ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND

dokumen-dokumen yang mirip
Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan dengan pendekatan teori yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

PENGGUNAAN KALIMAT DALAM TEKS PENULISAN KEMBALI DONGENG SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 19 MALANG. Sabitul Kirom 1 Nurhadi 2 Dwi Saksomo 3

RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAH LUQMAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

Abstrak. Kata kunci: silogisme kategoris, kalimat, klausa. Latar Belakang Pelajaran kalimat merupakan dasar dari pelajaran mengarang.

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai rubrik berita maupun iklan, yakni rubrik berita utama (coverstory),

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wujud pragmatik imperatif dipilih sebagai topik kajian penelitian ini karena di dalam kajian dapat

RINGKASAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang

KONSTRUKSI SINTAKSIS KALIMAT TULIS PEMBELAJAR ASING BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa

RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-LAIL

ABSTRAK. Kata kunci : kesalahan kebahasaan, surat dinas, pemerintahan desa grugu.

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA PENELITIAN MINI MAHASISWA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat,

BAB V PENUTUP. bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S )

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak

MEDIA DAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. tulis (Alwi, 2003:7). Ragam bahasa lisan memiliki beberapa perbedaan dengan

ANALISIS GEJALA BAHASA PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini

BAB I PENDAHULUAN. sendiri sebagai satu kesatuan. Kalimat merupakan unit gramatikal terbesar yang

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tulis dalam berkomunikasi. Menurut Arifin (2000: 3), dalam wacana lisan,

PEMANFAATAN SASTRA SEBAGAI BAHAN AJAR PENGAJARAN BIPA

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prakteknya penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah sama dengan komunikasi

ANALISIS KLAUSA DALAM SURAT KABAR HARIAN MEDIA INDONESIA. Oleh: Rismalasari Dalimunthe ABSTRAK

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

menggunakan konjungsi pada karangan yang dibuatnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizqi Aji Pratama, 2013

PENGGUNAAN METODE CERAMAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI PADA SISWA KELAS VII-B SMP NEGERI 5 KEDIRI

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA MAKALAH MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PAMULANG

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keterampilan berbahasa baik berbicara, menyimak, membaca maupun

KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM SURAT KABAR HARIAN PAGI POSMETRO PADANG. Oleh Fatmi Amsir ABSTRAK

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP

PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE

TINDAK TUTUR LANGSUNG LITERAL DAN TIDAK LANGSUNG LITERAL PADA PROSES PEMBELAJARAN MICRO TEACHING

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POLA SINTAKSIS PADA POSTER DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP. Oleh

BAB II LANDASAN TEORI. Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS PADA PENULISAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dapat berupa percakapan (lisan) dan tulisan. Apabila pesan yang

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

Transkripsi:

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND Berlian Pancarrani Pascasarjana, Universitas Negeri Malang berlianpancarrani@gmail.com Abstrak Analisis level kemahiran berbahasa bagi pelajar asing sangat diperlukan pengajar sebagai acuan untuk membelajarkan aspekaspek tertentu selama proses pembelajaran. Materi yang diajarkan pada setiap level kemampuan tentunya berbeda dikarenakan kemampuan yang berbeda pula. Pedoman pelevelan yang dapat digunakan adalah ACTFL (American Council on the Teaching of Foreign Language) yang membagi setiap kemampuan berbahasa ke dalam lima level utama. Dalam menelaah level kemahiran menulis, analisis pola dan ragam kalimat dapat dijadikan sebagai tolok ukur. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan ragam kalimat dalam karangan mahasiswa Jurusan ASEAN Studies berdasarkan (a) kelengkapan unsur, (b) urutan unsur kalimat, (c) jumlah klausa, dan (d) maksud penulis; dan (2) menganalisis level kemahiran menulis mahasiswa Jurusan ASEAN Studies dilihat dari ragam kalimat berdasarkan ACTFL. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini berupa 20 karangan mahasiswa Jurusan ASEAN Studies. Hasil analisis menunjukkan: (1) berdasarkan kelengkapan unsurnya, mahasiswa menulis sebagian besar dalam kalimat lengkap dan sebagian kecil dalam kalimat tidak lengkap; (2) berdasarkan urutan unsur kalimatnya, mahasiswa menulis sebagian besar dalam kalimat susun tertib dan sebagian kecil dalam kalimat susun balik; (3) berdasarkan jumlah klausanya, mahasiswa menulis lebih dari separo dalam kalimat sederhana dan kurang dari separo dalam kalimat luas baik luas setara, bertingkat, maupun campuran; (4) berdasarkan maksud penulisnya, mahasiswa menulis sebagian besar dalam kalimat deklaratif dan sebagian kecil menulis dalam kalimat imperatif dan kalimat interogatif; dan (5) dilihat dari ragam dan pola kalimatnya, mahasiswa Jurusan ASEAN Studies Walailak University Thailand memiliki kemampuan menulis pada level madya berdasarkan pedoman kemahiran ACTFL. Kata kunci: level kemahiran, menulis, ragam kalimat, kalimat Bahasa Indonesia, karangan, Jurusan ASEAN Studies Pendahuluan Manusia memanfaatkan kalimat sebagai sarana mengungkap maksud atau ide di dalam kegiatan berkomunikasi. Di dalam komunikasi lisan maupun tulis, semua bentuk ekspresi kejiwaan itu disalurkan melalui kalimat (Razak, 1985:3). Kalimat berperan sebagai sarana penyampai dan penerima informasi serta sarana pengungkap semua aspek dalam diri manusia. Hal ini menandakan bahwa dalam kegiatan berbahasa, baik lisan maupun tulis penguasaan kalimat mempunyai peranan yang cukup penting. 162

