HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI SUPLEMEN ENERGI DENGAN STADIUM CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RUANG HEMODIALISIS RSUD IBNU SINA GRESIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu lebih dari tiga bulan. Menurut Brunner dan Suddarth, gagal ginjal kronik. sampah nitrogen lain dalam darah) (Muhammad, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak


BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 150 ribu orang dan yang membutuhkan terapi pengganti ada

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan masalah medik, sosial dan ekonomik. yang sedang berkembang yang memiliki sumber-sumber terbatas untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. atau hipertensi merupakan masalah kesehatan yang serius dan masalah ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik seperti Glomerulonephritis Chronic, Diabetic

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya, khususnya di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan substansi yang paling banyak digunakan di dunia dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z.

PERILAKU PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK STADIUM V DALAM MEMPERTAHANKAN KADAR NORMAL BUN DAN KREATININ. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60%

PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS SEBELUM DAN SETELAH MENJALANI TINDAKAN HEMODIALISIS DI RUANG HEMODIALISA RSUD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

Afniwati, Amira Permata Sari Tarigan, Yunita Ayu Lestari Tarigan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan. Abstrak

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang beredar dalam darah). Penderita GGK harus menjalani terapi diet

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

Transkripsi:

HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI SUPLEMEN ENERGI DENGAN STADIUM CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RUANG HEMODIALISIS RSUD IBNU SINA GRESIK Sri Hananto Ponco Nugroho Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan.......ABSTRAK....... Saat ini banyak orang mengkonsumsi suplemen sebagai penambah energi bahkan sudah menjadi gaya hidup modern tanpa mengenal batas usia. Kebanyakan dari mereka salah dalam memahami manfaatnya. Chronic Kidney Disease merupakan masalah kesehatan global dengan meningkatnya kejadian, prevalensi, dan tingkat kematian. Sejauh ini belum ada studi yang telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan stadium Chronic Kidney Disease. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara frekuensi suplemen energi dengan stadium Chronic Kidney Disease.di Ruang Hemodialisa RSUD Ibnu Sina Gresik. Desain penelitian ini menggunakan metode analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian yaitu pasien Chronic Kidney Disease yang mengkonsumsi suplemen energi sebanyak 28 responden. Dengan metode sampling : simple random sampling. Dalam penelitian ini terdapat dua variable, yaitu variable dependent (stadium Chronic Kidney Disease.) dan variable independent (Frekuensi konsumsi suplemen Energi). Data penelitian diambil melalui wawancara untuk variabel bebas dan dengan data rekam medis untuk variabel terikat, kemudian ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan Spearman Rho. Hasil penelitian menunjukkan sebagian responden (50%) mengkonsumsi suplemen energi >5 bungkus perminggu. Hampir seluruh responden (82.1%) pada stadium 5. Hasil uji statistik menunjukkan nilai koefisiensi korelasi -614 dengan tingkat signifikansi p<0.05 sehingga terdapat hubungan frekuensi konsumsi suplemen energi dengan stadium Chronic Kidney Disease. Berdasarkan hasil penelitian ini maka perlu adanya pendidikan kesehatan pada masyarakat bahwa konsumsi suplemen energi dapat menyebabkan penyakit Chronic Kidney Disease. Kata Kunci : Suplemen Energi, Chronic Kidney Disease PENDAHULUAN Centers Disease Control (CDC) melaporkan bahwa dalam kurun waktu tahun 1999-2004 terdapat 16.8% dari populasi penduduk usia di atas 20 tahun, mengalami penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease). Persentase ini meningkat bila dibandingkan data pada 6 tahun sebelumnya, yakni 14.5%. Insiden ini diperkirakan sekitar 40-60 kasus per juta penduduk per tahun di negara-negara berkembang. Pravelensi dan insiden Chronic Kidney Disease terus meningkat di dunia tak terkecuali di Indonesia. Menurut Prof. Rully MA. Roesli, MD, PhD, FINASIM seorang ahli penyakit RS. Cipto Mangunkusumo dan anggota PB PERNEFI (Persekutuan Besar Perhimpunan Nefrologi Indonesia) kemungkinan jumlah pasien gagal ginjal meningkat dari 19.612 hingga 100 ribu (antara tahun 2014 sampai 2019). Meningkatnya populasi tersebut dikarenakan minimnya kesadaran masyarakat untuk menjalani gaya hidup sehat. Imbasnya, penyakit Chronic Kidney Disease pun mudah menjangkiti siapapun. 6 Gagal ginjal merupakan hilangnya fungsi ginjal. Gagal ginjal kronik atau Chronic Kidney Disease merupakan kerusakan ginjal progesif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal). 5 Penyebab awalnya bisa dari hal yang sepele, misalnya dehidrasi (kurang minum) yang membuat tubuh rawan terkena infeksi saluran kemih, dan kemudian dapat berkembang menjadi infeksi ginjal. Radang kronis pada penyaring ginjal (glomerulo nefritis), batu ginjal dan batu saluran kemih yang kurang perhatian dan juga obat-obatan modern maupun tradisional yang di konsumsi dalam jangka panjang dapat pula membebani

