IV APLIKASI PERMASALAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
Penyelesaian Masalah Konektivitas di Area Konservasi dengan Algoritme Heuristik

Tantangan Implementasi Peraturan Presiden No. 13/2012 tentang. RTR Pulau Sumatera dalam Upaya Penyelamatan Ekosistem Sumatera

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera dalam Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang RTR Pulau Sumatera

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

VISI HIJAU UNTUK SUMATRA

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

19 Oktober Ema Umilia

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN


PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Disampaikan Pada Acara :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

I. PENDAHULUAN. Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA adalah kawasan dengan ciri khas

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.1

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan aslinya (Hairiah, 2003). Hutan menjadi sangat penting

SMP NEGERI 3 MENGGALA

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

2. Dinamika ekosistem kawasan terus berubah (cenderung semakin terdegradasi),

v 2 v 5 v 3 Gambar 3 Graf G 1 dengan 7 simpul dan 10 sisi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

Keputusan Kepala Bapedal No. 56 Tahun 1994 Tentang : Pedoman Mengenai Dampak Penting

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

Berikut beberapa penyebab kepunahan hewan dan tumbuhan: 1. Bencana Alam

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

I. PENDAHULUAN. lebih dari jenis tumbuhan terdistribusi di Indonesia, sehingga Indonesia

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

B. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota Wilayah Indonesia Barat

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PELESTARIAN HUTAN DAN KONSERFASI ALAM

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WANDA KUSWANDA, S.HUT, MSC

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN III

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

Klasifikasi Udang Air Tawar Peranan Udang Air Tawar dalam Ekosistem

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG

BAB III GAMBARAN KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS (TNBD)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. alam, dewasa ini lebih banyak dituangkan dalam program kerja kegiatan

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 46 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN

Identifikasi Lokasi Prioritas Konservasi di Indonesia Berdasarkan Konektivitas Darat-Laut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat

Transkripsi:

IV APLIKASI PERMASALAHAN Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki kekayaan alam yang sangat besar dengan aneka tipe ekosistem mulai dari pegunungan, hutan kapur, lahan basah, kawasan laut, terumbu karang, serta keanekaragaman satwaliar dan tumbuhan alam yang banyak, di antaranya termasuk ke dalam spesies endemik dan langka. Namun, pertumbuhan penduduk di Indonesia dapat merusak habitat bahkan dapat memusnahkan satwaliar yang dilindungi. Untuk itu, pemerintah Indonesia harus membantu melestarikan keanekaragaman satwaliar dengan cara menetapkan hutan konservasi yaitu kawasan hutan yang memiliki fungsi untuk melestarikan keanekaragaman tumbuhan alam, satwaliar, dan ekosistemnya. Di samping itu, kawasan konservasi juga dapat menghasilkan jasa lingkungan dan objek wisata alam. Hutan konservasi dapat dibagi menurut fungsinya, yaitu kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan taman buru. Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik daratan maupun perairan, yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pelestarian keanekaragaman tumbuhan, satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Kawasan suaka alam dibagi 2 yaitu cagar alam dan suaka margasatwa (DJPHKA 2006). Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik daratan maupun perairan, yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pelestarian keanekaragaman spesies tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan pelestarian alam dibagi 3, yaitu taman nasional, taman wisata alam, dan taman hutan raya. Taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata berburu (DJPHKA 2006). Pada karya tulis ini akan dibahas masalah konektivitas yang terjadi di dalam area atau kawasan konservasi. 4.1 Permasalahan Konektivitas Masalah konektivitas yang dibahas pada karya tulis ini berkaitan dengan pelestarian keanekaragaman satwaliar yang dilindungi oleh hukum pemerintah. Area konservasi pada Gambar 19 merupakan area konservasi yang terletak di Provinsi Jambi (I), Riau (II), dan Sumatera (III). Area konservasi pada Gambar 19, dibagi menjadi beberapa wilayah atau kabupaten. Pembagian berdasarkan kabupaten bertujuan menemukan sekumpulan tempat yang memiliki keanekaragaman satwaliar yang lengkap. III II Keterangan 1,2,3,,9 adalah kabupaten di Provinsi Jambi, 10,11,,14 adalah kabupaten di Provinsi Riau, 15,16,,20 adalah kabupaten di Provinsi Sumatera, Ibukota Provinsi I Gambar 19 Peta Kabupaten-kabupaten di Jambi (I), Riau (II), dan Sumatera (III).

