4 KONDISI UMUM WILAYAH

dokumen-dokumen yang mirip
KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV GAMBARAN UMUM

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

Geografi. Kab. SUMEDANG. Kab. CIANJUR. Kab. TASIKMALAYA

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

III. KEADAAN UMUM LOKASI

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

Transkripsi:

32 4 KONDISI UMUM WILAYAH Kondisi Geografis Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Garut adalah kabupaten yang berada di wilayah selatan Provinsi Jawa Barat. Memiliki luas 311.007,50 ha, dengan ibukota berada pada ketinggian 717 m dpl dikelilingi oleh Gunung Karacak (1838 m), Gunung Cikuray (2821 m), Gunung Papandayan (2622 m), dan Gunung Guntur (2249 m). Secara geografis Kabupaten Garut terletak pada koordinat 6 0 56 49 7 0 45 00 Lintang Selatan dan 107 0 25 8 108 0 7 30 Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang; Sebelah timur, berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya; Sebelah selatan, berbatasan dengan Samudra Indonesia; Sebelah barat, berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Cianjur. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Garut disajikan pada Gambar 6. Kondisi fisik wilayah Kabupaten Garut sangat beragam. Daerah sebelah utara, timur dan barat secara umum merupakan daerah dataran tinggi dengan kondisi alam berbukit-bukit dan pegunungan, sedangkan kondisi alam daerah sebelah selatan sebagian besar permukaan tanahnya memiliki kemiringan yang Gambar 6 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Garut

relatif cukup curam. Corak alam di daerah sebelah selatan ini diwarnai oleh iklim Samudra Indonesia dengan segenap potensi alam dan keindahan pantainya. Secara administratif, Kabupaten Garut mempunyai jumlah kecamatan sebanyak 42 kecamatan, 21 kelurahan dan 410 desa, dengan luas wilayah 306.519 ha. Kecamatan Cibalong merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah terluas mencapai 6,97% dari wilayah Kabupaten Garut atau seluas 21.359 ha, sedangkan kecamatan Kersamanah merupakan wilayah terkecil dengan luas 1.650 ha atau 0,54%. 33 Iklim dan Topografi Kabupaten Garut beriklim tropis basah (humid tropical climate) yang dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu : 1) pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattem), 2) topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat, dan 3) elevasi topografi dengan curah hujan rata-rata setiap tahun berkisar antara 2.589 mm dengan bulan basah 9 bulan berturut-turut dan bulan kering berkisar 3 bulan berturut-turut. Variasi temperatur bulanan berkisar antara 24 0 C - 27 0 C. Karakteristik topografi Kabupaten Garut sangat beragam dari mulai pegunungan, dataran tinggi hingga pantai. Daerah sebelah Utara, Timur dan Barat secara umum merupakan daerah dataran tinggi dengan kondisi alam berbukitbukit dan pegunungan ketinggian mencapai 3.500-4.000 meter di atas permukaan laut, sedangkan kondisi daerah sebelah selatan sebagian besar permukaan tanahnya memiliki kemiringan yang relatif cukup curam dan di beberapa tempat labil. Corak alam di daerah sebelah selatan diwarnai oleh iklim Samudra Indonesia dengan memiliki segenap potensi alam dan keindahan pantainya. Kabupaten Garut dengan memiliki iklim tropis, curah hujan yang cukup tinggi, hari hujan yang banyak dan lahan yang subur serta ditunjang dengan terdapatnya 34 aliran sungai ke Utara, dan 19 aliran sungai ke Selatan, menyebabkan sebagian besar dari luas wilayahnya dipergunakan untuk lahan pertanian. Akibat pengaruh adanya daerah pegunungan, daerah aliran sungai dan daerah dataran rendah pantai, maka tingkat kesuburan tanah di Kabupaten Garut bervariasi. Secara umum jenis tanahnya terdiri dari tanah sedimen hasil letusan gunung Berapi Papandayan dan Gunung Guntur, dengan bahan induk batuan turf dan batuan kuarsa. Pada daerah sepanjang aliran sungai, terbentuk jenis tanahaluvial yang merupakan hasil sedimentasi tanah akibat erosi di bagian hulu. Jenis tanah podsolik merah kekuning-kuningan, podsolik kuning dan regosol merupakan bagian paling luas dijumpai di wilayah Kabupaten Garut, terutama di wilayah Garut Selatan, sedangkan Garut bagian utara didomiasi oleh jenis tanah andosol. Pola Penggunaan Lahan Jenis penggunaan lahan di Kabupaten Garut dari sisi fungsi kawasan didominasi oleh kawasan dengan fungsi lindung. Berdasarkan Perda Provinsi Jawa Barat No. 22 Tahun 2010 perihal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat yang berlaku Tahun 2009-2029, proporsi kawasan lindung di

