BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peny Husna Handayani, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mivtha Citraningrum, 2013

2013 PENGARUH PENGGUNAAN PRAKTIKUM VIRTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA PADA KONSEP TUMBUHAN LUMUT DAN PAKU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Argarani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prinsip yang telah dipahami tersebut dalam tindakan dan perbuatan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSISDIKNAS)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

PENINGKATAN SIKAP ILMIAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM VIRTUAL INVERTEBRATA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran dirancang dan dilakukan semata-mata untuk. mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Undang-Undang Sisdiknas Pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh

I. PENDAHULUAN. sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar yang aktif dan kondusif.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta, konsep dan prinsip saja, tetapi juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desy Mulyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Di era saat ini, pendidikan sangatlah memiliki peranan yang penting.

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ferri Wiryawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. penerapannya dan sistem pembelajaran dititik beratkan pada keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan untuk membentuk manusia yang berkualitas, dan berguna untuk kemajuan hidup bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA SMA UNTUK TOPIK SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN METODE PICTORIAL RIDDLE

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses belajar yang membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Murni Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat. Sesuai dengan UU Republik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar

I. PENDAHULUAN. tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 (2003:4): Bahwa Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan alat utama yang berfungsi untuk membentuk dan. membangun karakter bangsa. Karena, pendidikan adalah wahana untuk

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya undang-undang tersebut, maka dari waktu ke waktu

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Standarisasi dan profesionalisme pendidikan yang sedang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. No. 20, Tahun 2003, Pasal 3 menyebutkan, Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orangorang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PEDAHULUAN. manusia. Pendidikan merupakan faktor utama dalam proses untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan sebuah interaksi antara komponenkomponen

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting guna meningkatkan kualitas dan potensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran biologi dirancang dan dilakukan semata-mata untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sisdiknas Pasal 20 ayat 3 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional ini merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan karakter bangsa, termasuk dalam mata pelajaran biologi. Sesuai dengan tujuan mata pelajaran biologi dalam kurikulum nasional (Puskur, 2006: 451-452), karakter bangsa yang diharapkan muncul melalui pembelajaran biologi, di antaranya adalah kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif, yang oleh Ennis (1996:1) dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis. Paul dan Nosich (dalam Inch et al., 2006: 7) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis sangat penting pada zaman sekarang ini karena dengan berpikir kritis seseorang dapat bernalar logis dan membuat kesimpulan yang tepat, sehingga terhindar dari suatu keputusan atau pemecahan masalah yang keliru. Tujuan lain dari pembelajaran biologi adalah pengembangan penguasaan konsep dan prinsip biologi (Puskur, 2006: 452). Pengembangan keterampilan berpikir yang menyertai pengembangan penguasaan konsep sangat diperlukan 1

untuk mempersiapkan siswa yang melek sains (Rustaman et al., 2003: 91). Penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2011) pada bidang pendidikan fisika menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis sangat mempengaruhi penguasaan konsep siswa. Pengembangan kemampuan berpikir dan penguasaan konsep harus seimbang dengan sikap yang muncul dari seseorang sebagai hasil proses belajarnya. Aspek sikap yang terkait dengan IPA, termasuk biologi, menitikberatkan kepada sikap ilmiah. Kompetensi sains harus diarahkan salah satunya untuk menjamin pertumbuhan dan kemampuan bekerja serta sikap ilmiah (Depdiknas, 2008). Sikap ilmiah, seperti objektif, terbuka, ulet, dan dapat bekerja sama dengan orang lain, menjadi karakter bangsa yang diharapkan muncul dari pembelajaran biologi (Puskur, 2006: 451). Penelitian yang telah dilakukan tentang sikap ilmiah oleh Iswari (2008) menyatakan bahwa sikap ilmiah adalah salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar. Pencapaian tujuan pembelajaran biologi seperti yang telah dirumuskan oleh Pusat Kurikulum (Puskur) mewakili Depdiknas, seperti pengembangan penguasaan konsep, kemampuan berpikir kritis, dan sikap ilmiah siswa harus diusahakan. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran sebaiknya dikemas sedemikian rupa sehingga mampu memfasilitasi siswa untuk mencapai kompetensi tersebut secara maksimal. Pemberian pengalaman langsung, seperti kegiatan praktikum, dapat menjadi salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran biologi tersebut. Woolnough & Allsop (dalam Rustaman et al., 2003: 160) mengemukakan bahwa kegiatan praktikum dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen, menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah, dan tentunya menunjang materi pelajaran. Kegiatan praktikum memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuktikan teori bahkan menemukan teori. 2

