4.2.4.4 Output Program GRL WEAP87 Untuk Lokasi BH 21 Tabel 4.17 Daya Dukung Ultimate, final set lokasi BH 21 Rult Blow Count Ton Blows / ft. 74 6.5 148 1.5 223 15.4 297 22.2 371 26.8 445 32.5 519 39.8 593 5. 668 63.8 742 83.9 Dari Tabel 4.17 terlihat pada lokasi BH 21 daya dukung ultimate tiang yang dipancang sampai kedalaman 4 meter dengan menggunakan hammer Kobe 45 dengan efisiensi 8% dan nilai final set lapangan untuk BH 21 sebesar 25 blow per foot akan mencapai tahanan ultimate ± 342 ton. Dari Gambar 4.24, terlihat distribusi pembebanan versus jumlah blows per foot untuk BH 21. 8 7 6 Loads (Ton) 5 4 3 342 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Blow per Foot Gambar 4.24 Besar beban penetrasi vs jumlah blows/ft lokasi BH 21 LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 41
4.2.4.5 Output Program GRL WEAP87 Untuk Lokasi BH 22 Tabel 4.18 Daya Dukung Ultimate, final set lokasi BH 22 Rult Blow Count Ton Blows / ft. 74 6.4 148 1.3 223 14.8 297 2.3 371 25.6 445 3.5 519 36.6 593 44.4 668 54.8 742 75. Dari Tabel 4.18 terlihat pada lokasi BH 22 daya dukung ultimate tiang yang dipancang sampai kedalaman 45 meter dengan menggunakan hammer Kobe 45 dengan efisiensi 8% dan nilai final set lapangan untuk BH 22 sebesar 22 blow per foot akan mencapai tahanan ultimate ± 319 ton. Dari Gambar 4.25, terlihat distribusi pembebanan versus jumlah blows per foot untuk BH 22. 8 7 6 Loads (Ton) 5 4 3 319 2. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Blow per Foot Gambar 4.25 Besar beban penetrasi vs jumlah blows/ft lokasi BH 22 LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 42
4.2.5 Daya Dukung Aksial Dari Interpretasi Data Statik Loading Test Analisis metoda ini dengan memanfaatkan data loading test dari lapangan. Untuk memperkirakan daya dukung aksial tiang pancang tunggal dengan metoda ini perlu menginterpretasikan data loading test dari lapangan. Studi kasus ini menggunakan metoda yang dianjurkan oleh Davisson (1972) dan metoda De Beer (1967). 4.2.5.1 Interpretasi Data Statik Loading Test Lokasi BH 4 Kurva pembebanan versus waktu pembebanan Kurva ini didapat dari pencatatan beban dan waktu pembebanan di lapangan. Siklus pembebanan pada saat uji pembebanan dibuat dalam kurva antara besar beban yang diberikan versus waktu yang terjadi. Dalam gambar 4.26 terlihat ada 6 siklus pembebanan yang diberikan dan tiap siklus memiliki beban puncak yang berbeda. Dari kurva terlihat beban puncak terbesar 396 ton atau 29% dari total pembebanan terletak pada siklus keenam. 45 4 35 3 25 2 1st Cycle 2nd Cycle 3rd Cycle 4th Cycle 5th Cycle 6th Cycle 15 5 2 4 6 8 12 Time (Minute) Gambar 4.26 Kurva Beban Vs Waktu Untuk Test Pile BH 4 LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 43
Kurva pembebanan versus penurunan (settlement) Kurva ini diperoleh dari Tabel 3.1, dalam kurva ini terlihat beban puncak 396 ton dan besar settlement atau penurunan yang dihasilkan adalah 31.4 mm. Ketika beban puncak telah mencapai 396 ton penambahan sedikit saja beban akan menghasilkan settlement yang besar. Dari Gambar 4.27 terlihat dengan pengurangan beban settlement juga tetap makin besar, hal ini menunjukkan daya dukung ultimate tanah telah tercapai. 45 4 35 3 25 2 15 5 1 2 3 4 5 6 Settlement (mm) Gambar 4.27 Kurva Beban Vs Penurunan Untuk Test Pile BH 4 Interpretasi Data Loading Test dengan Metoda Davisson Dalam penjelasan pada bab 2, adanya interpretasi data hasil uji pembebanan digambarkan dalam kurva antara beban versus penurunan. Dari kurva terlihat pada saat garis BC memotong kurva pembebanan versus penurunan. Menurut teori Davisson pada titik perpotongan tersebut merupakan daya dukung aksial ultimate untuk lokasi ini yaitu pada saat beban 39 ton. LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 44
