I. PENDAHULUAN. semuanya mengingatkan sekaligus menginginkan agar masyarakat Indonesia,

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Saat ini penyalahgunaan narkotika tidak

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

kearah yang tidak baik atau buruk. Apabila arah perubahan bukan ke arah yang tidak

I. PENDAHULUAN. segala bidanng ekonomi, kesehatan dan hukum.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

I. PENDAHULUAN. pembangunan pada keseluruhan bidang tersebut. Pelaksanaan kegiatan

I. PENDAHULUAN. Sebagaimana telah diketahui bahwa penegakkan hukum merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

I. PENDAHULUAN. Perhatian terhadap diri dan hakikat anak sudah dimulai pada akhir abad ke- 19, dimana anak

I. PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan ini tentunya sangat

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (traficking) terutama terhadap perempuan merupakan pengingkaran terhadap

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

I. PENDAHULUAN. dalam hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya sebagaimana tercantum. dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 amandemen keempat.

BAB I PENDAHULUAN. peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili

I. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis

I. PENDAHULUAN. terakhir United Nations Drugs Control Programme (UNDPC), saat ini kurang lebih

I. PENDAHULUAN. dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim terhadap

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, pengertian hutan adalah suatu

I. PENDAHULUAN. dengan aturan hukum yang berlaku, dengan demikian sudah seharusnya penegakan keadilan

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan

I. PENDAHULUAN. berkembang sejalan dengan perkembangan tingkat peradaban. Berkaitan dengan

I. PENDAHULUAN. pemikiran bahwa perubahan pada lingkungan dapat mempengaruhi kehidupan

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

BAB V PENUTUP. unsur-unsurnya adalah sebagai berikut : dapat diminta pertanggung jawaban atas perbuatannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

I.PENDAHULUAN. Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

I. PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai aparatur negara mempunyai posisi sangat

I. PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai peranan yang sangat penting dalam. dalam kegiatan seperti pemeliharaan pertahanan dan keamanan, keadilan,

I. PENDAHULUAN. Disparitas pidana tidak hanya terjadi di Indonesia. Hampir seluruh Negara di

I. PENDAHULUAN. berkaitan satu sama lainnya. Hukum merupakan wadah yang mengatur segala hal

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

I. PENDAHULUAN. Sejarah korupsi di Indonesia terjadi sejak zaman Hindia Belanda, pada masa

I. PENDAHULUAN. Fenomena peredaran gelap narkotika merupakan permasalahan internasional, regional dan

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

1. PENDAHULUAN. Tindak Pidana pembunuhan termasuk dalam tindak pidana materiil ( Materiale

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum, hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Reni Jayanti B ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum ( rechtsstaat) dan bukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Tindak Pidana, Pelaku Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pencurian

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Masalah korupsi pada akhir-akhir ini semakin banyak mendapat perhatian dari

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

I. PENDAHULUAN. harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Setiap anak mempunyai harkat

I. PENDAHULUAN. karna hukum sudah ada dalam urusan manusia sebelum lahir dan masih ada

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

I. PENDAHULUAN. harus dilindungi. Anak tidak dapat melindungi diri sendiri hak-haknya, berkepentingan untuk mengusahakan perlindungan hak-hak anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

I. PENDAHULUAN. sebutan Hindia Belanda (Tri Andrisman, 2009: 18). Sejarah masa lalu Indonesia

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

I. PENDAHULUAN. Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Kurir Narkotika. (Study Putusan No. 14/Pid.Sus Anak/2015/PN. Dps) Siti Zaenab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

I. PENDAHULUAN. Kejahatan yang berlangsung ditengah-tengah masyarakat semakin hari kian. sehingga berakibat semakin melunturnya nilai-nilai kehidupan.

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN (STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI DI SURAKARTA)

I. PENDAHULUAN. yang bersangkutan telah dinyatakan lulus dan menyelesaikan semua persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

I. PENDAHULUAN. Kekerasan dalam Rumah Tangga seperti yang tertuang dalam Undang-undang

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu ditingkatkan usahausaha. yang mampu mengayomi masyarakat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. karena itu sering timbul adanya perubahan-perubahan yang dialami oleh bangsa

I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan

I. PENDAHULUAN. mampu melakukan penyaringan terhadap kebudayaan asing yang bersifat liberal. Para remaja

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

I. PENDAHULUAN. perkembangan zaman yang begitu pesat membuat manusia melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

I. PENDAHULUAN. untuk menguntungkan diri sendiri atau korporasi, dengan cara menyalahgunakan. pada kerugian keuangan dan perekonomian negara.

