BAB V KESIMPULAN. Tabob merupakan hewan yang disakralkan oleh masyarakat Nufit (dalam hal ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berputarnya waktu, suatu komunitas sosial selalu mengalami

BAB IV SAKRAL DAN PROFAN DALAM PEMAHAMAN MASYARAKAT NUFIT HAROA (TUUN EN FIT) TENTANG TABOB

TABOB (Kajian Sosio Antropologis Terhadap Pemahaman Masyarakat Nufit Haroa Tentang Tabob) TESIS FRANSISKA NOVELINE ANMAMA

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA. IV.1 Sakralnya Pusat Pulau Dalam Pemahaman Orang Abubu

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

BAB IV TINJAUAN KRITIS INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT YALAHATAN DALAM PLURALITAS AGAMA

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

SAMBUTAN KETUA PERHIMPUNAN MASYARAKAT MALUKU TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB V AIN NI AIN SEBAGAI PENDEKATAN KONSELING PERDAMAIAN BERBASIS BUDAYA

BAB III TABOB DAN MASYARAKAT NUFIT HAROA (TUUN EN FIT) Selatan berbatasan dengan Laut Arafura, dan sebelah Barat berbatasan dengan Selat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. berikut ini. Pertama, dinamika historis masyarakat Hatuhaha Amarima selalu

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang diwajibkan untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja


MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

BAB V PENUTUP. kelahiran, upacara perkawinan, dan upacara kematian. masyarakat Minagkabau. Tradisi mandoa merupakan bentuk akulturasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti

BAB II KAJIAN TEORITIS

MANUSIA dan AGAMA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI. Pertemuan III FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014

BAB IV ANALISIS. yang berlangsung secara turun-temurun yang diwarisi oleh pelaku dari leluhur

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

B. TOPIK PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP AGAMA

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

Cover Page. The handle holds various files of this Leiden University dissertation.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat

BAB IV BENTUK KERUKUNAN UMAT BERGAMA ISLAM DAN KRISTEN DI DESAMIAGAN. A. Bentuk Kerukunan Beragama Islam Dan Kristen Pada Hari Besar

Ota Rabu Malam. Musik Ritual. Disusun oleh Hanefi

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

BAB 1 PENDAHULUAN. spesifik. Oleh sebab itu, apa yang diperoleh ini sering disebut sebagai

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri diatas keberagaman suku,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

Alat Musik Dalam Adat dan Gereja. (Studi Terhadap Penggunaan Alat Musik di Jemaat GPM Soya Klasis Pulau Ambon) T E S I S

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang. 1.1 Identifikasi Masalah. Maluku dengan Ibukota Ambon adalah salah satu provinsi yang terletak di

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

SOSIOLOGI AGAMA PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEMESTER VI PERTEMUAN IV AGAMA DAN MASYARAKAT OLEH: AJAT SUDRAJAT

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN. 1. Solidaritas Sosial sebagai Kekuatan dalam Hubungan Kekerabatan dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. ghoirumahdloh (horizontal). Sebagaimana firman Allah swt berikut:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA. Nomor : 08 Tahun : 2009 Seri : D Nomor : 08 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 08 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Anastasia Jessica Putri Larasati

2. Kesimpulan Khusus Adapun kesimpulan secara khusus akan dijabarkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa

BAB IV ESMAKETDALAM PERSPEKTIF SAKRAL DAN PROFAN. A. Analisis Tentang Esmaket Pada Masyarakat Desa Mepa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. (1968) disebut sebagai tragedi barang milik bersama. Menurutnya, barang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan

BAB V PENUTUP. 1. Tradisi Piring Nazar sebagai sebuah kenyataan sosio-religius dapat dijadikan sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

Bab IV. Analisa. pemberian dari nenek moyang atau leluhur dari suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa

BAB V KESIMPULAN. secara bertahap dimulai dari swadaya, boyongan, dan dibawa ketika terjadinya