45 4 39 35 3 25 2 15 5 5 1 15 2 25 3 35 Settlem ent (m m ) Gambar 4.28 Interpretasi data beban Vs penurunan dengan metoda Davisson BH 4 Interpretasi Data Loading Test dengan Metoda De Beer 385 Untuk mengetahui beban ultimate menurut metoda ini, kita harus membuat kurva beban dan penurunan dalam skala logaritma dan membuat garis melalui titik-titik tersebut. Titik dimana garis tersebut berpotongan menunjukkan beban ultimate. Dari Gambar 4.29 terlihat, garis ini berpotongan pada saat beban kurang lebih 385ton. Interpretasi metoda De Beer adalah sebagai berikut: 1 1 1 1 Settlem ent (m m ) Gambar 4.29 Interpretasi data beban Vs penurunan dengan metoda De Beer BH 4 LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 45
4.2.5.2 Interpretasi Data Statik Loading Test Lokasi BH 5 Kurva pembebanan versus waktu pembebanan Kurva ini didapat dari pencatatan beban dan waktu pembebanan di lapangan. Siklus pembebanan pada saat uji pembebanan dibuat dalam kurva antara besar beban yang diberikan versus waktu yang terjadi. Dalam gambar 4.3 terlihat ada 5 siklus pembebanan yang diberikan dan tiap siklus memiliki beban puncak yang berbeda. Dari kurva terlihat beban puncak terbesar 287 ton atau 21% dari total pembebanan terletak pada siklus kelima. 35 3 25 2 15 1st Cycle 2nd Cycle 3rd Cycle 4th Cycle 5th Cycle 5 2 3 4 5 6 7 8 9 Time (Menit) Gambar 4.3 Kurva Beban Vs Waktu Untuk Test Pile BH 5 Kurva pembebanan versus penurunan (settlement) Kurva ini diperoleh dari Tabel 3.3, dalam kurva ini terlihat beban puncak 287 ton dan besar settlement atau penurunan yang dihasilkan adalah 14.73 mm. Dari Gambar 4.31 terlihat dengan pengurangan beban settlement juga tetap makin besar, hal ini menunjukkan daya dukung ultimate tanah telah tercapai. LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 46
35 3 25 2 15 5 2 4 6 8 1 12 14 16 Settlement (mm) Gambar 4.31 Kurva Beban Vs Penurunan Untuk Test Pile BH 5 Interpretasi Data Loading Test dengan Metoda Davisson Dalam penjelasan pada bab 2, adanya interpretasi data hasil uji pembebanan digambarkan dalam kurva antara beban versus penurunan. Dari kurva terlihat pada saat garis BC memotong kurva pembebanan versus penurunan. Menurut teori Davisson pada titik perpotongan tersebut merupakan daya dukung aksial ultimate untuk lokasi ini yaitu pada saat beban 285 ton. 35 3 285 25 2 15 5 2 4 6 8 1 12 14 16 Settlement (mm) Gambar 4.32 Interpretasi data beban Vs penurunan metoda Davisson BH 5 LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 47
Interpretasi Data Loading Test dengan Metoda De Beer Untuk mengetahui beban ultimate menurut metoda ini, kita harus membuat kurva beban dan penurunan dalam skala logaritma dan membuat garis melalui titik-titik tersebut. Titik dimana garis tersebut berpotongan menunjukkan beban ultimate. Dari Gambar 4.33 terlihat, garis ini berpotongan pada saat beban kurang lebih 275 ton. Interpretasi metoda De Beer adalah sebagai berikut: 275 1 1.1 1 1 Settlement (mm) Gambar 4.33 Interpretasi data beban Vs penurunan dengan metoda De Beer BH 5 4.2.5.3 Interpretasi Data Statik Loading Test Lokasi BH 16 Kurva pembebanan versus waktu pembebanan Kurva ini didapat dari pencatatan beban dan waktu pembebanan di lapangan. Siklus pembebanan pada saat uji pembebanan dibuat dalam kurva antara besar beban yang diberikan versus waktu yang terjadi. Dalam gambar 4.34 terlihat ada 6 siklus pembebanan yang diberikan dan tiap siklus memiliki beban puncak yang berbeda. Dari kurva terlihat beban puncak terbesar 24 ton atau 3% dari total pembebanan terletak pada siklus kenam. LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 48
3 25 1st Cycle 2 15 2nd Cycle 3rd Cycle 4th Cycle 5th Cycle 6th Cycle 5 2 4 6 8 12 14 16 Time (Menit) Gambar 4.34 Kurva Beban Vs Waktu Untuk Test Pile BH 16 Kurva pembebanan versus penurunan (settlement) Kurva ini diperoleh dari Tabel 3.5, dalam kurva ini terlihat beban puncak 24 ton dan besar settlement atau penurunan yang dihasilkan adalah 49.6 mm. Dari Gambar 4.35 terlihat dengan pengurangan beban settlement juga tetap makin besar, hal ini menunjukkan daya dukung ultimate tanah telah tercapai. 3 25 2 15 5. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Settlement (mm) Gambar 4.35 Kurva Beban Vs Penurunan Untuk Test Pile BH 16 LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 49