The 1 st Education and Language International Conference Proceedings Center for International Language Development of Unissula Kalimat merupakan dasar terbentuknya sebuah karangan. Kalimat merupakan bagian terkecil dalam wacana atau teks (Suparno, 1991:5). Oleh karena itu, kalimat juga mempunyai peranan penting dalam penyusunan karangan. Kalimat merupakan untaian berstruktur dari kata-kata (Samsuri, 1985:54). Tiap kata dalam sebuah kalimat memiliki makna sendiri sehingga dapat dikatakan bahwa kalimat terdiri atas struktur makna. Sebuah kalimat dengan struktur yang salah akan mempengaruhi unsur semantis kalimat tersebut. Kesalahan letak dan ketidakjelasan dalam menempatkan unsur-unsur fungsi kalimat dapat menghambat pemahaman pembaca tentang maksud penulis. Analisis level kemahiran pelajar asing yang mengikuti kuliah bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi pengajar. Pengetahuan level kemahiran ini dapat menjadi acuan untuk membelajarkan aspek-aspek apa saja selama proses pembelajaran. Materi-materi yang diajarkan pada setiap level kemampuan ini tentunya berbeda, hal ini dikarenakan kemampuan yang berbeda pula. Selain itu, analisis level kemahiran juga dapat digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran. Pedoman pelevelan yang dapat digunakan adalah ACTFL (American Council on the Teaching of Foreign Language) yang membagi setiap kemampuan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) ke dalam lima level utama. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan ragam kalimat dalam karangan mahasiswa jurusan ASEAN Studies berdasarkan (a) kelengkapan unsur, (b) urutan unsur kalimat, (c) jumlah klausa, dan (d) maksud penulis; dan (2) menganalisis level kemahiran mahasiswa Jurusan ASEAN Studies dalam berbahasa Indonesia dilihat dari ragam kalimat berdasarkan ACTFL. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi: (1) dosen pengampu matakuliah bahasa Indonesia di Walailak University Thailand. Melalui deskripsi ragam kalimat karangan mahasiswa dan analisis level kemahiran menulis mahasiswa, dosen dapat melihat kualitas ketercapaian kemampuan menulis mahasiswa sehingga diharapkan dapat melakukan evaluasi dan melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas mengajar demi tercapainya tujuan pembelajaran; dan (2) peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kemampuan menulis kalimat dan sebagai rujukan untuk mengembangkan bahan ajar pada pembelajaran menulis bagi mahasiswa asing. Ragam Kalimat dalam Karangan Mahasiswa Kalimat Berdasarkan Kelengkapan Unsur Dilihat dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat dibedakan atas: (1) kalimat lengkap dan (2) kalimat tidak lengkap (periksa Alwi dkk,1998:337). Kalimat lengkap merupakan kalimat yang memiliki fungsi subjek dan predikat secara lengkap. Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak memiliki S atau P. Dari hasil analisis data dalam penelitian ini ditemukan kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap. Rata-rata kalimat lengkap yang muncul dalam setiap karangan sebesar 84% dengan jumlah total 85%. Rata-rata kalimat tidak lengkap yang muncul dalam setiap karangan sebesar 16% dengan total keseluruhan 15%. Kalimat Lengkap Kalimat lengkap adalah kalimat yang memiliki unsur subjek dan predikat. Kalimat lengkap dalam karangan mahasiswa memiliki sepuluh variasi pola kalimat, yaitu (1) S- P, (2) S-P-O, (3) S-P-Pel, (4) S-P-Ket, (5) S-P-O-Ket, (6) S-P-Pel-Ket, (7) Ket-P-S, (8) P-S-Ket, (9) S-P-Ket-Pel, dan (10) S-Ket-P. [1] Restoran ini menjual kopi, kue, dan makanan. (KA11/NST/TD/19) 163

