Abstrak. Kata Kunci : penambang tradisional, minyak mentah (crude oil)

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DESKRIPTIF KONDISI EKONOMI PENAMBANGAN MINYAK TANAH MENTAH (CRUDE OIL) TRADISIONAL DI KECAMATAN SAMBONG DAN KECAMATAN JEPON KABUPATEN BLORA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULIAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELUANG PENINGKATAN PERANAN HUTAN PRODUKSI KPH RANDUBLATUNG TERHADAP PENINGKATAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR

PENYELESAIAN SENGKETA PENGELOLAAN SUMUR TUA SECARA TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT DI DESA WONOCOLO BOJONEGORO DITINJAU DARI ASPEK HUKUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 09 TAHUN 2000 T E N T A N G SUMBER PENDAPATAN PEKON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sekapur. Penutup. Publikasi ini merupakan momentum awal kami sebelum publikasi lain diterbitkan dari hasil pengolahan data final hasil SP2010.

PERKEMBANGAN INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III PENYAJIAN DATA. penyebaran angket, wawancara, dan observasi. Peneyebaran angket yang penulis

DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2000 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor

Seuntai Kata. Blora, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Blora. Fenny Susanto, S.Si

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 13 TAHUN 2001 T E N T A N G SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2000 TENTANG DANA PERIMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2000 TENTANG DANA PERIMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam minyak dan gas bumi (MIGAS) adalah sumber daya tidak

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2012, sumbangan sektor

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPANTEN BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2000 TENTANG: SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

BAB I PENDAHULUAN. menitikberatkan pada konsep risiko (Sumarsono, 2013). Kemudian pada abad 18

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR : 10 TAHUN 2000 T E N T A N G SUMBER PENDAPATAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG

Pengantar: Hubungan kerja kontrak/outsourcing

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2000 TENTANG DANA PERIMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pedesaan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil. Teori

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

BUPAT1BANYUMAS PROVWS1JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3i TAHUN2016 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. misalkan susu dari hewan ternak, sutera dari ulat sutera, dan madu dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok selalu terjadi, baik secara

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2000 TENTANG DANA PERIMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

I. PENDAHULUAN. Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun. semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007).

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum pasar adalah sebuah tempat bertemunya pihak penjual dan

ANALISIS ASUMSI HARGA MINYAK DAN LIFTING MINYAK APBN 2012

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

UPAYA MENINGKATKAN MANFAAT INDUSTRI EKSTRAKTIF BAGI DAERAH DAN MASYARAKAT RISWAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2000 TENTANG DANA PERIMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA;

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

Ditulis oleh David Dwiarto Senin, 05 November :53 - Terakhir Diperbaharui Senin, 05 November :13

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUNGO,

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan oleh negara Indonesia. Menurut pasal Pasal 33 ayat (3) disebutkan

A RA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN INDUSTRI MEBEL

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Banyak cara yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk menyelesaikan

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

pestisida dan permodalan (Sisfahyuni, 2008).

BAB VI LAPORAN PENELITIAN. A. Gambaran Umum Usaha Telur Keliling Bapak Salim. merupakan hasil produksi sendiri bertempat di samping rumah Bapak Salim

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara yang berpulau-pulau menjadikan negeri ini memiliki sumber

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penerimaan negara yang saat ini sedang gencar-gencarnya

Jurnal Pendidikan MIPA Pancasakti

KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG PENGALOKASIAN DAN PENGGUNAAN ALOKASI DANA DESA

PENTINGNYA ASPEK MENCIPTAKAN DAN MENINGKATKAN LAPANGAN PEKERJAAN MANDIRI BERBASIS UPPKS

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ayat (1) menyebutkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

Transkripsi:

ANALISIS DESKRIPTIF PENAMBANG MINYAK MENTAH (CRUDE OIL) TRADISIONAL DI KECAMATAN SAMBONG DAN JEPON KABUPATEN BLORA Hardiwinoto Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi para penambang tradisional di Kecamatan Sambong dan Jepon Kabupaten Blora. Analisis yang digunakan adalah analisis eksplorasi, deskripif atau explanatory. Hasil analisis yang yang bisa disimpulkan adalah mereka melakukan penambangan secara tradisional dan memakai alat yang masih sederhana yaitu menimpa dengan di tarik secara gotong royong. Kata Kunci : penambang tradisional, minyak mentah (crude oil) PENDAHULUAN Bahwa telah terjadi sudah berabad lamanya para pekerja penambang tradisional, yaitu orang-orang yang bekerja sebagai penambang minyak mentah dari sumur-sumur minyak tinggalan Belanda abad 19, ketika masih menduduki wilayah Blora. Antara wilayah Kabupaten Grobogan bagian timur sampai wilayah Blora, khususnya di wilayah Kecamatan Sambong dan Jepon banyak tinggalan sumur minyak bumi buatan Belanda. Sekarang sumur-sumur tersebut berada di kawasan perhutani. Di Blora terdapat sumur minyak tinggalan Belanda berjumlah 558 sumur, sementara yang aktif adalah sebanyak 256 sumur. Namun demikian sumur-sumur tersebut kemudian tidak terkelola karena ditinggal oleh pembuatnya karena Indonesia mengalami kemerdekaan. Kemudian wilayah yang terdapat sumursumur minyak tersebut dikuasai oleh perusahaan negara yaitu Perhutani. Jadi sumur-sumur tersebut banyak berada di tengah hutan jati, walau sebagian kecil dikuasai oleh perusahaan Pertamina. Mereka menambang secara tradisional dan dikerjakan sudah turun-temurun disamping bekerja sebagai petani. Pekerjaan yang mereka anggap dapat menambah penghasilan untuk VALUE ADDED, Vol.3, No.2, Maret 2007 Agustus 2007 http://jurnal.unimus.ac.id 1

menyambung hidup. Walau mereka hidup diatas kekayaan minyak namun mereka masih hidup dalam kemiskinan. TUJUAN PENELITIAN a. Mengetahui bagaimana kondisi ekonomi dan mata pencaharian para penambang minyak tradisional. b. Mengetahui bagaimana cara para penambang minyak tradisional menambang minyak. c. Bagaimana mekanisme penjualan minyak mentah hasil penambangan para penambang minyak tradisional. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian deskriftif eksploratif serta eksplanatori. Peneliti mewawancarai para penambang minyak tradisional secara mendalam dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Hasil wawancara, data diidentifikasi dan dilakukan penghitungan frekuensi untuk pertanyaan tertutup dan dilakukan penjelasan untuk pertanyaan terbuka. Dari hasil identifikasi tersebut kemudian dianalisis secara mendalam. HASIL ANALISIS Penelitian ini mengambil data 60 responden diwawancarai sebagai sampel yaitu dari kecamatan Sambong dan Jepon kabupaten Blora. Dari 60 sampel tersebut yang dapat diolah 55 kuesioner. Dari 55 responden yang menjadi penambang tradisional tersebut rata-rata pekerjaan yang melekat pada dirinya adalah petani. Penambang tradisional tersebut terbagi menjadi tiga kelompok dalam kaitannya dengan penambangan yaitu : a. Pemimpin kelompok penambang tradisional b. Buruh penambang tradisional c. Agen/pengepul hasil penambangan Disamping bekerja yang berkaitan dengan penambangan tersebut diatas ada empat jenis pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan selain yang berkaitan dengan penambangan yaitu : a. Sebagai petani b. Sebagai Buruh tani c. Sebagai buruh Industri d. Wiraswasta VALUE ADDED, Vol.3, No.2, Maret 2007 Agustus 2007 http://jurnal.unimus.ac.id 2

