II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang relatif singkat (Murtidjo, 2001). Menurut Kartasudjana dan Suprijatna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan bobot tubuh yang dapat dicapai oleh ayam, maka dikenal tiga tipe

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

I. PENDAHULUAN. Perkembangan populasi ternak unggas di Indonesia semakin hari semakin

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

TINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan media transportasi yang membawa nutrisi dari saluran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Broiler pertama kali ditemukan pada Pada 1950 para ahli perunggasan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging dengan bobot badan 1,9 kg

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya (Sudaryani dan Santosa, 2000). Menurut Suharno (2012)

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. strain Cornish dengan betina yang besar yaitu Plymouth Rocks yang merupakan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber penyedia daging dan telur telah dipopulerkan di Indonesia dan juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari April 2014, di peternakan

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

I PENDAHULUAN. satu jenis ayam lokal di antaranya adalah ayam sentul yang merupakan ayam asli

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

I. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

III. KEBUTUHAN ZAT-ZAT GIZI AYAM KUB. A. Zat-zat gizi dalam bahan pakan dan ransum

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

I. PENDAHULUAN. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium, karena pertumbuhan ayam jantan tipe medium berada diantara ayam petelur ringan dan broiler (Sumadi, 1995). Ayam jantan tipe medium memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan ayam kampung yaitu harga bibit anak ayam atau day old chick (DOC) lebih murah, mudah didapat dan waktu pemeliharaannya lebih singkat kurang lebih umur 7 minggu sudah dapat dilakukan pemanenan dan pertumbuhannya lebih cepat, serta harga jualnya relatif lebih stabil dan lebih tinggi dibandingkan dengan broiler (Nuroso, 2009). Ayam tipe petelur yang jantan/ ayam fattener adalah ayam jantan tipe petelur dari hasil penetasan yang dimanfaatkan sebagai penghasil daging. Ayam ini merupakan hasil pemisahan dari ayam petelur betina final stock sehingga ayam yang jantan diafkir (Nesheim dan Card, 1979). Ayam jantan tipe medium mempunyai bobot cukup berat, tetapi bobotnya masih berada diantara bobot ayam petelur ringan dan broiler. Oleh karena itu, ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak (Sumadi, 1995).

8 Menurut Wahju (1997), ayam jantan mempunyai kandungan lemak lebih rendah dibandingkan dengan betina. Ayam hasil persilangan antara galur Ross dengan galur Arbor acres menghasilkan ayam jantan dengan kandungan lemak sebesar 2,6% sedangkan betina 2,8% (Sizemore dan Siegel, 1993). Pada ayam jantan, kelebihan energi digunakan untuk pertumbuhan, sedangkan pada ayam betina kelebihan energi digunakan untuk produksi telur (Wahju, 1997). B. Performa Ayam Jantan Tipe Medium Performa adalah istilah yang diberikan kepada sifat-sifat ternak yang bernilai ekonomi (produksi telur, bobot tubuh, pertambahan berat tubuh, konsumsi ransum, konversi ransum, persentase karkas, dan lain-lain) (Sudono, dkk., 1986). Menurut Sudarsono (1997), performa adalah prestasi atau segala aktivitas yang menimbulkan sebab akibat dan tingkah laku yang dapat dipelajari atau diamati. Pertumbuhan merupakan perwujudan dari perubahan-perubahan dalam unit pertumbuhan terkecil, yaitu sel mengalami pertambahan jumlah (hiperplasi) dan pembesaran ukuran (hipertropi) pada interval waktu tertentu (Anggorodi, 1995). Kecepatan pertumbuhan tergantung dari beberapa faktor tetapi sebagian besar ditentukan oleh spesies, jenis kelamin, umur ternak, kecukupan makanan, dan jumlah ransum yang dikonsumsinya (Schaible, 1980). Menurut Tillman, dkk. (1998) untuk mengetahui pertumbuhan dapat dilakukan dengan cara pengukuran kenaikan bobot tubuh, yaitu melakukan penimbangan bobot tubuh berulang-ulang dan biasanya pertumbuhan tersebut dinyatakan dengan pertambahan bobot tubuh setiap hari, setiap minggu, ataupun setiap waktu tertentu.

