BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

Oleh Saryana PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 SENTOLO.

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

II. KAJIAN PUSTAKA. juga diharapkan ada perubahan sikap. Belajar sebagai karakteristik yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SEMESTER I SDN 4 BESUKI SITUBONDO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Sehingga proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PLANTED QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD N NGAGLIK, SAMBI, BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN KETERLIBATAN PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE KERJA KELOMPOK KELAS IV SD ARTIKEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 14 PADANG.

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP bahwa

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

Jurnal Ilmiah INTEGRITAS Vol. 3 No. 2 Desember 2017

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya kegiatan/keaktifan. Kegiatan dapat berupa kegiatan fisik maupun psikis yang saling berhubungan. Sedangkan belajar adalah suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori (Junaidi, Wawan, 2011; Sardiman 1994). Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif. Aktivitas belajar sangat beragam, sehingga banyak para ahli yang melakukan klasifikasi. Paul B. Diedrich (dalam Junaidi, Wawan, 2011; Sardiman, 1992) menggolongkan kegiatan siswa ke dalam 8 kelompok, yaitu: 1. Visual Activities, meliputi kegiatan seperti membaca, memperhatikan (gambar, demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain). 2. Oral Activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi. 3. Listening Activities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik, dan pidato. 4. Writting Activities, seperti: menulis cerita, menulis karangan, menulis laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman. 5. Drawing Activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor Activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain dan berternak. 7. Mental Activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan. 5

6 8. Emotional Activities, seperti : menaruh minat, merasa bosan, bergairah, berani, tenang dan gugup. Dalam suatu proses pembelajaran, kedelapan kelompok aktivitas tersebut dimungkinkan dapat dilakukan secara bersamaan. Artinya dalam satu kegiatan belajar, siswa tidak hanya melakukan satu jenis kegiatan melainkan melakukan serangkaian macam kegiatan yang dikolaborasikan. Hal ini menuntut kreativitas guru dalam mengombinasikan seluruh aktivitas ke dalam sebuah skenario pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa. Aktivitas belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis siswa itu sendiri. Kondisi psikologis yang sangat berpengaruh dalam proses belajar adalah motivasi. Motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus menerus (Rifa i, Achmad, 2009:159) Motivasi berasal dari dalam diri siswa, berupa dorongan untuk melakukan suatu kegiatan termasuk dorongan untuk belajar. Motivasi tidak hanya penting untuk membuat siswa melakukan aktivitas belajar, melainkan juga menentukan seberapa banyak siswa dapat belajar dari aktivitas tersebut. Motivasi untuk belajar dapat ditingkatkan melalui penggunaan materi pembelajaran yang menarik dan juga penggunaan variasi metode penyajian (Rifa i, Achmad, 2009:187). Sebagai contoh untuk membangkitkan minat belajar siswa dapat dilakukan dengan cara pemutaran film, wawancara dengan narasumber, demonstrasi/ eksperimen, simulasi, bermain peran, dan lainnya. John Keller (1987) dalam www.ziddu.com mendeskripsikan minat belajar dan motivasi belajar siswa melalui empat komponen utama, sesuai dengan nama model yang disuguhkan ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) atau dalam bahasa Indonesia: atensi (perhatian), relevansi (kesesuaian), kepercayaan diri, dan kepuasan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa tingkat minat dan motivasi belajar dapat diukur menggunakan skala minat dan skala sikap (afektif). Skala minat yang diberikan meliputi lima kriteria yaitu tidak berminat, kurang berminat, cukup berminat, berminat, dan sangat berminat. Sedangkan skala sikap ditunjukkan melalui perilaku yang ditampilkan siswa dalam pembelajaran. Sebagai contoh sikap atensi ditunjukkan oleh

7 kesiapan siswa menerima pelajaran, relevansi ditunjukkan dengan keaktifan mencatat materi yang disampaikan, kepuasan ditunjukkan melalui interaksi siswa, sedangkan kepercayaan diri ditunjukkan dengan keberanian bertanya atau menjawab pertanyaan. Inti dari aktivitas belajar adalah keaktifan siswa sebagai subjek pembelajaran. Dalam melaksanakan proses pembelajaran guru harus memperhatikan karakteristik siswa yang dibelajarkannya. Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget sebagaimana dikutip Rifa i, Achmad (2009) meliputi: 1. Tahap Sensorimotorik (0 2 tahun) Pada tahap ini bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengordinasikan pengalaman indera (sensori) mereka (menggapai, menyentuh). 2. Tahap Praoperasional (2 7 tahun) Tahap pemikiran ini lebih bersifat simbolis, egoisentries, dan intuitif sehingga tidak melibatkan pemikiran operasional. 3. Tahap Operasional Konkrit (7 11 tahun) Pada tahap ini anak mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda konkrit. Anak pada tahap ini sudah mampu menyusun rangkaian (seriation), yakni opersi konkrit untuk mengurutkan dimensi kuantitatif, dan pengalihan (transitivity), yakni kemampuan untuk mengkombinasikan hubungan-hubungan secara logis guna memahami kesimpulan tertentu. 4. Tahap Operasional Formal (11 15 tahun) Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, idealis, dan logis. Anak sudah mampu menyusun rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji solusinya. Pemahaman tentang tahap-tahap kognitif anak, dapat membantu guru untuk menentukan tipe pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa yang dibelajarkannya. B. Metode Heuristik Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia karangan Ananda Santoso dan A.R. Al Hanif, yang dimaksud dengan metode adalah Cara yang telah terpikir baik-

8 baik dan teratur untuk mencapai sesuatu maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya). Menurut Gall, Meredith D, Joyce P. Gall & Walter R. Borg (2007) : Kata heuristik berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan., menurut metode ini peserta didik sendiri yang harus menemukan fakta ilmu pengetahuan. Pendekatan heuristik adalah pendekatan pengajaran yang yang menyajikan sejumlah data dan siswa diminta untuk membuat kesimpulan menggunakan data tersebut, implementasinya dalam pengajaran menggunakan metode penemuan dan metode inkuiri. Metode penemuan didasarkan pada anggapan bahwa materi suatu bidang studi tidak saling lepas, tetapi ada kaitan antara materimateri tersebut. Prinsip pendekatan heuristik adalah: (1) aktivitas siswa menjadi fokus perhatian utama dalam belajar, (2) berpikir logis adalah cara yang paling utama dalam menemukan sesuatu, (3) proses mengetahui dari sesuatu yang sudah diketahui menuju kepada yang belum diketahui adalah jalan pelajaran yang paling rasional dalam pelajaran di sekolah, (4) pengalaman yang penuh tujuan adalah tonggak dari usaha pembelajaran siswa ke arah belajar berbuat, bekerja, dan berusaha, dan (5) perkembangan mental seseorang berlangsung selama ia berpikir dan belajar mandiri. Dengan prinsip ini menunjukkan bahwa pendekatan heuristik dapat mendorong siswa bersikap berani untuk berpikir ilmiah dan mengembangkan berpikir mandiri. Pendekatan heuristik ini mempunyai kelemahan antara lain adalah : (1) tidak semua siswa cocok dengan pendekatan ini, kadang-kadang siswa lebih senang diberi pelajaran oleh gurunya melalui ceramah dan tanya jawab, (2) guru kurang biasa menggunakan pendekatan ini di dalam pembelajaran disekolah karena faktor kemampuan, (3) pendekatan ini kurang cocok bagi siswa yang lamban, dan (4) pendekatan ini menuntut perlengkapan yang memadai, terutama bagi pekerjaan di laboratorium. Cara mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, maka prosedur heuristik untuk menemukan jawaban dilakukan dengan cara tidak ketat, misalnya menganjurkan siswa-siswa menemukan jawaban atas masalah pelik dengan memikirkan masalah yang ada persamaannya yang lebih sederhana atau berpikir

9 secara analogi, berdasarkan simetri, atau dengan melukiskannya atau membuat diagram. Siswa dibimbing oleh guru agar menemukan sendiri konsep yang dicari, tetapi konsep itu belum tentu telah diketahui oleh guru sebelumnya. C. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar dengan Metode Heuristik Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dikatakan bahwa: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Berarti dalam pelaksanaan pembelajaran IPA perlu menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Materi tidak sekedar disampaikan secara verbal namun harus diberikan secara faktual melalui interaksi langsung dengan lingkungan sekitar siswa. Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-nya, 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, 4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, 6. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