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN Tabob merupakan hewan yang disakralkan oleh masyarakat Nufit (dalam hal ini yang dimaksud adalah Nufit Haroa yaitu Tuun En Fit yang terdiri dari tujuh ohoi) yang berada di wilayah Kecamatan Kei Kecil Barat, Kabupaten Maluku Tenggara. Tabob menjadi makanan pusaka dan diwajibkan kepada mereka untuk mengkonsumsinya melalui berbagai aturan dan syarat yang harus dipatuhi. Sebagai hewan yang diberikan oleh leluhur, tabob diberikan nama/panggilan khusus yaitu Ub yang dihargai dan dihormati sama dengan leluhur/moyang mereka. Atas dasar inilah, masyarakat mengsakralkannya. Sampai saat ini masyarakat masih memiliki kepercayaan yang disebut totemisme yang merupakan salah satu bentuk kepercayaan asli masyarakat, walaupun mereka telah menganut agama Kristen Protestan dan Katolik. Bentuk kepercayaan seperti ini mampu menciptakan kebersamaan dan kesatuan serta memperkuat ikatan kekerabatan dan kekeluargaan yang ada di dalam masyarakat. Solidaritas sosial masyarakat ini juga bersumber pada legenda tentang tabob. Bentuk kearifan lokal ini kemudian terancam oleh berbagai tantangan terutama masalah pembangunan dalam hal ini pihak pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat/World Wildlife Fund (WWF) yang berargumen bahwa kepercayaan tentang tabob mengancam kelestarian hewan tersebut dan karena itu mereka berupaya untuk melakukan konservasi terhadapnya. Tantangan juga bisa saja datang dari

pengusaha-pengusaha tetentu yang melihat kekayaan lokal ini sebagai sarana untuk mencari keuntungan diri apalagi didukung dengan kondisi masyarakat yang masih sangat sederhana serta kekurangan dalam berbagai hal terutama pendidikan. Dalam menghadapi berbagai tantangan yang datang dari dalam maupun luar masyarakat sendiri, budaya serta nilai-nilai yang ada dapat mengalami pergeseran. Hal ini disebabkan karena perkembangan yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan yang membuat orang mulai mengutamakan kepentingan pribadi dari pada banyak orang. Hal ini juga terjadi di beberapa ohoi seperti Ohoiren, Ohoira, Somlain dan Ur. Tetapi ada juga yang masih dengan teguh memegang kepercayaan dan budaya serta menolak kehadiran pihak lain yang bertentangan dengan kepercayaan mereka, seperti yang terjadi pada masyarakat Madwaer. Mereka masih memanfaatkan nilai-nilai budaya sebagai pedoman hidup. Kondisi yang harmonis dalam masyarakat selalu di jaga. Mereka cenderung mempertahankan budaya dan nilai-nilai yang ada karena dalam pandangan mereka jika semua ini tidak lagi dilakukan dan dipertahankan, akan terjadi kekacauan dan ketidakharmonisan dalam masyarakat. Selain itu, mereka merasa berkewajiban untuk tetap melakukan dan menjaga tradisi sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan bahkan rasa takut kepada leluhur. Gambaran mengenai tabob sebagai hewan yang disakralkan dalam kehidupan masyarakat ini, mirip dengan yang dilihat Durkheim dalam penelitiannya mengenai totemisme. Dalam menelaah fungsi agama di tengah masyarakat, ia memusatkan perhatian pada agama yang terdapat pada masyarakat sederhana/primitif untuk memahami dasar-dasar kehidupan sosial. Oleh karena itu, baginya agama merupakan 131

sesuatu yang bersifat sosial. Agama adalah sistem yang terdiri dari kepercayaan dan praktek yang berhubungan dengan hal-hal yang sakral, kepercayaan dan praktek yang bersatu menjadi sebuah komunitas moral. Dari sini ia kemudian memberikan perbedaan pada kepercayaan dan ritus dengan mengatakan bahwa kepercayaan dinyatakan dalam ritual yang dilakukan. Oleh karena itu kekerabatan suatu klan/suku tertentu sangat ditentukan oleh keyakinan terhadap totem (binatang/tumbuhan) dan ritual yang mereka lakukan. Ritus-ritus yang dilakukan memiliki tujuan untuk memperkuat solidaritas kelompok, dan dari agama terbentuk solidaritas sosial. Dalam penelitian yang dilakukan, solidaritas masyarakat ini telah terbentuk sebelumnya melalui budaya-budaya seperti maren, yelim dan bahkan pandangan hidup orang Kei yaitu vuut ain mehe ngivun manut ain mehe tilur (telur yang berasal dari seekor ikan dan seekor burung). Solidaritas masyarakat ini semakin dibentuk, dipelihara dan bertambah kuat ketika mereka sama-sama terlibat dalam tradisi mencari, memanggil, membagikan dan mengkonsumsi daging tabob secara bersama baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Teori yang dikemukakan oleh Emile Durkheim dan Mircea Eliade sangat membantu dalam menganalisis pemahaman masyarakat tentang tabob sekaligus melihat hal-hal sakral dan profan dalam kehidupan masyarakat ini terutama dalam kepercayaan mereka tentang totem. Kedua tokoh ini melihat hal yang sakral dan profan dalam agama-agama sederhana seperti totemisme (menurut Durkheim) hingga agama-agama kompleks atau modern (menurut Mircea Eliade). Dalam masyarakat Nufit Haroa terutama di ohoi Madwaer dan Ohoiren sebagai pusat penelitian ini ada 132

