REPUBLIK INDONESIA MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN PETERNAKAN DAN PERIKANAN REPUBLIK SUDAN TENT ANG KERJA SAMA PERI KANAN DAN BUOi DAY A Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dan Kementerian Peternakan dan Perikanan Republik Sudan, untuk selanjutnya disebut " Para Pihak"; BERKEINGINAN UNTUK memperkuat hubungan persahabatan dan kerja sama antara dua negara dan rakyatnya; MEMPERTIMBANGKAN kepentingan bersama untuk meningkatkan dan mendorong kerja sama teknis dalam semangat kesetaraan dan saling menguntungkan; MERUJUK PADA Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS) dan perhatian bersama Para Pihak dalam bidang konservasi, pengelolaan dan pemanfaatan yang berkelanjutan atas sumber daya hayati kelautan; MENYADARI pentingnya melanjutkan kerja sama di bidang perikanan setelah berakhirnya Memorandum Saling Pengertian antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Sudan dalam Kerja Sama Kelautan dan Perikanan, ditandatangani di Khartoum, Sudan pada tanggal 24 Maret 2007 yang telah habis masa berlakunya;
MENYADARI bahwa kerja sama perikanan akan memberikan keuntungan bersama di perikanan dan pembangunan ekonomi bagi Para Pihak; BERTUJUAN UNTUK meningkatkan kerja sama dengan Para Pihak di berbagai bidang perikanan dan budi daya atas dasar kesetaraan dan saling menghormati; TUNDUK kepada ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan masingmasing negara; TELAH MENYETUJUI hal-hal sebagai berikut; PASALI TUJUAN Tujuan dari Memorandum Sa ling Pengertian ini adalah untuk membentuk suatu kerangka untuk peningkatan kerja sama di bidang perikanan dan budi daya. PASAL II RUANG LINGKUP KERJA SAMA 1. Ruang lingkup kerja sama Memorandum Saling Pengertian ini meliputi : a. Pascapanen, pengolahan dan pemasaran produk-produk perikanan; b. Tindakan inspeksi dan karantina; c. Promosi, pemasaran dan investasi di bidang perikanan dan budi daya; d. Pengembangan kelembagaan dan kapasitas sumber daya manusia di antara kedua belah Pihak; e. Penelitian dan pertukaran para ahli I ilmuwan I pejabat pemerintah; f. Pengelolaan perikanan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab; g. Pertukaran data dan informasi. 2. Para Pihak wajib mendorong untuk berkonsultasi membahas hal-hal yang menjadi kepentingan bersama sebelum penyelenggaraan fora perikanan dan budi daya I nternasional.
PASAL Ill PENGATURANPELAKSANAAN Untuk melaksanakan secara efektif ruang lingkup kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal II, Para Pihak wajib menentukan secara detail skema kerja sama dan dituangkan dalam sebuah pengaturan tambahan yang terpisah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Memorandum Saling Pengertian ini. PASAL IV PEMBENTUKAN KOMITE TEKNIS BERSAMA 1. Para Pihak dapat membentuk Komite Teknis Bersama di bidang Kerja Sama Perikanan dan Budi Daya atas dasar persamaan untuk memastikan pelaksanaan Memorandum Saling Pengertian ini. 2. Apabila dipandang perlu, Komite Teknis Bersama dapat bertemu secara bergantian di Republik Indonesia dan di Republik Sudan pada tanggal yang telah disepakati oleh Para Pihak. Komite Teknis Bersama dapat menentukan sendiri tata tertib dan prosedur pertemuan yang dilaksanakan. PASAL V PENGATURAN KEUANGAN Pengaturan keuangan yang akan terkait dengan pembiayaan untuk tujuan pelaksanaan ruang lingkup kerja sama sebagaimana disebutkan dalam Pasal II Memorandum Saling Pengertian ini wajib disetujui bersama oleh masing-masing Pihak secara kasus per kasus dan tergantung pada ketersediaan dana. PASAL VI KERAHASIAAN Para Pihak wajib memastikan bahwa setiap data dan informasi yang tersedia, termasuk hasil dari penelitian bersama dalam rangka Memorandum Saling Pengertian