Selain itu, praktikum dalam pembelajaran biologi dapat membentuk ilustrasi bagi konsep dan prinsip biologi. Berdasarkan hasil observasi pada tahap persiapan penelitian, dapat diketahui bahwa kegiatan praktikum, khususnya praktikum biologi di sekolah sering menemui hambatan seperti permasalahan waktu atau keterbatasan alat dan bahan. Adakalanya untuk melakukan praktikum pengamatan objek biologi, kita harus mengamatinya melalui media awetan basah atau pun kering, sedangkan ketersediaan media awetan tersebut di laboratorium sekolah tidak selengkap di universitas. Beberapa media awetan yang ada pun kondisinya tidak terlalu baik, misalnya tubuh hewan yang diawetkan sudah tidak lengkap lagi dan warna tubuh hewan tersebut sudah memudar. Kondisi demikian menyebabkan minat siswa untuk melakukan praktikum menjadi berkurang. Tidak jarang akhirnya guru mengganti kegiatan praktikum dengan kegiatan ceramah di dalam kelas. Tentu saja ini menjadikan pembelajaran biologi yang seharusnya menyenangkan dan memberi kesempatan yang besar bagi siswa untuk mengeksplor rasa ingin tahunya, menjadi suatu mata pelajaran yang membosankan dengan materi bacaan yang cukup banyak. Kegiatan praktikum virtual sebagai produk dari kemajuan teknologi dapat menjadi solusi alternatif untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Permasalahan yang berkaitan dengan waktu dalam melakukan kegiatan praktikum di laboratorium, dapat diatasi dengan adanya praktikum virtual. Pembelajaran berbasis praktikum virtual dikatakan oleh Carnevale (2003: 2) dapat memberikan keleluasaan (flexibility) terhadap waktu dan tempat dalam melakukannya. Hambatan lain seperti kesulitan mendapatkan bahan praktikum atau beresiko karena bahan tersebut berada di lingkungan yang berbahaya dapat diatasi dengan kegiatan praktikum virtual. Praktikum virtual memberikan pengalaman bereksperimen yang aman dan menyenangkan bagi siswa (Carnevale, 2003: 1). Pemanfaatan teknologi virtual dapat membawa berbagai jenis lingkungan atau ekosistem alami yang eksotis dengan 3

komponen-komponennya ke dalam kelas (Hill & Nelson, 2011: 3) sehingga diharapkan dapat membantu mengatasi keterbatasan alat dan bahan dalam melakukan kegiatan praktikum. Berdasarkan hasil penelitian Widyaningsih (2012) tentang praktikum virtual pada konsep sistem sirkulasi menyatakan bahwa pembelajaran berbasis praktikum virtual memberikan pengaruh lebih baik terhadap kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa. Materi invertebrata merupakan salah satu materi biologi di kelas X yang berpotensi untuk melatihkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa. Berdasarkan analisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang dilakukan, pembelajaran pada materi invertebrata ini menuntut siswa untuk melakukan pengamatan, identifikasi, sampai mampu mendeskripsikan ciri-ciri Filum pada dunia hewan invertebrata. Materi ini menuntut adanya kegiatan praktikum, namun, ketersediaan bahan awetan di sekolah sering sangat tidak memadai. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis praktikum virtual menjadi alternatif solusi yang mungkin untuk dilakukan. Pembelajaran berbasis praktikum virtual pada materi ini akan membantu siswa untuk melakukan pengamatan, khususnya hewan-hewan yang tergolong Filum Porifera, Coelenterata, serta Echinodermata, yang berhabitat di lautan dan biasanya jarang dilakukan pengamatan langsung terhadap hewan-hewan tersebut di sekolah karena keterbatasan bahan. Seluruh kegiatan tersebut menunjang siswa untuk melatih kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiahnya. Diharapkan dengan pembelajaran berbasis praktikum virtual pada materi invertebrata, siswa seolah-olah dapat melakukan pengamatan pada habitat aslinya, penangkapan, pembedahan, sampai pendeskripsian ciri-ciri hewan invertebrata. Berkenaan dengan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pembelajaran berbasis praktikum virtual untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, sikap ilmiah, serta penguasaan konsep siswa SMA kelas X pada materi invertebrata. 4