Secara matrik yang paling banyak adalah buruh tambang yang sebagai petani yaitu sebanyak 35 responden 63,63% yang kedua buruh tambang sebagai buruh tani sebanyak 4 responden 27,27 %, sedangkan yang menjadi pemimpin kelompok penambang yang sebagai petani sebanyak 3 responden 5,45 %. Untuk lebih terperinci lihat tabel berikut. Kombinasi Antara Pekerjaan Utama dan Sampingan Pekerjaan Sampingan Buruh Industri Buruh Tani Wira swasta Total Pekerjaan Utama Petani Lainnya Pemimpin Kelompok 3 0 0 1 3 7 Penambang Buruh Penambang 35 4 2 1 1 43 Agen /Pengepul 0 0 0 0 2 2 Lainnya 2 0 0 1 0 3 Total 40 4 2 3 6 55 Sumber : data primer diolah Secara terperinci berapa besar penghasilan masing-masing jenis kelompok adalah sebagai berikut dalam tabel: a. Pekerja penambang/buruh penambang (sebagai anak buah bekerja pada kelompok penambang) sebanyak 43 responden 78,18 % penghasilan mereka rata-rata tidak sampai satu juta.per bulan b. Penambang yang memiliki anak buah (pemimpin kelompok penambang yang memiliki anak buah) sebanyak 7 responden 12,73 % penghasilan mereka rata-rata sampai belasan juta per bulan c. Sebagai agen atau pengepul 2 responden 3,63 % tujuh jutaan. d. Pekerja lainnya 3 responden. 5,45 % Dengan melihat tingkat penghasilan yang cukup baik bagi penambang yang memiliki anak buah maka sudah sepantasnya jika profesi ini dikembangkan dan difasililitasi oleh pihak yang berwenang dalam mengembangkan penambang tradisional di kecamatan Sambong dan Jepon kabupaten Blora sebagai realisasi komitmen pengembangan ekonomi kerakyatan. VALUE ADDED, Vol.3, No.2, Maret 2007 Agustus 2007 http://jurnal.unimus.ac.id 3

Penghasilan per bulan Penghasilan Responden Sesuai Dengan Pekerjaan Utama Penambang yang memiliki anak buah Pekerjaan utama Sebagai buruh penambang Sebagai agen /pengepul Pekerja lainnya Total Rp. 200.000.- 1 1 Rp. 250.000,- 3 3 Rp. 300.000,- 2 2 Rp. 600.000,- 3 1 4 Rp. 700.000,- 1 1 Rp. 750.000,- 10 10 Rp. 800.000,- 6 1 7 Rp. 850.000,- 1 1 Rp. 900.000,- 15 15 Rp. 1.200.000, 1 1 2 Rp. 1.500.000,- 1 1 2 Rp. 3.850.000,- 1 1 Rp. 7.500.000,- 2 2 Rp. 11.000.000,- 1 1 Rp. 12.000.000,- 1 1 Rp. 13.000.000,- 1 1 Rp. 14.000.000,- 1 1 Total 7 43 2 3 55 Sumber : Data primer di olah Adapun pekerjaan sampingan para penambang adalah sebagai berikut: a. Sebagai petani sebanyak 40 responden yaitu 72,73 % b. Sebagai buruh tani sebanyak 4 responden yaitu 7,27 % c. Sebagai buruh industri sebanyak 2 respinden yaitu 3,64 % d. Sebagai wiraswasta sebanyak 3 responden yaitu 5,45 % e. Lainnya sebanyak 6 responden yaitu 10,91% Dengan demikian tanpa meninggalkan pekerjaan lama yang melekat sebagai pekerjaan basis. Tetap perlu dipertahankan karena mereka dengan masih memiliki pekerjaan semula akan menambah penghasilan total mereka. Jika mereka hanya memilih salah satu pekerjaan maka penghasilan mereka tentunya berukuran. Petani bagi mereka adalah sebagai way of life. Atau VALUE ADDED, Vol.3, No.2, Maret 2007 Agustus 2007 http://jurnal.unimus.ac.id 4