kerja ginjal. Gagal ginjal juga bisa terjadi sebagai kibat penyakit turunan. 8 Suplemen energi menjadi tren di kalangan masyarakat. Terdapat berbagai merk yang ditawarkan di pasaran. Solusi atas kurang energi, lemah, letih dan lesu adalah minum suplemen berenergi, pola pikir itulah yang kini melekat pada masyarakat. Suplemen energi biasanya di anjurkan untuk meningkatkan kecukupan gizi dan menambah energi. Namun, menurut ahli penyakit, dr. Bambang Djarwoto, Sp.P.D., KGH, Selain bahan-bahan dari tumbuhan, asam amino, dan bahan yang digunakan untuk meningkatkan Angka kecukupan gizi (AKG), suplemen (khususnya yang jenisnya untuk menambah energi) juga mengandung kafein, taurin, mineral, dan glukosa. Suplemen energi yang beredar di pasaran sekarang ini banyak yang mengandung bahan pengawet, pewarna makanan, perasa dan pemanis buatan. Zat-zat inilah yang berbahaya bagi kesehatan ginjal dan menjadi penyebab kejadiaan Chronic Kidney Disease. Saat ini suplemen energi bersifat dose-dependence, yakni makin banyak dikonsumsi, sehingga resiko untuk terjadi Chronic Kidney Disease juga semakin tinggi. 4 Berdasarkan latar belakang masalah di atas, angka kejadian Chronic Kidney Disease semakin meningkat dari tahun sebelumnya, dan kejadian Chronic Kidney Disease banyak diderita pasien pada usia yang masih muda. Konsumsi suplemen energi di perkirakan sebagai penyebab terjadinya gagal ginjal kronik sekarang ini, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Konsumsi Suplemen Energi dengan Stadium Chronic Kidney Disease di Ruang Hemodialisa RSUD Ibnu Sina Gresik Tahun 2014 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 sampai 16 April 2014 selama 2 minggu. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah analytic corelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi suplemen energi dengan stadium Chronic Kidney Disease di Ruang Hemodialisa RSUD Ibnu Sina Gresik tahun 2014. Teknik pengumpulan data dengan wawancara untuk variabel bebas dan dengan data rekam medis untuk variabel terikat, sebelumnya peneliti telah mengajukan lembar permohonan menjadi responden. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis menggunakan uji statistik Spearman Rho. HASIL PENELITIAN Penelitian ini melibatkan 28 responden, terdiri dari 21 laki-laki dan 7 perempuan. Gambaran umum distribusi responden berdasarkan jenis kelamin tampak pada tabel 1 dibawah ini : Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Hemodialisa RSUD Ibnu Sina Gresik Tahun 2014 N o Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase 1. Laki laki 21 75% 2. Perempuan 7 25% Berdasarkan tabel 1 diatas, maka lebih dari sebagian responden berjenis kelamin lakilaki, yaitu sebanyak 21 orang (75%) dan hanya sebagian kecil responden yang berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 7 orang (25%). Distribusi responden berdasarkan kelompok usia dijelaskan dalam tabel 2 dibawah ini : Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di Ruang Hemodialisa RSUD Ibnu Sina Gresik Tahun 2014 No Umur Frekuens Prosentase (Tahun) i 1. 15 24 3 10.7% 2. 25 34 12 42.9% 3. 35 44 8 28.5% 4. > 45 5 17.9% Berdasarkan tabel 2, maka hampir sebagian responden berusia 25-34 tahun, yaitu sebanyak 13 orang (42.9 %) dan hanya sebagian kecil yang berusia 15 24 tahun, yaitu sebanyak 3 orang (10.7 %). Distribusi responden berdasarkan Pekerjaan dijelaskan dalam tabel 3 dibawah ini:

Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Ruang Hemodialisa RSUD Ibnu Sina Gresik Tahun 2014 No Pekerjaan Frekuensi Prosentase 1. Swasta 18 64.3% 2. Ibu Rumah 6 21.4% Tangga 3. PNS 3 10.7% 4. Pelajar 1 3.6% Berdasarkan tabel 3 diatas, maka lebih dari sebagian responden bekerja sebagai pegawai swasta, yaitu sebanyak 18 orang (64.3 %) dan hanya sebagian kecil yang masih menjadi pelajar, yaitu sebanyak 1 orang (3.6%). Distribusi responden berdasarkan frekuensi konsumsi suplemen energi dijelaskan dalam tabel 4 dibawah ini: Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Suplemen Energi di Ruang Hemodialisa RSUD Ibnu Sina Gresik Tahun 2014 No Frekuensi Konsumsi Frekuensi Prosentase Suplemen Energi (Per Minggu) 1. Sering : 5 14 50 % bungkus 2. Kadang-kadang : 2 8 28.6% 4 bungkus 3. Jarang : 1 6 21.4% bungkus Berdasarkan tabel 4, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian responden frekuensi sering ( 5 bungkus per minggu), yaitu sebanyak 14 responden (50%), dan hanya sebagian kecil dengan frekuensi jarang ( 1 bungkus per minggu), yaitu sebanyak 6 orang (21.4%). Distribusi responden berdasarkan stadium Chronic Kidney Disease dijelaskan dalam tabel 5 dibawah ini: Tabel 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Stadium Chronic Kidney Disease di Ruang Hemodialisa RSUD Ibnu Sina Gresik Tahun 2014 No Stadium CKD Frekuensi Prosentase 1. Stadium 1 0 0% 2. Stadium 2 0 0% 3. Stadium 3 0 0% 4. Stadium 4 5 17.9% 5. Stadium 5 23 82.1% Berdasarkan tabel 5 diatas, maka hampir seluruh responden pada stadium 5, yaitu sebanyak 23 orang (82.1%) dan hanya sebagian kecil pada stadium 4, yaitu sebanyak 5 orang (17.9%). Hubungan konsumsi suplemen energi dengan stadium Chronic Kidney Disease dijelaskan dalam tabel silang dibawah ini: Tabel 6 Tabel Silang Hubungan Konsumsi Suplemen Energi dengan Stadium Chronic Kidney Disease di Ruang Hemodialisa RSUD Ibnu Sina Gresik Tahun 2014 No Frekuensi Konsumsi Stadium Chronic Kidney Disease Total Suplemen Energi Stadium 4 Stadium 5 (per Mingggu) % % % 1. Sering : 5 bungkus 0 0 14 100 14 100 2. Kadang-kadang : 2-4 0 0 8 100 8 100 bungkus 3. Jarang : 1 bungkus 5 83.3 1 16.7 6 100 Total 5 17.9 23 82.1 28 100 Pada tabel 6 diatas, menunnjukkan bahwa responden yang mengkonsumsi suplemen energi dengan frekuensi jarang atau 1 bungkus dalam seminggu, hampir seluruh r s : -614, p : 0.000 responden pada stadium 4, yaitu 5 orang (83.3%) dan sebagian kecil responden pada stadium 5, yaitu 1 orang (16.7%). Sedangkan responden yang mengkonsumsi suplemen energi dengan frekuensi kadang-kadang atau

