I. PENDAHULUAN. individu yang sering dimulai saat remaja dan berlanjut hingga dewasa yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari, sering kita menemukan perokok di mana-mana, baik di

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang telah ditentukan (Anwar dan Prihartono, 2003). Desain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang. tidak asing lagi yang berkembang di kehidupan masa kini.

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Di tahun 2009, Indonesia menempati peringkat ke-4

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

BAB 1 PENDAHULUAN. mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masih dianggap sebagai perilaku yang wajar, serta merupakan bagian dari

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

I. PENDAHULUAN. kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah-masalah kesehatan pada keluarga dengan anak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. Structural Equation Modeling (SEM) merupakan teknik analisis multivariat

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) bahwa kurang lebih 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. utama kanker di dunia. Survei dari WHO 8,2 juta orang meninggal kerena

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dan Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMK 2 Mei Bandar Lampung. Gede Merta Mertana

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda yang ada di sekitar kita dan sudah tidak asing lagi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

1. Pendahuluan PROGRAM PEMBERIAN INFORMASI BAHAYA MEROKOK MELALUI LEAFLET, PRESENTASI DAN POSTER

BAB I PENDAHULUAN. ikan, daging, dan sebagainya sebesar 11% (Setiarti, 2005). perokok di Indonesia merokok sebelum usia 19 tahun (Jamal, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa tumbuh kembang yang mengalami peralihan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu kegiatan menghisap tembakau oleh individu yang sering dimulai saat remaja dan berlanjut hingga dewasa yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok, serta menimbulkan ketergantungan (Mc Gee, 2005). Rokok sudah lama dikenal dan tampaknya menjadi bagian dari kehidupan seseorang yang mutlak (Laksono, 2008). Berdasarkan laporan WHO tahun 2008 menyebutkan bahwa hampir 2/3 perokok di dunia tinggal di 10 negara. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar ketiga setelah Cina dan India yang memiliki jumlah perokok sebanyak 146.860.000 jiwa. Prevalensi seluruh perokok berusia 15 tahun ke atas di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1995-2010 melonjak 7,7 %. Prevalensi perokok pria meningkat 13 % dan perokok wanita meningkat 2,5 %. WHO juga merilis data terdapat sedikitnya satu perokok di dalam rumah tangga dan lebih dari 69 % rumah tangga di Indonesia memiliki pengeluaran

untuk rokok. Rata-rata individu perokok menghabiskan Rp 2.592.000,00 per tahun untuk membeli tembakau. 2 Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2007 menunjukkan rata-rata pengeluaran rokok mencapai 12,4 % dari total pengeluaran setiap penduduk Indonesia per bulannya. Pengeluaran rokok tiga kali lebih besar daripada pengeluaran pendidikan dan kesehatan. Produksi rokok nasional setiap tahunnya terus meningkat. Seluruh pabrik rokok di Indonesia mampu memproduksi 268,4 milyar batang rokok dan diperkirakan pengeluaran untuk rokok per tahun mencapai 134,2 triliun rupiah. Rokok menjadi permasalahan ekonomi saat ini. Konsumsi rokok tertinggi di Indonesia berada pada kalangan penduduk miskin, yaitu 60 % atau 84,4 juta orang. Mereka memiliki tingkat ekonomi yang rendah dan sulit dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain berkurangnya hari bekerja akibat sakit, pendapatan yang diterima berkurang dan pengeluaran bertambah untuk biaya pengobatan (Fawzani dan Triratnawati, 2005). Menurut data Badan Pusat Statistik, Lampung masih menempati peringkat ke-3 se-sumatera dan ke-8 nasional sebagai daerah yang miskin. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2010 khususnya di Kota Bandar Lampung mencapai 14,58 % atau 128.600 jiwa. Kebiasaan merokok menjadi hal yang serius saat ini karena sudah meluas di hampir semua kalangan. Asap rokok yang mengandung banyak zat kimia