11 Data yang diperlukan untuk memecahkan masalah konektivitas di dalam area konservasi ialah i. data penyebaran satwaliar di setiap kabupaten, ii. akses/jalan yang menghubungkan dua kabupaten. Masalah konektivitas yang dibahas pada karya tulis ini adalah memilih beberapa area konservasi pada kabupaten yang terhubung (adjacent) sehingga semua spesies terwakili di dalam area konservasi yang terpilih. Kabupaten-kabupaten yang dipakai dalam karya ilmiah ini ada 20 kabupaten yang terletak pada 3 provinsi, yaitu Jambi (I), Riau (II), dan Sumatera (III) (Tabel 2), sedangkan spesies satwaliar yang dibahas dalam karya ilmiah ini ada 10 spesies satwaliar (Tabel 3). Tabel 2 Nama-nama kabupaten beserta 10 spesies satwaliar yang ada di Provinsi Jambi, Riau, dan Sumatera No Nama Kabupaten Provinsi Spesies satwaliar 1 Kerinci Jambi rangkong, harimau sumatera, badak tapir, elang alap, gajah sumatera. 2 Merangin Jambi rangkong, harimau sumatera, badak tapir, elang alap, gajah sumatera. 3 Sarolangun Jambi harimau sumatera, beruang madu, siamang. 4 Batanghari Jambi harimau sumatera, beruang madu, siamang. 5 Muara Jambi Jambi harimau sumatera, badak sumatera, kancil, tapir. 6 Tanjung Jabung Timur Jambi rangkong, harimau sumatera, siamang, kancil. 7 Tanjung Jabung Jambi harimau sumatera, badak sumatera, kancil, tapir. 8 Bungo Jambi rangkong, harimau sumatera, beruang madu, siamang, kancil. 9 Tebo Jambi rangkong, siamang, kancil. 10 Kampar Riau beruang madu, siamang, kancil, tapir. 11 Kuantan Singingi Riau harimau sumatera, beruang madu, siamang, kancil, tapir. 12 Indragiri Hilir Riau rangkong, siamang, kancil. 13 Indragiri Hulu Riau rangkong, harimau sumatera, siamang, kancil, tapir. 14 Pelalawan Riau beruang madu, kancil, tapir.

12 Tabel 2 Nama nama kabupaten beserta 10 spesies satwaliar yang ada di Provinsi Jambi, Riau dan Sumatera (lanjutan) No Nama Kabupaten Provinsi Spesies satwaliar 15 Pesisir Selatan Sumatera 16 Solok Sumatera 17 Sawahlunto Sumatera 18 Agam Sumatera 19 Tanah Datar Sumatera 20 Padang Pariaman Sumatera rangkong, harimau sumatera, badak tapir, elang alap, gajah sumatera. rangkong, harimau sumatera, badak tapir, elang alap, gajah sumatera. rangkong, harimau sumatera, badak tapir, gajah sumatera. rangkong, harimau sumatera, siamang, tapir. harimau sumatera, siamang, kancil. harimau sumatera, beruang madu. Sumber: [DJPHKA 2007]. Tabel 3 Penyebaran spesies Spesies Tempat penyebaran spesies Rangkong 1,2,6,8,9,12,13,15,16,17,18 Harimau sumatera 1,2,3,4,5,6,7,8,11,13,15,16,17,18,19,20 Badak sumatera 1,2,5,7,15,16,17 Beruang madu 1,2,3,4,8,10,11,14,15,16,17,20 Kucing emas 1,2,15,16,17 Siamang 3,4,6,8,9,10,11,12,13,18,19 Kancil 5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,19 Tapir 1,2,5,7,10,11,13,14,15,16,17,18 Elang alap 1,2,15,16 Gajah sumatera 1,2,15,16,17 Sumber: [DJPHKA 2007].

13 Spesies satwaliar yang dibahas dalam karya ilmiah ini dapat dilihat pada Gambar 20. ( a ) ( b ) ( c ) ( d ) ( e ) ( f ) ( g ) ( h ) ( i ) ( j ) Gambar 20 Satwaliar yang dipilih meliputi (a) rangkong, (b) badak sumatera, (c) kucing emas, (d) tapir, (e) kancil, (f) siamang, (g) elang alap, (h) gajah sumatera, (i) beruang madu, (j) harimau sumatera. 4.2 Penyelesaian Masalah Konektivitas dengan Algoritme Heuristik G 1 : 18 113 10 33 14 39 113 108 54 19 99 20 40 13 12 11 35 83 104 30 61 17 59 95 16 191 73 97 7 61 158 46 9 6 15 165 8 116 84 78 50 132 1 4 5 2 118 116 69 3 Gambar 21 Representasi graf dari area konservasi pada Gambar 19.