C. Ransum Unggas 9 Ransum diartikan sebagai satu atau campuran beberapa jenis bahan pakan yang diberikan untuk seekor ternak selama sehari semalam (Manshur, 1998). Ransum adalah campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi. Agar pertumbuhan dan produksi maksimal, jumlah dan kandungan zat-zat makanan yang diperlukan ternak harus memadai (Suprijatna, dkk., 2005). Ransum dikatakan seimbang bila mengandung zat-zat nutrisi yang mempunyai kualitas dan kuantitas yang cukup untuk pertumbuhan, produksi, dan kesehatan ternak (Anggorodi, 1995). Fungsi ransum yang diberikan ke ayam pada prinsipnya memenuhi kebutuhan pokok untuk hidup dan membentuk sel-sel dan jaringan tubuh. Selain itu, ransum juga berguna untuk menggantikan bagian-bagian yang merupakan zat-zat yang diperlukan ayam, yaitu karbohidrat, lemak, dan protein. Zat-zat tersebut selanjutnya akan mengalami proses metabolisme yang kemudian membentuk energi sebagai hasil pembakarannya (Sudaryani dan Santoso, 1999). Ransum yang efisien bagi ayam adalah ransum yang seimbang antara tingkat energi dan kandungan protein, vitamin, mineral, serta zat-zat makanan lain yang diperlukan untuk pertumbuhan ayam (Siregar, dkk., 1980). Rasio energi dan protein harus seimbang agar potensi genetik ayam dapat tercapai secara maksimal (Widyani, dkk., 2001). Kebutuhan energi metabolisme dan protein ayam petelur berturut-turut sebesar 2.800 kkal/kg dan 15% sehingga imbangan energiproteinnya sebesar 186,67 (National Research Council, 1994).

10 Ayam mengonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan energinya dan akan terus makan hingga kebutuhannya tercapai. Jika ayam diberi makan ransum yang energinya rendah maka ayam akan makan lebih banyak. Setiap minggunya ayam akan makan lebih banyak dibandingkan dengan minggu sebelumnya dikarenakan konsumsi ransum yang menyesesuaikan bobot tubuh ayam (Fadilah, 2004). D. Serat Kasar Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahanbahan kimia yang digunakan untuk menentukan kadar serat kasar, yaitu asam sulfat (H 2 S0 4 1,25 %) dan natrium hidroksida (NaOH 1,25 %), sedangkan serat pangan adalah bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzimenzim pencernaan. Oleh karena itu, kadar serat kasar nilainya lebih rendah dibandingkan dengan kadar serat pangan, karena asam sulfat dan natrium hidroksida mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk menghidrolisis komponen-komponen pangan dibandingkan dengan enzim-enzim pencernaan (Muchtadi, 2001). Serat kasar merupakan sisa bahan makanan yang telah mengalami proses pemanasan dengan asam keras dan basa keras selama 30 menit berturut-turut dalam prosedur yang dilakukan di laboratorium. Dengan proses seperti ini dapat merusak beberapa macam serat yang tidak dapat dicerna oleh manusia, dan tidak dapat diketahui komposisi kimia tiap-tiap bahan yang membentuk dinding sel (Piliang dan Djojosoebagio, 1996).

Serat makanan berpengaruh juga terhadap pelepasan hormon intestinal 11 (pencernaan di dalam usus), kalsium, zat besi, seng, dan kolesterol dan asam empedu sehingga berpengaruh terhadap sirkulasi enterohepatik kolesterol (peredaran darah tidak langsung melalui hati menuju ke jantung) (Rusilanti dan Kusharto, 2007). Serat mempunyai daya hisap yang sangat kuat terhadap asam empedu. Semakin banyak serat makanan, semakin banyak pula asam empedu yang dibuang, sehingga kolesterol yang dikeluarkan melalui feses bertambah banyak. Peningkatan ekskresi asam empedu ini dapat menurunkan kadar kolesterol karena asam empedu yang terikat tidak dapat diserap kembali (Story, dkk., 1979). Serat yang merupakan zat nongizi terbagi dari dua jenis, yaitu serat pangan (dietary fiber) dan serat kasar (crude fiber). Serat pangan adalah serat yang tetap ada dalam usus besar setelah proses pencernaan. E. Konsumsi Ransum Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dimakan ayam selama masa pemeliharaan (Rasyaf, 2007). Konsumsi ransum dipengaruhi oleh bentuk ransum, ukuran ransum, penempatan ransum, dan cara penempatan tempat ransum. Tujuan dari ayam mengonsumsi ransum adalah untuk dapat hidup, meningkatkan bobot hidup, dan untuk berproduksi (Anggorodi, 1995). Konsumsi ransum diukur setiap minggu berdasarkan jumlah ransum yang diberikan pada awal minggu dikurangi dengan sisa ransum pada akhir minggu. Faktor yang memengaruhi konsumsi ransum adalah kualitas ransum, kecepatan