May 2017, p.162-172 Kalimat [1] terdiri atas tiga konstituen yaitu restoran ini, menjual, dan kopi, kue, dan makanan. Kostituen restoran ini menduduki fungsi S, konstituen menjual menduduki fungsi P, dan konstituen kopi, kue, dan makanan menduduki fungsi O. Jadi, kalimat [1] memiliki pola S-P-O. Kalimat [1] merupakan kalimat lengkap karena unsur inti kalimat berupa S dan P hadir secara lengkap. Jumlah kalimat lengkap lebih banyak daripada kalimat tidak lengkap dapat disebabkan mahasiswa mulai terbiasa menyusun kalimat dengan pola dasar yang ditandai dengan hadirnya subjek dan predikat. Hal ini sesuai dengan pendapat Badudu (1990:32) yang menjelaskan bahwa pola dasar kalimat bahasa Indonesia ada delapan: (1) S-P, (2) S-P-O, (3) S-P-Pel, (4) S-P-Ket, (5) S-P-O-Pel, (6) Ket-S-P-O-Pel, (7) S- P-O-Ket, dan (8) S-P-O-Pel-Ket. Dari pendapat Badudu dapat disimpulkan bahwa pola kalimat dasar ditandai dengan hadirnya subjek dan predikat. Pola dasar dari kalimatkalimat tersebut muncul disebabkan mahasiswa telah menguasai dan mempelajari sebelumnya. Kalimat Tidak Lengkap Kalimat tidak lengkap merupakan kalimat yang tidak memiliki salah satu fungsi subjek atau predikat. Kalimat tidak lengkap dalam karangan mahasiswa memiliki enam variasi pola kalimat, yaitu (1) P-Ket, (2) P-O-Pel, (3) Ket-P-Pel, (4) Ket-P-Ket, (5) P-Pel, dan (6) Ket-P-O. [2] Bisa masuk di sebelah cabang km 33. (KA3/LKAW/SD/13) Kalimat [2] terdiri atas dua konstituen berupa frasa, yaitu bisa masuk dan di sebelah cabang km 33. Konstituen bisa masuk menduduki fungsi P dan konstituen di sebelah cabang km 33 menduduki fungsi Ket. Jadi, kalimat [2] berpola P-Ket. Kalimat [2] merupakan kalimat tidak lengkap karena unsur inti kalimat berupa S tidak hadir. Kalimat tidak lengkap yang muncul dalam karangan mahasiswa dapat disebabkan mahasiswa tersebut masih cenderung menulis kalimat dengan gaya percakapan pendek yang melesapkan/menghilangkan salah satu fungsi S atau P. Pelesapan fungsi subjek lebih sering muncul dalam karangan mahasiswa. Pelesapan fungsi dalam kalimat dapat terjadi dalam konteks kalimat lisan sedangkan dalam kalimat tulis, pelesapan tersebut membuat informasi kurang dapat diterima oleh pembaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Rani dkk. (2013:32) yang mengatakan bahwa bahasa lisan cenderung berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, sedangkan bahasa tulis cenderung lengkap dan panjang. Kalimat-kalimat yang melesapkan salah satu fungsi sintaktis tersebut menjadi ciri khas kalimat dalam karangan mahasiswa. Hal ini dapat terjadi dalam karangan bukan penutur asli karena mereka masih menulis dengan gaya percakapan yang singkat dan sederhana. Selain itu, penguasaan pola kalimat bahasa Indonesia mereka masih terbatas dan masih sedikit rancu dengan bahasa asli yang mereka gunakan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Wibisono (dalam Nurhadi dan Roekhan, 1990:73) yang mengatakan bahwa bahasa yang dikuasai oleh pembelajar sebelum ia melakukan perolehan bahasa kedua, sedikit banyak berpengaruh terhadap proses penguasaan bahasa kedua. Kalimat Berdasarkan Urutan Unsur Kalimat Di dalam kalimat berdasarkan urutan unsurnya, terdapat kalimat berdasarkan susunan subjek dan predikatnya. Pemilahan kalimat berdasarkan urutan S dan P hanya dilakukan pada kalimat lengkap. Dari hasil analisis data pada penelitian ini ditemukan 164