14 Graf G 1 pada Gambar 21 merupakan representasi graf dari Gambar 19. Representasi graf dilakukan dengan memisalkan area konservasi pada kabupatenkabupaten di provinsi Jambi, Riau, dan Sumatera sebagai simpul-simpul di graf G 1, sedangkan akses/jalan dimisalkan sebagai sisi-sisi graf G 1 yang menghubungkan dua kabupaten dengan bobot pada sisi graf menyatakan jarak (dalam km) di antara 2 kabupaten. Misalkan simpul i mewakili area pada kabupaten ke-i, dengan i=1,2,..,20. LANGKAH 1 Penentuan Kover dengan Model ILP Misalkan V is adalah area pada kabupaten i yang dihuni oleh satwaliar s, dengan i=1,2,,20 dan s adalah satwaliar yang dilindungi, yaitu rangkong, harimau sumatera, badak siamang, kancil, tapir, elang alap, dan gajah sumatera. Untuk memformulasikan ILP, misalkan didefinisikan variabel biner x i, yaitu: Jika area konservasi 1 ; pada kabupaten i yang dipilih xi = jika area konservasi 0 ; pada kabupaten i yang tidak dipilih i=1,2,..,20. Jadi, formulasi matematika (P 3 ) akan digunakan untuk menyelesaikan masalah konektivitas. Fungsi objektifnya adalah meminimumkan banyaknya area yang dipilih pada beberapa kabupaten. 20 Minimumkan x i= 1 i (P 3 ) dengan kendala 1. Setiap satwaliar paling sedikit berada pada satu kabupaten. a) Rangkong K={1,2,6,8,9,12,13,15,16,17,18} 1, K V is b) Harimau sumatera K={1,2,3,4,5,6,7,8,11,13,15,16,17, 18,19, 20} c) Badak sumatera K={1,2,5,7,15,16,17} d) Beruang madu K={1,2,3,4,8,10,11,14,15,16,17, 20} e) Kucing emas K={1,2,15,16,17} f) Siamang K={3,4,6,8,9,10,11,12,13,18,19} g) Kancil K={5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,19} h) Tapir K={1,2,5,7,10,11,13,14,15,16,17, 18} x i i) Elang alap K={1,2,15,16} x i j) Gajah sumatera K={1,2,15,16,17} x i 2. x {0,1} ; i Vis i Masalah ILP (P 3 ) selanjutnya diselesaikan dengan LINGO 11.0, dan dihasilkan solusi ILP yaitu: x 2 = 1 dan x 19 = 1 variabel lainnya bernilai 0. dan fungsi objektifnya adalah 2 (Lampiran 3). Hal ini berarti area yang terpilih adalah area pada Kabupaten Merangin dan Kabupaten Tanah Datar. Di kedua tempat tersebut terdapat semua satwaliar yang dilindungi seperti rangkong, harimau sumatera, badak Tapir, elang alap, gajah sumatera, siamang, dan kancil. Namun, pada graf G 2 (Gambar 22) dapat dilihat bahwa Kabupaten Merangin dan Kabupaten Tanah Datar tidak terhubung. G 2 : Gambar 22 Kabupaten Merangin dan Kabupaten Tanah Datar tidak terhubung.

15 LANGKAH 2 Penyambungan komponen kover tidak terhubung Pada LANGKAH 2, dilakukan penyambungan komponen kover tidak terhubung dengan mencari path terpendek dari dua komponen kover tidak terhubung yaitu komponen 2 dan komponen 19. Misalkan diberikan graf G 1 pada Gambar 21, kemudian akan ditentukan path terpendek dari simpul 2 ke simpul yang lainnya di graf G 1 beserta jaraknya. Dengan menggunakan algoritme Dijkstra (lihat Lampiran 4) akan diperoleh path terpendek dari simpul 2 ke simpul lainnya di graf G 1. Path terpendek dari simpul 2 ke simpul lainnya di graf G 1 dapat dilihat pada Gambar 23. G 3 : Gambar 23 Path terpendek dari simpul 2 ke simpul lainnya di graf G 1. Dari LANGKAH 2 akan didapat path terpendek dari simpul 2 ke simpul 19, dan path terpendeknya adalah path terpendek Q=2 8 17 19 dengan jarak 276 km. Path terpendek Q dapat digambarkan dengan graf G 4 pada Gambar 24. G 4 : diperlukan kover terhubung yang minimum. Selanjutnya, graf G 4 akan diperiksa apakah kover Q yang dihasilkan adalah kover terhubung yang minimum. Proses akan dilanjutkan ke LANGKAH 3. LANGKAH 3 Pemangkasan/Penghapusan simpul. Iterasi 1 1) Tentukan simpul yang adjacent dengan 1 simpul di path terpendek Q dengan mencari neighborhood dari simpulsimpul pada path terpendek Q (lihat Gambar 24) yang akan diberikan pada Tabel 4. Tabel 4 Simpul yang adjacent dengan simpulsimpul dari path terpendek Q Gambar 24 Path terpendek dari simpul 2 ke simpul 19. Graf G 4 merupakan graf terhubungkan dan juga kover, sehingga graf G 4 merupakan kover terhubung, akan tetapi untuk menyelesaikan masalah konektivitas Simpul v Neighborhood (v) 2 8 8 2 dan 17 17 8 dan 19 19 17

16 simpul yang adjacent dengan satu simpul di path terpendek Q yaitu simpul 2 dan simpul 19 (lihat Tabel 4). 2) Pilih dan tandai salah satu simpul yang adjacent dengan satu simpul di path terpendek Q, misalkan simpul 2. 3) Hapus sementara salah satu simpul yang sudah ditandai, misalkan simpul 2 sehingga himpunan simpul yang tersisa V(G 4 ) baru ={8, 17, 19}. Periksa himpunan simpul V(G 4 ) baru apakah kover terhubung atau bukan. Setelah diperiksa, V(G 4 ) baru adalah bukan kover (lihat Lampiran 5) karena pada V(G 4 ) baru tidak terdapat satwaliar elang alap. Hal ini berarti simpul 2 tidak dapat dihapus. Jadi, himpunan simpul yang diperoleh tetap V(G 4 )={2,8,17,19}. Lanjutkan ke Tahap 2. Tahap 2 Iterasi 1 1) Diketahui himpunan simpul dari Tahap 1 adalah V(G 4 )={2,8,17,19} yang merupakan kover yang terhubungkan. Neighborhood dari simpul-simpul pada V(G 4 )={2,8,17,19}. yang akan diberikan pada Tabel 5. Tabel 5 Simpul yang adjacent dengan simpul-simpul dari V(G 4 )={2,8, 17,19} Simpul v Neighborhood (v) 8 2 dan 17 17 8 dan 19 19 17 simpul yang adjacent dengan satu simpul di V(G 4 ) adalah simpul 19. 2) Pilih simpul 19. 3) Hapus sementara simpul 19 dari V(G 4 ) sehingga himpunan simpul V(G 4 ) menjadi V(G 4 ) baru ={2,8,17}. Periksa himpunan simpul V(G 4 ) baru ={2,8,17} apakah kover terhubungkan atau bukan. Setelah diperiksa ternyata V(G 4 ) baru merupakan kover (lihat Lampiran 6), dan graf yang diinduksi oleh {2,8,17} merupakan graf yang terhubungkan, maka himpunan simpul {2,8,17} merupakan kover terhubungkan. Karena himpunan simpul {2,8,17} merupakan kover terhubungkan, maka simpul 19 dapat dihapus dari V(G 4 ). Jadi, himpunan simpul V(G 4 )={2,8,17} sehingga path terpendek Q berubah jadi path terpendek Q baru = 2-8-17 Iterasi 2 1) Diketahui himpunan simpul dari Tahap 1 adalah V(G 4 )={2,8,17} yang merupakan kover yang terhubungkan. Neighborhood dari simpul-simpul pada V(G 4 )={2,8,17,19}. yang akan diberikan pada Tabel 6. Tabel 6 Simpul yang adjacent dengan simpul-simpul dari V(G 4 )={2, 8,17} Simpul v Neighborhood (v) 8 2 dan 17 17 8 simpul yang adjacent dengan satu simpul di V(G 4 ) adalah simpul 17. 2) Pilih dan tandai simpul 17. 3) Hapus sementara simpul 17, sehingga V(G 4 ) baru ={2,8}. Himpunan V(G 4 ) baru adalah kover karena simpul-simpul di V(G 4 ) baru, terdapat semua satwaliar (lihat Lampiran 7), dan subgraf yang diinduksi oleh {2,8} merupakan graf terhubung (lihat Gambar 25). Oleh karena itu, simpul 17 dapat dihapus. Jadi, himpunan simpulnya berubah V(G 4 ) baru ={2,8}, sehingga V(G 4 ) baru adalah kover terhubung minimum. G 5 : Gambar 25 Graf G 5 =(V 5,E 5 ) dengan simpul-simpulnya adalah kover terhubung yang minimum. Area konservasi yang dipilih dari algoritme heuristik adalah area yang berada di Kabupaten Merangin dan Kabupaten Bungo dengan jarak 78 km. Hal ini dikarenakan satwaliar yang dilindungi seperti elang alap, kancil, kucing emas, beruang madu, rangkong, siamang, badak sumatera, gajah sumatera, harimau sumatera, tapir tersebar di area konservasi yang berada pada Kabupaten Merangin dan Bungo. Hal ini berarti area konservasi pada Kabupaten Merangin dan Kabupaten Bungo memiliki keanekaragaman satwanya tinggi, sehingga area konservasi di Kabupaten Merangin dan Kabupaten Bungo

17 akan dijadikan sebagai zona inti, sedangkan area konservasi yang berada di Kabupaten Kerinci, Sarolangun, Batanghari, Muara Jambi, Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung, Tebo, Kampar, Kuantan Singingi, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Pelalawan, Pesisir Selatan, Solok, Sawahlunto, Agam, Tanah Datar, Padang Pariaman dapat dijadikan zona rimba. Area konservasi pada Kabupaten Merangin dan Bungo hanya dikelola oleh pemerintah. Kegiatan pokok di Kabupaten Merangin dan Bungo adalah memonitoring sumber daya alam hayati, dan ekosistemnya untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan ilmu pengetahuan, pembangunan sarana dan prasarana terbatas untuk sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk monitoring sumber daya hayati dan ekosistemnya (menara pengintai satwa, peralatan navigasi, dan lainlain), dan kegiatan lainnya tidak boleh melakukan kegiatan yang bersifat mengubah bentang alam (kegiatan penambangan, penebangan kayu, pertanian, dan lain sebagainya) (DPHKA 2006). Di Kabupaten Merangin dan Bungo, kegiatan lain yang dilakukan adalah kegiatan perlindungan dan pengamanan yang dilakukan sangat ketat terhadap sumber daya hayati dan ekosistemnya dari gangguan yang bisa merusak habitat satwaliar, dan punahnya satwaliar yang dilindungi. Area konservasi pada Kabupaten Kerinci, Sarolangun, Batanghari, Muara Jambi, Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung, Tebo, Kampar, Kuantan Singingi, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Pelalawan, Pesisir Selatan, Solok, Sawahlunto, Agam, Tanah Datar, Padang Pariaman dikelola oleh pemerintah juga masyarakat adat dan masyarakat sekitar. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan, wisata terbatas, dan kegiatan yang menunjang budidaya (penangkaran satwa yang berasal pada area konservasi tersebut). V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pada karya ilmiah ini dibahas penyelesaian masalah konektivitas di dalam area konservasi dengan algoritme heuristik. Masalah konektivitas yang diselesaikan dengan algoritme heuristik terdiri atas tiga langkah yaitu penentuan kover, penyambungan kover tak terhubungkan, dan pemangkasan. Hasil yang diperoleh dari algoritme heuristik berupa kover terhubung minimum meliputi sekumpulan tempat yang terhubung dan semua spesiesnya terdapat pada tempat-tempat yang dipilih, serta banyaknya tempat yang dipilih haruslah minimum. Hasil dari penyelesaian masalah konektivitas di 20 kabupaten di provinsi Jambi, Riau, dan Sumatera dengan 10 satwaliar yang dilindungi adalah Kabupaten Merangin dan Kabupaten Bungo. Area konservasi yang terletak di Kabupaten Merangin dan Kabupaten Bungo akan dijadikan zona inti, sedangkan Kabupaten Kerinci, Sarolangun, Batanghari, Muara Jambi, Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung, Tebo, Kampar, Kuantan Singingi, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Pelalawan, Pesisir Selatan, Solok, Sawahlunto, Agam, Tanah Datar, dan Padang Pariaman dijadikan zona rimba. 5.2 Saran Jika ada yang ingin mendalami karya ilmiah ini disarankan untuk menyelesaikan masalah konektivitas menggunakan metode integer cutting algorithm yang didasari oleh polyhedral combinatoric, karena metode ini menghasilkan solusi optimal dan dapat menyelesaikan masalah konektivitas dengan jumlah tempat dan spesies yang banyak.