BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

HUBUNGAN SIKAP KERJA STATIS TERHADAP NYERI BAHU PADA PEKERJA MEMBATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

HUBUNGAN POSISI KERJA ANGKAT DENGAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDER PADA NELAYAN TANGKAP DI MUARA ANGKE PLUIT JAKARTA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

IDENTIFIKASI MUSCULOSKLETAL DISORDERS (MSDs) PADA AKTIVITAS PENGEMASAN IKAN LOMEK (HARPODON NEHEROUS) DI KAWASAN MINAPOLITAN KUALA ENOK

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran risiko..., Pongki Dwi Aryanto, FKM UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB I PENDAHULUAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bambang, 2008 mengemukakan 3 (tiga) sikap kerja yaitu: duduk, duduk berdiri, dan berdiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Riana Gustarida Jamal 1 Hendra 2. Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Abstrak

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

I. PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada daerah

BAB I PENDAHULUAN. industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang. keselamatan dan kesehatan akan aman dari gangguan.

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Saat ini pembangunan industri menjadi salah satu andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : diusahakan atas dasar hitungan harian

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Depkes RI (2007), perawat adalah seorang yang telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan usaha mikro, kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. sakit akibat pekerjaanya itu, baik itu berupa cedera, luka-luka atau bahkan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2020 mendatang, di mana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan persyaratan yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi

BAB 3 METODOLOGI. Tingkat Risiko MSDs Pekerja Konstruksi. Keluhan MSDs. Gambar 3.1. Kerangka Konsep. 32 Universitas Indonesia

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa data di 3 group pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

BAB 1 PENDAHULUAN. (Azhar, 2011). Banyak ditemui keluhan dari para pekerja terkait masalah

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesiasebagian warga berprofesi nelayan, kegiatan yang dilakukan oleh nelayan harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu sehingga harus ada keseimbangan antara keduanya karena akan mempengaruhi kesehatan dan kinerja manusia, nelayan akan melakukan pekerjaan secara terus menerus dan akan melakukan gerakan yang terus menerus dilakukan selama bekerja sehingga mengalami kelelahan otot.sikap kerja yang tidak ergonomi ini akan cepat menimbulkan kelelahan dan berbagai gangguan pada sistem otot skeletal serta memerlukan energi yang lebih besar dalam usaha yang sama seperti pada proses penangkapan ikan sehingga kelelahan lebih cepat muncul (Manuaba. 1990). Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Sutjana. 2003). Berdasarkan studi oleh European Campaign On Musculoskeletal Disorders terhadap 235 juta pekerja dibeberapa Negara Eropa pada tahun 2008, diperoleh 18% pekerja telah mengalami MSDs dikibatkan pekerjaan memindahkan benda berat setiap harinya. Memperkirakan prevalensi gangguan muskuloskeletal mencapai hampir 60% dari semua penyakit akibat kerja.gangguan muskuloskeletal ini menimbulkan rasa nyeri dan terbatasnya gerakan pada daerah yang terkena, terjadi akibat aktivitas fisik dan/atau posisi kerja(who. 2003).Sedangkan40,5% pekerja di Indonesia mempunyai gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaannya dan diantaranya adalah gangguan otot rangka sebanyak 16% ( Depkes RI. 2005) BLS (Bureu Labor Statistics) melaporkan bahwa angka kecelakaan musculoskeletal saat pengangkatan beban mencapai 52% untuk kegiatan mendorong, kegiatan menarik 1

mencapai 13%, kegiatan membawa mencapai 10%, gerakan berulang mencapai 13% dan lain-lainnya mencapai 12% Gangguan muskuloskeletal merupakan gangguan yang terjadi pada tubuh manusia akibat dari kegiatan tubuh dilakukan selama bergerak terlalu menerima beban berat yang dapat menyebabkan kelelahan otot.gangguan muskuloskeletal ini terjadi pada bagian tubuh otot dan tulang yang mengalami penurunan sistem gerak.seseorang yang melakukan bentuk kerja kurang ergonomis dapat mengalami gangguan muskuloskeletal pada tubuhnya khususnya bagi mereka yang bekerja di bidang pertanian.sebagian besar gangguan muskuloskeletal yang dialami oleh petani adalah nyeri.nyeri yang dialami oleh setiap petani tersebut bersifat subjektif.kesubjektifan rasa nyeri yang dialami petani ini dilihat dengan melakukan sistem NBM (Nordic Body Map) yaitu melakukan wawancara dengan petani dan menunjukkan posisi nyeri pada tubuh di kertas kuesioner yang sudah terdapat titik-titik nyeri pada tubuh manusia (Wilson &Corlett. 1995). Kelainan sistem muskuloskeletal merupakan penyebab utama dari nyeri menahun dan kelainan fisik.komponen system muskuloskeletal bisa mengalami robekan, cedera maupun peradangan. Penelitian yang melibatkan 800 orang dari 8 sektor informal di tanah air menunjukkan hasil bahwa gangguan muskuloskeletal dialami oleh 31,6 % petani kelapa sawit di Riau, 21% perajin wayang kulit di Yogyakarta, 18% perajin Onyx di Jawa Barat, 16,4% penambang emas di Kalimantan Barat, 14,9% perajin sepatu di Bogor, dan 8% perajin kuningan di Jawa Tengah. Perajin batu bata di Lampung dan nelayan di DKI Jakarta adalah kelompok pekerja yang paling banyak menderita gangguan muskuloskeletal, masing 76,7% dan 41,6%. Semua pekerja mengeluhkan nyeri di punggung, bahu, dan pergelangan tangan (Daniel. 2006) Setelah penulis melakukan observasi langsung, ternyata banyak di temukan nelayan yang mengalami keluhan dibagian pergelangan tangan, leher, punggung bawah, betis. 2

