkatkan keterampilan psikomotorik saat melakuakan praktikum; 3. Bagi sekolah adalah dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Dengan meningkatnya kemampuan peserta didik khususnya keterampilan psikomotorik, maka diharapkan mutu pembelajaran pun dapat meningkat; dan 4. Bagi peneliti lain adalah dapat dijadikan sebagai gambaran atau referensi mengenai instrumen asesmen kinerja pada proses praktikum di laboratorium.

7 E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan suatu produk yang efektif untuk digunakan sekolah, dan bukan untuk menguji teori (Gay, 1991); 2. Pengembangan instrumen asesmen kinerja merupakan suatu proses perancangan dan perakitan alat ukur yang dapat memberikan informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai peserta didik agar menjadi alat ukur yang berkualitas baik (Depdikbud dalam Arifin, 2009:4); 3. Materi pokok pada penelitian ini adalah pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.