2-4 bungkus dalam seminggu dan sering atau 5 bungkus dalam seminggu, seluruh responden pada stadium 5, yaitu 22 orang (100%). Berdasarkan uji statistic Spearman Rho menunjukkan nilai koefisien korelasi Spearman (r s ) = -614 dan nilai sig 2 tailed (p) = 0.000 sehingga dapat disimpulkan P<0.05, maka Ho di tolak artinya terdapat hubungan konsumsi suplemen energy dengan stadium Chronic Kidney Disease, PEMBAHASAN 1. Frekuensi Konsumsi Suplemen Energi Berdasarkan tabel 4 maka dapat disimpulkan bahwa sebagian pasien Chronic Kidney Disase mengkonsumsi suplemen energi dengan frekuensi sering yaitu sebanyak 14 orang (50 %), dan hanya sebagian kecil dengan frekuensi jarang yaitu sebanyak 6 orang (21.4%). Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya. Titiek Hadayati (2008), dengan judul Hubungan Hipertensi, Merokok, dan Minuman Suplemen Energi dengan Kejadian Penyakit Gagal Ginjal Kronik hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah minuman suplemen yang dikonsumsi dengan kejadian CKD di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Dari 92 responden terdapat 68 (74%) mengkonsumsi suplemen energi dengan frekuensi >5 bungkus per mingu. Sisanya 24 responden (26%) mengkonsumsi suplemen energi dengan frekuensi <5 bungkus perminggu. Teori diatas sesuai dengan hasil penelitian di ruang Hemodialisa RSUD Ibnu Sina Gresik, dimana terdapat variasi dalam frekuensi konsumsi suplemen energi. Sebagian besar pasien Chronic Kidney Disase frekuensi 5 bungkus per minggu dan hanya sebagian kecil yang mengkonsumsi suplemen energi 1 bungkus per minggu. Tingginya pasien Chronic Kidney Disase yang frekuensi sering (>5bungkus perminggu) dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : 1) Usia, 2) Jenis kelamin, dan 3) Pekerjaan. 2. Stadium Chronic Kidney Disease Berdasarkan tabel 5 maka hampir seluruh pasien Chronic Kidney Disase pada stadium 5, yaitu sebanyak 23 orang (82.1%) dan hanya sebagian kecil pada stadium 4, yaitu sebanyak 5 orang (17.9%). Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti faktor yang menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis yaitu diabetes millitus, hipertensi, batu saluran kemih, Glomerulo Nefritis Chronic (GNC), dan lain-lain. Pasien yang menjalani hemodialisa adalah pasien gagal ginjal terminal (akhir) yaitu pada stadium 5. Hampir seluruh responden berada pada stadium 5. Hanya sebagian kecil yang berada pada stadium 4, namun sudah mendekati stadium 5 yaitu dengan GFR <17ml/min/1,73 m 2. Banyaknya responden pada stadium 5 disebabkan oleh faktor keterlambatan deteksi penyakit gagal ginjal. Penanganan penyakit gagal ginjal di Indonesia dinilai belum maksimal. Minimnya fokus penanganan pada pasien dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk deteksi dini dicurigai menjadi penyebab semakin meningkatnya pasien Chronic Kidney Disease. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan keadaaan ginjal secara dini disebabkan karena pada stadium awal diagnosis Chronic Kidne Disease (CKD) mereka tidak merasakan keluhan keluhan spesifik yang muncul, kebanyakan mereka datang dengan keluhan yang sudah berat dan saat dilakukan pemeriksaan lanjutan sudah berada pada stadium terminal (stadium 5). Hal tersebut dikuatkan dengan teori Corwin (2009) yang menyatakan bahwa gagal ginjal stadium 1 tidak tampak pada tanda dan gejala klinisnya. 3. Hubungan Konsumsi Suplemen Energi dengan Stadium Chronic Kidney Disease Pada tabel 6 menunnjukkan bahwa pasien Chronic Kidney Disase yang mengkonsumsi suplemen energi dengan frekuensi jarang hampir seluruh responden pada stadium 4, yaitu 5 orang (83.3%) dan sebagian kecil pada stadium 5, yaitu 1 orang (16.7%)). Sedangkan pasien Chronic Kidney Disase yang frekuensi kadang-kadang dan sering seluruh pasien Chronic Kidney Disase pada stadium 5, yaitu 22 orang (100%). Berdasarkan uji statistic Spearman Rho menunjukkan nilai P<0.05, maka terdapat hubungan konsumsi

