DISTRIBUSI Sr-90 PADA ADSORPSI KESETIMBANGAN DALAM TANAH SEMENANJUNG MURIA

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIKA (K, a, Kd, K tot ) TANAH CALON PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DI SEMENANJUNG MURIA

THE USE OF FLY ASH AND ZEOLITE MIXTURE AS BACKFILL MATERIAL IN THE RADIOACTIVE WASTE REPOSITORY

MIGRASI RADIONUKLIDA DALAM NATURAL BARRIER : SORPSI CESIUM PADA TANAH DARI CALON TAPAK PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DI LEMAHABANG SEMENANJUNG MURIA

PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN TERHADAP KEKUATAN FISIKA DAN KIMIA BETON LIMBAH

OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI

PENGARUH KANDUNGAN LIMBAH RESIN DAN BAHAN ADITIF (BETONMIX) TERHADAP KARAKTERISTIK HASIL SEMENTASI

pekerja dan masyarakat serta proteksi lingkungan. Tujuan akhir dekomisioning adalah pelepasan dari kendali badan pengawas atau penggunaan lokasi

PENGARUH SENYAWA PENGOTOR Ca DAN Mg PADA EFISIENSI PENURUNAN KADAR U DALAM AIR LIMBAH

PREPARASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR EFLUEN PROSES PENGOLAHAN KIMIA UNTUK UMPAN PROSES EVAPORASI

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

PENERAPAN METODE SORPSI SIRKULER BERTAHAP UNTUK MEREDUKSI AKTIVITAS RADIOSTRONSIUM

PROGRAM JAMINAN KUALITAS PADA PENGUKURAN. RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA ENERGI RENDAH:RADIONUKLIDA Pb-210

KAJIAN BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN UNTUK CALON PLTN AP1000

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

KAJIAN PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR Pb dan Cd DALAM LIMBAH CAIR

PHYSICAL CHARACTERISTICS OF FLY ASH NANO PARTICLES AS BACKFILL ON THE RADIOACTIVE WASTE REPOSITORY

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

PRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF

GLASS FRIT DAN POLIMER UNTUK SOLIDIFIKASI LIMBAH CAIR AKTIVITAS RENDAH SKALA INDUSTRI.

PERAN HOST ROCK SEBAGAI PENGHALANG MIGRASI RADIONUKLIDA DARI FASILITAS PENYIMPANAN LESTARI LIMBAH RADIOAKTIF

KESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI

Aneks TAHAPAN-TAHAPAN DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF Pengelolaan limbah radioaktif yang efektif harus memperhatikan tahapantahapan dasar

Agus Gindo S., Erwansyah Lubis, Sudiyati, Budi Hari. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA

KARAKTERISTIK LIMBAH HASIL IMOBILISASI DALAM KESELAMATAN PENYIMPANAN.

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN LIMBAH RADIOAKTIF DI PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF

PENGOLAHAN LIMBAH BORON-10 DARI OPERASI PLTN TIPE PWR DENGAN TEKNIK SOLIDIFIKASI HYPER CEMENT

KARAKTERISASI LlMBAH HASIL SEMENTASI. Siswanto Hadi, Mardini, Suparno Pusat Teknologi Umbah Radioa~,tif, BATAN

KAJIAN SIFAT SERAP MINERAL MAGNETIT TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF URANIUM CAIR FASE AIR YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN URUG

PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF

KAJIAN PENGELOLAAN LlMBAH PLTN. Suryantoro Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, BATAN

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

TINJAUAN TENTANG PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR BEKAS REAKTOR DAY A. Pratomo B Sastrowardoyo, Pusat Pengemban..gan Pengelolaan Limbah Radioaktif

STUDI LIMBAH RADIOAKTIF YANG DITIMBULKAN DARI OPERASIONAL PLTN PWR 1000 MWe

KAJIAN SIFAT SERAP MINERAL MAGNETIT TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF URANIUM CAIR FASA AIR YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN URUG

STUDI KARAKTERISASI MIGRASI FOSFAT LUMPUR IPAL YOGYAKARTA DALAM TANAH MENGGUNAKAN PERUNUT 32 P

MODEL MATEMATIKA UNTUK TRANSPORT RADIONUKLIDA PADA BIOSFER. Dadang Suganda, Pratomo Budiman S. Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif

Mahasiswa : Reza Rizki Mustafa NRP Dosen Pembimbing : Ir. M. Razif, MM.