hal yang berbeda. Di Madwaer, masyarakat yang telah menganut agama Kristen Protestan ternyata sampai sekarang masih memiliki kepercayaan yaitu totemisme. Masyarakat memiliki dua bentuk kepercayaan sekaligus, dan tetap menjalankan tugas dan kewajiban mereka dalam kaitan dengan kepercayaan mereka. Hal ini tidak dilihat oleh kedua tokoh ini, terutama oleh Durkheim dalam totemismenya. Ketaatan terhadap agama yang dianut ditunjukkan dengan ibadah dan penyembahan kepada Tuhan Allah, disamping itu ketaatan dan penghormatan juga dilakukan dengan penyembahan kepada leluhur/moyang yang sudah meninggal. Mengapa masyarakat yang sudah menganut agama Kristen Protestan dan percaya kepada Tuhan Allah masih menunjukkan praktek kepercayaan asli yaitu menyembah leluhur? Masyarakat menyembah Tuhan Allah sekaligus menyembah leluhur karena bagi mereka leluhur dapat memberikan sesuatu yang mereka butuhkan salah satunya adalah tabob. Oleh karena adanya kebutuhan-kebutuhan masyarakat maka eksistensi agama-agama ini tetap dipertahankan. Ketika kehilangan segi fungsi atau tidak fungsional lagi maka agama bisa saja hilang dari dalam masyarakat. Kedua bentuk perilaku keagamaan ini (baik dalam agama modern maupun agama sederhana atau dapat dikatakan agama suku) tetap ada di dalam masyarakat dan dilakukan bersamaan, karena keduanya memiliki fungsi atau diyakini dapat memuaskan keinginan mereka dan karena itu keduanya sama-sama diperlukan. Agama suku/penyembahan kepada leluhur merupakan bentuk praktek keagamaan yang sudah ada dari dahulu, berakar dan menyatu dengan masyarakat serta menjadi bagian dari kehidupan sekaligus identitas mereka yang sulit dihilangkan. 133

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan di atas, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan sekaligus perlu ditindaklanjuti yaitu: 1. Pemerintah Ohoi (Badan Saniri, perangkat ohoi, serta Raja di pusat raschap) disarankan untuk memberikan perhatian terhadap budaya yang ada di dalam masyarakat yang memiliki/mengandung berbagai nilai yang positif untuk meningkatkan kebersamaan, kesatuan, kekerabatan dan kekeluargaan masyarakat baik di dalam ohoi maupun antar ohoi di wilayah Nufit Haroa (Tuun En Fit) terutama dalam kaitan dengan tabob. Oleh karena itu, setiap kegiatan yang diikuti di luar ohoi dalam kaitan dengan tabob dan yang lainnya, harus disosialisasikan kepada masyarakat ohoi setempat selain sebagai pengetahuan tambahan, mereka juga dapat mengetahui masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh ohoi. 2. Pemerintah Daerah disarankan agar lebih memahami masyarakat dan kebutuhan mereka agar tidak terjadi kesalahpahaman atau pertentangan terutama dalam kaitan dengan tabob. Sebab berdasarkan penelitian dan pengamatan yang dilakukan, tampaknya ada pertentangan dan perselisihan antara masyarakat dengan pemerintah Daerah dalam kaitan dengan tabob. Ada sebagian orang yang merasa tidak puas dengan tindakan pemerintah yang bekerja sama dengan World Wildlife Fund (WWF) dalam melakukan upaya konservasi terhadap tabob. Hal ini disebabkan karena pemahaman masyarakat yang menunjukkan kepercayaan dan keyakinan adat yang kuat bertentangan dengan ilmu pengetahuan yang diwujudkan dalam penelitian serta kegiatan-kegiatan lembaga ini yang mengakibatkan mereka ditolak oleh masyarakat. Saran yang lain adalah 134