34 Kabupaten Garut adalah sebesar 81,39% dari total luas wilayah atau seluas 253.129 ha. Kawasan lindung tersebut terdiri dari hutan sebesar (29,43%) dan Kawasan Lindung Non Hutan (51,96%). Dengan penetapan kawasan lindung sebesar 81,39% maka luas bersih kawasan yang bisa dimanfaatkan hanya 18,61% dari total luas Kabupaten Garut atau hanya seluas 57.878,5 ha. Luas yang hanya 57.878,5 ha tersebut masih terbagi lagi untuk kawasan perkebunan negara dan swasta serta untuk pemukiman. Penggunaan lahan di Kabupaten Garut berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut Tahun 2012, sampai dengan Tahun 2010 jenis penggunaan lahan di Kabupaten Garut antara lain dipergunakan untuk kebun dan kebun campuran, tegalan, perkebunan, pemukiman/perkampungan, padang semak, pertambangan, tanah rusak, tandus dan industri. Selain digunakan sebagai lahan pesawahan seluas 44.093 ha atau 14,39%, penggunaan lahan juga diperuntukan untuk perairan darat seluas 2.038 ha atau sebesar 0,66% dan peruntukan lainnya sebesar seluas 15.025 ha atau sebesar 4,9%. Jenis penggunaan lahan di Kabupaten Garut disajikan pada Tabel 4. Peta penggunaan lahan (landuse) berdasarkan data Bappeda Kabupaten Garut disajikan pada Gambar 7. Tabel 4 Jenis Penggunaan Lahan di Kabupaten Garut Tahun 2008-2010 No Jenis Penggunaan Lahan 2008 2009 2010 Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) %% I. SAWAH 49.441 16,13 44.191 14,42 44.093 14,39 II. DARAT 252.133 82,26 245.625 80,13 245.318 80,03 2.1. Pemukiman/ Perkampungan 39.554 12,90 39.557 12,91 39.664 12,94 2.2. Industri 41 0,01 41 0,01 52,87 0,02 2.3. Pertambangan 200 0,07 200 0,07 200 0,07 2.4. Tanah Kering Semusim/ Tegalan 2.5. Kebun Dan Kebun Campuran 51.134 16,68 49.051 16,00 51.134 16,68 56.109 18,31 52.242 17,04 52.225 17,04 2.6. Perkebunan 26.825 8,75 26.347 8,60 26.347 8,60 2.7. Hutan 71.265 29,43 71.625 29,43 71.625 29,43 2.8 Alangalang/Padang Semak belukar 2.9. Tanah Rusak Tandus 7.005 2,29 6.562 2,14 4.070 1,33 III. PERAIRAN DARAT 2.038 0,66 2.038 0,66 2.038 0,66 3.1. Kolam 1.826 0,60 1.826 0,60 1.826 0,60 3.2. Situ / Danau 157 0,05 157 0,05 157 0,05 3.3. Lainnya 55 0,02 55 0,02 55 0,02 IV. PENGUNAAN LAINNYA 2.907 0,95 15.025 4,90 15.025 4,90 JUMLAH 306.519 100,00 306.519 100,00 306.519 100 Sumber : BPS Kabupaten Garut (2012)

35 Gambar 7 Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Garut Demografi Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki jumlah penduduk yang cukup besar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (BPS) Kabupaten Garut Tahun 2012, jumlah penduduk Kabupaten Garut pada tahun 2010 tercatat sebanyak 2.407.086 jiwa, terjadi kenaikan dari tahun 2011 menjadi 2.445.911 jiwa. Laju kenaikan jumlah penduduk yang tercatat antara Tahun 2010 hingga Tahun 2011 adalah sebesar 1.59%. Jumlah rumah tangga pada tahun 2011 sebanyak 638.478 rumah tangga, dengan banyaknya anggota per rumahtangga antara 3 sampai 4 orang. Berdasarkan rasio usia, jumlah penduduk Kabupaten Garut pada Tahun 2011 yang berada pada rentang usia 0-14 tahun berjumlah sebanyak 820.397 orang, usia 15-64 tahun sebanyak 1.499.825 orang dan usia diatas 65 tahun sebanyak 125.689 orang. Dengan luas wilayah 3.065,19 Km² maka kepadan penduduk Kabupaten Garut setiap Km² nya rata-rata sebanyak 798 jiwa. Penduduk menyebar tidak merata pada setiap kecamatannya. Sebagian besar penduduk terakumulisasi di daerah perkotaan. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Tarogong Kidul dengan tingkat kepadatan penduduk setiap Km² nya mencapai 5.660 jiwa. Tingkat kepadatan terendah terdapat di kecamatan Pamulihan yang hanya didiami oleh 135 jiwa setiap Km². Perkembangan jumlah, laju dan kepadatan penduduk Kabupaten Garut Tahun 2006 2011 disajikan pada Tabel 5.