REDUKSI MERKURI DALAM AIR LIMBAH PENAMBANGAN EMAS DENGAN ZEOLIT DAN SECARA PENGENAPAN

PEMETAAN SPASIAL KONDISI RADIOAKTIVITAS ALAM TERESTRIAL DI SEMENANJUNG MURIA, JAWA TENGAH

Kajian Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sebagai Fitoremedia 134 Cs

KARAKTERISTIK KETAHANAN KOROSI WADAH LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RENDAH DAN TINGGI

PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DARI PENIMBUL KE INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Arifin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif -BATAN

KALIBRASI EFISIENSI α/β COUNTER UNTUK ANALISIS RADIONUKLIDA PEMANCAR BETA DALAM CONTOH URIN

PERKIRAAN DESAIN BASIS CURAH HUJAN DI SEMENANJUNG MURIA. Sunarko, Sri Hariani Sjarief, Eddy Murdjito, Imam Hamzah

PRINSIP DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF Djarot S. Wisnubroto Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif - BATAN

IMOBILISASI LlMBAH SLUDGE RADIOAKTIF DARI PROSES PENGOLAHAN LlMBAH RADIOAKTIF CAIR SECARA KIMIA DENGAN KOAGULAN FERI KLORIDA MENGGUNAKANSEMEN

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

ANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI RSG GAS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN DIFUSIFITAS AKSIAL ZIRKONIUM PADA PROSES PERTUKARAN ION DENGAN RESIN DOWEX 50W-X8

FENOMENA TRANSPORT KOBALT-60 PADA LAPISAN TANAH

STUDI PEMILIHAN CALON TAPAK DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF OPERASI PLTN DI BANGKA BELITUNG : PENYUSUNAN KONSEP DAN RENCANA DISPOSAL

KARAKTERISASI KADAR ZAT PADAT DALAM EFLUEN PADA PROSES SORBSI LIMBAH B3 CAIR MENGGUNAKAN ZEOLIT

Ngatijo, dkk. ISSN Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M. Lilis Windaryati P2TBDU BATAN

PEMISAHAN DAN PEROLEHAN KEMBALI Cr(VI) DARI ALIRAN LIMBAH ELEKTROPLATING DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR EMULSI TESIS MAGIS'1'ER. .

AKTIVITAS CESIUM-137 ( 137 Cs) DI PERAIRAN BANGKA SELATAN SEBAGAI BASE LINE DATA RADIONUKLIDA DI PERAIRAN INDONESIA

RANCANG BANGUN PERANGKAT PREPARATOR SKALA LABORATORIUM PADA UNIT PENGOLAHAN KIMIA LIMBAH RADIOAKTIF CAIR

MODELSEBARAN RADIONUKLIDA ANTROPOGENIK DI LAUT

PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP RADIOAKTIVITAS GROSS BETA PADA SAMPEL JATUHAN (FALL OUT)

Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

PENGOLAHAN LIMBAH PENDUKUNG INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

ANALISIS KUALITAS DESTILAT, DOUBTFUL EFFLUENT DAN ACTIVE EFFLUENT UNTUK TINDAK LANJUT PELEPASAN PADA TAHUN 2012

FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR

DISTRIBUSI 90 Sr DI DALAM TANAH PERMUKAAN DI DAERAH CALON LOKASI PLTN SEMENANJUNG MURIA

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI

Waste Acceptance Criteria (Per 26 Feb 2016)

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

PENGARUH ph UMPAN LIMBAH CAIR Sr-90 TERHADAP ADSORBEN BREKSI BATU APUNG

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR

PEMADATAN SLUDGE Ca 3 (PO 4 ) 2 HASIL PENGOLAHAN KIMIA LIMBAH CAIR YANG TERKONTAMINASI URANIUM MENGGUNAKAN LEMPUNG

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

VALIDASI METODA PENGUKURAN ISOTOP 137 Cs MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

Penentuan Konsentrasi dan Nilai Faktor Transfer Radionuklida Alam ( 226 Ra, 232 Th, 40 K) dari Tanah Sawah ke Beras menggunakan Spektrometer Gamma

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

KARAKTERISASI ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR CHROM DALAM LIMBAH CAIR

SISTEM PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT, CAIR DAN GAS. Arifin Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif

PRODUKSI RADIOISOTOP. NANIK DWI NURHAYATI,M.SI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Islam Indonesia dapat dilihat pada tabel 4.1

STRATEGI PERSIAPAN INFRASTRUKTUR PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BAKAR BEKAS PLTN UNTUK MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN PLTN DI INDONESIA

Badan Tenaga Nuklir Nasional 2012

OPTIMALISASI DEKONTAMINASI LIMBAH RADIOAKTIF HASIL DEKOMISIONING FASILITAS NUKLIR. Gatot Sumartono Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

STUDI KEMAMPUAN PERLIT SEBAGAI ADSORBEN UNTUK MENYISIHKAN BESI

PEMYIAPAN DESAIN KONSEP DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF DI INDONESIA