ini, tidak dapat dipindahkan atau diberikan kepada suatu Pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis sebelumnya dari Para Pihak. PASAL VII HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL 1. Hal-hal yang terkait dengan hak atas kekayaan intelektual yang mungkin timbul dari kegiatan apapun yang dilaksanakan dalam rangka Memorandum Saling Pengertian ini wajib ditentukan dan disetujui oleh Para Pihak sebelum pelaksanaan kegiatan. 2. Para Pihak setuju bahwa hak atas kekayaan intelektual yang timbul dari pelaksanaan Memorandum Saling Pengertian ini akan menjadi milik bersama dan: a. Masing-masing Pihak wajib diizinkan untuk menggunakan kekayaan intelektual tersebut untuk tujuan pemeliharaan, adaptasi dan pengembangan kekayaan terse but; b. Masing-masing Pihak wajib bertanggung jawab atas setiap tuntutan yang dibuat oleh pihak ketiga yang berkaitan dengan kepemilikan dan legalitas dari penggunaan hak atas kekayaan intelektual yang dibawa oleh Pihak tersebut di atas untuk pelaksanaan setiap kegiatan kerja sama di bawah Memorandum Saling Pengertian ini. 3. Jika salah satu Pihak berkeinginan untuk mengungkap data dan/atau informasi rahasia yang dihasilkan dari keg iatan bersama berdasarkan Memorandum Saling Pengertian ini kepada pihak ketiga, Pihak yang mengungkap data harus memperoleh izin terlebih dahulu dari Pihak lainnya sebelum pengungkapan dimaksud dilakukan. 4. Dalam hal hak atas kekayaan intelektual yang dimiliki oleh salah satu Pihak yang digunakan oleh dan/atau institusi atas nama Pemerintah untuk tujuan komersial, pihak lainnya wajib untuk mendapatkan pembagian royalti yang adil.
PASAL VIII SUM BER DAYA GENETIKA 1. Para Pihak wajib mengakui dan meningkatkan perlindungan efektif terhadap Sumber Daya Genetika begitu pula hak masing-masing Pihak untuk mencegah setiap eksploitasi, penyelewengan dan penyalahgunaan Sumber Daya Genetika miliknya. 2. Setiap hak atas kekayaan intelektual yang timbul dari penggunaan setiap Sumber Daya Genetika dalam kegiatan di bawah Memorandum Saling Pengertian ini wajib dimiliki bersama dan tunduk pada hukum dan peraturan dari kedua negara dan kesepakatan internasional di mana kedua negara terikat. 3. Setiap penggunaan Sumber Daya Genetika di bawah Memorandum Saling Pengertian ini wajib dilakukan melalui pengaturan khusus untuk disimpulkan oleh Para Pihak. 4. Dalam hal Sumber Daya Genetika yang dimiliki oleh satu Pihak yang digunakan oleh Pihak lain untuk tujuan komersial, pihak pertama wajib untuk mendapatkan pembagian royalti yang adil. PASAL IX AMANDEMEN Memorandum Saling Pengertian ini dapat diamandemen kapanpun melalui persetujuan secara tertulis Para Pihak 3 (tiga) bulan sebelum nya melalui saluran diplomatik. Amandemen tersebut harus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Memorandum Saling Pengertian ini dan mulai berlaku pada tanggal yang ditentukan oleh Para Pihak.
PASAL X PENYELESAIAN SENGKETA Setiap perbedaan atau sengketa yang mungkin timbul antara Para Pihak terkait dengan masalah apapun di bawah Memorandum Saling Pengertian ini akan diselesaikan secara damai melalui konsultasi dan negosiasi antara Para Pihak. PASAL XI PEMBERLAKUAN, MASA BERLAKU, DAN PENGAKHIRAN 1. Memorandum Saling Pengertian ini mulai berlaku sejak penandatanganan. Memorandum Saling Pengertian ini berlaku selama 3 (tiga) tahun. Memorandum Saling Pengertian ini dapat diperbaharui melalui persetujuan secara tertulis oleh Para Pihak. 2. Memorandum Saling Pengertian ini dapat diakhiri kapanpun oleh salah satu Pihak dengan memberikan pemberitahuan secara tertulis kepada Pihak lain enam (6) bulan sebelum tanggal pengakhiran, melalui saluran diplomatik. 3. Pengakhiran Memorandum Saling Pengertian ini tidak mempengaruhi keabsahan dan masa berlaku kegiatan apapun yang dilakukan dalam kerangka Memorandum Saling Pengertian ini sampai selesai. SEBAGAI BUKTI, yang bertandatangan di bawah ini, telah diberi kuasa penuh oleh Pemerintah masing-masing, telah menandatangani Memorandum Saling Pengertian ini.
DIBUAT di Jakarta, pada hari ke enam belas bulan Februari tahun dua ribu lima belas, dalam rangkap 2 (dua), dalam Bahasa Indonesia dan lnggris, semua naskah memiliki nilai otentik yang sama. Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran, maka naskah Bahasa lnggris yang berlaku. UNTUK KEMENTERIAN UNTUK KEMENTERIAN PETERNAKAN DAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERI KANAN REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK SUDAN. SJARIEF ~ ~~im,l Wl[IJ~JA'f SEKRETARIS JENDERAL OBIEDALLA MOHAMED OBIEDALLA HAMDAN MENTERINEGARA PADA KEMENTERIAN LUAR NEGERI --
KEPUBLIK INDONESIA MEMORANDUM OF UNDERSTANDING BETWEEN THE MINISTRY OF MARINE AFFAIRS AND FISHERIES OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE MINISTRY OF LIVESTOCK, FISHERIES AND RANGELANDS OF THE REPUBLIC OF THE SUDAN ON FISHERIES AND AQUACULTURE COOPERATION The Ministry of Marine Affairs and Fisheries of the Republic of Indonesia and the Ministry of Livestock, Fisheries and Rangelands of the Republic of the Sudan, hereinafter referred to as "the Parties"; DESIRING TO strengthen the existing friendly relation and cooperation between the two countries and their people; CONSIDERING their common interests to promote and foster technical cooperation in the spirit of equality and mutual benefit; REFERRING TO the United Nations Convention on the Law of The Sea (UNCLOS) 1982 and the common concerns of the Parties on the conservation, management and sustainable utilization of marine living resources; REALIZING the importance of continuing cooperation in the field of fisheries after the expiration of the Memorandum of Understanding between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of Sudan on Marine and Fisheries Cooperation, signed at Khartoum, Sudan on 24 March 2007 which is expired;
RECOGNIZING that fisheries cooperation would lead to common benefits on fisheries and economic development of the Parties; AIMING TO promote cooperation of the Parties in various fields of fisheries and aquaculture on the basis of equality and mutual respect; PURSUANT to the prevailing laws and regulations of the respective countries; HAVE AGREED as follows: ARTICLE I OBJECTIVE The objective of this Memorandum of Understanding is to set up a framework for the enhancement of cooperation in the field of fisheries and aquaculture. ARTICLE II AREAS OF COOPERATION 1. The areas of cooperation under this Memorandum of Understanding may include: a. Post harvesting, processing and marketing of fisheries products; b. Inspection and quarantine services; c. Promotion, marketing and investment in areas of fisheries and aquaculture; d. Institutional development and capacity building of human resources between both Parties; e. Research and exchange of expert/scientist/officials; f. Sustainable and responsible fisheries management; g. Exchange of data and information; 2. The Parties shall endeavor to consult on matters of mutual interest prior to international fisheries and aquaculture fora.
