PROPORSI ANGKA KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TAHUN 2009 DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, lemak dan protein kronik yang disebabkan karena kerusakan atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pemeriksaan kadar Cystatin C pada penderita Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Prevalensi penyakit diabetes mellitus terus meningkat tiap tahunnya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap terjadinya transisi epidemiologi, dengan semakin meningkatnya. penyakit tidak menular. Menurut WHO ( World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi menular dan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3%

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun (Guariguata et al, 2011). Secara

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular dan penyebab utama end stage renal disease (ESRD). Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penyakit kardiovaskuler pada tahun 1998 di Amerika Serikat. (data dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB 1 I. PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. diastolik yang di atas normal. Joint National Committee (JNC) 7 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara progresif dan irreversible 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB I PENDAHULUAN. hidup saat ini yang kurang memperhatikan keseimbangan pola makan. PGK ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan sindrom klinis yang bersifat

BAB.I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Diabetes Melitus adalah penyakit kelainan metabolik yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. darah / hiperglikemia. Secara normal, glukosa yang dibentuk di hepar akan

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PROPORSI ANGKA KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TAHUN 2009 DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Oleh: PIGUR AGUS MARWANTO J 500 060 047 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia, akibat dari sejumlah faktor defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. Berdasarkan data informasi dari WHO, Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit ke-6 penyebab kematian di dunia dimana angkanya mencapai 1.125.000 penderita pada tahun 2005. Data statistik RS di Indonesia tahun 2004 yang dikeluarkan oleh Ditjen Yanmed Depkes RI tahun 2005 menunjukkan bahwa diabetes melitus berada di peringkat paling atas di antara penyakit metabolik lain, angka kejadiannya sekitar 42.000 kasus dan menyebabkan kematian sekitar 3.316 jiwa (Kandun, 2006). Hasil penelitian sebelumnya di daerah Jakarta menunjukkan angka prevalensi yang meningkat tajam mulai dari prevalensi DM sebesar 1,7 % di daerah urban menjadi 5,7 % pada tahun 1993 dan kemudian menjadi 12,8 % ditahun 2001 (PERKENI, 2006). Di Australia jumlah kematian terkait dengan diabetes melitus meningkat 2.927 kematian yakni sekitar 2 % dari total kematian pada tahun 1998 menjadi 9.454 kematian yakni sekitar 7,5 % dari total kematian ditahun 2001 (Chronic disease and associated risk factor in Australia, 2001). Komplikasi mikroangiopati yang merupakan penanda awal kejadian komplikasi makroangiopati sering kali kurang dipahami dan kurang dianalisis oleh pasien DM. Di lain sisi progresivitas penyakit akibat diabetes melitus ini baru dirasa setelah komplikasi yang timbul menyerang organ dan malfungsi organ yang muncul mengganggu proses homeostasis tubuh (PERKENI, 2006). Proses transisi demografi dan epidemiologi saat ini merupakan permasalahan utama yang muncul di daerah, tidak hanya penyakit menular tetapi juga penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular dekat hubungnya dengan vasa darah dan metabolime. Dari 2 sebab pokok diatas, mendasari timbulnya 1

komplikasi pada organ. Jantung, ginjal, dan paru yang merupakan tiga organ penting dalam homeostasis tubuh terkait dengan metabolisme intraseluler dan merupakan organ-organ penting dalam mempertahankan keseimbangan asupan oksigen dan nutrisi yang diperlukan otak. Ginjal merupakan organ penting yang berperan dalam keseimbangan asam-basa dan cairan tubuh. Dalam peranannya yang besar ternyata organ ini merupakan salah satu organ yang berisiko besar mengalami lesi karena penyakit metabolik, yang salah satunya adalah DM. Kerusakan nefron merupakan salah satu gangguan mikrovaskuler selain gangguan pada serabut saraf (neuropathy) dan gangguan pada retina (Defronzo, 2006). Kerusakan nefron akibat keterkaitan penyakit diabetes melitus sering disebut dengan istilah nefropati diabetik. Progresifitas gagal ginjal sering dikaitkan dengan coronary heart disease (CHD) dalam hal peningkatan risiko mortalitas beberapa pasien (Watkins, 2003). Berdasarkan penelitian tahunan yang diambil pada tahun 2002 oleh Bethesda dari National Institutes Of Health, angka prevalensi nefropati diabetik mendekati 40 % penyebab gagal ginjal terminal. Diabetes melitus merupakan faktor independen terjadinya gagal ginjal terminal dan jika diikuti dengan hipertensi, pyelonefritis, dan bentuk lain glomerulonefropati dapat meningkatkan timbulnya penyakit ginjal kronik (Solomon&Rosan, 2005). Banyak penyakit kardiovaskuler, termasuk hipertensi sering dikaitkan dengan kerusakan ginjal. Penelitian Mogensen (1976) memperlihatkan bahwa kontrol terhadap hipertensi akan memperlambat progresivitas nefropati diabetik (Solomon&Roshan, 2005). Studi meta-analisis yang disusun di tahun 2001 mengindikasikan dari 698 pasien DM tipe 1 dengan mikroalbuminuria, yang melakukan pengobatan ACE inhibitor minimal 1 tahun menunjukkan pengurangan risiko progresivitas menuju makroalbuminuria sebanyak 62 % dibandingkan tanpa penggunaan ACE inhibitor (Parving, 2003). Hatch dkk menemukan bahwa hipertensi arterial (>140/90 mmhg) terdapat pada 31 dari 41 pasien diabetes dengan persistensi proteinuria serta mengalami glomerulosklerosis diabetik. Azotemia juga nampak pada 33 pasien, dan kebanyakan pasien itu adalah diabetes tipe 2 (Hatch dkk., 1961).