Sorpsi Stronsium Dalam Tanah Lempung Karawang Sebagai Calon Lokasi Disposal Limbah Radioaktif

KELARUTAN BAHAN ALUMINIUM PADA PROSES DEKONTAMINASI KIMIA MENGGUNAKAN LARUTAN ASAM DAN BASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

PENGARUH INJEKSI POLIMER ATAS STRUKTUR DAN KOMPOSISI SERTA SIFAT FISIK BATUAN RESERVOIR

(Kurnia Anzhar dan Yarianto SBS)'

IDENTIFIKASI LOGAM-LOGAM BERAT Fe, Cr, Mn, Mg, Ca, DAN Na DALAM AIR TANGKI REAKTOR DENGAN METODE NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SAA)

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

Transkripsi:

100 DISTRIBUSI Sr-90 PADA ADSORPSI KESETIMBANGAN DALAM TANAH SEMENANJUNG MURIA Herry Poernomo, Rahardjo dan Tri Suyatno P3TM BATAN ABSTRAK DISTRIBUSI SR-90 PADA ADSORPSI KESETIMBANGAN DALAM TANAH SEMENANJUNG MURIA. Hasil pengeboran tanah pada beberapa titik bor yang telah dilakukan oleh Newjec- Jepang pada tahun 1994 untuk kepentingan studi kelayakan PLTN di Semenanjung Muria tidak dilengkapi dengan data karakteristik adsorpsi radionuklida. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian mengenai distribusi 90 Sr pada adsorpsi kesetimbangan dalam sampel tanah sebagai calon lokasi penyimpanan limbah radioaktif. Tujuan penelitian ini adalah penentuan koefisien distribusi 90 Sr pada adsorpsi kesetimbangan isotermal dalam sampel tanah dari Semenanjung Muria pada kedalaman 25-30 m. Percobaan dilakukan dalam kolom yang terisi sampel tanah pada kondisi jenuh air yang dialiri larutan Sr(NO 3 ) 2 0,1 N bertanda 90 Sr dengan aktivitas C o = 807,4 Bq/cm 3. Konsentrasi 90 Sr dalam setiap volum 1 cm 3 efluen (C) dianalisis dengan alat cacah beta Ortec, kemudian dibuat kurva kesetimbangan konsentrasi 90 Sr dalam padatan (S) melawan C dalam skala logaritma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah Semenanjung Muria memberikan koefisien distribusi (K d ) 90 Sr model adsorpsi kesetimbangan isotermal linier dengan K d daerah Lemah Abang = 1223,48 cm 3 /g 2385,06 cm 3 /g dan K d daerah Genggrengan = 882,47 cm 3 /g 4433,02 cm 3 /g. ABSTRACT DISTRIBUTION OF SR-90 ON THE ISOTHERMAL STEADY ADSORPTION IN THE SOILS OF MURIA PENINSULA. Drilling result of soil on the drill points has been done by Newjec-Japan in 1994 to necessary feasibility study of the nuclear power plant (NPP) in the Muria Peninsula completeness by data of radionuclide adsorption characteristic. There by impotantance were carried out experience of the distribution of 90 Sr on the steady adsorption in the soil samples as location candidate of radioactive waste repository. The objective of this experiment is determination of the distribution coefficient of 90 Sr on the isothermal steady adsorption in the soils from Muria Peninsula by depth of 25-30 m has been done. The experiment were carried out in the column which was filled by soil sample on the water saturated condition were flown by 0.1 N Strontium nitrate solution labelled of 90 Sr by the activity C o = 807.4 Bq/cm 3. The concentration of 90 Sr in the effluent volume (C) of 1 cm 3 was analyzed by Ortec beta counter, then was made curve of the concentration of 90 Sr in the solid (S) versus C in the logarithmic scale. The experiment result showed that soils of Muria Peninsula area gave the distribution coefficient of 90 Sr on the isothermal steady adsorption of linear model by K d of Lemah Abang area of 1223.48 cm 3 /g 2385.06 cm 3 /g and K d of Genggrengan area of 882.47 cm 3 /g 4433.02 cm 3 /g. Key words : distribution coefficient, isothermal steady adsorption, stontium, soil S PENDAHULUAN alah satu parameter penting untuk menentukan lokasi penyimpanan limbah radioaktif adalah dengan mengetahui karakteristik adsorpsi radionuklida dalam tanah sebagai penghalang alami. Data karakteristik adsorpsi radionuklida tersebut dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk pemilihan lokasi penyimpanan limbah radioaktif yang memenuhi kriteria keselamatan. Hasil penelitian tentang kajian terhadap aspek lithomorfologi tanah dan evaluasi geologi lingkungan di Semenanjung Muria Jepara menyebutkan bahwa daerah Lemah Abang dan Gengrengan merupakan daerah yang layak sebagai calon lokasi penyimpanan limbah radioaktif dibandingkan dengan daerah Ujung (1, 2) Watu. Tanah hasil pengeboran dari studi kelayakan yang telah dilakukan oleh Newjec-Jepang (3) tidak