Interpretasi Data Loading Test dengan Metoda Davisson Dalam penjelasan pada bab 2, adanya interpretasi data hasil uji pembebanan digambarkan dalam kurva antara beban versus penurunan. Dari kurva terlihat pada saat garis BC memotong kurva pembebanan versus penurunan. Menurut teori Davisson pada titik perpotongan tersebut merupakan daya dukung aksial ultimate untuk lokasi ini yaitu pada saat beban 21 ton. 3 25 21 2 15 5 1 2 3 4 5 6 Settlement (mm) Gambar 4.36 Interpretasi data beban Vs penurunan metoda Davisson BH 16 Interpretasi Data Loading Test dengan Metoda De Beer Untuk mengetahui beban ultimate menurut metoda ini, kita harus membuat kurva beban dan penurunan dalam skala logaritma dan membuat garis melalui titik-titik tersebut. Titik dimana garis tersebut berpotongan menunjukkan beban ultimate. Dari Gambar 4.37 terlihat, garis ini berpotongan pada saat beban kurang lebih 235 ton. Interpretasi metoda De Beer adalah sebagai berikut: LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 5
235 1 1 1 1 Settlement (mm) Gambar 4.37 Interpretasi data beban Vs penurunan dengan metoda De Beer BH 16 4.2.5.4 Interpretasi Data Statik Loading Test Lokasi BH 21 Kurva pembebanan versus waktu pembebanan Kurva ini didapat dari pencatatan beban dan waktu pembebanan di lapangan. Siklus pembebanan pada saat uji pembebanan dibuat dalam kurva antara besar beban yang diberikan versus waktu yang terjadi. Dalam gambar 4.38 terlihat ada 5 siklus pembebanan yang diberikan dan tiap siklus memiliki beban puncak yang berbeda. Dari kurva terlihat beban puncak terbesar 355 ton atau 325% dari total pembebanan terletak pada siklus kelima. LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 51
4 35 3 25 2 15 1st Cycle 2nd Cycle 3rd Cycle 4th Cycle 5th Cycle 5 2 4 6 8 12 14 Time (Menit) Gambar 4.38 Kurva Beban Vs Waktu Untuk Test Pile BH 21 Kurva pembebanan versus penurunan (settlement) Kurva ini diperoleh dari Tabel 3.7, dalam kurva ini terlihat beban puncak 355 ton dan besar settlement atau penurunan yang dihasilkan adalah 51.6 mm. Dari Gambar 4.39 terlihat dengan pengurangan beban settlement juga tetap makin besar, hal ini menunjukkan daya dukung ultimate tanah telah tercapai. 4 35 3 25 2 15 5. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Settlement (mm) Gambar 4.39 Kurva Beban Vs Penurunan Untuk Test Pile BH 21 LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 52
Interpretasi Data Loading Test dengan Metoda Davisson Dalam penjelasan pada bab 2, adanya interpretasi data hasil uji pembebanan digambarkan dalam kurva antara beban versus penurunan. Dari kurva terlihat pada saat garis BC memotong kurva pembebanan versus penurunan. Menurut teori Davisson pada titik perpotongan tersebut merupakan daya dukung aksial ultimate untuk lokasi ini yaitu pada saat beban 33 ton. 4 35 33 3 25 2 15 5 1 2 3 4 5 6 Settlem ent (m m ) Gambar 4.4 Interpretasi data beban Vs penurunan metoda Davisson BH 21 Interpretasi Data Loading Test dengan Metoda De Beer Untuk mengetahui beban ultimate menurut metoda ini, kita harus membuat kurva beban dan penurunan dalam skala logaritma dan membuat garis melalui titik-titik tersebut. Titik dimana garis tersebut berpotongan menunjukkan beban ultimate. Dari Gambar 4.41 terlihat, garis ini berpotongan pada saat beban kurang lebih 345 ton. Interpretasi metoda De Beer adalah sebagai berikut: LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 53