The 1 st Education and Language International Conference Proceedings Center for International Language Development of Unissula kalimat susun tertib dan kalimat susun balik. Rata-rata kalimat susun tertib yang muncul dalam setiap karangan sebesar 71% dengan total keseluruhan 70%. Rata-rata kalimat susun balik yang muncul dalam setiap karangan sebesar 13% dengan total keseluruhan 14%. Kalimat Susun Tertib Kalimat susun tertib adalah kalimat yang unsur subjeknya berada di depan predikat. Kalimat susun tertib dalam karangan mahasiswa memiliki delapan variasi pola kalimat, yaitu (1) S-P, (2) S-P-O, (3) S-P-Pel, (4) S-P-Ket, (5) S-P-O-Ket, (6) S-P-Pel- Ket, (7) S-P-Ket-Pel, dan (8) S-Ket-P. [3] Phuket memiliki hotel untuk wisatawan. (KA7/P/HH/16) Kalimat [3] terdiri atas empat konstituen berupa frasa, yaitu phuket, memiliki, hotel dan untuk wisatawan. Konstituen phuket menduduki fungsi S, konstituen memiliki menduduki fungsi P, konstituen hotel menduduki fungsi O, dan konstituen untuk wisatawan menduduki fungsi Ket tujuan. Kalimat [3] berpola S-P-O-Ket dan merupakan kalimat susun tertib karena fungsi S pada kalimat ini mendahului fungsi P. Jumlah kalimat susun tertib lebih banyak daripada kalimat susun balik dapat dikarenakan mahasiswa mulai terbiasa menyusun kalimat dengan pola dasar, yaitu S di depan atau mendahului P. Hal ini sesuai dengan pendapat Badudu (1980:32) yang menjelaskan bahwa pola dasar kalimat bahasa Indonesia ada delapan: (1) S-P, (2) S-P- O, (3) S-P-Pel, (4) S-P-Ket, (5) S-P-O-Pel, (6) Ket-S-P-O-Pel, (7) S-P-O-Ket, dan (8) S-P-O-Pel-Ket. Dari pendapat Badudu dapat disimpulkan bahwa pola kalimat dasar ditandai dengan posisi subjek yang mendahului atau berada di sebelah kiri predikat. Pola dasar dari kalimat-kalimat tersebut muncul dikarenakan mahasiswa telah menguasai dan mempelajari sebelumnya. Kalimat Susun Balik Kalimat susun balik adalah kalimat yang unsur predikatnya berada di depan subjek. Kalimat susun balik dalam karangan mahasiswa memiliki dua variasi pola kalimat, yaitu (1) Ket-P-S dan (2) P-S-Ket. [4] Di Phuket ada pantai Phathong. (KA9/P/VS/3) Kalimat [4] terdiri atas tiga konstituen berupa frasa, yaitu di phuket, ada, dan pantai phathong. Konstituen di phuket menduduki fungsi Ket, konstituen ada menduduki fungsi P, dan konstituen pantai phathong menduduki fungsi S. Kalimat [4] berpola Ket-P-S dan merupakan kalimat susun balik karena fungsi P pada kalimat ini mendahului atau di depan fungsi S. Kalimat susun balik dalam karangan mahasiswa lebih sedikit daripada kalimat susun tertib dapat terjadi karena mahasiswa telah memahami struktur kalimat dasar dan juga karena pola kalimat di bahasa Thai cenderung sama dengan pola kalimat di bahasa Indonesia. Seperti pada contoh kalimat dalam bahasa Thai chan pen naksuksa mahawittayalai hengcat Malang yang memiliki arti saya adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang. Kalimat bahasa Thai tersebut memiliki tiga konstituen yaitu chan = saya yang menduduki fungsi S, pen = adalah yang menduduki fungsi P, dan naksuksa mahawittayalai hengcat Malang = mahasiswa Universitas Negeri Malang yang menduduki fungsi Pel. Persamaan pola kalimat dalam bahasa Thai dan bahasa Indonesia sedikit banyak mempengaruhi penguasaan mahasiswa terhadap 165

May 2017, p.162-172 bahasa Indonesia. Hal ini sesuai dengan pendapat Wibisono (dalam Nurhadi dan Roekhan, 1990:70) yang menyebutkan bahwa jika struktur bahasa pertama sama atau mirip dengan bahasa kedua, maka pembelajar akan lebih mudah mentransfernya. Hal inilah yang menyebabkan mahasiswa menulis lebih sedikit kalimat susun balik. Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa Berdasarkan jumlah klausa, kalimat dipilah menjadi kalimat sederhana dan kalimat luas. Selanjutnya, berdasarkan hubungan gramatik antarklausanya, kalimat dipilah menjadi kalimat luas setara, kalimat luas tidak setara, dan kalimat luas campuran. Dari hasil analisis data pada penelitian ini ditemukan kalimat sederhana, kalimat luas setara, kalimat luas tidak setara, dan kalimat luas campuran. Rata-rata kalimat sederhana yang muncul dalam setiap karangan sebesar 59% dengan total keseluruhan 61%. Rata-rata kalimat luas setara yang muncul dalam setiap karangan sebesar 15% dengan total keseluruhan 16%. Rata-rata kalimat luas tidak setara yang muncul dalam setiap karangan sebesar 18% dengan total keseluruhan 18%. Rata-rata kalimat luas campuran yang muncul dalam setiap karangan sebesar 5% dengan total keseluruhan 5%. Kalimat Sederhana Kalimat sederhana terdiri dari satu klausa dan tidak dapat dipilah-pilah menjadi klausa yang lebih kecil lagi. Kalimat sederhana dalam karangan mahasiswa memiliki lima belas variasi pola kalimat, yaitu (1) S-P-Ket-Pel, (2) S-P-Pel, (3) S-P-Ket, (4) S-P, (5) S-Ket-P, (6) P-Pel-Ket, (7) P-Ket, (8) S-P-Pel-Ket, (9) P-S-Ket, (10) P-O-Pel, (11) S- P-O-Ket, (12) S-P-O, (13) Ket-P-S, (14) P-S-Ket, dan (15) Ket-P. [5] Pantai Khea Khea ini terletak di distrik Panare Provinsi Pattani. (KA10/TPKK/SJ/2) Kalimat [5] terdiri atas tiga konstituen berupa frasa, yaitu pantai khea khea ini, terletak, dan di distrik panare provinsi pattani. Konstituen pantai khea khea ini menduduki fungsi S, konstituen terletak menduduki fungsi P, dan konstituen di distrik panare provinsi pattani menduduki fungsi Ket tempat. Kalimat [5] berpola S-P-Ket dan merupakan kalimat sederhana karena terdiri dari satu klausa dan tidak dapat dibagi lagi menjadi kalimat lain yang lebih kecil. Contoh kalimat nomor [5] memiliki satu klausa dan tidak dapat dibagi lagi menjadi bagian-bagian lain yang lebih kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Putrayasa (2009:37) yang mengatakan bahwa kalimat sederhana adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Klausa tersebut ditandai dengan P dan memiliki unsur inti klausa berupa S dan P. Ramlan (1986:83) menjelaskan bahwa sebenarnya unsur inti dari klausa adalah S dan P karena sebagian besar kalimat memiliki unsur S dan P. Pada contoh kalimat [5], selain unsur S dan P, terdapat pula unsur Ket yang bersifat manasuka. Meskipun demikian, kalimat tersebut tetaplah disebut kalimat tunggal karena hanya memiliki satu klausa yang ditandai dengan P. Hal ini sesuai dengan pendapat Putrayasa (2009:1) yang mengatakan bahwa selain unsur subjek dan predikat, tentu saja terdapat semua unsur manasuka, seperti keterangan tempat, waktu, dan alat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kalimat sederhana atau kalimat tunggal tidak selalu dalam bentuk yang pendek, tetapi dapat pula dalam wujud yang panjang. Akan tetapi perlu diingat bahwa unsur Ket dalam kalimat [5] tidak bersifat predikatif sehingga tidak memiliki klausa yang bertingkat. Di dalam keterangan sangat mungkin muncul predikat sehingga kalimat tersebut menjadi kalimat luas tidak setara. 166