101 disertai dengan data karakteristik adsorpsi radionuklida dalam tanah, yang mana data ini sangat diperlukan sebagai salah satu bahan pertimbangan teknis untuk pemilihan lokasi penyimpanan limbah radioaktif yang memenuhi kriteria keselamatan terhadap lingkungan. Demikian juga hasil kajian terhadap aspek lithomorfologi tanah dan evaluasi geologi lingkungan di Semenanjung Muria Jepara yang telah merekomendasikan bahwa daerah Lemah Abang dan Gengrengan merupakan daerah yang layak sebagai calon lokasi penyimpanan limbah radioaktif pasti tidak disertai dengan data karakteristik adsorpsi radionuklida dalam tanah. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan pengembangan penelitian terhadap hasil studi kelayakan yang telah dilakukan oleh Newjec maupun hasil penelitian tentang kajian terhadap aspek lithomorfologi tanah dan evaluasi geologi lingkungan di Semenanjung Muria Jepara dengan maksud untuk melengkapi data dari aspek distribusi radionuklida dalam tanah yang diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk pemilihan lokasi penyimpanan limbah radioaktif sistem tanah dangkal yang memenuhi kriteria keselamatan terhadap lingkungan. Kemampuan tanah yang berfungsi sebagai adsorben dan berfungsi sebagai media padat berpori yang dapat menuruskan atau menghambat aliran air tanah dan menghambat migrasi radionuklida biasanya dinyatakan dengan faktor retardasi (R) yang merepresentasikan karakteristik fisis seperti densitas (ρ b ) dan porositas tanah (ε) serta merepresentasikan karakteristik sorpsi seperti koefisien distribusi (K d ). (5, 8, 9) Faktor retardasi merupakan salah satu parameter penting yang digunakan sebagai indikator kimia dan fisika dari media padat berpori sebagai natural barrier atau engineered barrier pada sistem penyimpanan limbah (8, 9) Interaksi radioaktif. antara nuklida dan adsorben yang disebabkan oleh mekanisme fisis dan kimia yang saling berhubungan biasanya secara empiris dinyatakan dengan koefisien distribusi, yaitu suatu tetapan yang menyatakan perbandingan antara banyaknya spesies kimia yang dijerap (diadsorpsi) dalam padatan dan konsentrasi spesies kimia dalam larutan yang (7, 9) berkontak dengan padatan. Pengembangan penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui distribusi 90 Sr pada adsorpsi kesetimbangan isotermal menurut model adsorpsi linier dalam sistem kesetimbangan tanah-air dengan menggunakan tanah dari hasil pengeboran yang dilakukan oleh Newjec. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui kisaran nilai faktor retardasi pada tanah tersebut dengan membandingkan dengan hasil penelitian lain yang mempunyai nilai faktor retardasi untuk nuklida yang mudah terlindi pada vault sebagai penghalang alami (natural barrier) pada penyimpanan limbah radioaktif yang telah dilakukan oleh peneliti di Atomic Energy Canada Limited (AECL). (8) Penelitian dilakukan dengan proses unggun diam (fixed bed) secara aliran sinambung dalam kolom terisi sampel tanah yang diambil dari daerah Lemah Abang pada lokasi titik bor D7, D13, D44, D58, D60, D67, D75 dan daerah Genggrengan pada lokasi titik bor G3, G5, G8, G9, G13, G14, G15 dengan kedalaman 25-30 m. Titik-titik bor tersebut dipilih berdasarkan hasil pengeboran pada area tertentu yang dilakukan oleh Newjec pada saat dilakukan studi kelayakan PLTN di semenanjung Muria, Jepara. (3) Sedangkan pengambilan sampel tanah pada kedalaman 25 s.d. 30 m dimaksudkan untuk mengevaluasi karakteristik tanah sebagai penghalang alami (natural barrier) yang berada di bawah repositori. Repositori untuk penyimpanan limbah tanah dangkal (PLTD) dirancang dengan tinggi ± 20 m. (4) TATA KERJA Bahan Penelitian : sampel tanah, akuades, larutan Sr(NO 3 ) 2 0,1 N, larutan limbah cair bertanda Sr-90 dengan aktivitas awal C o = 807,4 Bq/cm 3. Alat Penelitian : rangkaian alat penelitian dari kolom gelas, alat cacah beta Ortec. Cara Kerja Persiapan sampel tanah Lokasi pengambilan sampel pada beberapa titik bor tersebut dapat dilihat pada peta lokasi daerah Lemah Abang dan Gengrengan seperti Gambar 1.

102 Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel tanah Lemah Abang dan Genggrengan Diperkecil secara cermat beberapa sampel padat kering berbentuk silindris dari hasil pengeboran yang diambil dari base camp Batan di Karanggondang, Semenanjung Muria, Jepara sehingga ukuran sampel menjadi diameter d = 1,53 cm dan tinggi L = 5 cm. Sampel diberi label sebagai tanda dari lokasi pengambilan sampel, kemudian ditimbang. Sampel tanah kemudian dimasukkan dalam ke wadah polietilen dan ditutup rapat untuk keperluan penelitian.

103 Penjenuhan kolom tanah Akuades dalam buret dialirkan ke dalam kolom gelas sampai sampel tanah terendam, dan aliran efluen keluar dari kolom, bersamaan dengan keluarnya efluen, kran buret ditutup. Perlakukan tersebut diulang beberapa kali sampai diperoleh keadaan jenuh, yaitu volume influen sama dengan volume efluen. Penentuan adsorpsi kesetimbangan isotermal 90 Sr dalam tanah secara percobaan kolom Buret diisi dengan umpan (influen) yaitu larutan pengemban Sr(NO 3 ) 2 0,1 N bertanda 90 Sr dengan aktivitas awal C o = 807,4 Bq/cm 3. Kran buret dibuka sehingga influen mengalir ke dalam sampel tanah jenuh dalam kolom gelas dengan akuades. Ketinggian umpan dalam kolom dijaga tetap. Efluen yang keluar dari kolom ditampung dengan menggunakan vial yang telah diberi nomor urut, diambil setiap 1 cm 3 dan dicatat waktu alir (t) untuk dianalisis konsentrasi 90 Sr dalam efluen (C) menggunakan alat cacah beta Ortec. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menentukan profil kesetimbangan konsentrasi 90 Sr model adsorpsi linier pada percobaan kolom terisi sampel tanah Lemah Abang dan Genggrengan, maka diperlukan bantuan data konsentrasi 90 Sr dalam efluen (C) yang masing-masing ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3. Gambar 2. Profil konsentrasi 90 Sr dalam efluen pada percobaan kolom terisi tanah Lemah Abang Gambar 3. Profil konsentrasi 90 Sr dalam efluen pada percobaan kolom terisi tanah Genggrengan Dari data konsentrasi 90 Sr dalam efluen (C) pada Gambar 2 dan 3, maka konsentrasi 90 Sr dalam tanah pada percobaan kolom (S) adalah konsentrasi 90 Sr awal dalam umpan (C o ) dikurangi dengan C. Kemudian data C dan S diubah dalam bentuk log C melawan log S untuk memudahkan perhitungan koefisien distribusi (K d ) seperti tertera pada linierisasi persamaan adsorpsi isotermal linier yang dijabarkan dengan persamaan : log S = log K d + log C dengan S adalah konsentrasi solut yang teradsorpsi (mg/kg), K d adalah koefisien distribusi (l/kg) dan C adalah konsentrasi kontaminan yang terlarut (mg/l). (6) Data log C dan log S diubah menjadi grafik profil kesetimbangan konsentrasi 90 Sr model adsorpsi linier dengan log C sebagai absis dan log S sebagai ordinat seperti ditunjukkan pada Gambar 4 dan 5.

104 Gambar 4. Profil kesetimbangan konsentrasi 90 Sr dalam tanah Lemah Abang Gambar 5. Profil kesetimbangan konsentrasi 90 Sr dalam tanah Genggrengan Penentuan K d untuk sampel tanah dari setiap titik bor diperoleh dari kurva log C versus log S pada Gambar 4 dan 5 di atas dengan intersep = log K d. Profil kesetimbangan konsentrasi 90 Sr pada tanah Lemah Abang yang ditunjukkan pada Gambar 4 dinyatakan dengan pendekatan persamaan model adsorpsi linier yang terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Data persamaan model adsorpsi linier dengan koefisien korelasi ( r ) dan koefisien distribusi (K d) pada tanah Lemah Abang dari beberapa titik bor. Titik bor Persamaan model adsorpsi linier dengan x = log C, y = log S Koefisien korelasi, r Koefisien distribusi, K d D7 y = -0,1883x + 3,164 0,8863 1458,81 D13 y = -0,1372x + 3,0519 0,8947 1126,94 D44 y = -0,303x + 3,3775 0,9069 2385,06 D58 y = -0,2106x + 3,1734 0,8164 1490,73 D60 y = -0,1775x + 3,0876 0,8094 1223,48 D67 y = -0,1824x + 3,1032 0,8309 1268,23 D75 y = -0,1433x + 3,1025 0,9407 1266,19 Dari Tabel 1 terlihat bahwa tanah dari titik bor D44 memberikan karakteristik adsorpsi kesetimbangan isotermal terbaik yang ditunjukkan dengan data log S melawan log C didekati persamaan y = -0,303.x + 3,3775 dengan y adalah log S dan x adalah log C memberikan koefisien korelasi r = 0,9069. Apabila data intersep pada persamaan model adsorpsi linier pada Tabel 1 tersebut dimasukkan ke dalam persamaan (2), maka akan diperoleh koefisien distribusi (K d ) pada Tabel 1. Ditinjau dari distribusi 90 Sr dalam tanah dan larutan pada sistem kesetimbangan tanah-air, maka tanah dari titik bor D44 memberikan nilai K d terbesar yaitu 2385,06 cm 3 /g.

105 Profil kesetimbangan konsentrasi 90 Sr pada tanah Genggrengan yang ditunjukkan pada Gambar 5 dinyatakan dengan pendekatan persamaan model adsorpsi linier yang terdapat pada Tabel 2. Tabel 2. Data persamaan model adsorpsi linier dengan koefisien korelasi ( r ) dan koefisien distribusi (K d) pada tanah Genggrengan dari beberapa titik bor. Titik bor Persamaan model adsorpsi linier dengan x = log C, y = log S Koefisien korelasi, r Koefisien distribusi, K d G3 y = -0,1798x + 3,1698 0,9415 1478,43 G5 y = -0,3737x + 3,5694 0,9363 3710,22 G8 y = -0,2403x + 3,2013 0,8551 1589,64 G9 y = -0,3547x + 3,5205 0,8894 3315,12 G13 y = -0,4099x + 3,6467 0,9534 4433,02 G14 y = -0,3121x + 3,3829 0,9088 2414,90 G15 y = -0,128x + 2,9457 0,7531 882,47 Dari Tabel 2 terlihat bahwa tanah dari titik bor G13 memberikan karakteristik adsorpsi kesetimbangan isotermal terbaik yang ditunjukkan dengan data log S melawan log C didekati persamaan y = -0,4099.x + 3,6467 dengan y adalah log S dan x adalah log C memberikan koefisien korelasi r = 0,9534. Apabila data intersep pada persamaan model adsorpsi linier pada Tabel 1 tersebut dimasukkan ke dalam persamaan (2), maka akan diperoleh koefisien distribusi (K d ) yang terdapat pada Tabel 2. Ditinjau dari distribusi 90 Sr dalam tanah dan larutan pada sistem kesetimbangan tanah-air, maka tanah dari titik bor G13 memberikan nilai K d terbesar yaitu 4433,02 cm 3 /g. Nilai koefisien distribusi 90 Sr pada tanah dari masing-masing titik bor daerah Lemah Abang dan Genggrengan dapat dibuat pengharkatan atau scoring dengan score tertinggi adalah 7 dan terendah adalah 1. Score koefisien distribusi 90 Sr (K d ) pada Semenanjung Muria dari beberapa titik bor disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Scoring koefisien distribusi 90 Sr (K d) pada Semenanjung Muria dari beberapa titik bor. Semenanjung Muria Daerah Lemah Abang Daerah Genggrengan K d Titik bor (cm 3 /g) Score K d Titik bor K d (cm 3 /g) Score K d D7 1458,81 5 G3 1478,43 2 D13 1126,94 2 G5 3710,22 6 D44 2385,06 7 G8 1589,64 3 D58 1490,73 6 G9 3315,12 5 D60 1223,48 1 G13 4433,02 7 D67 1268,23 4 G14 2414,90 4 D75 1266,19 3 G15 882,47 1 Tinjauan terhadap karakteristik adsorpsi kesetimbangan isotermal 90 Sr pada sampel tanah dari setiap titik bor lebih representatif dinyatakan dalam data bidang dengan cara membagi area pada tujuh titik pengambilan sampel tanah dari daerah Lemah Abang dan Genggrengan masingmasing menjadi empat bidang. Empat bidang tersebut yaitu untuk daerah Lemah Abang adalah bidang D7-D44-D60 mewakili kawasan utara, bidang D58-D60-D67 mewakili kawasan barat, bidang D7-D13-D-44 mewakili kawasan timur, bidang D13-D58-D75 mewakili kawasan selatan. Sedangkan untuk daerah Genggrengan empat bidang tersebut adalah bidang G5-G8-G13 mewakili kawasan utara, bidang G3-G5-G9 mewakili kawasan barat, bidang G9-G14-G15 mewakili kawasan timur, bidang G3-G9-G15 mewakili kawasan selatan. Scoring K d berdasarkan data bidang pada Semenanjung Muria pada daerah Lemah Abang dan Genggrengan disajikan pada Tabel 4.

106 Tabel 4. Scoring koefisien distribusi 90 Sr (K d) pada Semenanjung Muria berdasarkan data bidang dari tiga titik bor. Semenanjung Muria Daerah Lemah Abang Daerah Genggrengan Bidang Σ score K d Bidang Σ score K d D7-D44-D60 13 G5-G8-G13 16 D58-D60-D67 11 G3-G5-G9 13 D7-D13-D44 14 G9-G14-G15 10 D13-D58-D75 11 G3-G9-G15 8 Peringkat penilaian terhadap distribusi 90 Sr dalam tanah dan larutan didasarkan pada kemampuan tanah untuk menjerap 90 Sr baik secara pertukaran ion, pengendapan, filtrasi maupun absorbsi oleh elektrolit. Distribusi 90 Sr dalam tanah dan larutan mempunyai nilai besar apabila K d semakin besar. Ditinjau dari hasil penilaian karakteristik adsorpsi kesetimbangan isotermal 90 Sr pada empat bidang tanah dari daerah Lemah Abang, maka bidang tanah D7- D13-D44 mempunyai karakteristik adsorpsi kesetimbangan isotermal yang terbaik dengan Σ score K d = 14. Sedangkan karakteristik adsorpsi kesetimbangan isotermal yang terbaik pada tanah dari daerah Genggrengan diberikan oleh tanah dari bidang G5-G8-G13 dengan Σ score K d = 16. Hasil penelitian sebelumnya terhadap pengukuran karakteristik fisis tanah Lemah Abang dan Genggrengan yang dilakukan pada lokasi pemboran yang sama menunjukkan bahwa tanah Lemah Abang mempunyai densitas (ρ b ) = 1,0 1,44 g/cm 3 dan porositas (ε) = 0,631 0,860. Sedangkan tanah Gengrengan mempunyai densitas (ρ b ) = 1,05 1,30 g/cm 3 dan porositas (ε) = 0,457 0,838. Apabila diambil nilai rerata, maka kedua daerah tersebut mempunyai densitas (ρ b ) rerata sekitar 1,15 g/cm 3 (10, 11) dan porositas (ε) rerata sekitar 0,74. Kemudian jika faktor retardasi (R) ditentukan dengan memasukkan data K d dari hasil penelitian ini dan data karakteristik fisis ρ b dan ε dari hasil penelitian sebelumnya (10, 11) ke dalam persamaan seperti yang tercantum di bawah : (9) ρ b. Kd R = 1+ ε maka diperoleh nilai faktor retardasi tanah terhadap radionuklida 90 Sr pada tanah daerah Genggrengan dan Lemah Abang dengan R = 1372,4 s.d. 6889,15. Data faktor retardasi pada penyimpanan limbah radioaktif dalam vault yang dipersyaratkan oleh Atomic Energy Canada Limited (AECL) sebagai natural barrier untuk nuklida yang mudah terlindi yaitu sekitar 7x10 3. (8) Dengan demikian apabila dilakukan komparasi antara R hasil penelitian ini dengan R penghalang alami pada penyimpanan limbah radioaktif dalam vault untuk nuklida yang mudah terlindi seperti 90 Sr yang dipersyaratkan oleh AECL, maka tanah dangkal pada kedalaman 25 30 m di daerah Lemah Abang dan Genggrengan adalah layak dipertimbangkan sebagai lokasi penyimpanan limbah radioaktif sistim tanah dangkal. Hal ini disebabkan karena biasanya vault yang dipilih untuk penyimpanan limbah radioaktif adalah yang tersusun dari batuan granit (8,12) dengan densitas (ρ b ) granit yang lebih besar daripada tanah sehingga nilai R juga lebih besar daripada R tanah. KESIMPULAN Koefisien distribusi 90 Sr pada adsorpsi kesetimbangan isotermal linier dalam tanah dari daerah Lemah Abang dan Genggrengan dapat digunakan sebagai salah satu data masukan pemilihan lokasi penyimpanan limbah radioaktif sistem tanah dangkal berdasarkan karakteristik distribusi 90 Sr yang baik dalam tanah yang diberikan oleh nilai koefisien distribusi 90 Sr dengan Σ score K d yang terbesar. Nilai K d untuk 90 Sr pada daerah Semenanjung Muria adalah 882,47 cm 3 /g s.d. 4433,02 cm 3 /g. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Eddy Murdjito dan Saudara Sodikin staf Pusat Pengkajian Energi Nuklir yang telah membantu kami memberikan sampel tanah dari Wisma Kerja Batan Karanggondang, Semenanjung Muria, Jepara. DAFTAR PUSTAKA 1. SUCIPTA, Aspek Litomorfologi Daerah Semenanjung Muria Bagian Utara untuk Calon Lokasi Penyimpanan Limbah Radioaktif PLTN, Prosiding Seminar Teknik Nuklir dalam Eksplorasi