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pembelajaran berbasis praktikum virtual dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, sikap ilmiah, dan penguasaan konsep invertebrata pada siswa kelas X? Rumusan masalah di atas dijabarkan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X pada materi invertebrata melalui pembelajaran berbasis praktikum virtual? 2. Bagaimanakah peningkatan sikap ilmiah siswa kelas X pada materi invertebrata melalui pembelajaran berbasis praktikum virtual? 3. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep siswa kelas X pada materi invertebrata melalui pembelajaran berbasis praktikum virtual? 4. Bagaimanakah hubungan atau korelasi antara kemampuan berpikir kritis, sikap ilmiah dan penguasaan konsep? 5. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis praktikum virtual dan evaluasinya pada materi invertebrata? C. Batasan Masalah Agar penelitian ini terarah, ruang lingkup masalah yang diteliti dibatasi pada hal-hal sebagai berikut: 1. Pembelajaran berbasis praktikum virtual dilakukan secara offline dengan menggunakan program praktikum virtual yang dapat diinstalkan ke laptop pribadi siswa. Pembelajaran praktikum virtual ini dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah pada model pembelajaran inkuiri terbimbing. 5

2. Kemampuan berpikir kritis siswa diukur berdasarkan indikator/elemen berpikir kritis, melalui soal open ended essay yang dilakukan secara elektronik dalam program virtual yang telah ada. Kemampuan berpikir kritis yang digunakan mengacu pada kerangka berpikir kritis Ennis (1996), yang terdiri atas: memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), membuat kesimpulan (inference), membuat penjelasan lanjut (advanced clarification), dan strategi serta taktik (strategies and tactics). 3. Sikap ilmiah siswa diukur berdasarkan indikator sikap ilmiah, melalui pengisian skala sikap Likert yang dilakukan secara elektronik dalam program virtual. Aspek yang diukur meliputi rasa ingin tahu, teliti, objektif, mau menerima perbedaan, dan bekerja sama. Sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada kurikulum mata pelajaran biologi SMA yang disusun oleh pusat kurikulum (PUSKUR)-Balitbang Diknas (2006). 4. Penguasaan konsep siswa diukur berdasarkan dimensi proses kognitif taksonomi Bloom revisi dari jenjang C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta), melalui soal pilihan ganda yang dilakukan secara virtual. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini, antara lain: 1. Menganalisis peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X pada materi invertebrata melalui pembelajaran berbasis praktikum virtual. 2. Menganalisis peningkatan sikap ilmiah siswa kelas X pada materi invertebrata melalui pembelajaran berbasis praktikum virtual. 3. Menganalisis peningkatan penguasaan konsep siswa kelas X pada materi invertebrata melalui pembelajaran berbasis praktikum virtual. 6

4. Menganalisis hubungan antara kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah dengan penguasaan konsep. 5. Mengungkap tanggapan siswa terhadap pembelajaran invertebrata berbasis praktikum virtual dan evaluasi yang terintegrasi di dalamnya. E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai salah satu alternatif dalam upaya perbaikan pembelajaran, antara lain: 1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan metode pembelajaran berbasis praktikum virtual. 2. Bagi siswa, dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran yang lebih menyenangkan dan bermakna serta memberi kesempatan luas bagi mereka untuk meningkatkan kemampuan berpikirnya. 3. Bagi sekolah, memberi sumbangan kepada sekolah atau lembaga pendidikan dalam upaya perbaikan proses pembelajaran secara menyeluruh sehingga prestasi siswa akan lebih meningkat. 4. Bagi peneliti lain, memberi masukan dan bahan pertimbangan untuk penelitian sejenis dengan menggunakan pembelajaran alternatif untuk konsep yang berbeda. 7