pemerintah hendaknya memperhatikan aspek pendidikan di ohoi-ohoi yang letaknya jauh dari pusat kota seperti di wilayah Nufit Haroa (Tuun En Fit), sebab pendidikan menjadi hal utama dalam kemajuan masyarakat. Masyarakat merasa memiliki pengetahuan yang minim sehingga pihak luar dapat saja menggunakan kelemahan ini untuk mengambil alih kekayaan budaya dan alam yang dimiliki, seperti kekecewaan masyarakat terutama Madwaer terhadap pemberitaan di internet tentang tabob yang menceritakan sejarah yang menurut mereka keliru, serta mengatakan bahwa salah satu tradisi mereka adalah melakukan perburuan tabob. Padahal mereka tidak melakukan perburuan tetapi pencarian. Selain itu, pentingnya melihat tradisi seperti ini sebagai sebuah kearifan lokal yang dapat dijadikan sebagai modal membangun hubungan persaudaraan dan kekeluargaan dalam masyarakat Nufit Haroa. 3. Lembaga Pendidikan di wilayah Nufit Haroa disarankan untuk memuat budaya dalam kaitan dengan tabob ke dalam mata pelajaran muatan lokal yang mengajarkan tentang tarian tabob, lagu-lagu maupun cerita sejarah. Dengan demikian, tradisi dan budaya yang ada tetap dilestarikan dan diketahui oleh generasi yang akan datang. 4. Pemerintah adat (tokoh-tokoh adat, atau orang tua-tua di ohoi) di sarankan untuk melakukan pertemuan demi membahas dan menyejajarkan sejarah yang saat ini memiliki banyak versi/model. Tentunya ini dapat dilakukan berdasarkan kesadaran dan kecintaan terhadap tradisi dan budaya yang kaya akan nilainilainya. Banyaknya versi cerita sejarah tabob menyebabkan saling menuduh 135

antara satu dengan yang lain dan meyakinkan diri bahwa versinya yang benar dan versi orang lain yang salah. Karena itu hendaknya mereka yang lebih mengetahui serta memiliki bentuk tertulis dari cerita ini dapat berbagi pengetahuan tersebut kepada anak cucu. 5. Masyarakat hendaknya melestarikan dan memelihara tradisi seperti ini dalam upaya untuk membangun hubungan keakraban dan persaudaraan serta menciptakan kondisi yang aman dan damai seperti nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Akan tetapi tidak dapat dihindari adanya penyimpangan terhadap tradisi dan budaya ini serta pergeseran nilai-nilai yang ada yang disebabkan karena pengaruh dari luar terutama perkembangan dan pengaruh ilmu teknologi serta faktor dari dalam terutama pertentangan atau konflik yang terjadi dalam masyarakat dalam kaitan dengan kehadiran Lembaga Swadaya Masyarakat dan WWF untuk program konservasi tabob. Terhadap perubahan yang terjadi ini, sebagian anggota masyarakat terutama di kalangan orang tua memiliki kerinduan utntuk mengembalikan nilai-nilai yang hilang itu. Oleh karena dapat disarankan kepada masyarakat Nufit Haroa yaitu Tuun En Fit (tujuh ohoi) maupun Lair En Tel (tiga ohoi) untuk memanfaatkan siran yang ada di Ohoiren sebagai tempat pertemuan dalam membahas hal-hal yang berkaitan dengan Nufit, dimanfaatkan juga untuk membahas dan menyatukan segala kegundahan dan kegelisahan terhadap hal ini sebagai wujud kesiapan dalam menghadapi berbagai perubahan yang akan terjadi. Sebab tidak ada masyarakat yang tidak mengalami perubahan. 136

Tidak ada kebudayaan yang tidak berubah, cepat atau lambat, besar atau kecil perubahan terhadap masyarakat dan kebudayaan pasti akan terjadi. 137