36 Tabel 5 Perkembangan Jumlah, Laju dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Garut Tahun 2006-2011 Penduduk 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah (Jiwa) 2.274.973 2.309.773 2.345.108 2.380.981 2.417.404 2.445.911 Laki-laki (Jiwa) 1.157.252 1.174.800 1.192.201 1.210.334 1.228.849 1.238.382 Perempuan (Jiwa) 1.117.721 1.134.973 1.152.907 1.170.647 1.188.555 1.207.529 Laju Pertumbuhan 1,60 1,53 1,53 1,53 1,61 1.59 Penduduk (%) Kepadatan per KM 2 742,20 753,55 765,08 776,78 785,30 797,97 Sumber : BPS Kabupaten Garut (2012) Pendidikan dan Kesehatan Dilihat dari jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan terakhir, berdasarkan data BPS Kabupaten Garut, sampai dengan Tahun 2010 prosentase terbesar penduduk Kabupaten Garut yang memiliki izasah/sttb SD/MI/sederajat sebanyak 44,62% atau meningkat 4,0% dari Tahun 2009 sebanyak 40,62%. Dalam kurun waktu periode Tahun 2006-2010, penduduk yang memiliki izasah/sttb SLTP/MTs/sederajat/kejuruan, izasah/sttb SMU/MA/sederajat serta izasah Perguruan Tinggi cenderung terus mengalami peningkatan. Peningkatan tingkat pendidikan terakhir ini menunjukkan secara tidak langsung terjadinya peningkatan derajat pendidikan penduduk di Kabupaten Garut selama periode tahun 2005-2010. Kondisi kesehatan masyarakat Kabupaten Garut terus mengalami peningkatan. Indeks Kesehatan yang diukur melalui Angka Harapan Hidup (AHH) waktu lahir, pada tahun 2010 mencapai 67,35 poin atau mengalami peningkatan 0,35 poin dari Indeks Kesehatan Tahun 2009 sebesar 67,00 poin (angka perbaikan) dan 3,52% dari Tahun 2004 yang baru mencapai sebesar 63,83 tahun. Peningkatan pencapaian indeks kesehatan tersebut dipengaruhi oleh perkembangan yang positif dari pencapaian nilai Angka Harapan Hidup (AHH), dimana sampai dengan Tahun 2010, AHH mencapai 65,41 tahun, yang berarti meningkat 0,21 tahun dari Tahun 2009 yang mencapai sebesar 65,20 tahun. Sementara dari tahun 2004-2010, AHH mengalami peningkatan sebesar 2,11 tahun atau 3,33% dari sebesar 63,3 tahun pada tahun 2005. Dengan kontribusi yang relatif tinggi, kenaikan indikator tersebut merupakan gambaran peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Garut secara makro. Kendati demikian, intervensi Pemerintah masih sangat diperlukan mengingat jika dibandingkan dengan besaran di Jawa Barat, AHH Kabupaten Garut masih tampak tertinggal cukup jauh, yakni terpaut 3 tahun dan masih relatif rendah dibandingkan kabupaten-kabupaten lain di Jawa Barat. Kondisi tersebut juga

merupakan indikasi bahwa status kesehatan masyarakat di Kabupaten Garut masih tertinggal dibandingkan masyarakat Jawa Barat pada umumnya. 37 Lapangan Pekerjaan Dilihat persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama, penduduk Kabupaten Garut pada Tahun 2011 umumnya bekerja di sektor pertanian yang menampung tenaga kerja sebanyak 37.14%. Terjadi penurunan dibanding tahun 2010 yang menampung sebanyak 39,68%. Sektor lain yang menampung tenaga kerja cukup besar adalah sektor perdagangan sebanyak 23,37%, diikuti sektor jasa sebanyak 19,45%, dan sektor industri pengolahan sebanyak 7.16%. Persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama di Kabupaten Garut disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Kabupaten Garut Tahun 2011 Lapangan Pekerjaan Utama Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Pertanian 34.84 42.29 37.14 Pertambangan dan Penggalian 0.81 0.45 0.70 Industri 7.32 6.79 7.16 Listrik, Gas dan Air Minum 0.35 0.07 0.27 Bangunan/ Konstruksi 8.18 0.22 5.72 Perdagangan, hotel dan Restoran 20.95 28.76 23.37 Angkutan & Komunikasi 6.81 0.22 4.77 Bank & Lembaga Keuangan Lainnya 1.53 1.18 1.42 Jasa-Jasa 19.20 20.01 19.45 Sumber : BPS Kabupaten Garut (2012) Jumlah 100.00 100.00 100.00 Struktur Perekonomian Kondisi Sosial Ekonomi Struktur perekonomian di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh ragam kegiatan ekonomi yang memberikan karakter di wilayah yang bersangkutan. Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor yang sangat menentukan struktur perekonomian daerah. Struktur ekonomi Kabupaten Garut secara kuantitatif digambarkan melalui prosentase peranan nilai tambah bruto dari masing-masing sektor terhadap total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang mampu diciptakan akibat adanya berbagai aktivitas