ARTICLE Ill IMPLEMENTING ARRANGEMENT To effectively implement areas of cooperation as stipulated in Article II, the Parties shall determine in detail the schemes of cooperation and ways to be incorporated in a separate subsidiary arrangement in accordance with the provisions of this Memorandum of Understanding. ARTICLE IV ESTABLISHMENT OF JOINT TECHNICAL COMMITTEE 1. The Parties may establish a Joint Technical Committee on Fisheries and Aquaculture Cooperation at equal level to ensure the implementation of this Memorandum of Understanding. 2. When deemed necessary, the Joint Technical Committee may meet alternately in the Republic of Indonesia and in the Republic of Sudan on the date agreed upon by the Parties. The Joint Technical Committee may make its own rules and procedures relating to the meeting conducted. ARTICLE V FINANCIAL ARRANGEMENT The financial arrangement that will cover expenses for the purpose of undertaking the areas of cooperation stated in Article 11 of this Memorandum of Understanding shall be mutually agreed upon by the respective Parties in a case by case basis and subject to funds availability. ARTICLE VI CONFIDENTIALITY The Parties shall ensure that the technical data and information mutually provided, including the results of joint research carried out under this Memorandum of
Understanding, are not transferred or supplied to a third Party without prior written consent of the Parties. ARTICLE VII INTELLECTUAL PROPERTY RIGHTS 1. Matters pertaining to intellectual property rights that may arise from any activities undertaken under this Memorandum of Understanding shall be determined and agreed upon by the Parties prior to the implementation of the activities; 2. The Parties agreed that any intellectual property arising under the implementation of this Memorandum of Understanding will be jointly owned and: a. Each Party shall be allowed to use such intellectual property for the purposes of maintaining, adapting and improving the relevant property; b. Each Party shall be liable for any claim made by any third party pertaining to ownership and legality of the use of the intellectual property rights which is brought in by the aforementioned party for the implementation of any cooperation activities in virtue of this Memorandum of Understanding. 3. If either Party wishes to disclose confidential data and/or information resulted from the cooperation activities under this Memorandum of Understanding to any third party, the disclosing party must obtain prior consent from the other Party before any disclosure can be made. 4. In the event that the intellectual property rights is used by the Party and/or institutions thereof on behalf of the Government for commercial purposes, the other Party shall be entitled to obtain equitable portion of royalty.
ARTICLE VIII GENETIC RESOURCE S 1. The Parties shall recognize the existence and promote the effective protection of Genetic Resources as well as the Parties' exclusive rights to prevent any misexploitation, misappropriation and misuse of the Parties' Genetic Resources. 2. Any intellectual property rights arising from the use of any Genetic Resources in the activities under this Memorandum of Understanding shall be jointly owned and subject to the laws and regulations of both countries and international agreement to which both countries are bound. 3. Any use of Genetic Resources under this Memorandum of Understanding shall be carried out through special arrangements to be concluded by the Parties. 4. In the event the Genetic Resources owned by a Party are used by the other Party for commercial purposes, the former shall be entitled to obtain equitable portion of royalty. ARTICLE IX AMEN DMENT This Memorandum of Understanding may be amended at anytime by mutual written consent of the Parties given at least 3 (three) months in advance through diplomatic channel... Such amendment shall form an integral part of this Memorandum of Understanding and shall enter into force on such date as may be determined by the Parties. ARTICLE X SETTLEMENT OF DISPUTES Any differences or disputes that may arise between the Parties relating to any matters under this Memorandum of Understanding will be settled amicably through consultations and negotiations between the Parties.
ARTICLE XI ENTRY INTO FORCE, DURATION AND TERMINATION 1. This Memorandum of Understanding shall enter into force on the date of its signing. It shall rema in in force for a period of 3 (three) years. It may be renewed by mutual written consent of the Parties. 2. This Memorandum of Understanding may be terminated at any time by either Party by delivering written notification to the other Party 6 (six) months prior to the date of termination, through diplomatic channel. 3. The term ination of this Memorandum of Understanding shall not affect the validity and duration of any activity made under this Memorandum of Understanding until its completion. IN WITNESS WHEREOF, the undersigned being duly authorized thereto by their respective Governments, have signed this Memorandum of Understanding. DONE at Jakarta, on the sixteenth day of February in the year of two thousand and fifteen, in duplicate, in Indonesian and English languages, all texts being equally authentic. In case of any divergences in interpretation, the English text shall prevail. FOR THE MINISTRY OF MARINE FOR THE MINISTRY OF LIVESTOCK, AFFAIRS AND FISHERIES OF FISHERIES AND RANGELANDS OF THE REPUBLIC OF INDONESIA THE REPUBLIC OF THE SUDAN ~,"~L-SJARIEF WDjA7 SECRETARY i;eneral OBIEDALLA MOHAMED OBIEDALLA HAMDAN STATE MINISTER IN THE MINISTRY OF FOREIGN AFFAIRS