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan tersebut.

tertolong setelah di rawat RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo, kota Mojokerto. 1

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM MEMBERIKAN PUTUSAN BERSYARAT TERHADAP ANAK PEMAKAI NARKOTIKA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG

I. PENDAHULUAN. usahanya ia tidak mampu, maka orang cenderung melakukanya dengan jalan

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan narkotika oleh anak saat ini menjadi perhatian banyak orang dan terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Bahkan, masalah penyalahgunaan narkotika menjadi perhatian berbagai kalangan. Hampir semuanya mengingatkan sekaligus menginginkan agar masyarakat Indonesia, terutama anak-anak untuk tidak sekali-kali mencoba dan mengkonsumsi narkotika. Fakta yang disanksikan hampir disetiap hari baik melalui media cetak maupun elektronik, ternyata peredaran narkotika telah merebak kemana-mana tanpa pandang usia, terutama di antara generasi penerus bangsa dalam pembangunan Negara di masa mendatang. Narkotika saat ini telah disalahgunakan untuk dikonsumsi, diedarkan, dan diperdagangkan tanpa izin dari pihak berwenang. Hal ini dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dengan tujuan memperoleh keuntungan ekonomi. Penyalahgunaan narkotika pada saat ini telah masuk dalam keadaan yang membahayakan, karena pelaku penyalahgunaan narkotika atau mengkonsumsi narkotika berasal dari golongan anak-anak atau remaja. Jumlah pelaku penyalahgunaan narkotika yang masih tergolong anak

2 atau terus bertambah pada tiap tahunnya, yang membuktikan bahwa anak merupakan sasaran peredaran narkotika. Penyalahgunaan narkotika belakangan ini banyak dilakukan oleh anak-anak. Usia anak-anak merupakan sasaran empuk dan wilayah yang paling rawan terhadap penyalagunaan narkotika, karena masa anak-anak merupakan masa pencarian identitas diri, saat dimana anak-anak mulai muncul rasa penasaran, ingin mengetahui serta ingin mencoba berbagai hal baru dan bahkan resiko tinggi, oleh karenanya, sangat mungkin jika semakin hari semakin bertambah jumlah tindak pidana kejahatan narkotika untuk pengedar dan pemakai dikalangan anak-anak. Penerapan sanksi pidana bagi anak yang melakukan tindak pidana narkotika berbeda dengan orang dewasa. Perhitungan pidana yang dijatuhkan kepada anak-anak adalah 1/2 dari maksimum ancaman pidana bagi orang dewasa, karena anak dipandang belum mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya secara sepenuhnya. Selain itu, dalam proses penegakan hukum terhadap anak, digunakan beberapa pertimbangan dalam menjatuhkan sanksi pidana tersebut. Teori pertanggungjawaban pidana 1 menjalaskan bahwa pertanggungjawaban pidana ditentukan berdasarkan pada kesalahan pembuat (liability based on fault), dan bukan hanya dengan dipenuhinya seluruh unsur suatu tindakan pidana. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak bahwa batas umur anak-anak yang dijatuhkan ke sidang anak, adalah sekurang-kurangnya 8 (delapan) 1 Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana. Alumni. Bandung, 1986, hlm 49