karena pekerjaan sebagai petani tidak bias diandalkan sehingga mereka sambil menjadi buruh penambang tradisional. Dengan demikian sulit bagi mereka untuk dikatakan menjadi buruh penambang atau menjadi petani sebagai pekerjaan pokoknya. Penghasilan per Bulan dan Jenis Pekerjaan Sampingan Selain Menjadi Penambang Minyak pekerjaan Penghasilan per bulan Petani Buruh tani Buruh industri Wira swasta lainnya Jumlah Rp. 100.000,- 1 1 1 3 Rp. 150.000,- 3 1 4 Rp. 200.000,- 12 1 13 Rp. 250.000,- 1 1 Rp. 300.000,- 10 1 11 Rp. 350.000,- 3 3 Rp. 400.000,- 3 1 4 Rp. 450.000,- 2 2 Rp. 500.000,- 1 1 2 4 Rp. 600.000,- 1 1 1 1 4 Rp. 700.000,- 1 1 2 Rp. 950.000,- 1 1 Rp. 1.500.000,- 1 1 Rp. 1.700.000,- 1 1 Rp. 2.000.000,- 1 1 Total 40 4 2 3 6 55 Penghasilan antara pemimpin kelompok penambang dan buruh penambang sangat senjang yaitu ditunjukkan dalam tabel berikut. Hal demikian membuktikan bahwa mereka tidak dapat berdiri sendiri melainkan perlu kelompok. Kelompok tersebut adalah dengan permodalan yang cukup tinggi karena dalam penambangan memerlukan peralatan yang cukup yaitu mobil truk, engkol dan tambang. Karena dalam penambangan tradisional tersebut dengan cara hasil tambang ditarik secara bersama dengan alat engkol dengan ditarik pakai truk. Disamping itu juga ada yang ditarik dengan menggunakan tenaga diesel. Jadi yang jelas penambang tradisional ini tidak dapat bekerja secara sendirian melainkan secara kelompok. VALUE ADDED, Vol.3, No.2, Maret 2007 Agustus 2007 http://jurnal.unimus.ac.id 5

Penghasilan Rata-rata Baik Kerja Penambang maupun di luar Penambangan No Pekerjaan Perolehan hasil tambang Penghasilan dari kerja penambangan Penghasilan diluar kerja penambangan 1 Pemimpin 148.308,27 liter Rp. 56.550.000,- Rp. 5.350.000,- kelompok 2 Buruh penambang 2.712,98 liter Rp. 1.037.500,- Rp. 358.333,- Untuk meningkatkan penghasilan para penambang ada dua pendekatan yaitu: a. Jika harga yang dinaikkan maka pengasilan para penambang akan meningkat. b. Jika tekniknya ditingkatkan sehingga perolehan hasil tambang meningkat. Dengan demikian penghasilan mereka meningkat. Mekanisme penjualannya sudah cukup bagus yaitu adanya koperasi yang menampungnya yaitu ada 85,5 % sedangkan lewat pengepul ada 12, 7 % dan dijual langsung ke pertamina ada 1,8 % %. Ini membuktikan bahwa diantara mereka sudah ada koperasi sebagai wadah bagi para penambang tradisional. Lihat tabel berikut. Mekanisme Penjualan Hasil Penambangan Cara Frekuensi persen Langsung ke Pertamina 1 1.8 Melalui agen/pengepul 7 12.7 Melalui Koperasi 47 85.5 Sementara itu bahwa lahan yang digunakan untuk penambangan adalah tanah bilik negara 1,8 %, tanah milik pertamina 5,5 % dan tanah milik perhutani adalah 92,7 %. Lihat tabel VALUE ADDED, Vol.3, No.2, Maret 2007 Agustus 2007 http://jurnal.unimus.ac.id 6

berikut. Namun yang menggembirakan bagi para penambang adalah tidak/sedikit pungutan yaitu hanya 6 responden (10, 9 % ) yang mengaku dikenai pungutan oleh perhutani. adanya Kepemilikan Lokasi Penambangan Pemilik Lokasi Frekuensi Persen Negara 1 1.8 Pertamina 3 5.5 Perhutani 51 92.7 Bukti bahwa menjadi penambang tidak bias sendirian adalah mereka bekerja sebagai penambang yang paling banyak cara memperoleh pekerjaan adalah diajak teman yaitu sebesar 67,3 % sedangkan yang karena turun-temurun adalah 18,18 % dan lainnya adalah sebesar 12,73 %. Sedangkan karena melamar sebesar 1,8 %. Cara perolehan Pekerjaan Cara Frekuensi Persen Turun Temurun 10 18,18 Diajak teman 37 67.3 Melamar 1 1.8 Lainnya 7 12,73 Mereka sebagian kurang nyaman bekerja sebagai penambang tradisional, namun kebanyakan mereka ingin tetap sebagai penambang tradisional. Ingin pindah kerja ternyata bukan karena pindah dari penambang tetapi pindah ke profesi pekerja penambang menjadi ketua kelompok penambang tradisional. VALUE ADDED, Vol.3, No.2, Maret 2007 Agustus 2007 http://jurnal.unimus.ac.id 7

Keinginan Untuk Pindah Kerja Keinginan Pindah Frekuensi Persen Ingin Pindah 25 45.5 Tidak Ingin Pindah 30 54.5 Ketika responden ditanya apakah ada peran pemerintah dalam pengembagan penambang tradisional, maka 98,3 % menjawab tidak ada dan 1,8% menjawab ada. Itu saja alasan tidak pengaruh langsung karena alas an adanya adalah pembangunan jalan menuju desa dari lokasi penambangan. Dengan demikian tidak ada peran pemerintah secara signifikan mendukung pengembangan penambang minyak tradisional. Lihat tabel berikut. Adanya Peran Pemerintah untuk Mengembangkan Penambang Tradisional Peran Frekuensi Persen Ada peran pemerintah 1 1.8 Tidak ada peran pemerintah 54 98.2 Sedangkan ketika ditanya apakah ada koperasi yang menampung keberadaan penambang tradisional 100 % menjawab tidak ada. Hal ini perlu adanya pembinaan dan pemberdayaan bagi kepentingan mereka berupa koperasi atau paguyuban yang bertujuan untuk kemajuan dan memperkuat daya bargaining dengan pihak pertamina atau perusahaan minyak yang ada karena mereka menghadapi monopsoni yaitu satu pembeli. Penambang tidak memiliki alternatif penjualan hasil penambangan selain ke pertamina. Namun demikian masyarakat sudah memiliki keinginan adanya peran koperasi dalam penampungan aspirasi para penambang yaitu : VALUE ADDED, Vol.3, No.2, Maret 2007 Agustus 2007 http://jurnal.unimus.ac.id 8

a. Pemberian pembinaan dan penyuluhan manajemen kelompok sehingga penambang menjadi lebih maju. b. Pembelaan dalam penentuan harga jual hasil penambangan c. Pemberian pembinaan dalam hal cara penambangan yang baik d. Penyatuan aspirasi para penambang. e. Pemberian semangat kebersamaan Adanya Peran Pertamina / Perusahaan Minyak untuk Mengembangkan Ekonomi Para Penambang Peran Frekuensi Persen Ada peran pertamina 41 74.5 Tidak ada peran Pertamina 14 25.5 Ketika responden ditanya apakah ada peran pertamina dalam mengembangkan ekonomi para penambang terdapat 74,5 % menjawab ada dan 25,5 mwnjawab tidak ada. Peran pertamina dalam ikut mengembangkan antara lain dalam bentuk: a. Memfasilitasi/meminjami alat penambang b. Memenuhi kebutuhan penambang c. Memberi bantuan beasiswa kepada anak para penambang. d. Memberi pinjaman modal kepada para penambang Sedangkan peran yang diinginkan adalah sebagai berikut: a. Membantu peminjaman atau pemberian peralatan b. Membeli harga minyak mentah dengan harga tinggi. c. Pembangunan jalan di lokasi penambangan KESIMPULAN a. Bahwa para penambang minyak tradisional masih berada dalam kehidupan yang miskin. VALUE ADDED, Vol.3, No.2, Maret 2007 Agustus 2007 http://jurnal.unimus.ac.id 9

b. Bahwa para penambang minyak tradisional masih menggunakan peralatan yang sangat sederhana c. Perlu adanya uluran tangan untuk memberdayakan para penambang minyak tradisional. d. Mereka bekerja sebagai penambang minyak tradisional secara subsisten, tidak secara professional dan tidak memiliki daya tawar tentang penentuan harga. e. Minyak hasil penambangan tidak boleh dijual selain ke Pertamina, jika dijual kepada selain pertamina dianggap melakukan pencurian hasil penambangan (Pertamina sebagai monopsoni). DAFTAR PUSTAKA Blora Dalam Angka 2006, BPS, Blora. Bupati Blora, 2006, Potensi Peningkatan Pendapatan Daerah Kabupaten Blora, Laporan Bupati. Bupati Blora, 2007, Pengembangan Blok Cepu, Pemberdayaan Lapangan terbang Ngloram, Upaya Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. Makalah seminar. Jepon Dalam Angka 2006, Statistik Kecamatan. Sambong Dalam Angka 2006, Statistik Kecamatan. VALUE ADDED, Vol.3, No.2, Maret 2007 Agustus 2007 http://jurnal.unimus.ac.id 10