3 beracun tidak hanya berbahaya bagi perokok saja, tetapi juga orang di sekitar yang terpapar asap rokok. Terpapar asap rokok selama delapan jam sebanding dengan merokok langsung sebanyak dua puluh batang per hari yang resikonya adalah timbulnya berbagai macam penyakit bahkan kematian (Purba, 2009). Sekitar 40,3 juta anak 0-14 tahun terpapar asap rokok dan 40,5 % populasi semua umur terpapar asap rokok di dalam rumah. Berdasarkan penelitian Rachiotis, dkk (2008) menyebutkan bahwa terdapat beberapa hal yang mempengaruhi intensitas merokok diantaranya usia yang semakin tua, jenis kelamin, tingkat pendidikan yang rendah dan pendapatan. Jumlah perokok laki-laki di negara maju yang memiliki tingkat pendidikan dan pendapatan yang tinggi lebih sedikit daripada orang yang berpendiddikan rendah dan berpenghasilan tidak mencukupi. Tingkat pendidikan orang tua akan mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang kesehatan dan hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan, termasuk perilaku merokok dan bahayanya. Niat untuk berhenti merokok merupakan salah satu pemicu keberhasilan seseorang untuk tidak merokok (Laksono, 2008). Perilaku merokok di masyarakat tidak terjadi tanpa adanya hal-hal yang memicu tindakan tersebut. Beberapa faktor yang mendorong individu untuk merokok di antaranya terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sebaya, dan kepuasan psikologis (Sari, 2011). Dukungan sosial berperan penting dalam menentukan dan mengarahkan perilaku individu. Dukungan sosial bisa didapatkan dari berbagai sumber, salah satunya adalah keluarga baik istri maupun anak-anak. Adapun bentuk

4 dukungan yang diberikan dapat berupa pemberian semangat, kepercayaan, kesempatan untuk bercerita, meminta pertimbangan, bantuan maupun nasehat guna mengatasi permasalahan yang dihadapi (Laksono, 2008). Dalam memberi dukungan keluarga tidak terlepas dari sikap seorang istri untuk berupaya supaya suami tidak merokok. Sikap mencerminkan apa yang kita pikirkan, rasakan, dan lakukan terhadap beberapa aspek dari lingkungan (Brahmana, 2009). Anggota keluarga baik anak maupun istri akan menghindar jika suaminya merokok. Dorongan dan anjuran anggota keluarga mampu menjadi alasan untuk berhenti merokok. Keprihatinan akan perilaku istri dan anak memotivasi perokok untuk berusaha sekuat tenaga agar hidupnya tidak tergantung dengan rokok (Fawzani dan Triratnawati, 2005). Menurut Gottlieb (dalam Smet, 1994) dukungan sosial terdiri dari nasehat verbal atau non-verbal. Bantuan nyata yang diberikan karena keakraban dengan seseorang atau didapat karena kehadiran orang lain dapat bermanfaat secara emosional atau berefek perilaku bagi penerimanya. Fungsi afektif keluarga berhubungan dengan fungsi internal dalam suatu keluarga yang meliputi perlindungan dan dukungan psikososial bagi para anggotanya. Perhatian, kasih sayang, dan perasaan aman akan membantu individu menghadapi masalah tertentu dengan memperhatikan keseimbangan emosionalnya (Kusumaningrum dkk, 2011). Peran anggota keluarga sangat

penting dalam menciptakan fungsi afektif dari anggota keluarga (Kusumaningrum dkk, 2011). 5 Berdasarkan hasil penelitian Laksono (2011) diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan intensitas merokok. Semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi pula intensi untuk berhenti merokok. Lokasi penelitian ini adalah Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung. Peneliti memilih lokasi tersebut dikarenakan jumlah perokok aktif di wilayah tersebut cukup tinggi yaitu mencapai 90%. Lokasi tersebut dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga hal ini menunjang peneliti untuk lebih mudah dalam melakukan penelitian. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah sikap istri tentang merokok dan dukungan keluarga berhubungan dengan intensitas merokok kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dikemukakan bahwa masalah yang terjadi adalah meningkatnya jumlah perokok di dunia saat ini. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah berkaitan dengan keluarga. Oleh karena itu, sebagai peneliti saya akan merumuskan permasalahan sebagai berikut :