3 tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah. Peraturan perundang-undangan yang mendukung upaya pemberantasan tindak pidana narkotika sangat diperlukan, apalagi tindak pidana narkotika merupakan salah satu bentuk kejahatan inkonvensional yang dilakukan secara sistematis, menggunakan modus operadi yang tinggi dan teknologi canggih serta dilakukan secara terorganisir dan sudah bersifat transnasional. Pemerintah telah menaruh perhatian yang sangat besar dan serius untuk menanggulangi penyalagunaan narkotika, dan bahan-bahan adiktif lainnya, khususnya dikalangan pelajar dan remaja. Dari kalangan tertentu seperti Badan Narkotika Nasional (BNN) 2 tidak bosan mengadakan seminar, symposium, lokakarya, dan sebagainya, untuk mendapatkan masukan guna menunjang usaha dan upaya pemerintah ini. Peranan masyarakat, keluarga, sekolah, dan juga lingkungan sekitar sangat penting guna menunjang dan mencegah bahaya penyalahgunaan obat-obatan tersebut, terutama narkotika. Bahaya penyalahgunaan narkotika bagi anak-anak dan remaja adalah dapat mengakibatkan pada kelambatan berfikir, sehingga harapan dalam pencapaian pembangunan nasional dapat terganggu. Selain itu, bahaya dari penyalahgunaan narkotika dapat merusak sel-sel saraf otak, menimbulkan ketergantungan, dan dapat mengakibatkan kematian bagi pemakainya. Ketergantungan terhadap narkotika pada mulanya hanya berupa keinginan 2 Badan Narkotika Nasional (BNN) merupakan suatu badan independen negara yang terbentuk karena undang-undang.

4 untuk mencoba, karena narkotika tersebut dapat membuat pemakainya beralusianasi seolah-olah dapat melupakan masalah dan berada pada dunia yang indah, jika faktor kesempatan untuk mendapatkan narkotika sangat mudah dari pengedar, maka dapat mengakibatkan korban akan semakin bertambah. Salah satu contoh korban dari penyalagunaan atau pemakai narkotika yang masih dalam kategori anak adalah Andri Agustiawan Als Cuplis Bin Ngadimin yang masih berumur 15 Tahun. Andri Agustiawan Als Cuplis Bin Ngadimin berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 313/PID.A/2012/pn.tk. dituntut oleh Hakim telah melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 ayat (1) huruf a UUD Nomor 35 Tahun 2009 tentang Menyalahgunakan Narkotika bagi diri sendiri. Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 313/PID.A/2012/pn.tk. Andri Agustiawan Als Cuplis Bin Ngadimin oleh hakim dinyatakan bersalah dan terbuktik secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika golongan I bagi diri sendiri sebagaimana diatur dalam Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri Hakim menjatuhkan penjara selama 4 (empat) bulan, 20 (dua puluh) hari. Putusan pidana yang dijatuhkan oleh hakim terhadap terdakwa terasa lebih berat karena tergolong anak dibawah umur, menurut saksi Rildho Mudjtahidin Bin Mudjtahidin dan Yudi Kurniawan Bin Suratmin, mengatakan bahwa benar terdakwa ditemukan berupa 1 (satu) linting daun

5 ganja yang telah dibungkus dengan kertas paper warna putuh dibuang oleh Harry wibowo dan baru pertama kali menggunakan atau mengonsumsi narkotika berupa daun ganja kering, padahal terdapat Surat Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia, Menteri Sosial Republik Indonesia, dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor: 166 A/KMA/SKB/XII/2009, Nomor: 148 A/A/JA/12/2009, Nomor: B/45/XII/2009, Nomor: M.HH-08 HM.03.02 Tahun 2009, Nomor: 10/PRS-2/KPTS/2009, Nomor: 02/Men.PP dan PA/XII/2009 Tahun 2009 tentang Penanganan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum yang mengatur bahwa dalam menangani anak yang berhadapan dengan hukum harus menggunakan pendekatan keadilan restoratif sebagai landasan pelaksanan sistem peradilan pidana terpadu bagi anak yang berhadapan dengan hukum yang pada perkara dengan terdakwa Andri Agustiawan Als Cuplis Bin Ngadimin Bin Kadini SKB ini belum sepenuhnya dilaksanakan. Hakim berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman memiliki kebebasan dalam menjatuhkan pidana, namun apabila pelaku tindak pidana tersebut masih tergolong dalam usia anak khususnya pada tindak pidana narkotika, seharusnya hakim dapat lebih mempertimbangkan kembali putusan yang dijatuhkannya Kasus tindak pidana narkotika yang pelakunya adalah sebagai pemakai, misalnya Andri