The 1 st Education and Language International Conference Proceedings Center for International Language Development of Unissula Jumlah kalimat sederhana lebih banyak daripada kalimat luas dapat dilihat sebagai salah satu ciri kemampuan menulis level madya, yaitu mahasiswa memiliki penguasaan terhadap struktur kalimat dasar. Hal ini sesuai dengan pedoman kemahiran ACTFL (2012:14) yang menyebutkan bahwa penulis pada level madya memiliki kemampuan seperti (1) berkreasi dengan bahasa dan mengkomunikasikan fakta-fakta dan ide-ide sederhana dalam serangkaian kalimat yang kurang terkait, (2) menggunakan kosakata dan struktur dasar dalam mengekspresikan makna yang dipahami oleh mereka, (3) menulis narasi dan deskripsi pendek, (4) menulis kalimat dengan gaya percakapan pendek dan sederhana, (5) penguasaan struktur kalimat dasar, dan (6) penulisan dengan struktur yang berulang. Kalimat Luas Setara Kalimat luas setara merupakan kalimat luas di mana klausa yang satu tidak merupakan bagian dari klausa lainnya. Kalimat luas setara dalam karangan mahasiswa memiliki sembilan variasi pola kalimat, yaitu (1) P-Pel-P-Pel, (2) S-P-Ket-P-Ket, (3) S-P-S-P- Ket, (4) S-Ket-S-P-Ket-S-P-O, (5) S-P-Pel-P-Pel, (6) Ket-P-P, (7) S-P-P-Pel, (8) P- Pel-P-Pel, dan (9) S-P-P. [6] Pantai Samila luas dan banyak orang berenang di laut. (KA4/PS/IN/5) Kalimat [6] terdiri atas dua klausa, yaitu pantai samila luas dan banyak orang berenang di laut. Klausa pertama terdiri atas konstituen berupa frasa pantai samila yang menduduki fungsi S dan konstituen berupa frasa luas yang menduduki fungsi P. Klausa kedua terdiri atas konstituen berupa frasa banyak orang yang menduduki fungsi S, konstituen berupa frasa berenang yang menduduki fungsi P, dan konstituen berupa frasa di laut yang menduduki fungsi Ket. Kata dan merupakan konjungsi penanda kalimat luas setara. Kalimat [6] berpola S-P-S-P-Ket dan merupakan kalimat luas setara karena memiliki dua klausa yang merupakan klausa inti dan berkedudukan setara. Kalimat nomor [6] memiliki konjungsi penanda hubungan setara yaitu dan. Sebagi pendanda kalimat luas setara, mahasiswa menggunakan kata dan, lalu, dan atau di dalam kalimat luas setara yang mereka tulis. Hal ini sesuai dengan pendapat Ramlan (1986:49) yang mengatakan bahwa kata hubung penanda kalimat luas setara terdiri atas: dan, dan lagi, lagi pula, serta, lalu, kemudian, atau, tetapi, tapi, akan tetapi, sedang, sedangkan, namun, melainkan, sebaliknya, bahkan, malah, malahan. Akan tetapi, terkadang mahasiswa juga tidak menggunakan konjungsi di dalam kalimat luas yang mereka tulis sehingga menjadi kalimat luas setara. Kalimat Luas Tidak Setara Kalimat luas tidak setara ialah kalimat luas yang klausa-klausanya mempunyai kedudukan yang tidak setara/tidak sejajar/tidak sama. Kalimat luas tidak setara dalam karangan mahasiswa memiliki tujuh variasi pola kalimat, yaitu (1) S-P-Pel, (2) S-P- Pel-Ket, (3) P-S, (4) S-P-O, (5) S-P-Ket, (6) S-Ket-P-O, dan (7) Ket-S-P-Ket. [7] Air terjun dart fah adalah salah satu air terjun yang terbesar di thailand selatan. (KA2/ATDF/AR/3) Kalimat [7] terdiri atas dua klausa, yaitu air terjun dart fah adalah salah satu air terjun di thailand selatan dan yang terbesar. Klausa pertama terdiri atas empat konstituen berupa frasa, yaitu konstituen air terjun dart fah yang menduduki fungsi S, 167