38 ekonomi dalam suatu wilayah. Data PDRB tersebut menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu besarnya PDRB yang mampu dihasilkan sangat tergantung pada faktor tersebut. Adanya keterbatasan dua faktor di atas menyebabkan PDRB bervariasi antar daerah. Perkembangan PDRB yang dihitung atas dasar harga berlaku belum dapat dijadikan sebagai indikator yang menggambarkan peningkatan volume produk barang atau jasa di wilayah Garut (kinerja perekonomian), karena pada besaran PDRB tersebut masih terkandung inflasi yang sangat mempengaruhi harga barang/jasa secara umum. Untuk menganalisis perkembangan dari volume produk barang/jasa atau pertumbuhan ekonomi secara makro umumnya digunakan PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan. Secara makro besaran PDRB yang dihitung atas dasar harga berlaku di Kabupaten Garut pada tahun 2011 mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 10,65 persen, atau dari semula sebesar Rp 24.844,61 miliar menjadi Rp 27.491,63 miliar. Pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,55 persen, hal ini dikarenakan laju inflasi yang mengalami penurunan ditahun 2011 dibanding tahun sebelumnya. Dari hasil perhitungan, BPS mencatat PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan tahun 2000 di Kabupaten Garut pada tahun 2011 mencapai Rp 11.743,51 miliar, atau mengalami peningkatan 5,48 persen dari tahun sebelumnya. Kondisi tersebut merupakan indikasi quantum (volume) produk barang/jasa secara umum mengalami peningkatan atau perekonomian Kabupaten Garut secara makro berkembang positif dengan besaran 5,48 persen. Sektor andalan atau sektor yang memberi sumbangan terbesar bagi PDRB total Kabupaten Garut adalah pertanian. Kondisi tersebut terjadi mengingat kegiatan ekonomi sebagian besar penduduk di wilayah Kabupaten Garut masih tampak didominasi oleh sektor pertanian. Hal ini terlihat dari sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor ini serta sebagian besar lahan di wilayah Kabupaten Garut digunakan untuk kegiatan di sektor pertanian (hampir mencapai 3/4 dari total luas wilayah Kabupaten Garut). Pada tahun 2011 sektor ini memberikan sumbangan nilai tambah yang dihitung atas dasar harga berlaku sebesar Rp 12.382,80 miliar, atau dengan share 45,04 persen terhadap perekonomian. Selain pertanian, sektor yang cukup dominan di Kabupaten Garut adalah perdagangan, hotel dan restoran. Pada Tahun 2011 sektor perdagangan, hotel dan restoran mampu menciptakan nilai tambah atas dasar harga berlaku sebesar Rp 7.252,45 miliar, atau mengalami peningkatan Rp 757,17 miliar dari tahun sebelumnya. Peningkatan sektor ini banyak disumbang dari peningkatan yang terjadi pada subsektor perdagangan. Di tahun 2011, secara makro terjadi peningkatan nilai barang yang diperdagangkan di Garut sekitar 11,70 persen yang tampak dari peningkatan nilai tambah atas dasar harga berlaku pada subsektor perdagangan. Sedangkan peningkatan volume barang yang diperdagangkan dapat ditunjukkan oleh persentase kenaikan nilai tambah yang dihitung atas dasar harga konstan mengalami peningkatan sebesar 7,67 persen. Capaian PDRB Atas Dasar

Harga Berlaku dan Konstan Kabupaten Garut Tahun 2000 Tahun 2008-2011 berdasarkan data BPS Tahun 2012 disajikan pada Tabel 7. 39 Tabel 7 Capaian PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Kabupaten Garut Tahun 2008-2011 Kelompok 2008 2009 2010* 2011** Sektor Berlaku Konstan Berlaku Konstan Berlaku Konstan Berlaku Konstan (1) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (8) (9) PRIMER 9,318.42 4,619.51 10,265.00 4,881.21 11,338.40 5,102.48 12,416.07 5,314.17 Pertanian 9,291.93 4,606.53 10,236.13 4,867.31 11,307.73 5,088.30 12,382.80 5.299,39 Pertambangan 26.49 12.98 28.87 13.90 30.67 14.18 33.27 14.78 SEKUNDER 2,149.26 1,017.46 2,419.64 1,091.39 2,691.00 1,179.52 2,991.23 1,255.36 Industri 1,529.30 690.73 1,733.67 742.01 1,888.47 795.09 2,081.47 835,15 Listrik dan air 85.07 50.75 97.04 55.74 117.56 65.31 128.30 68.88 Bangunan 534.89 275.98 588.92 293.64 684.97 319.12 781.46 351.32 TERSIER 8,893.16 4,374.33 9,586.79 4,596.14 10,815.21 4,851.62 12,084.34 5,173.98 Perdagangan 5,444.53 2,720.50 5,936.93 2,885.35 6,495.28 3,047.23 7,252.45 3,277.08 Pengangkutan 626.69 282.60 750.61 292.44 953.15 319.83 1.073.21 333.45 Bank 582.63 348.40 686.39 374.98 816.98 421.64 889.95 449.93 Jasa-jasa 1,650.71 936.52 2,011.63 986.41 2,549.81 1,062.92 2,868.74 1,113.53 PDRB 20,360.84 10,011.30 22,271.42 10,568.74 24,844.61 11,133.63 27,491.63 11,743.51 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa secara umum pergeseran struktur ekonomi di Kabupaten Garut selama periode 2007-2011 dari primer ke arah sekunder dan tersier selama periode 2007-2011, tampak tidak berubah secara signifikan, namun pergeseran dari kelompok sektor primer ke arah sekunder dan tersier tetap terjadi walaupun relatif kecil jika dibandingkan dengan pergeseran struktur ekonomi yang terjadi di Jawa Barat pada umumnya. Pergeseran struktur ekonomi menggambarkan semakin modernnya perekonomian di Kabupaten Garut. Pada Tahun 2011, kelompok sektor primer memberikan kontribusi sangat tinggi terhadap perekonomian di Kabupaten Garut, yakni sebesar 45,16 persen. Meskipun demikian, dilihat dari perkembangannya, kontribusi kelompok sektor ini menunjukkan tendensi yang menurun selama periode 2007-2011, yaitu dari semula 48,03 persen menjadi 45,16 persen. Kelompok sektor penyumbang terendah yaitu sektor sekunder, tampak mengalami peningkatan kontribusi yang konsisten disepanjang periode 2007-2011. Pada tahun 2010 kontribusi kelompok sektor ini mengalami peningkatan 1,02 persen dibanding tahun 2007, yakni dari 9,86 persen di tahun 2007 menjadi sebesar 10,88 persen di tahun 2011. Perkembangan peranan sektor tersier cukup berfluktuasi. Secara umum di sepanjang periode 2007-2011 sektor ini mengalami peningkatan peranan yang sangat signifikan, yang semula sebesar 42,11 persen meningkat menjadi sebesar 43,96 persen.