6 Agustiawan Als Cuplis Bin Ngadimin, seharusnya hakim menjatuhkan putusan harus lebih mempertimbangkan masa depan dari terpidana tersebut. Anak yang berumur kurang dari 18 tahun melakukan tindak pidana pidana narkotika mengacu pada ketentuan-ketentuan yang ada dalam Undang- Undang Peradilan Anak mengenai batas umur anak yang dapat dijatuhi hukuman yang penjatuhan hukumannya disesuaikan dengan batasan umur menurut tingkatnya. Dalam hal ini aparat hukum benar-benar dituntut untuk mendalami ketentuan-ketentuan mengenai penjatuhan hukuman yang ada dalam Undang-Undang Peradilan Anak. Berdasarkan pertimbangan diatas, oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul skripsi mengenai: Pertanggungjawaban Pidana Anak yang Menyalah gunakan Narkotika sebagai Pengguna (Studi Putusan Nomor; 313/PID/B(A)/2012/PN.TK). B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan yang akan dibahas adalah : a) Bagaimanakah pertanggungjawaban Pidana Anak yang Menyalahgunakan Narkotika sebagai Pengguna (Studi Putusan Nomor 313/pid/b(a)/2012/PN.TK)?

7 b) Apakah Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana Anak yang Menyalahgunakan Narkotika sebagai Pengguna (Studi Putusan Nomor 313/pid/b(a)/2012/PN.TK)? 2. Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mencakup ilmu hukum pidana yang membahas pertanggungjawaban Pidana Anak yang Menyalahgunakan Narkotika sebagai pengguna (Studi Putusan Nomor 313/pid/b(a)/2012/PN.TK). Penelitian ini dilaksanakan di Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang, Bandar Lampung. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tahun 2012. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok bahasan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a) Untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana anak yang menyalahgunakan narkotika sebagai pengguna; b) Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana yang menyalahgunakan narkotika sebagai pengguna; 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: a. Secara Teoritis, yaitu berguna sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya pemahaman wawasan di bidang ilmu hukum pidana, khususnya

8 mengenai pertanggungjawaban pidana anak yang menyalahgunakan Narkotika sebagai pengguna. b. Kegunaan Praktis, yaitu memberikan masukan kepada aparat penegak hukum mengenai dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana anak yang menyalahgunakan narkotika sebagai pengguna. D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis Kerangka Teoritis adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti 3. Syarat-syarat Pemidanaan adalah : a. Perbuatan yang memenuhi rumusan undang-undang dan bersifat melawan hukum. b. Orang, dalam hal ini mengacu kepada kesalahan, meliputi kemampuan bertanggungjawab dan segala (Dolus/.Opzet) atau Lalai (Culpa/Alpa) (Tidak ada alasan pemaaf) 4 Berdasarkan teori di atas Teori Pertanggungjawaban Pidana mengacu kepada kesalahan baik kesalahan sengaja (Dolus/.Opzet) atau karena faktor lalai (Culpa/Alpa). Petanggungjawaban Pidana adalah suatu keadaan normal dan pematangan psikis yang membawa 3 (tiga) macam kemampuan untuk 1 (satu) 3 Soerjono Soekanto, 1986.Pengantar Penelitian Hukum. UI-Press.Jakarta. hlm 124 4 Soedarto,1990. Hukum Pidana Jilid IA, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro,hlm 112

9 Memahami arti dan akibat perbuatannya sendiri; (2) Memahami bahwa perbuatannya itu tidak dibenarkan atau dilarang oleh masyarakat; (3) Menetapkan kemampuan terhadap perbuatan-perbuatan itu sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanggungjawaban (teorekensvatbaarhee) mengandung pengertian kemampuan atau kecakapan 5. Pertanggungjawaban pidana sebagai syarat pemidanaan subjektif yang memiliki unsur sebagai berikut : a. Kemampuan bertanggungjawab. 1. Kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan baik dan yang buruk, yang sesuai hukum dan melawan hukum. 2. Kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut keinsyafan tentang baik dan buruknya perbuatan 6. b. Kesalahan dalam arti luas. 1. Adanya kaitan psikis antara pembuat dan perbuatan, yaitu adanya sengaja atau lesalahan dalam arti sempit; 2. Tidak adanya dasar peniadaan pidana menghapus dapatnya dipertanggungjawabkan sesuatu perbuatan kepada pembuat 7. Pertanggungjawaban adalah kewajiban terhadap segala sesuatunya fungsi menerima pembebanan sebagai akibat dari sikap tindakan sendiri atau pihak lain 8. Pertanggungjawaban pidana menurut hukum pidana positif yakni 5 P.A.F. Lamintang, 1997.Hakim panitesier Indonesia. hlm 108 6 Moeljatno, 1963.Asas-Asas Hukum Pidana. hlm 165. 7 Andi Hamzah, 1994. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana. hlm 30 8 WJS. Poerwadarminta, 1995, Kamus Umum Bahasa Indonesia,PN. Balai Pustaka. Jakarta hlm 619