Dikarenakan posisi kerja angkat nelayan yang tidak ergonomic, nelayan tangkap bekerja satu bulan di kapal dilakukan untuk mencari dan menangkap ikan, nelayan menangkap ikan menggunakan kapal dengan peralatan jaring pukat.oleh sebab itu banyak nelayan yang mengeluh nyeri diseluruh badan setelah melakukan aktifitas menangkap dikarena melakukan gerakan berulang yang secara terus menerus dan posisi kerja nelayan yang tidak baikakan menimbulkan nyeri yang dimaksudkan Musculoskeletal Disorders(MSDs). Selama ini belum ada penelitian tentang posisi kerja angkat dan bahaya posisi kerja angkat yang tidak baik yang dapat menimbulkan keluhan Musculoskeletal Disorders. Maka penulis berniat untuk melakukan penelitian pada nelayan disekitar Muara Angke. 1.2 Identifikasi Masalah Posisi kerja yang dilakukan secara berulang akan menimbulkan cidera otot sehingga perlu adanya posisi kerja yang baik agar tidak terjadi cidera otot. Musculoskeletal Disorders (MSDs) merupakan kelainan pada jaringan lunak terhadap penyebab nontraumatik yang disebabkan oleh interaksi lingkungan kerja.keluhan ini dapat dibedakan menjadi keluhan yang sifatnya sementara dan keluhan yang menetap (Baiduri, 2008).Musculoskeletal Disorders (MSDs) terjadi bila : A. Faktor Pekerjaan Salah satu faktor yang datang dari luar adalah kondisi lingkungan kerja di sekitar tempat kerja seperti : temparatur, sirkulasi udara, cahaya, kebisingan dan kelembaban yang kesemuanya berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia dan kondisi pekerjaan agar senantiasa memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja (ILO. 1998). 1. Peregangan Otot Peregangan otot yang berlebihan Gangguan Muskuloskeletal merupakan gangguan yang terjadi pada tubuh manusia akibat dari kegiatan tubuh dilakukan selama 3

bergerak terlalu menerima beban berat yang dapat menyebabkan kelelahan otot.proses kerja secara manual lebih memerlukan penggunaan tenaga otot dan kekuatan otot ditentukan oleh sifat dari sel otot itu sendiri. Kontraksi otot memerlukan energi dan menghasilkan zat sisa metabolisme (Cummings. 2003). 2. Gerakan berulang Tingkat keparahan risiko tergantung pada frekuensi pengulangan, kecepatan gerakan atau tindakan, jumlah otot yang terlibat dalam kerja, dan gaya yang dibutuhkan. 3. Postur janggal Penyimpangan dari postur kerja yang ideal dari lengan pada sisi siku batang tubuh, lengan, dengan pergelangan tangan lurus.postur janggal biasanya termasuk meraih ke belakang, memutar, dan jongkok.jika postur yang canggung selama bekerja, ada peningkatan risiko cidera.semakin sendi bergerak jauh dari posis netral, kemungkinan cedera semakin besar. 4. Beban angkat Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan otot rangka. Berat beban yang direkomendasikan adalah 23-25 kg, sedangkan menurut Departemen Kesehatan (2009) mengangkat beban sebainya tidak melebihi dari aturan yaitu lakilaki dewasa sebesar 15-20 kg dan wanita (16-18) sebesar 12-15kg. 5. Posisi kerja Posisi alamiah sehingga tidak menimbulkan sikap paksa yang melampaui kemampuan fisiologis tubuh (Grandjean &Kroemer, 2000).Sikap tidak alamiah ini terjadi karena interaksi antara pekerja dan alat kerja yang kurang berimbang atau alat kerja yang digunakan kurang sesuai dengan antropometri pekerja.sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiahnya.semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi, semakin tinggi pula 4