40 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pembangunan manusia dewasa ini masih menempati prioritas tertinggi dalam agenda pembangunan baik di tingkat nasional maupun daerah. Hal ini sejalan dengan lahirnya paradigma pembangunan yang terpusat pada manusia (human centered development) di tahun 1990-an. Dalam kerangka tersebut pembangunan ditujukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam seluruh proses pembangunan. Oleh karena itu Pemerintah telah melakukan sederetan upaya untuk meningkatkan kualitas penduduk dalam kapasitasnya sebagai sumber daya, baik dari aspek fisik (kesehatan), intelektualitas (pendidikan), kesejahteraan ekonomi (berdaya beli), maupun aspek-aspek lainnya termasuk moralitas. Paradigma pembangunan yang terpusat pada manusia menjadikan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai primadona dalam pengukuran keberhasilan dari pembangunan baik di tingkat nasional maupun regional. Seperti halnya Propinsi Jawa Barat, Kabupaten Garut juga telah merealisasikan sederetan kebijakan yang menyangkut Sumber Daya Manusia (SDM) serta secara konsisten menggunakan IPM sebagai indikator utama baik dalam perencanaan, pemantauan (monitoring) maupun evaluasi terhadap proses pembangunan. Perkembangan IPM Kabupaten Garut dan Komponennya Tahun 2007-2011 disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Perkembangan IPM Kabupaten Garut dan Komponennya Tahun 2007-2011 Komponen 1. Angka Harapan Hidup (Tahun) 2. Angka Melek Hurup (Persen) 3. Rata-rata lama sekolah (Tahun) 4. Pendapatan Perkapita Penduduk (Ribu Rp) Sumber : BPS Kabupaten Garut (2012) Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 64,42 64,80 65,20 65,60 66,00 98,89 98,89 98,93 98,94 98,96 7,10 7,10 7,29 7,34 7,37 630,72 634,95 636,01 637,49 638,77 IPM 69,99 70,52 70,98 71,36 71,70 IPM Kabupaten Garut secara umun mengalami kenaikan positif selama periode 2007-2011. Berdasarkan data BPS Tahun 2012, selama periode 2007-2011 capaian IPM Kabupaten Garut mengalami peningkatan sebesar 1,71 poin, atau dari semula sebesar 69,99 di tahun 2007 menjadi 71,70 di tahun 2011. Secara umum, peningkatan capaian IPM di Kabupaten Garut pada periode 2008-2011 tampak lebih banyak disumbang dari semakin membaiknya harapan hidup di Kabupaten Garut, dimana indeks harapan hidup masyarakat Garut mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yakni sebesar 0,66 poin, atau dari semula 67,67 menjadi 68,37. Secara makro sumbangan harapan hidup terhadap

peningkatan IPM pada periode 2008-2011 sebesar 56,61 persen. Peningkatan pada periode ini tidak lepas dari kebijakan Pemerintah pada bidang kesehatan, antara lain program jamkesmas. Dengan kontribusi yang relatif tinggi, kenaikan indikator tersebut merupakan gambaran peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Garut secara makro. Meskipun perkembangan IPM Kabupaten Garut cukup menggembirakan, tetapi nilai capaiannya masih lebih rendah dibanding IPM Jawa Barat. Pada Tahun 2011, IPM kabupaten Garut sebesar 71.70, masih lebih rendah dibanding IPM Jawa Barat pada tahun yang sama sebesar 72.73. Meskipun secara umum IPM Kabupaten Garut masih dibawah rata-rata IPM Jawa Barat, tetapi dari sisi Indeks Indeks Pendidikan dan Indeks Daya Beli, justru lebih tinggi. Indeks Pendidikan Kabupaten Garut pada Tahun 2011 sebesar 82.35, lebih tinggi dibanding Jawa Barat dengan nilai 82.10. Indeks Daya Beli Kabupaten Garut sebesar 64.42, masih lebih tinggi dibanding rata-rata Jawa Barat sebesar 63.74. Lemahnya nilai IPM Kabupaten Garut terjadi pada nilai Indeks Harapan Hidup yang hanya sebesar 68,33 dibandingkan rata-rata Jawa Barat sebesar 72.33. 41 Kondisi Fisik Wilayah Kondisi Wilayah Pesisir Sebagai wilayah yang sedang tumbuh dan berkembang, pembangunan kecamatan pesisir Kabupaten Garut masih banyak terkendala karena kondisi geografis wilayah dan minimnya infrastruktur. Kecamatan-kecamatan pesisir di Kabupaten Garut terletak di wilayah Garut Selatan yang berjarak antara 90-110 km dari pusat pemerintahan. Kondisi topografi yang sebagian besar merupakan pegunungan menyebabkan program-program pembangunan menjadi terhambat. Akibatnya, ekonomi wilayah pesisir sulit berkembang yang menyebabkan terjadinya disparitas antar wilayah. Wilayah pesisir Kabupaten Garut merupakan wilayah berciri rural dimana sebagian besar masyarakat umumnya tinggal di wilayah perdesaan. Berdasarkan data Potensi Desa (PODES) Tahun 2011, dari 65 desa yang ada di wilayah kecamatan pesisir, hanya ada 7 desa yang memiliki status desa-kota. Itu artinya hanya sekitar 10,8% yang memiliki status desa-kota. Persentase ini jauh lebih rendah dari persentasi desa-kota di Kabupaten Garut yang mencapai lebih dari 30%. Pola penggunaan lahan di kecamatan di wilayah pesisir umumnya masih didominasi oleh wilayah hutan sebesar 27.15% dari total wilayah. Penggunaan lahan untuk kebun campuran sebesar 16.07%, tegalan 15.30%, perkebunan 13.12% dan pesawahan 10.83%. Luas lahan yang dipergunakan untuk pemukiman hanya 6.62%. Pola penggunaan lahan di wilayah pesisir Kabupaten Garut disajikan pada Tabel 9.