10 dapat dipertanggungjawabannya dari si pembuat, adanya perbuatan melawan hukum, tidak ada alasan pembenar, atau alasan yang menghapuskan pertanggungjawaban pidana bagi si pembuat. Pertanggungjawaban pidana tidak cukup dengan dilakukannya perbuatan pidana saja. akan tetapi di samping itu harus ada kesalahan, atau sikap batin yang dapat dicela, ternyata pula dalam asas hukum yang tidak tertulis tidak dipidana jika tidak ada kesalahan 9. Unsur-unsur yang mengakibatkan dipidananya seseorang terdakwa adalah mampu bertanggungjawab, syarat-syarat orang mampu bertanggungjawab adalah faktor akal dan faktor kehendak. Faktor akal yaitu dapat membedabedakan antara perbuatan yang diperbolehkan dan perbuatan tang tidak diperbolehkan. Faktor kehendak yaitu menyesuaikan tingkah lakunya dengan keinsyahfan atas mana yang diperbolehkan dan yang tidak 10. Pertanggungjawaban pidana dalam istilah asing disebut juga dengan teorekenbaardheid atau criminal responsibility yang menjurus kepada pemidanaan bertindak dengan maksud untuk menentukan apakah seseorang terdakwa atau tersengka dipertanggungjawabkan atas suatu tindakan pidana yang terjadi atau tidak. Melihat kekhususan yang dimiliki anak, serta memperhatikan berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan bagi anak, maka pemberian sanksi (Pidana dan Tindakan) harus memperhatikan prinsip- 9 Ibid hlm 73 10 Roeslan Saleh, 1999. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Angkasa, Jakarta hlm 84

11 prinsip penjatuhan pidana kepada anak. Untuk itu, maka diperlukan suatu sistem penghukuman khusus bagi anak dalam perkara pidana atau yang berkonflik dengan hukum. Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tersebut apabila diterapkan secara maksimal dapat memberi suatu alternatif yang lebih baik dalam melakukan pembinaan dan rehabilitasi terhadap anak yang melakukan tindak pidana. Dalam hal ini juga dikembangkan partisipasi aktif masyarakat dalam usaha tersebut, adanya kesadaran dan kesedian untuk menerima anak yang dalam kesulitan atau berkonflik dengan hukum dan memberi pembinaan yang mantab. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika sebagai revisi atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dan Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, telah diundangkan pada tanggal 12 oktober 2009 dan ditempatkan dalam lembaran Negara RI nomor 5062. Undang-Undang ini dikeluarkan sebagai tindakan pemerintah dalam menyikapi penyalahgunaan peredaran gelap narkotika yang semakin meningkat. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) mengatur tentang tata cara dan proses penjatuhan suatu hukuman, namun tidak hanya proses utuk mencari dan mendapatkan kebenaran materil guna menjatuhkan putusan bagi seseorang terdakwa yang diatur, tetapi juga mengatur pokokpokok cara pelaksanaan dari putusan tersebut. Apa yang diatur dalam hukum acara pidana adalah cara-cara yang harus ditempuh dalam

12 menegakkan ketertiban umum, sekaligus juga bertujuan untuk melindungi hak-hak asasi tiap-tiap individu baik yang menjadi korban maupun si pelanggar hukum. Hakim sebagai alat negara dalam menegakkan hukm diberikan kewenangan yang besar oleh undang-undang untuk menentukan berat ringannya sanksi pidana bagi pelaku yang melanggarnya. Akan tetapi kebebasan hakim ini dibatasi oleh tujuan-tujuan pidana dan azaz-azas yang hidup dalam masyarakat serta hukum yang sesuai dengan Pancasila. Menurut Pasal 183 dalam KUHAP tentang Pembuktian dan Putusan Dalam Acara Pemeriksaan Biasa adalah : Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah yang melakukan. Putusan hakim merupakan mahkota dari suatu pekara yang sedang diperiksa dan diadili oleh hakim tersebut. Hakim dalam membuat putusan harus memperhatikan segala aspek. Hakim mempunyai sikap atau sifat kepuasan moral yang menjadi dasar untuk memutus suatu perkara serta kepuasan nurani sendiri jika putusannya dikuatkan dan tidak dibatalkan pengadilan yang lebih tinggi 11. 11 Ahmad Rifai, 2011. Penemuan Hukum Oleh hakim Dalam Persfektif Hukum Progresif. Sinar Grafika. Jakarta hlm 94