10 Salah satu tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yaitu mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik metode heuristik yaitu siswa aktif mencobakan dan ada temuan-temuan yang akhirnya dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan. Ini berarti metode heuristik dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA di SD. D. Pembelajaran IPA dengan Metode Heuristik dengan Permainan Replika Pohon Pembelajaran IPA dengan metode heuristik merupakan langkah pengembangan metode yang didasari dengan mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik metode heuristik yaitu siswa aktif mencobakan dan ada temuan-temuan yang akhirnya dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan. Sehingga diharapkan siswa mampu mengembangkan pola pikir mereka dengan kreatif ketika mereka dihadapkan langsung dengan kerja tim atau kelompok. Diharapkan siswa dapat menjadi kompak dan situasi pembelajaran lebih aktif, dan mendorong siswa yang awalnya kurang aktif menjadi termotivasi dengan konsep metode heuristik dengan permainan replika pohon. Dengan begitu masing- masing siswa saling berinteraksi dan saling berdiskusi ketika siswa mengerjakan tugas kelompok. Permainan replika pohon merupakan hal yang patut diterapkan dalam pembelajaran IPA dengan metode heuristik karena dengan konsep replika pohon, siswa dapat berimajinasi terlebih dahulu tentang apakah fungsi tumbuhan itu yang terbagi atas fungsi akar, daun batang dan bunga. Dengan demonstrasi yang diterapkan oleh peneliti diharapkan siswa memperoleh tingkat ketuntasan yang signifikan dalam pembelajaran IPA tentang struktur anatomi tumbuhan. 1. Hasil penelitian yang relevan Isti Yulianti, S.Pd.SD melakuan penelitian tindakan kelas di SDN Sambilawang Pati untuk mata pelajaran IPA pada kelas IV dikarenakan hasil belajar yang rendah pada pembelajaran IPA di kelas IV, diharapkan dengan metode mendemonstrasikan permainan replika pohon, maka nilai rata-rata siswa semakin meningkat.

11 Penelitian yang dilakukan peneliti berbeda dengan yang dilakukan peneliti sebelumnya. Karena peneliti sebelumnya menggunakan metode ceramah dan hasinya kurang signifikan dlam pencapaian KKM yang diharapkan, sedangkan dengan menggunakan metode heurisik dengan mendemonstrasikan permainan replika pohon dalam pembelajaran IPA, siswa diharapkan mampu memperoleh hasil yang memuaskan. Proses mendapatkan hasil peneitian yang relevan guru peneliti menggunakan metode heuristik dengan mendemonstrasikan permainan replika pohon dan siswa ikut aktif dalam proes belajar mengajar dengan membawa sample tumbuhan yang ada di sekitar lingkungan mereka sehingga ketika mereka mendiskusikan tugas yang diberikan guru, mereka dapat mengetahui langsung dari tumbuhan yang mereka bawa dari masing-masing kelompok diskusi. Kemudian hasil diskusi tentang anatomi tumbuhan dengan menyebutkan fungsi bagian tumbuhan yang mereka bawa, siswa dapat ikut ktif andil dalam presentasi antar kelompok sehingga pembelajaran lebih aktif. Untuk mendapatkan nilai yang relevan guru peneliti memberikan soal evaluasi untuk memperkut pemahaman dan pencapaian nilai KKM yang leih baik. 2. Kerangka berfikir Dalam sebuah penelitian untuk mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan, tidak lepas dari penggunaan metode yang tepat dan penggunaan manajemen waktu yang baik dalam penerapan suatu metode belajar, sehingga peran siswa dalam pembelajaran dapat mendukung hasil belajar yang baik pula. Langkah-langkah dalam penerapan metode pembelajaran heuristik dalam pembelajaran IPA dengan mendemonstrasikan permainan replika pohon sebagai berikut: a. Guru mendemonstrasikan media replika pohon alam penerapan pembelajaran IPA di kelas IV di SDN Sambilawang Pati b. Guru menjelaskan tentang tta cara dan aturan dalam permainan Replika pohon dalam pembelajaan IPA di SDN Sambilawang Pati pada kelas IV c. Guru menyuruh siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 6 kelompok diskusi yang dipimpin oleh masing-masing ketua kelompok dan dibimbing oleh seorang guru

12 d. masing-masing perwakilan ketua kelompok mengambil petanyaan yang disedikan di media replika pohon kemudian didiskusikan dengan masingmasing anggota kelompok e. Masing-masing anggota kelompok mempresentasikan hasil dari diskusi kelompok berdasarkan fakta tumbuhan yang mereka bawa dari lingkungan sekitar f. Guru memberikan pendalaman materi dengan memberikan soal evaluasi pada siklus 1, siklus 2 dan sikus 3 Berikut adalah kerangka berpikir dalam pembelajaran IPA menggunakan metode heuristik dengan menggunakan media replika pohon: KERANGKA BERFIKIR KONDISI AWAL Guru gunakan pembelajaran konvensional Hasil belajar rendah TINDAKAN Metode heuristik + replika pohon Siklus I hasil belajar masih belum tuntas KONDISI AKHIR Tuntas hasil belajar KKM Siklus II hasil belajar tuntas

13 3. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir dalam suatu penelitian, maka peneliti merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Penggunaan metode heuristik dengan permainan replika pohon dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang anatomi tumbuhan pada siswa kelas IV SDN Sambilawang Pati semester 1 /2012-2013.