suplemen energi dengan stadium Chronic Kidney Disease. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya. Alfiah Kurnia (2002) dengan judul Minuman Suplemen Sebabkan Gagal Ginjal pada tikus putih yang dibagi menjadi enam kelompok, kelompok pertama tikus putih tidak diberikan minuman suplemen sebagai pengontrol, dan kelompok kedua diberikan minuman suplemen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon tikus putih yang diberikan minuman suplemen tampak lebih aktif dari tikus control yang tidak diberikan minuman suplemen, terlebih yang diberikan minuman suplemen 0,05 mg, respon yang ditampakkan menjadi hiperaktif. Pada tikus putih yang diberikan 0.03 mg ternyata disertai gejala lain, yaitu kerontokan pada bulunya. Terlebih pada tikus yang diberikan 0.05 mg, bila dikategorikan ke manusia dapat dikatakan manusia mengalami gangguan pada organorgan vital tubuh, seperti jantung, otak, saraf, dan hati. Setelah hari ke-35, bila dikonversikan dengan manusia sama dengan 35 bulan atau sekitar tiga tahun, glomerulus tikus putih yang diberi perlakuan minuman suplemen mulai 0,01-0,05 mg/kgbb/hari mengalami kerusakan piknosisi dan nekrosis. Kelompok perlakuan minuman suplemen 0,05 mg/kgbb/hari, mengalami kerusakan yang paling parah dari kelompok intervensi lainya, karena glomerulus mereka mengalami piknosisi (sel mati), nekrosis total (inti sel mengalami kehancuran), dan kapsula bowman berongga. Kondisi serupa juga terjadi pada tubulus kontortus. Kerusakan pada dua sel ginjal itulah yang mengakibatkan gagal ginjal. Hasil penelitian menyebutkan bahwa pasien yang mengkonsumsi suplemen energi dengan frekuensi jarang juga dapat menyebabkan Chronic Kidney Disease, hal ini disebabkan kandungan suplemen energi yang sangat berbahaya. Hampir seluruh pasien yang frekuensi jarang pada stadium 4. Peneliti menyimpulkan bahwa semakin sering frekuensi konsumsi suplemen energi maka semakin tinggi stadium Chronic Kidney Disease. Hal ini disebabkan karena suplemen energy mengandung beberapa zat kimia yang berbahaya seperti bahan pengawet, pewarna makanan, perasa dan pemanis buatan. Jika dikonsumsi maka glomerulus mereka akan mengalami kematian sel, kehancuran inti sel dan kapsula bowman berongga. Sehingga semakin sering dikonsumsi maka dapat menyebakan kerusakan ginjal yang semakin cepat dan mempengaruhi stadium gagal ginjal atau stadium gagal ginjal semakin tinggi. Selain konsumsi suplemen energi, terdapat faktor lain yang dapat menyebabkan Chronic Kidney Disease, salah satunya yaitu jajanan anak-anak. Makanan tersebut banyak mengandung pewarna tekstil, formalin, boraks, penyedap dan pemanis buatan sehingga dapat memicu terjadinya gagal ginjal. Zat-zat tersebut merusak ginjal karena bercampur didalam darah. Ginjal yang bertugas utuk membersihkan darah akan menyaring zat-zat kimia tersebut, akhirnya racun dari bahan kimia itu akan merusak system kerja ginjal dan menyebabkan gagal ginjal. 7 Dengan adanya hasil penelitian ini dapat dilakukan pencegahan dan pengubahan pola hidup. Pola hidup sehat seperti olahraga tiap hari diharapkan dapat mencegah kemungkinan penyakit tersebut. Selain itu juga perlu ditunjang dengan makanan yang sehat, tidak berlemak dan gizi berimbang. Sedangkan bagi orang dewasa yang telah berusia mulai 40 tahun tampaknya jangan ragu melakukan pemeriksaan rutin. Cek kesehatan itu menjadi penting untuk mengontrol fungsi organ-organ penting didalam tubuh, salah satunya fungsi ginjal. Bila melakukan cek kesehatan secara rutin tentu akan lebih dini diketahui jika memang ditemui ada sesuatu dengan keadaan ginjalnya. Pada pasien yang sudah mengalami gangguan pada ginjalnya perlu mendapatkan perhatian lebih baik dari penderita sendiri, keluarga, maupun tim medis terutama dalam penatalaksanaannya, sebab prevalensi dan komplikasi yang ada cukup banyak. KESIMPULAN DAN SARAN Terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi suplemen energi dengan stadium Chronic Kidney Disease di Ruang Hemodialisa RSUD Ibnu Sina Gresik tahun 2014 Untuk itu perlu dilakukan penelitian dasar untuk mengungkap kandungan yang mana paling berbahaya dalam suplemen energi dan bagaimana mekanisme kandungan suplemen energi