pertumbuhan, kesehatan ternak, dan suhu lingkungan (Rasyaf, 2001). Suhu 12 lingkungan yang tinggi dapat menurunkan konsumsi ransum, sehingga tingkat produksi ternak menurun (Yousef, 1985). Konsumsi ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu besar dan bangsa ayam, temperatur lingkungan, tahap produksi, dan energi ransum (Priono, 2003). Ayamayam tipe berat tentunya akan mengonsumsi ransum lebih banyak dari pada ayam tipe ringan pada umur yang sama, karena ayam-ayam yang lebih berat membutuhkan lebih banyak energi untuk kebutuhannya. Standar konsumsi ransum ayam jantan tipe medium dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Standar konsumsi ransum ayam jantan tipe medium. Umur (minggu) Bobot tubuh (g) Konsumsi ransum (g/ekor/hari) 1 65 12 2 120 19 3 200 25 4 300 31 5 400 37 6 500 42 7 590 47 8 680 53 Sumber: Rama Jaya Farm (2008). F. Pertambahan Berat Tubuh Pertambahan berat tubuh adalah selisih bobot tubuh pada saat akhir tertentu dengan bobot tubuh semula (Rasyaf, 2007). Menurut Ensminger (1982), pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan berat tubuh yang diikuti dengan pertambahan besar dari urat daging, ukuran tulang, organ-organ dalam dan bagian tubuh lainnya. Davies (1982) menyatakan bahwa pertambahan berat tubuh dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan ternak.

13 Pertumbuhan yaitu suatu penambahan jumlah protein dan mineral yang tertimbun dalam tubuh. Proses pertumbuhan tersebut membutuhkan energi dan substansi penyusun sel atau jaringan yang diperoleh ternak melalui ransum yang dikonsumsi (Wahju, 1997). Pertambahan berat tubuh dipengaruhi oleh faktor genetik dan nongenetik yang meliputi kandungan zat makanan yang dikonsumsi, suhu lingkungan, keadaan udara dalam kandang, dan kesehatan ayam itu sendiri. Kecepatan pertumbuhan ayam tidak hanya tergantung dari sifat genetik yang diwarisi dari induknya (Rasyaf, 2011). Menurut North dan Bell (1990), variasi kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh tipe unggas, jenis kelamin, umur, galur, tata laksana, suhu lingkungan, serta kualitas ransum. Sedangkan Jull (1979) menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh genetik, pola pemeliharaan, makanan, dan cara pemberiannya serta pengendalian penyakit. G. Konversi Ransum Konversi ransum adalah banyaknya ransum yang dihabiskan untuk menghasilkan setiap kilogram pertambahan berat tubuh. Konversi ransum merupakan pembagian antara konsumsi ransum yang dicapai pada minggu itu dengan pertambahan berat tubuh pada minggu itu pula (Rasyaf, 2001). Konversi ransum merupakan perbandingan jumlah ransum yang dikonsumsi dan pertambahan berat tubuh. Konversi ransum dapat digunakan sebagai gambaran efisiensi produksi (North dan Bell, 1990). Angka konversi ransum menunjukkan

14 tingkat efisiensi dalam pengunaan ransum. Jika angka konversi ransum semakin besar, maka pengunaan ransum tersebut kurang ekonomis. Sebaliknya, jika angka konversi ransum semakin kecil maka semakin ekonomis (AAK, 2003). Konversi ransum bernilai 1, artinya untuk menghasilkan 1 kg daging diperlukan ransum sebanyak 1 kg. Apabila konversi ransum kecil sebaiknya digunakan sebagai pegangan berproduksi karena sekaligus melibatkan bobot tubuh dan konsumsi ransum (Rasyaf, 2011). Menurut Anggorodi (1985), semakin rendah nilai konversi ransum maka semakin efisien penggunaan ransum, dan tingginya nilai konversi ransum berarti ransum yang dibutuhkan untuk menaikkan berat tubuh persatuan bobot semakin banyak. Menurut AAK (2003), faktor-faktor yang memengaruhi konversi ransum adalah strain atau bangsa ayam, mutu ransum, keadaan kandang, dan jenis kelamin. Menurut North dan Bell (1990), konversi ransum juga dipengaruhi oleh tipe litter, panjang dan intensitas cahaya, luas lantai per ekor, uap amonia dalam kandang, penyakit, dan bangsa ayam yang dipelihara. Menurut Card dan Nesheim (1972), konversi ransum dipengaruhi oleh pertumbuhan, produksi telur, lingkungan, dan kandungan energi dalam ransum. Menurut Scott dkk. (1982), konsumsi ransum semakin baik dengan semakin tingginya energi dan protein dalam ransum. Sastradipraja (1987) menambahkan bahwa jenis ternak, jenis kelamin, dan jenis ransum memengaruhi konversi ransum, serta terdapat interaksi didalamnya.

H. Income Over Feed Cost (IOFC) 15 Income over feed cost adalah hasil perhitungan dengan cara membandingkan jumlah penerimaan rata-rata dari hasil penjualan ayam dan jumlah biaya pengeluaran untuk ransum. Nilai IOFC meningkat apabila nilai konversi ransum menurun dan apabila nilai konversi ransum meningkat maka nilai IOFC akan menurun. Sekitar 40--70% dari keseluruhan biaya pemeliharaan digunakan untuk biaya ransum. Hal ini menyebabkan titik ukur IOFC hanya dibandingkan dengan biaya ransum (Rasyaf, 2001). Biaya ransum memegang peranan penting karena merupakan biaya terbesar dari total biaya usaha. Oleh karena itu, penggunaan ransum yang berkualitas baik dan harga yang relatif murah merupakan suatu tuntutan ekonomis untuk mencapai tingkat efisien tertentu (Yahya, 2003). Kebutuhan ransum ayam jantan tipe medium erat hubungannya dengan aspek ekonomis. Income over feed cost merupakan perpaduan antara segi teknis dan ekonomis. Apabila dikaitkan dalam hal produksi yang dilihat dari segi teknis, semakin efisien ayam mengubah makanan menjadi daging maka semakin baik pula nilai income over feed cost. Nilai ekonomis dihitung berdasarkan income over feed cost, yaitu perbandingan rata-rata antara jumlah penerimaan dari hasil penjualan ayam dan biaya untuk pengeluaran ransum (Rasyaf, 2011). Nilai income over feed cost sangat dipengaruhi oleh jumlah konsumsi ransum. Semakin meningkatnya jumlah konsumsi ransum menyebabkan biaya yang diperlukan untuk berproduksi juga semakin meningkat. Nilai IOFC akan

meningkat apabila nilai konversi ransum menurun dan apabila nilai konversi 16 ransum meningkat maka IOFC akan menurun (Rasyaf, 2011). Menurut Rasyaf (2011), semakin tinggi nilai IOFC akan semakin baik, karena tingginya IOFC berarti penerimaan yang didapat dari hasil penjualan ayam juga tinggi. Besarnya IOFC yang baik untuk usaha peternakan adalah lebih dari satu. Rata-rata nilai income over feed cost ayam jantan tipe medium umur 2--8 minggu berkisar antara 1,67 dan 1,84 dengan tingkat kepadatan kandang yang berbeda pada setiap perlakuan (Anggraini, 2011). I. Probiotik Probiotik merupakan pakan imbuhan dengan kandungan mikroba yang menguntungkan dalam saluran pencernaan ayam. Mikroba yang dapat tumbuh dan berkembang dalam usus ayam, antara lain jenis Bakteri Asam Laktat (BAL), Bacillus sp., dan Lactobacillus sp. (Daud dkk., 2007). Penggunaan probiotik lokal (Bakteri Asam Laktat/BAL) sebagai probiotik dalam ransum unggas terbukti dapat memperbaiki performa ayam pedaging dan petelur, meningkatkan daya tahan tubuh ternak terhadap serangan penyakit (Iriyanti dan Rimbawanto, 2001). Kultur Bacillus sp. sebagai probiotik pada ayam ras melalui air minum maupun pakan, efektif untuk pertumbuhan ayam pedaging maupun produksi telur ayam petelur. Pemberian probiotik secara nyata meningkatkan produksi serta menekan mortalitas (Kompiang dkk., 2004). Probiotik tergolong dalam makanan fungsional, dimana bahan makanan ini mengandung komponen-komponen yang dapat meningkatkan kesehatan ternak

17 dengan cara memanipulasi komposisi bakteri yang ada dalam saluran pencernaan ternak. Pemberian probiotik memiliki beberapa tujuan yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan kecernaan pakan, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan produksi telur dan meningkatkan pertumbuhan mikroba yang menguntungkan (Fuller, 1992). Penambahan probiotik kedalam air minum juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem mikroflora dalam saluran pencernaan dan menyediakan enzim yang mampu mencerna serat kasar, protein, lemak dan mendetoksikasi zat racun atau metabolitnya (Soeharsono, 1999). Berdasarkan penelitian Imaduddin (2012) penambahan probiotik dalam air minum pada ayam petelur strain isa brown dengan pakan yang bebas antibiotik, dapat dipergunakan level pemberian sebesar 30ml/lt atau sebesar 3% dari air minum.