May 2017, p.162-172 konstituen adalah yang menduduki fungsi P, konstituen salah satu air terjun menduduki fungsi Pel, dan konstituen di thailand selatan menduduki fungsi Ket. Klausa kedua terdiri atas dua konstituen berupa frasa, yaitu konstituen yang yang menduduki fungsi S, dan konstituen terbesar yang menduduki fungsi P. Kata yang merupakan penanda kalimat luas tidak setara. Kalimat [7] berpola S-P-Pel. Kalimat [7] merupakan kalimat luas tidak setara karena klausa pertama dalam kalimat [7] merupakan klausa inti dan klausa kedua merupakan klausa bukan inti, sehingga kedua klausa tersebut memiliki hubungan yang tidak setara. Pada kalimat [7] terdapat kata penghubung karena yang menandai hubungan bertingkat. Sesuai dengan pendapat Ramlan (1986:55) yang mengatakan bahwa selain yang dan karena, terdapat kata penghubung lain yang menandai hubungan bertingkat, yaitu bahwa, ketika, sebelum, asal, dan sekalipun. Klausa bukan inti dalam contoh kalimat [7] merupakan perluasan dari unsur kalimat yang menduduki fungsi Ket. Hal ini sesuai dengan pendapat Arifin dkk. (1991:6) yang menyatakan bahwa klausa bukan inti dalam kalimat luas tidak setara dapat menduduki (1) fungsi subjek, (2) fungsi keterangan subjek, (3) fungsi predikat, (4) fungsi objek, (5) fungsi keterangan objek, (6) fungsi pelengkap, (7) fungsi keterangan pelengkap, dan (8) fungsi keterangan lainnya seperti keterangan waktu, keterangan sebab, keterangan akibat, dan keteranagan tujuan. Kalimat Luas Campuran Kalimat luas campuran ialah kalimat luas yang klausa-klausanya ada yang mempunyai kedudukan yang setara dan ada yang mempunyai kedudukan yang tidak setara. Kalimat luas campuran dalam karangan mahasiswa memiliki delapan variasi pola kalimat, yaitu (1) S-P-Pel, (2) Ket-P-O-Ket-P-S, (3) S-P-S-P-Ket, (4) Ket-P-S-S-P- Ket, (5) P-S-P-S, (6) S-P-Pel-Ket, (7) S-P-Pel-P-Pel-S-P-Ket, dan (8) Ket-P-S-Ket-P- O. [8] Di Betong ada gunung yang bisa naik ke di atas dan ketika berada di atas gunung tinggi dari puncak gunung bisa melihat kota Betong. (KA13/BT/WP/13) Kalimat [8] terdiri atas empat klausa, yaitu di betong ada gunung, yang bisa naik ke di atas, dan berada di atas gunung tinggi, dan dari puncak gunung bisa melihat kota betong. Klausa pertama terdiri atas tiga konstituen, yaitu konstituen di betong yang menduduki fungsi Ket, konstituen ada yang menduduki fungsi P, dan konstituen gunung yang menduduki fungsi S. Klausa kedua terdiri atas tiga konstituen, yaitu konstituen yang yang menduduki fungsi S, konstituen bisa naik yang menduduki fungsi P, dan konstituen ke di atas yang menduduki fungsi Ket. Klausa ketiga tediri atas dua konstituen, yaitu konstituen berada yang menduduki fungsi P dan di atas gunung tinggi yang menduduki fungsi Ket. Klausa keempat terdiri atas tiga konstituen, yaitu dari puncak gunung yang menduduki fungsi Ket, bisa melihat yang menduduki fungsi P, dan kota Betong yang menduduki fungsi O. Klausa pertama memiliki hubungan tidak setara dengan klausa kedua yang ditandai dengan kata yang. Klausa ketiga memiliki hubungan yang tidak setara dengan klausa keempat yang ditandai dengan kata ketika. Klausa pertama dan kedua memiliki hubungan setara dengan klausa ketiga dan keempat yang ditandai dengan konjungsi dan. Kalimat [8] berpola Ket-P-S-Ket-P-O dan merupakan kalimat luas campuran karena klausa-klausa dalam kalimat ini memiliki hubungan setara dan tidak setara. Kalimat luas campuran merupakan kalimat berdasarkan jumlah klausa yang paling sedikit muncul dalam karangan mahasiswa. Hal ini dapat disebabkan karena mahasiswa belum menguasai kalimat yang lebih kompleks. Mereka lebih menguasai 168