42 Tabel 9 Pola Penggunaan Lahan di Wilayah Kecamatan Pesisir Tahun 2011 Penggunaan Lahan Luas Lahan (ha) Caringin Bungbulang Mekarmukti Pakenjeng Cikelet Pameung peuk Cibalong % Pemukiman Pesawahan Tegalan Kebun Campuran Perkebunan Padang/semak Hutan Perairan darat 934.00 889.00 752.11 915.00 991.11 865.00 835.00 6.62 1,473.00 3,659.00 144.00 1,785.00 1,042.89 1,125.00 885.00 10.83 1,216.00 976.00 2,805.00 4,481.00 3,173.00 466.00 1,165.00 15.30 1,772.00 1,545.00 1,562.89 5,990.00 2,322.00 758.00 1,058.00 16.07-431.00-994.00 4,407.00-6,422.00 13.12 454.00 1,758.00-101.00 845.00 480.00 177.00 4.09 3,437.00 4,623.00-4,510.00 4,436.00 704.00 7,641.00 27.15 39.00 115.00-49.00 14.00 13.00 40.00 0.29 Lain-lain 996.00 692.00 258.00 1,019.00 1.00-3,134.00 6.53 Sumber : BPS Kabupaten Garut (2012) Kondisi Sosial Ekonomi Berdasarkan data BPS Tahun 2012, total penduduk di wilayah kecamatan pesisir Kabupaten Garut pada Tahun 2011 berjumlah 296,318 jiwa dengan ratarata kepadatan penduduk sebesar 382 jiwa/km 2. Laju pertumbuhan penduduk ratarata 1.58% dimana laju pertumbuhan tertinggi terjadi di Kecamatan Cikelet dan terendah di Kecamatan Pameungpeuk. Demografi penduduk tiap kecamatan di wilayah pesisir dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Demografi Penduduk Kecamatan di Wilayah Pesisir Kabupaten Garut Tahun 2011 Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Desa/Kel Jumlah Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan Penduduk Kepadatan (km 2 ) Caringin 9,903 6 30,094 1.79 303.89 Bungbulang 14,698 13 60,720 1.18 413.12 Mekarmukti 5,522 5 15,918 1.57 288.27 Pakenjeng 19,844 13 66,889 1.64 337.08 Cikelet 17,232 11 41,654 1.96 241.73 Pameungpeuk 4,411 8 39,562 1.40 896.89 Cibalong 21,359 11 41,481 1.52 194.21 Sumber : BPS Kabupaten Garut (2012)

Kondisi masyarakat pesisir Kabupaten Garut masih tergolong miskin. Hal ini dapat dilihat dari data Potensi Desa (PODES) Tahun 2011 dimana jumlah penerima Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas/jamkesmasda) yang mencapai 131,680 orang pada Tahun 2011 dengan jumlah surat miskin sebanyak 4,481. Tingkat kemiskinan juga dapat dilihat dari pengguna PLN. Keluarga yang sudah menggunakan listrik berjumlah 56,456 KK dari total 88,709 KK. Itu artinya masih ada 32,250 KK atau sekitar 36.4% yang belum memakai listrik. Dari 65 Desa yang masuk data PODES, baru 15 desa yang sudah menggunakan bahan bakar gas (LPG), sisanya sebanyak 50 desa atau sekitar 77% masih menggunakan kayu sebagai bahan bakar. Dari sisi penggunaan air, belum ada satupun desa yang terjangkau fasilitas PDAM. 6 desa yang menggunakan sumber air dari pompa. Sisanya menggunakan air minum dan MCK yang bersumber dari mata air, sumur dan sungai. Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat di kecamatan pesisir salah satunya bisa dilihat dari capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang rata-rata masih berada dibawah capaian IPM Kabupaten. Rata-rata pengeluaran perkapita masyarakat juga masih rendah. Hanya Kecamatan Pameungpeuk yang memiliki indeks pengeluaran yang diatas rata-rata. Capaian IPM Kecamatan Pesisir Kabupaten Garut Tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Capaian IPM Kecamatan di Wilayah Pesisir Kabupaten Garut Tahun 2011 Kecamatan Angka Harapan Hidup Komponen IPM Rata-Rata Angka Lama Melek Sekolah Huruf (Tahun) Pendapatan Perkapita (Ribu Rp) Masyarakat di kecamatan pesisir Kabupaten Garut masih menggantungkan mata pencaharian utamanya pada sektor pertanian. Berdasarkan data PODES tahun 2011, jumlah rumah tangga yang menggantungkan hidupnya pada usaha pertanian 56.456 RTP. Sebagian besar penduduk bertani padi, sisanya bertani palawija, hortikultura dan perkebunan. Hanya sebanyak 4143 KK atau sekitar 4.7 % dari rumah tangga masyarakat pesisir berprofesi sebagai nelayan. Hal ini terjadi selain karena keterbatasan alat tangkap ikan di laut, juga karena kultur masyarakatnya yang kental dengan budaya pertanian. Selain itu, kondisi fisik wilayah yang cocok untuk tanaman padi menyebabkan sebagian besar masyarakat IPM (1) (2) (3) (4) (5) (6) Caringin 66.87 99.18 5.91 610.85 69.00 Bungbulang 66.50 99.18 7.58 610.79 70.03 Mekarmukti 67.73 97.45 5.88 605.15 68.63 Pakenjeng 66.60 97.42 5.33 637.81 70.11 Cikelet 65.09 98.23 6.02 629.54 69.32 Pameungpeuk 65.72 98.57 6.87 646.32 71.67 Cibalong 65.75 99.09 5.89 620.13 69.06 Kabupaten Garut 66.00 98.96 7.37 638.77 71.70 Sumber : BPS Kabupaten Garut (2012) 43

44 menggantungkan hidupnya pada pertanian sawah. Usaha perikanan tangkap hanya dijadikan sebagai sampingan mata pencaharian. Rendahnya tingkat ekonomi masyarakat serta banyaknya jumlah penduduk miskin salah satunya diakibatkan minimnya infrastruktur. Sebagian besar jalan desa di kecamatan-kecamatan pesisir belum beraspal. Baru ada 31 desa yang jalan utamanya beraspal. Sisanya sebanyak 34 desa masih menggunakan jalan berbatu. Bahkan masih ada 13 desa yang jalan utamanya belum bisa dilalui kendaraan roda 4. Rata-rata jarak tempuh desa ke ibu kota kecamatan adalah 8,69 km, sementara jarak tempuh ke ibu kota kabupaten adalah 89,1 km. Jauhnya akses terhadap pusat pemerintahan dan pusat pelayanan bisa menjadi salah satu indikator yang menyebabkan desa-desa di wilayah pesisir Kabupaten Garut umumnya tertinggal dibanding wilayah lainnya. Dengan jarak perjalanan yang jauh dan waktu tempuh yang lama akibat kondisi jalan yang kurang memadai, maka dengan sendirinya menyebabkan multiplier effect kemajuan dari perkotaan sulit menembus desa. Sebaliknya, kemajuan ekonomi desa juga terhambat karena hasil-hasil pertanian tidak mampu memberikan nilai tambah yang tinggi akibat biaya produksi yang terserap oleh tingginya biaya transportasi ke perkotaan. Minimnya infrastruktur jalan juga akan berpengaruh pada penurunan kualitas produk hasil pertanian dan perikanan. Produk-produk yang mudah busuk seperti sayuran, hortikultura dan hasil laut juga mengalami penurunan nilai ekonomis akibat panjangnya waktu tempuh dari pusat produksi ke pasar. Dari sisi sarana prasarana ekonomi, desa-desa di pesisir Kabupaten Garut juga masih sangat terbatas. Masyarakat kecamatan pesisir yang sebagian besar berprofesi di bidang pertanian belum didukung oleh prasarana ekonomi yang memadai. Jalan usaha tani dan sarana pertanian belum dikembangkan secara optimal. Sebagian besar kondisi jalan usaha pertanian merupakan jalan berbatu atau kerikil. Selain itu, sarana pendukung pertanian seperti kios sarana produksi baru ada 1 dengan jumlah KUD hanya ada 6 unit. Sarana prasarana tersebut tentu saja jauh dari cukup untuk mendukung 65 desa. Sampai saat ini dukungan pemerintah daerah terhadap usaha masyarakat di wilayah pesisir tergolong masih sangat minim. Berdasarkan data PODES, pada Tahun 2011, bantuan sarana perekonomian seperti irigasi, pasar, TPI serta perdagangan baru dilakukan pada 21 desa dari 65 desa yang ada. Bantuan yang paling banyak justru pada modal usaha pertanian yang diterima 42 desa. Padahal tanpa adanya infrastruktur pendukung, terutama infrastruktur jalan, meski diberi modal besar, usaha pertanian tidak bisa berkembang. Lemahnya infrastruktur transportasi dengan sendirinya akan meningkatkan biaya produksi terutama untuk pengangkutan hasil-hasil pertanian ke pusat ekonomi. Akibatnya harga di tingkat petani menjadi rendah yang berdampak pada rendahnya tingkat kesejahteraan. Di sektor perikanan dan kelautan, infrastruktur dan sarana ekonomi juga belum terbangun dengan baik. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut Tahun 2012, di sektor perikanan tangkap, desadesa pesisir baru memiliki 1 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang terletak di Kecamatan Cikelet, serta 4 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang terletak di Kecamatan Cibalong, Pakenjeng, Pameungpeuk dan Caringin. Padahal

berdasarkan data PODES, ada 20 desa yang merupakan desa yang berbatasan langsung dengan pesisir dengan total armada tangkap lebih dari 600 unit armada baik berupa perahu motor tempel maupun kapal mesin. 45 Capaian PDRB Kondisi topografi, infrastruktur serta tingkat kesejahteraan masyarakat menyebabkan capaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di kecamatan yang berada di wilayah pesisir juga relatif rendah. Berdasarkan kajian yang dilakukan BPS dan Bappeda Kabupaten Garut terhadap capaian PDRB tiap Kecamatan di Kabupaten Garut pada Tahun 2008, dapat dilihat bahwa total capaian PDRB Kecamatan di wilayah pesisir masih berada di bawah rata-rata PDRB Kecamatan di Kabupaten Garut. Capaian PDRB kecamatan pesisir dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan di Wilayah Pesisir Kabupaten Garut Tahun 2007 (Atas Harga Dasar Konstan Tahun 2000) (juta rupiah)* PDRB PER-SEKTOR KECAMATAN PERTANIAN PERTAMBANGAN & PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS & AIR BERSIH BANGUNAN DAN KONSTRUKSI PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN, & JASA PRSH. JASA-JASA JUMLAH CARINGIN 90,427.05 326.80 4,109.42 441.46 965.93 9,421.62 1,613.82 3,666.49 5,426.89 116,399.47 BUNGBULANG 135,102.05 419.50 11,065.71 908.64 4,507.70 33,718.55 2,751.26 7,164.38 15,743.61 211,381.39 MEKARMUKTI 42,941.82 15.16 688.06 236.16 411.45 4,280.52 344.13 710.47 3,901.60 53,529.38 PAKENJENG 125,576.59 161.27 3,135.71 922.89 2,762.68 12,322.92 1,994.07 3,456.92 5,419.93 155,752.98 CIKELET 100,699.20 36.44 11,233.41 567.18 5,901.65 24,784.48 5,990.20 1,530.33 6,449.69 157,192.57 PAMEUNGPEUK 80,993.63 753.11 8,234.92 704.76 1,747.71 75,074.45 9,955.43 4,767.61 10,309.35 192,540.98 CIBALONG 150,941.11 69.87 12,576.63 565.78 3,342.52 17,864.51 8,011.95 3,592.80 6,370.74 203,335.89 PDRB RATA- RATA KECAMATAN DI KAB. GARUT 106,070.97 301.05 15,074.50 1,138.97 6,214.24 61,571.96 6,728.55 8,295.16 22,298.15 227,693.53 *) Diolah dari Data BPS Kabupaten Garut (2008) Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa Nilai PDRB yang rendah hampir terjadi di semua sektor antara lain di sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan dan konstruksi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Hanya ada beberapa kecamatan yang memiliki kontribusi PDRB yang cukup baik di beberapa sektor antara lain sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, perdagangan. hotel dan restoran serta pengangkutan dan komunikasi. Di sektor pertanian, hanya ada tiga kecamatan yang memiliki PDRB diatas rata-rata diantaranya Kecamatan Cibalong, Pakenjeng dan Bungbulang. Di sektor industri pertambangan dan penggalian ada tiga kecamatan yang memiliki PDRB diatas rata-rata yaitu Kecamatan Caringin, Bungbulang dan Pameungpeuk. Di sektor perdagangan, hotel dan restoran, hanya

46 Kecamatan Pameungpeuk yang memiliki nilai PDRB diatas rata-rata. Di sektor pengangkutan dan komunikasi ada dua kecamatan yaitu Kecamatan Pameungpeuk dan Cikelet yang memiliki PDRB diatas rata-rata. Berdasarkan pengamatan dari hasil capaian PDRB tersebut, dapat dilihat bahwa kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah pesisir memiliki PDRB yang rendah hampir di semua sektor. Dengan kondisi pertumbuhan ekonomi wilayah pesisir yang relatif tertinggal, merupakan tantangan bagi Pemerintah Daerah untuk menetapkan strategi perencanaan yang matang dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah pesisir. Dengan keputusan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut yang menetapkan kecamatan-kecamatan di wilayah pesisir sebagai kawasan ekonomi strategis, perlu dilakukan suatu kajian secara komprehensif tentang potensi ekonomi di wilayah pesisir secara terintegrasi sebagai arahan bagi pelaksanaan pembangunan sehingga kecamatan pesisir bisa didorong untuk lebih maju baik dari sisi ekonomi maupun sosial kemasyarakatan. Peta administrasi kecamatan di wilayah pesisir Kabupaten Garut disajikan pada Gambar 8. Gambar 8 Peta Administrasi Kecamatan di Wilayah Pesisir Kabupaten Garut