6 1. Apakah sikap istri tentang merokok berhubungan dengan intensitas merokok kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11,RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012. 2. Apakah dukungan keluarga berhubungan dengan intensitas merokok kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan sikap istri tentang merokok dan dukungan keluarga terhadap intensitas merokok kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui distribusi frekuensi istri berdasarkan umur, pendidikan, dan pekerjaan di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012. b. Mengetahui gambaran sikap istri terhadap intensitas merokok kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13

7 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012. c. Mengetahui gambaran dukungan keluarga terhadap intensitas merokok kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012. D. Manfaat Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai pengaruh sikap istri tentang merokok dan dukungan keluarga terhadap intensitas merokok kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012. 2. Bagi masyakarat Memberikan motivasi kepada masyarakat tentang pengaruh sikap istri dan dukungan keluarga terhadap intensitas merokok kepala keluarga yang merokok di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012. 3. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut terkait dengan topik yang sama.

8 E. Kerangka Teori Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2010). Sikap merupakan sekumpulan perasaan, keyakinan, dan kecendrungan perilaku yang diarahkan kepada orang, gagasan, objek atau kelompok tertentu (Liliweri, 2007). Menurut Allport (dalam Notoatmodjo, 2010) menjelaskan bahwa sikap itu mempuyai 3 komponen pokok yaitu kepercayaan terhadap suatu objek, evaluasi orang terhadap objek, dan kecenderungan untuk bertindak. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun tidak mendukung pada suatu objek (Anwar, 2005). Menurut Saurasan (dalam Zaenuddin, 2002) menjelaskan dukungan keluarga adalah keberadaan, kesedihan, kepedulian, dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Berdasarkan definisi Gottlieb (dalam Zaenuddin 2002), yaitu dukungan keluarga bisa berupa informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang dapat memberikan keuntungan emosional atau mempengaruhi tingkah laku penerimanya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya dukungan sosial tersebut oleh seseorang. Faktor tersebut tergantung pada susunan dan struktur jaringan sosial, serta bagaimana hubungan individu tersebut dalam keluarga dan masyarakat (Laksono, 2008).

9 Menurut Friedman (1986), definisi fungsi afektif keluarga adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikosial, saling mengasah dan memberikan cinta kasih serta saling menerima dan mendukung. Fungsi afektif ini merupakan sumber kebahagiaan dalam keluarga. Keluarga memberikan kasih sayang dan rasa aman. Perhatian diantara anggota keluarga, membina kedewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga. Friedman (1986) juga mengidentifikasi fungsi afektif keluarga yaitu memberikan perlindungan psikologis, menciptakan rasa aman, mengadakan interaksi dan mengenal identitas individu. Faktor predisposisi (predisposing factors) Pengetahuan Sikap Tingkat pendidikan psikologi Nilai-nilai Kepercayaan Faktor pemungkin (enabling factors) Sarana dan prasarana yang tersedia Intensitas merokok kepala keluarga Faktor penguat (reinforcing factors) Dukungan sosial: Dukungan keluarga Sikap istri Dukungan tokoh masyarakat Dukungan petugas kesehatan Gambar 1. Kerangka Teori

10 F. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. ( Notoadmojo, 2005). INDEPENDENT VARIABLE DEPENDENT VARIABLE Sikap istri tentang merokok Dukungan keluarga Intensitas rokok kepala keluarga: Banyaknya rokok Gambar 2. Kerangka Konsep G. Hipotesis Berdasarkan data-data yang sudah dipaparkan dalam latar belakang masalah, penulis menyusun hipotesis bahwa : 1. Ada hubungan antara sikap istri tentang merokok terhadap intensitas merokok suami di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012. 2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan intensitas merokok kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lamspung pada tahun 2012.