The 1 st Education and Language International Conference Proceedings Center for International Language Development of Unissula struktur kalimat dasar/sederhana yang terdiri dari satu klausa. Tetapi kalimat luas yang merupakan kalimat kompleks juga muncul dalam karangan walaupun lebih sedikit. Hal ini dapat disebabkan karena mahasiswa tidak sadar telah menulis kalimat yang panjang dan tidak memberi tanda titik (.) sebagai tanda berakhirnya kalimat. Selain itu, bahasa Thai tidak memiliki tanda baca sehingga mempengaruhi kemampuan mereka ketika menulis dalam bahasa Indonesia. Kalimat Berdasarkan Maksud Penulis Berdasarkan maksud penulisnya, kalimat diklasifikasikan menjadi empat: (1) kalimat deklaratif atau kalimat berita, (2) kalimat imperatif atau kalimat perintah, (3) kalimat interogatif atau kalimat tanya, dan (4) kalimat eksklamatif atau kalimat seru. Dari hasil analisis data pada penelitian ini ditemukan kalimat deklaratif, kalimat imperatif, kalimat interogatif, dan tidak ditemukan kalimat eksklamatif. Rata-rata kalimat deklaratif yang muncul dalam setiap karangan sebesar 99% dengan jumlah total 99%, sedangkan sisanya merupakan rata-rata dari kalimat imperatif dan interogatif. Kalimat Deklaratif Kalimat deklaratif atau kalimat berita merupakan kalimat yang bertujuan untuk menginformasikan suatu informasi atau berita kepada pembaca atau pendengar. [9] Kabupaten Betong adalah satu dari pada kabupaten propinsi yala. (KA3/LKAW/SD/4) Kalimat [9] merupakan kalimat deklaratif atau kalimat berita karena isinya merupakan berita atau informasi yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Kalimat [9] mempunyai pola intonasi berita, tidak menggunakan kata tanya, kata persilahan, kata larangan, dan kata ajakan. Selain itu, kalimat [9] diakhiri dengan tanda baca <. > yang merupakan penanda kalimat deklaratif dan bukan tanda baca lain, seperti <? > atau <! >. Contoh kalimat [9] merupakan kalimat deklaratif atau kalimat berita karena isinya merupakan berita atau informasi yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Ramlan (1986:31) yang menyebutkan bahwa kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain hingga tanggapan yang diharapkan hanyalah berupa perhatian seperti tercermin pada pandangan mata yang menunjukkan adanya perhatian. Kalimat [9] mempunyai pola intonasi berita, tidak menggunakan kata tanya, kata persilahan, kata larangan, dan kata ajakan. Selain itu, kalimat [9] diakhiri dengan tanda baca <. > yang merupakan penanda kalimat deklaratif dan bukan tanda baca lain, seperti <? > atau <! >. Hal ini sesuai dengan pendapat Muslich (2010:140) mengatakan bahwa dalam ragam tulis, kalimat berita (kalimat deklaratif) diakhiri tanda <. >. Kalimat deklaratif muncul dengan jumlah yang banyak yaitu hampir 100% dapat disebabkan mahasiswa menulis kalimat dalam karangan dengan tujuan untuk menginformasikan sesuatu. Dapat diketahui dari sumber data bahwa karangan mahasiswa berbentuk deskripsi pendek. Tulisan berbentuk deskripsi pendek merupakan salah satu ciri dari kemampuan menulis level madya. Hal ini sesuai dengan pedoman kemahiran ACTFL (2012:14) yang menyebutkan bahwa penulis pada level madya memiliki kemampuan seperti (1) berkreasi dengan bahasa dan mengkomunikasikan fakta-fakta dan ide-ide sederhana dalam serangkaian kalimat yang kurang terkait, (2) menggunakan kosakata dan struktur dasar dalam mengekspresikan makna yang dipahami oleh mereka, (3) menulis narasi dan deskripsi 169

May 2017, p.162-172 pendek, (4) menulis kalimat dengan gaya percakapan pendek dan sederhana, (5) penguasaan struktur kalimat dasar, dan (6) penulisan dengan struktur yang berulang. Kalimat Imperatif Kalimat imperatif merupakan kalimat yang berisi perintah. [10] Luangkan waktu untuk berjalan sampai kira-kira 10 menit mendaki. (KA5/KNY/AS/9) Kalimat [10] merupakan kalimat imperatif karena bertujuan memerintah atau menyuruh dan bukan menginformasikan sesuatu. Kontituen kalimat luangkan memiliki intonasi perintah. Kalimat Interogatif Kalimat interogatif merupakan kalimat yang bertujuan menginterogasi atau bertanya. [11] Bagaimana perjalanan pergi Desa Kiriwong oleh mobil. (KA6/DK/PC/6) Kalimat [11] merupakan kalimat interogatif karena memiliki penanda leksikal berupa kata tanya bagaimana di awal kalimat. Contoh kalimat [10] dan [11] tidak memiliki tanda seru dan tanda tanya di akhir kalimat yang merupakan penanda kalimat seru dan kalimat tanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumadi (2013:195) yang menjelaskan bahwa dalam bahasa tulis, pola kalimat imperatif digambarkan dengan digunakannya huruf besar di awal kalimat dan tanda seru di akhir kalimat. Kesalahan penggunaan tanda baca dalam karangan mahasiswa sangat mungkin terjadi karena mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam menggunakan tanda baca yang tepat. Kesulitan tersebut dapat disebabkan bahasa Thai tidak memiliki tanda baca sehingga mempengaruhi kemampuan mereka ketika menulis dalam bahasa Indonesia. Perbedaan dalam hal tanda baca ini menimbulkan kesalahan penggunaan tanda baca seperti kalimat [10]. Hal ini sesuai dengan pendapat Wibisono (dalam Nurhadi dan Roekhan, 1990:70) yang mengatakan bahwa jika perbedaan antarkedua bahasa tidak disadari sungguh-sungguh oleh pembelajar, kemungkinan terjadilah transfer negatif, yang pada akhirnya memunculkan peristiwa mistake dan errors. Kesalahan-kesalahan penulisan sangat mungkin terjadi dalam karangan bukan penutur asli karena keterbatasan waktu untuk mempelajari bahasa kedua. Mahasiswa hanya berlatih untuk berbicara dan menulis dalam situasi lingkungan formal saja. Di luar itu, mereka akan kembali menggunakan bahasa pertama mereka yaitu bahasa Thai. Jadi dapat dikatakan bahwa lingkungan formal di kelas selama matakuliah bahasa Indonesia menjadi satu-satunya lingkungan bahasa Indonesia mahasiswa. Tanpa disadari sebenarnya lingkungan formal memiliki peranan yang lebih kecil daripada lingkungan informal dalam hal pemerolehan bahasa kedua. Hal ini sesuai dengan pendapat Tjahjono (dalam Nurhadi dan Roekhan, 1990:143) yang menyebutkan bahwa lingkungan informal memiliki peranan lebih besar daripada lingkungan formal karena dalam komunikasi sehari-hari situasi formal lebih jarang frekuensinya daripada situasi formal. Level Kemahiran Menulis Mahasiswa Berdasarkan temuan dan hasil analisis, mahasiswa memiliki kemampuan menulis pada level madya. Hal ini dikarenakan mereka lebih banyak mengomunikasikan fakta 170

The 1 st Education and Language International Conference Proceedings Center for International Language Development of Unissula menjadi sebuah kalimat, menggunakan kosakata dan struktur yang masih terbatas, menulis dalam bentuk deskripsi pendek, menulis dalam gaya percakapan, masih menguasai struktur kalimat dasar dan berulang pada kalimat-kalimat berikutnya. Hal ini sesuai dengan pedoman kemahiran ACTFL (2012:14) yang menyebutkan bahwa penulis pada level madya memiliki kemampuan seperti (1) berkreasi dengan bahasa dan mengkomunikasikan fakta-fakta dan ide-ide sederhana dalam serangkaian kalimat yang kurang terkait, (2) menggunakan kosakata dan struktur dasar dalam mengekspresikan makna yang dipahami oleh mereka, (3) menulis narasi dan deskripsi pendek, (4) menulis kalimat dengan gaya percakapan pendek dan sederhana, (5) penguasaan struktur kalimat dasar, dan (6) penulisan dengan struktur yang berulang. Simpulan Berdasarkan analisis data, diperoleh lima simpulan sebagai berikut. Pertama, berdasarkan kelengkapan unsurnya, mahasiswa sebagian besar menulis dalam kalimat lengkap dan menulis sebagian kecil dalam kalimat tidak lengkap. Kedua, berdasarkan urutan unsur kalimatnya, mahasiswa sebagian besar menulis dalam kalimat susun tertib dan sebagian kecil menulis dalam kalimat susun balik. Ketiga, berdasarkan jumlah klausanya, mahasiswa menulis lebih dari separo dalam kalimat sederhana dan kurang dari separo dalam kalimat luas (luas setara, bertingkat, dan campuran). Keempat, berdasarkan maksud penulisnya, mahasiswa sebagian besar menulis dalam kalimat deklaratif dan sebagian kecil menulis dalam kalimat imperatif dan kalimat interogatif. Kelima, dilihat dari ragam dan pola kalimatnya, mahasiswa Jurusan ASEAN Studies Walailak University Thailand tahun 2014/2015 memiliki kemampuan menulis pada level madya berdasarkan pedoman kemahiran ACTFL. Referensi American Council on the Teaching of Foreign Language. (2012). Pedoman Kemahiran ACTFL 2012. Alexandria: ACTFL. Alwi, Hasan, dkk. (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (edisi ketiga). Jakarta: Balai Pustaka. Arifin, E.Z, dkk. (1991). Sintaksis Bahasa Indonesia dalam Siaran Berita di TVRI. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Badudu, J.S. (1990). Buku Panduan Penulisan Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa- Depdikbud. Muslich, M. (2010). Garis-garis Besar Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama. Putrayasa, I.B. (2009). Tata Kalimat Bahasa Indonesia (cetakan kedua). Bandung: Refika Aditama. Ramlan. (1986). Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono. Rani, A., Martutik., Arifin, B. (2013). Analisis Wacana Tinjauan Deskriptif. Malang: Surya Pena Gemilang. Razak, A. (1985). Kalimat Efektif, Struktur, Gaya, dan Variasi. Jakarta: Gramedia. Sumadi. (2013). Sintaksis Bahasa Indonesia. Malang: A3. Samsuri. (1985). Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Jakarta: Sastra Budaya. Suparno. (1991). Ciri Struktural Kalimat Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang. 171

May 2017, p.162-172 Tjahjono, T.T. (1990). Peranan Lingkungan Informal dalam Pemerolehan Bahasa Kedua. Dalam Nurhadi & Roekhan (Ed.), Dimensi-dimensi dalam Belajar Bahasa Kedua, 142-150. Bandung: Sinar Baru Bandung. Wibisono, B. (1990). Kajian Teoretis tentang Pengaruh Bahasa Pertama terhadap Bahasa Kedua. Dalam Nurhadi & Roekhan (Ed.), Dimensi-dimensi dalam Belajar Bahasa Kedua, 65-74. Bandung: Sinar Baru Bandung. 172