107 Sumberdaya Energi, PPBGN-Batan, Jakarta, (1994). 2. SUCIPTA, YATIM, S., MARTONO, H., PUDYO, A., Evaluasi Geologi Lingkungan Calon Tapak Penyimpanan Bahan Bakar Bekas dan Limbah Radioaktif Aktivitas Rendah Menengah, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir, PPNY- Batan, Yogyakarta, (1997). 3. NEWJEC Inc., Feasibility Study of the First Nuclear Power Plants at Muria Peninsula Central Java, Step-1 Report, BATAN- NEWJEC Agreement, Jakarta, (1992). 4. SUCIPTA, Evaluasi Pendahuluan Geologi Lingkungan untuk Calon Lokasi Penyimpanan Limbah Radioaktif PLTN Daerah Muria Bagian Utara, Prosiding Seminar III Teknologi dan Keselamatan PLTN serta Fasilitas Nuklir, PPTKR-PRSG BATAN PPTA Serpong, (1995). 5. SAEFUDDIN SARIEF, H.E., Fisika Kimia Tanah Pertanian, Pustaka Buana, Bandung, (1989). 6. http://www.water.hut.fi/wr/kurssit/yhd- 12.126/oppimaterinali/fr_fys_e.htm 7. WIEDERHOLD, E.W., Use of Local Minerals in the Treatment of Radioactive Waste, Technical Report Series No. 136, IAEA, Vienna, (1974). 8. LENEVEU, D.M., Vault Submodel for the Second Interim Assesment of the Canadian Concept for Nuclear Fuel Waste Disposal : Post-Closure Phase, Atomic Energy of Canada Ltd., AECL-8383, (1986). 9. LOPEZ, R.S., JOHNSON, L.H., Vault Sealing Research and Development for the Canadian Nuclear Fuel Waste Management, Atomic Energy of Canada Limited, AECL- 9053, (1986). 10. POERNOMO, H., BUDIONO, M.E., NGASIFUDIN, MARNOTO, K.H., Karakteristik Migrasi Sr-90 pada Tanah Dangkal di Daerah Ujung Lemah Abang, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir, PPNY-Batan, Yogyakarta, (1998). 11. POERNOMO, H., SARDJONO, D., SUPARDI, Dispersi Sr-90 pada Tanah di Daerah Genggrengan Muria sebagai Kawasan Tapak PLTN, Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir IV, PEBN- Batan, Jakarta, (1998). 12. VERSTRICHT, J., DEMARCHE, M., GATABIN, C., Development of Backfill Material within the Belgium Concept for Geological Disposal of High-Level Radioactive Waste : An Example of Successful International Co-operation, Waste Management Conceference, Tucson Arizona, (2001). TANYA JAWAB Supriyanto C. Sr-90 digunakan sebagai tracer, mengapa? Herry Poernomo Radionuklida 90 Sr adalah merupakan radionuklida yang paling toksis, juga 90 Sr merupakan hasil fisi yang terbesar persentase diantara radionuklida hasil fisi pemancar beta/gamma yang terkandung dalam limbah konsentrat evaporator dari pengolahan limbah reaktor PWR sesuai reference waste No. 7 dan 8. Sutarman Mohon dapat dijelaskan manakah yang lebih baik antara daerah Lemah Abang dan Ujung Genggrengan! Tanah yang dipakai untuk simulasi diambil dari mana? Herry Poernomo Berdasarkan nilai koefisien distribusi 90 Sr pada tanah daerah Lemah Abang dan Genggrengan, maka daerah Lemah Abang relatif lebih dari pada daerah Genggrengan. Tanah yang dipakai sebagai simulasi adalah tanah dari hasil pengeboran yang dilakukan oleh Newjec, Jepang. Budi Sulistyo Mengapa kepentingan dilakukan penelitian distribusi 90 Sr pada tanah? Herry Poernomo Perlu dilakukan penelitian distribusi 90 Sr dalam tanah karena tanah adalah sebagai tempat penyimpanan limbah radioaktif yang dapat berfungsi sebagai penghalang alami terhadap dispersi radionuklida ke lingkungan.

108