DAFTAR PUSTAKA Corwin, Elizabeth, J. 2009. Pathofisiologi, edisi 3, alih bahasa Nike Budhi Subekti. Jakarta : EGC Hadayati, Titiek. 2008. Hubungan antara Hipertensi, Merokok dan Minuman Suplemen Energi dan Kejadian Penyakit Ginjal Kronik. http://berita-kedokteranmasyarakat.org/index.php/bkm/article/vie w/139/64. Diakses : tanggal 4 Desember 2013 Kurnia, Alfiah. 2002. Bila Dikonsumsi Tiga Tahun, Suplemen Energi Sebabkan Sakit Ginjal. http://www.suaramerdeka.com/harian/02 09/05/slo4.htm. Diakses : tanggal 4 Desember 2013 Lubis, Petti. 2009. Kandungan Bahan kimia pada suplemen energy diduga bisa tingkatkan resiko gangguan ginjal kronis. http://us.m.log.viva.co.id/news/read/1146 52_minum_suplemen_energi_setiap_hari _berbahaya_. Diakses : tanggal 21 November 2013 Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan System Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika PERNEFRI (Perkumpulan Nefrologi Indonesia). 2012. Chronic Kidney Dieases. Jakarta : CV. Aksara Buana Syari ah, Fitri. 2013. Awas Jajanan Anak Sekolah Tak Sehat Picu Gagal Ginjal. http://m.liputan6.com/health/read/651 964/awas-jajanan-anak-sekolah-taksehat-picu-gagal-ginjal. Di akses : tanggal 20 Mei 2014 Tim Redaksi Vitha Health. 2008. Gagal Ginjal Kronis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama