BAB I P E N D A H U L U A N. tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi

dokumen-dokumen yang mirip
ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

#GusDur

BAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

BAB - III PEMBAHASAN. secara luas kepada negara-negara ASEAN dan China. Pembukaan pasar ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

MENTERIPERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

DAMPAK NEGATIF PEMBERLAKUAN ACFTA (ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT) TERHADAP INDUSTRI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. negara. Pendidikan tidak terlepas dari Kurikulum pendidikan yang telah

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ulangan Formatif Keempat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

perdagangan, industri, pertania

BAB I PENDAHULUAN. yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SAMBUTAN KEPALA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA. PADA PERINGATAN HARI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE AGUSTUS 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG

Kerja sama ekonomi internasional

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PROTOKOL UNTUK MENGUBAH BEBERAPA PERJANJIAN EKONOMI ASEAN TERKAIT DENGAN PERDAGANGAN BARANG

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme.

Pustakawan Asia Tenggara menghadapi. Globalisasi dan Pasar Bebas 1

2 global sebagai sarana peningkatan kemampuan ekonomi bangsa Indonesia. Untuk melindungi kepentingan negara dalam menghadapi era globalisasi tersebut

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 247/PMK. 011/2009 TENTANG

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

PROTOKOL 5 MENGENAI KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA DAN KEEMPAT YANG TIDAK TERBATAS ANTARA IBUKOTA NEGARA ASEAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI]

Transkripsi:

BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mencapai tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, Pemerintah Negara RI sebagai bagian dari masyarakat internasional, melakukan hubungan dan kerjasama internasional yang diwujudkan dalam perjanjian internasional. Oleh karena itu pembuatan dan pengesahan perjanjian internasional antara Pemerintah RI dan pemerintah negara-negara lain, organisasi internasional, dan subjek hukum internasional lain adalah suatu perbuatan hukum yang sangat penting karena mengikat negara pada bidang-bidang tertentu, dan oleh sebab itu perbuatan dan pengesahan suatu perjanjian internasional harus dilakukan dengan dasar-dasar yang jelas dan kuat, dengan menggunakan instrumen perundang-undangan yang jelas pula. Harus diakui bahwa saat ini perkembangan dunia ditandai dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah meningkatkan intensitas hubungan interdependensi antarnegara. Sejalan dengan peningkatan 1

intensitas hubungan tersebut maka makin meningkat pula kerjasama internsional yang dijabarkan dalam perjanjian internasional. Kemajuan tersebut di atas dipicu oleh berbagai pandangan tentang masa depan dunia yang semakin cenderung mengarah pada suatu tata ruang tanpa batas (borderless) dalam arti dunia semakin sempit karena aplikasi teknologi yang semakin maju. Saat ini telah terbukti bahwa arus komunikasi dan informasi mempersepit hubungan antar manusia, jika dibandingkan dengan surat-suratan jaman dulu dengan sms-sms-an jaman sekarang. Komunikasi seluler yang saling bertatapan walaupun jaraknya ribuan kilometer termyata trendy baik bagi kalangan orang tua apalagi anak muda. Hal itu telah diramalkan oleh Futurology John Naisbitt dalam bukunya Global Paradox (1994), Ia berpendapat bahwa dunia membutuhkan cara berpikir secara paradox. Maksudnya adalah menarik kesimpulan baru dari sejumlah kecenderunan yang saling bertentangan. Ada Negara yang berkelimpahan dan ada negara yang merana, ini paradox sehingga perlu kerjasama di antara negara itu. Pakar manajemen Peter Drucker dalam buku Managing for the future : The 1990s and Beyond (1992) menyatakan bahwa hubungan ekonomi dan perdagangan akan lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan antara blok ekonomi dibandingkan dengan hubungan antar negara. Prinsip resiprositas akan menjadi prinsip utama dalam pelaksanaan hubungan ekonomi internasional. 2

Pakar informasi dunia Alvi Toffler dalam bukunya The Third Wave (Gelombang Ketiga - 1998) mengatakan bahwa saat ini dunia memasuki gelombang ketiga yaitu gelombang informasi. Kita telah bergeser dari Gelombang Pertama sebagai era Pertanian, dan era Gelombang Kedua Industri. Arus informasi akan melanda dunia, sehingga siap atau tidak siap kita akan terhempas di dalamnya. Presiden Soeharto (dalam keterangan pers setelah mengikuti puncak ekonomi APEC di Osaka Bulan Nopember 1995) mengingatkan kepada segenap bangsa Indonesia untuk mempersiapkan diri memasuki abad ke-21 yang akan ditandai dengan liberalisasi perdagangan dan pertumbuhan pesat ekonomi Asia Pasifik. Bila Indonesia tidak biasa memanfaatkannya mungkin kita hanya akan menjadi korban yang hanya mampu melihat atau bahkan sekedar menjadi pasar. Atas kesadaran ramalan-ramalan tersebut maka Negara menggagas kerjasama dalam berbagai bidang yang bertujuan untuk saling memberikan keuntungan dalam rangka mengantisipasi perubahan-perubahan cepat terhadap peradaban umat manusia. Kerjasama ekonomi antara negara-negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand, Singapura, Brunei Darussalam, Kamboja, Vietnam, Laos dan Myanmar) yang diwujudkan dalam bentuk kesepakatan AFTA pada Tahun 2004 dikembangkan dengan melibatkan negara raksasa ekonomi China. Dan kesepakatan itu pada januari 2010 diberi nama ASEAN 3

- China Free Trade Agreement (ACFTA) dimana area perdaganan bebas tidak hanya pada negara-negara ASEAN tetapi meliputi juga daratan Tiongkok dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia sekitar 1,1 miliar jiwa Kerjasama semula yang hanya menyangkut ekonomi dan perdagangan di area / kawasan ASEAN kini berubah menjadi kesepakatan atau perjanjian yang saling mengikat dan mempunyai kekuatan hukum terhadap penandatangan agreement perjanjian. Oleh karena itu nuansa perjanjian internasional mengajak negara-negara ASEAN dan China (mungkin akan bergabung misalnya AS, Australia, New Zaeland dan negara lain sebagai pihak dalam perjanjian multilateral) untuk berperan mensejahterakan masyarakat internasional dalam bentuk perdagangan bebas. 1.2 Permasalahan Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dalam makalah ini adalah sampai sejauh mana aspek hukum perjanjian internasional antara negaranegara ASEAN dengan China (ASEAN China Free Trade Agreement - ACFTA) dalam perdagangan bebas?. 1.3 Tujuan dan Kegunaan Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana aspek hukum perjanjian internasional antara ASE AN - Chi na Free Trade Agr eement (ACFTA) dan apa kah perjanjian itu melanggar hukum ata u tidak. Sedangkan kegunaan tulisan ini adalah untuk memberikan 4

sumbang saran pemikiran bagaimana peranan perjanjian internasional yang telah dituangkan dalam ACFTA terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan ASEAN-China. Kegunaan lain adalah untuk memperkaya kajian Ilmu Hukum khususnya Hukum Perikatan dalam bentuk kajian antara hukum perjanjian internasional dalam konteks hukum perikatan. 5