PERKEMBANGAN EMBRIO PRAIMPLANTASI MENCIT

dokumen-dokumen yang mirip
SW PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH

Y PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK

2014 PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH

2014 PENGARUH EKSTRAK RIMPANG JAHE MERAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi (Sugiri, 2009), yakni

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara tropis yang kaya akan tumbuh-tumbuhan, dimana

BAB I PENDAHULUAN. atau kesehatan, tetapi juga budaya. Budaya minum jamu ini masih terpelihara di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih,

BAB III METODE PENELITIAN. > 6 ekor

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah ,68 KM 2. menekan tingkat laju pertumbuhan penduduk adalah dengan menekan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2000, kematian akibat kanker. diperkirakan mencapai 7 juta kematian (12% dari semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray].

BAB 1 PENDAHULUAN. sudah semakin meluas, tetapi pemakaian obat tersebut tanpa mempertimbangkan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di

2015 PROFIL LIPID MENCIT HIPERLIPIDEMIA SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, spesies merupakan tanaman obat dan 4500 spesies diantaranya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

TINJAUAN PUSTAKA Fertilisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan tanaman obat dan produk-produk alam yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adella Anfidina Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2001) dan menurut infomasi tahun 2007 laju pertumbuhan penduduk sudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pinang (Areca catechu L.) atau jambe dalam Bahasa Sunda merupakan

I. PENDAHULUAN. Konsumen spa khususnya di Bali sudah menyadari bahaya dari bahan bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keempat tertinggi setelah Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat (Siahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun. temurun oleh masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam upaya

EMILDA No.BP :

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tahun-tahun terakhir ini muncul suatu fenomena dimana pengobatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Lampiran 1. Jumlah Zigot yang Membelah >2 Sel pada Hari Kedua

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Selain itu, pengobatan antidiare juga dapat menggunakan obat-obat kimia. Salah satu contohnya adalah loperamid. Loperamid HCL memiliki efek samping

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Henny Natalya Sari, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ayam pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (ayam

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan manfaatnya (Sudewo, 2004; Tjokronegoro, 1992). zingiberaceae, yaitu Curcuma mangga (Temu Mangga). Senyawa fenolik pada

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

BAB 1. PENDAHULUAN. dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas kompor rumah tangga

2016 PENGARUH BUBUK RIMPANG TEMU PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. pendidikan, perumahan, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lingkungan (Shah et al.

hepatotoksisitas bila digunakan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama atau tidak sesuai aturan, misalnya asetosal dan paracetamol

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

UJI EFEK ANTIFERTILITAS EKSTRAK AIR AKAR SIDAGURI (Sida rhombifolia Linn) TERHADAP MENCIT BETINA

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tubuh yang tidak normal dan tak terkontrol. Sel-sel tersebut terbentuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dentin kemudian ke pulpa (Tarigan, 2013). Penyakit karies dapat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR

BAB I PENDAHULUAN. bahwa prevalensi alergi terus meningkat mencapai 30-40% populasi

TIPE KEMATIAN SEL HeLa SETELAH PAPARAN EKSTRAK ETANOLIK CURCUMA LONGA

Teratogenitas Senyawa Flavonoid Dalam Ekstrak Metanol Daun Benalu (Dendrophthoe pentandra (L) Miq. ) pada Mus musculus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang kaya akan tumbuhtumbuhan. Banyak sekali tanaman yang berkhasiat sebagai bahan obat telah digunakan secara

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

benua Amerika yang beriklim tropis pada ketinggian m di atas permukaan laut (Faridah, 2007). Tanaman berduri ini termasuk dalam klasifikasi

I. PENDAHULUAN. kekayaan lautnya. Di Indonesia terdapat jenis tumbuhan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kolesterol dalam darah memainkan peranan penting terjadi aterosklerosis.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. negara berkembang seperti Indonesia (Stella et al, 2012). S. typhii adalah bakteri

BAB I PENDAHULUAN. (Wasser, 2002). Polisakarida mempunyai kemampuan untuk meningkatkan sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMBAHASAN Pengaruh Efek Whitten terhadap Siklus Estrus dan Perkawinan pada Mencit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan sel, dan menjadi penyebab dari berbagai keadaan patologik. Oksidan

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur perbaikan Deoxyribonucleic Acid (DNA) sehingga

TINJAUAN PUSTAKA Radiasi Gelombang Elektromagnetik

BAB I PENDAHULUAN. tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis (Ismail 2009 cit Kozier

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

AFRILLIA NURYANTI GARMANA

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Millati Hanifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kedondong hutan (Spondias pinnata), suku Anacardiaceae,

I. PENDAHULUAN. banyak penyakit yang muncul. Salah satu penyakit yang muncul akibat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. tanaman obat tradisional. Sellaginella adalah tumbuhan yang mengandung

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini industri dan perdagangan produk herbal serta suplemen makanan di seluruh dunia yang berasal dari bahan alami cenderung mengalami peningkatan. Di Indonesia, hal tersebut diikuti oleh pesatnya perkembangan industri jamu, makanan dan minuman kesehatan, obat tradisional ataupun obat herbal terstandar dengan bahan baku alami. Hal ini didasari karena Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber bahan obat tradisional. Selain itu, masyarakat Indonesia sudah menggunakan obat tradisional secara turun temurun. Tanaman obat mempunyai beberapa keunggulan diantaranya mudah didapat, mudah dalam penggunaannya dan harganya relatif murah (Zein, 2005). Penggunaan obat tradisional dinilai lebih aman dari penggunaan obat modern karena memiliki efek samping yang relatif lebih rendah. Ketepatan dalam penggunaan obat pun harus diperhatikan seperti kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan informasi, tanpa penyalahgunaan dan ketepatan dalam pemilihan obat untuk indikasi tertentu (Sari, 2006). Salah satu jenis tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional adalah kunyit. Tanaman dengan nama ilmiah Curcuma domestica ini merupakan tanaman dari familia Zingiberaceae yang secara luas dibudidayakan di Asia, India, China dan negara lain yang mempunyai iklim tropis (Kumar et al,. 2011). Selain sebagai obat tradisional, kunyit juga dimanfaatkan sebagai pewarna alami dan bumbu masakan. Bagian tanaman kunyit yang paling banyak dimanfaatkan adalah rimpangnya. Dalam bidang medis diketahui bahwa senyawa yang dikandung oleh rimpang kunyit dapat berkhasiat sebagai antikanker (Rini dkk., 2011), antiimplantasi (Yadav dan Jain, 2010), antiinflamasi (Jurenka, 2009), antidiabetes, antioksidan, antikarsinogenik (Chattopadhyay et al., 2004) dan antikoagulan (Sumastuti, 1987). Munggaran, Adyla W. 2014 PENGARUH EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PRAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus) SWISS WEBSTER Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2 Seperti yang sudah dijabarkan, penggunaan obat tradisional harus diperhatikan. Bagi orang awam bisa saja penggunaan obat tradisional menyebabkan kerugian karena tidak adanya pengetahuan tentang dasar penggunaan obat tradisional. Pada pengobatan tradisional, kunyit dapat berperan sebagai zat antifertil. Selain itu, dengan berbagai macam ekstraksi telah diketahui bahwa kunyit dapat menurunkan angka kehamilan pada mencit betina (Garg et al,. 1978; Yadav dan Jain, 2010). Adanya efek antiferlititas pada kunyit mengharuskan kita untuk memperhatikaan penggunaannya, terutama pada wanita yang merencanakan kehamilan. Hewan uji yang dipilih merupakan mencit (Mus musculus) Swiss Webster. Mencit banyak digunakan dalam penelitian tentang reproduksi karena kemampuannya menghasilkan sel telur yang banyak, berukuran kecil, jinak, ekonomis dan mudah digunakan. Selain itu mencit juga mudah didapatkan, dipelihara, dan dikembangbiakkan. Hewan uji ini dapat berkembangbiak pada suhu 64-79 o F dan kelembaban antara 40-60%. Biasanya mencit aktif pada malam hari (IACUC, 2009). Mencit dewasa siap kawin berusia empat sampai tujuh minggu. Pada saat mencit mencapai masa estrus, perkawinan biasanya terjadi pada malam hari dan ovulasi terjadi setelah delapan sampai sepuluh jam kemudian. Pada saat satu kali ovulasi, mencit mampu menghasilkan delapan sampai 12 oosit, tergantung pada galurnya. Ovulasi terjadi pada pertengahan siklus gelap antara jam 19.00-05.00 (Hogan et al.,1994). Kehamilan ditentukan oleh berhasilnya proses fertilisasi. Hasil fertilisasi ini merupakan zigot yang akan mengalami pembelahan. Perkembangan sel embrio setelah menjadi zigot mula-mula akan berkembang menjadi dua sel sampai terbentuknya morula dan blastokista. Morula merupakan perkembangan embrio yang menyerupai anggur yang diselaputi oleh zona pelusida. Setelah itu morula akan berkembang menjadi blastokista setelah terbentuknya rongga yang berisi cairan di dalamnya. Blastokista tumbuh menjadi dua jaringan, yaitu embrioblast (inner cell mass) dan tropoblas. Setelah itu zona pelusida akan pecah dan polosit yang masih berada di luar ovum akan hancur. Blastokista ini akan mengalir ke uterus dengan bantuan mikrofili pada uterus (Yatim, 1994).

3 Embrio tahap blastokista merupakan tahap yang paling rentan dalam perkembangan embrio. Pada tahapan ini, embrio belum mengalami implantasi. Bagian Inner Cell Mass (ICM) merupakan bagian pada embrio tahap blastokista yang paling rentan terhadap suatu teratogen (Kola dan Folb, 1985). Jika selama perkembangan embrio sebelum implantasi terdapat gangguan dari senyawa toksik, maka akan mengakibatkan embrio mati atau tumbuh normal tergantung dari derajat kerusakan yang dialaminya (Nagao, 1986 dalam Priyandoko, 2003). Kegagalan implantasi merupakan salah satu perkembangan abnormal dari kehamilan yang akan menyebabkan aborsi spontan (Avant, 1983 ; Rusmiati, 2009). Sifat sitotoksik pada kunyit bisa menghambat perkembangan embrio dalam tahapan praimplantasi. Hal tersebut terjadi karena adanya pengurangan jumlah sel embrio pada tahap blastokista setelah adanya induksi dari ekstrak rimpang kunyit dengan dosis yang lebih besar. Selain itu, kurkumin yang dikandung pada kunyit menyebabkan apoptosis pada perkembangan embrio tahap blastokista (Chen et al., 2010). Jadi selain adanya keuntungan, kunyit ini juga mempunyai sifat sitotoksik. Informasi di atas mendorong peneliti untuk mengetahui apakah pengaruh dari ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) yang diberikan pada mencit dari masa kebuntingan hari ke-0 sampai hari ke-3. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut, Apakah pengaruh ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap perkembangan embrio praimplantasi, abnormalitas embrio, dan ukuran diameter blastokista pada mencit (Mus musculus) Swiss Webster? C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukan, maka dapat dijabarkan kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

4 1. Apakah pemberian ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) berpengaruh terhadap perkembangan embrio praimplantasi pada mencit (Mus musculus) Swiss Webster? 2. Apakah ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) berpengaruh terhadap terbentuknya embrio abnormal dari mencit (Mus musculus) Swiss Webster? 3. Apakah ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) berpengaruh terhadap ukuran diameter blastokista mencit (Mus musculus) Swiss Webster? D. Batasan Masalah Masalah dalam penelitian ini dibatasi agar tidak meluas dalam pelaksanaannya, ada pun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagian tanaman yang akan digunakan sebagai ekstrak adalah rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) yang diperoleh dari Balitro (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat). 2. Metode yang digunakan dalam pembuatan ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) adalah aqueos extract. 3. Ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) diberikan kepada mencit (Mus musculus) secara oral dengan menggunakan jarum gavage dari hari ke-0 sampai hari ke-3. 4. Hewan uji yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) Swiss Webster betina dengan usia 8-10 minggu dan memiliki berat badan konstan 25-31 gram. 5. Parameter yang diukur antara lain persentase tahapan perkembangan embrio, abnormalitas embrio dan ukuran diameter embrio tahap blastokista pada mencit (Mus musculus) Swiss Webster. 6. Tahapan perkembangan embrio praimplantasi diantaranya adalah pembelahan 1-8 sel, morula belum mampat, morula mampat, blastokista awal dan blastokista akhir. 7. Dosis ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) yang digunakan yaitu sebanyak 140 mg/kg BB/hari; 280 mg/kg BB /hari dan 700 mg/kg BB /hari.

5 E. Tujuan 1. Mengetahui pengaruh ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap perkembangan embrio praimplantasi. 2. Mengetahui pengaruh ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap abnormalitas embrio. 3. Mengetahui pengaruh ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap ukuran diameter blastokista pada mencit (Mus musculus) Swiss Webster. F. Manfaat Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap perkembangan embrio praimplantasi, abnormalitas embrio dan ukuran diameter embrio mencit (Mus musculus) Swiss Webster. Selain itu, dapat digunakan sebagai informasi ilmiah baru untuk para peneliti atau pun mahasiswa dalam mengetahui dan menganalisis pengaruh ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) pada aspek reproduksi mencit betina, baik ekstrak kasar maupun ekstrak zat yang terkandung pada kunyit. Bagi masyarakat, penelitian ini bermanfaat sebagai referensi dan saran bagi wanita yang akan memprogram kehamilan supaya berhati-hati dalam mengkonsumsi kunyit. G. Asumsi Adapun asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Ekstrak aqueos dari Curcuma longa memiliki kemampuan sebagai alat kontrasepsi post-coital dengan menghambat aktivitas praimplantasi embrio mencit (Mus musculus) (Yadav dan Jain, 2010). 2. Ekstrak rimpang kunyit dapat menyebabkan apoptosis pada sel-sel embrio tahap praimplantasi (Chen et al., 2010). 3. Senyawa kurkumin pada kunyit dapat menginduksi apoptosis pada kanker paruparu manusia (Pillai et al., 2003).

6 4. Pemberian kurkumin selama periode inisiasi dan post-inisiasi terbukti memberikan efek anti kanker yang ditandai dengan penurunan proliferasi, peningkatan apoptosis dan perbaikan pola diferensiasi sel (Rini dkk., 2011). H. Hipotesis Berdasarkan asumsi yang telah dipaparkan, hipotesis pada penelitian ini adalah: 1. Pemberian ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) dapat mengganggu perkembangan embrio praimplantasi pada mencit (Mus musculus) Swiss Webster. 2. Pemberian ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) dapat meningkatkan persentase embrio abnormal pada mencit (Mus musculus) Swiss Webster. 3. Pemberian ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) dapat menurunkan diameter blastokista pada mencit (Mus musculus) Swiss Webster.