Hubungan antara gagal ginjal stadium terminal (ESRD) dengan terapi dialisis menunjukkan jumlah yang besar. Laporan tahun 1997 oleh sistem data ginjal Amerika Serikat (USRDS) menunjukkan dari 257.266 pasien yang menerima terapi dialisis atau transplantasi ginjal pada tahun 1995 di Amerika Serikat sebanyak 80.667 pasien adalah penderita diabetes (Friedman, 1998). Nefropati diabetik digambarkan sebagai penyebab umum ke-2 terjadinya gagal ginjal di republik Slovak. Pada tahun 2002, dari 1993 pasien yang didaftarkan program dialisis di repubik Slovak sebesar 20,3% adalah penderita diabetes (Mojto&Tison, 2004). Suatu studi ekonomi kesehatan yang dilakukan oleh Goeree dkk di Kanada dengan menggunakan data tahun 2007 menunjukkan bahwa keseluruhan biaya untuk membiayai nefropati diabetik mencapai $4117, lebih besar jika dibandingkan pendanaan kasus stroke yang hanya berkisar $3965. Dengan demikian kerugian yang dialami pasien khususnya beban ekonomi sangat besar (Goeree dkk., 2009). Perbedaan laki-laki dan perempuan tidak hanya menunjukkan perbedaan pada fungsi proses reproduksi tetapi juga dalam proses endokrin dan respon terhadap berbagai masalah internal dalam proses homeostatik. Penelitian yang dilakukan oleh Reckelhoff, Zhang, dan Granger menunjukkan keterkaitan antara kerusakan ginjal dengan seks, tikus jantan mengalami kerusakan lebih cepat dari pada tikus betina dilihat dari pengamatan spontaneous hypertension rats (SHR). Kerusakan ginjal dan RAS (renin angiotensin system) juga sensitif terhadap regulasi hormon seks. Estrogen mengurangi proliferasi sel mesangial, sintesis kolagen dan aktivitas RAS. Oleh karena itu estrogen melindungi ginjal dari kerusakan. Kejadian sebaliknya terjadi pada testosteron yang akan meningkatkan proliferasi sel mesangial dan aktifitas RAS (Sullivan dkk., 2007). Suatu penelitian epidemiologi pernah dilakukan di India antara tahun 1975-1977, dari 555 penderita NIDDM (Non-insulin dependent diabetes mellitus). Perbandingan angka proteinuria adalah 13,2 % pada laki-laki dan 6,8 % pada perempuan. Penderita NIDDM dengan proteinuria memperlihatkan asosiasi signifikan dengan tekanan darah sistol (laki-laki), durasi dari diabetes (kedua sex)

dan kolestrol serum (perempuan) (Rao, 1987). Dalam suatu studi observasional pada diabetic center di Inggris yang dilakukan antara tahun 2002-2006 dari 736 pasien DM tipe 2, prevalensi jenis kelamin menunjukkan perbandingan 338 lakilaki/398 perempuan. Angka kejadian nefropati diabetik 22,3 % dari keseluruhan pasien DM tipe 2 tersebut, secara lebih spesifik terdiri 20,6 % didiagnosis dengan mikroalbuminuria dan 11,7 % dengan deteksi makroalbuminuria (Kyriazis,dkk., 2008). Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian mengenai proporsi kejadian nefropati diabetik antara pasien laki-laki dan perempuan penderita diabetes sangat menarik, mengingat minimnya informasi mengenai prevalensi laki-laki dan perempuan pada nefropati diabetik di Indonesia pada umumnya dan Surakarta khususnya. Diharapkan melalui penelitian ini akan mampu menghasilkan pengetahuan yang dapat dipergunakan dalam penatalaksanaan klinik. Walaupun penelitian ini adalah penelitian permulaan akan tetapi dengan data serta informasi yang akan didapat diharapkan dapat menjadi pemacu penelitian lebih lanjut serta mampu berperan dalam arahan kebijakan penanggulangan dan pencegahan komplikasi DM. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, perumusan masalah yang dapat disusun adalah berapa proporsi kejadian nefropati diabetik antara laki-laki dan perempuan penderita DM? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan umum a. Mengetahui perbedaan proporsi kejadian nefropati diabetik antara pasien laki-laki dan perempuan penderita DM. b. Mengetahui kekuatan hubungan antara perbedaan jenis kelamin dan progresivitas nefropati diabetik.

2. Tujuan Khusus a. Mengetahui jumlah penderita nefropati diabetik. b. Mengetahui apakah terdapat keterkaitan antara perbedaan seks dan kejadian nefopati diabetik. c. Menambah wacana mengenai resiko perbedaan seks terhadap nefropati diabetik. D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian adalah; 1. Diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para klinisi dalam menangani DM dan kemungkinan komplikasi yang terjadi. 2. Sebagai acuan dan masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 3. Bahan pembuatan kebijakan terkait langkah pencegahan pada pasien DM dengan gangguan mikrosirkulasi renal. Dapat dipergunakan masyarakat sebagai bekal penanggulangan komplikasi pada pasien DM, agar tujuan jangka panjang terhindarnya dari komplikasi makro- dan mikrovaskuler dapat tercapai.