13 Proses atau tahapan penjatuhan putusan oleh hakim, dalam perkara pidana dilakukan dalam beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Tahap Menganalisis Perbuatan Pidana; 2. Tahap Menganalisi Tanggung jawab Pidana; 3. Tahap Penentuan Pemidanaan 12 Menurut Pasal 33 UU Pokok Kekuasaan Kehakiman, disebutkan bahwa ketua pengadilan mengawasi pelaksanaan putusan pengadilan oleh jaksa dengan tujuan memperoleh jaminan bahwa putusan tersebut telah dilaksanakan sebagaimana mestinya. Adapun hakim yang diberi tugas untuk menbantu ketua pengadilan dalam pengawasan ini disebut hakim pengawasan dan pengamatan (hakim wasmat). 2. Konseptual Menurut Abdulkadir Muhammad, kerangka konseptual adalah susunan dari beberapa konsep sebagai satu kebulatan yang utuh sehingga terbentuk dari beberapa konsep sebagai landasan, acuan dan pedoman dalam penelitian atau penulisan. Sumber konsep adalah undang-undang, buku/karya tulis, laporan penelitian, enksiklopedia, kamus dan fakta/peristiwa. a. Petanggungjawaban Pidana adalah suatu keadaan normal dan pematangan psikis yang membawa 3 (tiga) macam kemampuan untuk 1 (satu) Memahami arti dan akibat perbuatannya sendiri; (2) Memahami bahwa perbuatannya itu tidak dibenarkan atau dilarang 12 Moelyatno, Op.cid Jakarta. Hlm 132

14 oleh masyarakat; (3) Menetapkan kemampuan terhadap perbuatanperbuatan itu sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanggungjawaban (teorekensvatbaarhee) mengandung pengertian kemampuan atau kecakapan 13. b. Penjatuhan Pidana adalah hal yang berhubungan dengan pernyataan hakim dalam memutuskan perkara dan menjatuhkan hukuman 14. c. Tindak Pidana adalah suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana 15. E. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini secara keseluruhan, maka penulis menguraikan secara garis besar keseluruhan sitematika materi sebagai berikut: I. PENDAHULUAN Bab ini memuat pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teoritis dan konseptual, sistematika penulisan dan metode penelitian, tentang pertanggungjawaban pidana anak yang menyalah gunakan narkotika sebagai pengguna (Studi Putusan No.313/PID/B(A)/2012/PN.TK). II. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memuat telaah kepustakaan yang berupa pengertian-pengertian dan tinjauan umum tentang pertanggungjawaban pidana anak yang 13 P.A.F. Lamintang, 1996. Dasar-Dasat Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung hlm 108 14 Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993 hlm 197 15 Wirjono Prodjodikoro, 1986. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia.Eresco. Jakarta hlm 55

15 menyalah gunakan narkotika sebagai pengguna (Studi Putusan No.313/PID/B(A)/2012/PN.TK). III. METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang metode yang digunakan dalam penulisan skripsi yang meliputi : pendekatan masalah, sumber dan jenis data, metode pengumpulan dan pengolahan data, serta analisis data,tentang pertanggungjawaban pidana anak yang menyalah gunakan narkotika sebagai pengguna (Studi Putusan No.313/PID/B(A)/2012/PN.TK). IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisikan pokok bahasan mengenai hasil penelitian, yang terdiri dari karakteristik responden, dasar pertimbangan hakim dalam memberikan putusan tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh pada wilayah hukum Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang dan putusan pengadilan berupa pidana penjara bagi anak. V. PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang mengemukakan pada pertanggungjawaban pidana anak yang menyalah gunakan narkotika sebagai pengguna (Studi Putusan No.313/PID/B(A)/2012/PN.TK).