terjadi keluhan otot skeleta. Sikap kerja tidak alamiah pada umumnya karena ketidak sesuaian pekerjaan dengan kemampuan pekerja (Grandjen. 1993) 6. Durasi Durasi adalah lamanya pajanan dari faktor risiko. Durasi selama bekerja akan berpengaruh terhadap tingkat kelelahan. Kelelahan akan menurunkan kinerja, kenyamanan dan konsentrasi sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Durasi manual handling yang lebih besar dari 45 menit dalam 1 jam kerja adalah buruk dan melebihi kapasitas fisik pekerja.selain itu, ada pula yang menyebut durasi manual handling yang berisiko adalah > 10 detik (Humantech. 1995).Sedangkan dalam REBA, aktivitas yang berisiko adalah 1 menit jika ada satu atau lebih bagian tubuh yang statis. B. Faktor Individu 1. Umur Menjelaskan bahwa umur berhubungan dengan keluhan pada otot menyatkan bahwa pada umumnya keluhan musculoskeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu antara 25-65 tahun. Keluhan pertama biasa dirasakan pada usia 35 tahun dan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur (Tarwaka. 2004). Jadi semakin tua umurnya semakin besar risiko terjadinya gangguan MSDs. 2. Kebiasaan merokok Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan yang dirasakan (Tarwaka. 2004).Perokok lebih memiliki kemungkinan menderita masalah punggung dari pada bukan perokok.efeknya adalah hubungan dosis yang lebih kuat dari pada yang diharapkan dari efek batuk risiko meningkat sekitar 20% untuk setiap 10 batang rokok perhari (Pheasant. 1991). 5

3. Kebiasaan Olahraga Tingkat kesegaran jasmani yang rendah akan meningkatkan risiko terjadinya keluhan otot. Kesegaran tubuh terdiri dari 10 komponen, yaitu: kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, kelenturan, keseimbangan, kekuatan, koordinasi, ketepatan dan waktu reaksi. Kesepuluh komponen tersebut dapat diperkuat melalui kebiasaan olahraga. Bagi pekerja dengan kekuatan fisik yang rendah, risiko keluhan menjadi tiga kali lipat dibandingkan yang memiliki kekuatan fisik tinggi (Ariani. 2009) C. Faktor Lingkungan 1. Getaran Getaran ini terjadi ketika spesifik bagian dari tubuh atau seluruh tubuh kontak dengan benda yang bergetar seperti menggunakan Power Hand Tooldan pengoperasianforklift saat mengangkat beban. Getaran juga dapat menyebabkan kontraksi otot meningkat yang menyebabkan peredaran darah tidak lancar, sehingga terjadi peningkatan timbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri. 2. Suhu Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh mengakibatkan sebagian energi di dalam tubuh dihabiskan untuk mengadaptasikan suhu tubuh terhadap lingkungan. Apabila tidak disertai energi yang cukup akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot (Tarwaka. 2004). 3. Pencahayaan Pencahayaan akan mempengaruhi ketelitian dan performa kerja. Bekerja dalam kondisi cahaya yang buruk, akan membuat tubuh beradaptasi untuk mendekati 6

cahaya. Jika hal tersebut terjadi dalam waktu yang lama meningkatkan tekanan pada otot bagian atas tubuh (Bridger. 1995) 1.3 Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini membatasi untuk lebih fokus terhadap faktor posisi kerja ergonomi yang dapat menyebabkan keluhanmusculoskeletal Disorders (MSDs) seperti leher, punggung, serta gerakan berulang pada nelayan tangkap ikan yang sering melakukan aktifitas mengangkat ikan di pelelangan ikan Muara Angke. 1.4 Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah penelitian ini yang berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah adalah apakah ada hubungan antara posisi kerjaangkat dengan keluhan Mosculoskeleta Disorderpada nelayan tangkap dimuara Angke? 1.5 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara posisi kerja angkat dengan keluhan Mosculoskeleta Disorderpada nelayan tangkap di Muara Angke 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi posisi kerja nelayan tangkap di pelelangan ikan Muara Angke b. Mengidentifikasi keluhan mosculoskeletal disorder pada nelayan dagang di pelelangan ikan Muara Angke c. Analisis hubungan posisi kerja nelayan dengan keluhan mosculoskeletal disorder dipelelangan ikan Muara Angke 1.6 Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Hasil penelitian dapat di gunakan sebagai pengetahuan tentang posisi kerja dan Muskuloskeleta Disorder di lingkungan masyarakat sehingga masyarakat dapat 7

mengintervensi untuk menurunkan angka Musculoskeletal Disorderdilingkungan tersebut. 2. Bagi jurusan kesehatan masyarakat Hasil penelitian dapat dikembangkan dan sebagai acuan dan gambaran untuk meneliti masalahmusculoskeletal disorder 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian dapat disajikan dalam suatu bidang studi kesehatan masyarakat dengan metode ilmiah sebagai penerapan disiplin kesehatan dan keselamatan kerja dalam bentuk karya ilmiah 8