345 1 1 1 1 Settlem ent (m m ) Gambar 4.41 Interpretasi data beban Vs penurunan dengan metoda De Beer BH 21 4.2.5.5 Interpretasi Data Statik Loading Test Lokasi BH 22 Kurva pembebanan versus waktu pembebanan Kurva ini didapat dari pencatatan beban dan waktu pembebanan di lapangan. Siklus pembebanan pada saat uji pembebanan dibuat dalam kurva antara besar beban yang diberikan versus waktu yang terjadi. Dalam gambar 4.42 terlihat ada 5 siklus pembebanan yang diberikan dan tiap siklus memiliki beban puncak yang berbeda. Dari kurva terlihat beban puncak terbesar 355 ton atau 325% dari total pembebanan terletak pada siklus kelima. LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 54
4 35 3 25 2 15 1st Cycle 2nd Cycle 3rd Cycle 4th Cycle 5th Cycle 5 2 4 6 8 12 14 Time (Menit) Gambar 4.42 Kurva Beban Vs Waktu Untuk Test Pile BH 22 Interpretasi Data Loading Test dengan Metoda Davisson Dalam penjelasan pada bab 2, adanya interpretasi data hasil uji pembebanan digambarkan dalam kurva antara beban versus penurunan. Dari kurva terlihat pada saat garis BC memotong kurva pembebanan versus penurunan. Menurut teori Davisson pada titik perpotongan tersebut merupakan daya dukung aksial ultimate untuk lokasi ini yaitu pada saat beban 32 ton. 4 35 32 3 25 2 15 5 1 2 3 4 5 6 Settlement (mm) Gambar 4.43 Interpretasi data beban Vs penurunan metoda Davisson BH 22 LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 55
Interpretasi Data Loading Test dengan Metoda De Beer Untuk mengetahui beban ultimate menurut metoda ini, kita harus membuat kurva beban dan penurunan dalam skala logaritma dan membuat garis melalui titik-titik tersebut. Titik dimana garis tersebut berpotongan menunjukkan beban ultimate. Dari Gambar 4.44 terlihat, garis ini berpotongan pada saat beban kurang lebih 33 ton. Interpretasi metoda De Beer adalah sebagai berikut: 33 1 1 1 1 Settlement (mm) Gambar 4.44 Interpretasi data beban Vs penurunan dengan metoda De Beer BH 22 LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 56
4.2.6 Analisis Perbandingan Daya Dukung Aksial Ringkasan hasil perhitungan daya dukung dengan metoda-metoda perhitungan daya dukung aksial tiang pancang tunggal adalah sebagai berikut: Tabel 4.19 Perbandingan Daya Dukung Aksial Tiang Tunggal Dari Hasil Analisis Metode Referensi Tiang / BH 4 5 16 21 22 d =.6 m d =.6 m d =.45 m d =.6 m d =.6 m L = 45 m L = 49 m L = 4 m L = 45 m L = 45 m Pu (ton) Pu (ton) Pu (ton) Pu (ton) Pu (ton) API 393 286 254 35 378 Statik N-SPT 326 253 295 351 354 APile 414 378 258 413 42 Dinamik WEAP 87 363 274 294 342 319 Loading Test De Beer 385 275 235 345 33 Davisson 39 285 21 33 32 Dari hasil perhitungan daya dukung aksial tiang pancang tunggal diatas dapat disimpulkan: Adanya perbedaan hasil daya dukung aksial hasil analisis menggunakan Metoda API dan Metoda N-SPT, perbedaan disebabkan karena - kedua metode memiliki perbedaan dalam hal perhitungan daya dukung pada lapisan tanah pasir. Perhitungan Daya Dukung Skin Friction: - Metode API Qs = tan δ. σv. perimeter. l - Metode N-SPT Qs = 2. N-SPT. perimeter. l Perhitungan Daya Dukung Ujung - Metode API Qe = σv. Nq. Ap - Metode N-SPT Qe = 4. N-SPTav. l/d 4. N-SPTav LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 57
- Metoda API memiliki batasan-batasan nilai unit skin friction dan unit end bearing pada lapisan pasir. Sehingga daya dukung ujung pada lapisan tanah pasir ada kalanya kurang merepresentasikan atau menunjukkan keadaan yang sebenarnya di lapangan. Adanya perbedaan yang cukup besar antara hasil perhitungan daya dukung aksial dengan menggunakan sofware APILE (Berdasarkan Metode API RP 2A) dibandingkan dengan perhitungan API secara teoritis. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan interpretasi nilai faktor α yang digunakan dalam perhitungan daya dukung skin friction pada tanah lempung. - Secara Teoritis Metoda API secara teoritis menggunakan nilai α dari grafik yang disarankan oleh API (1986) seperti pada Gambar berikut: Gambar 4.45 Hubungan antara kuat geser (Cu) dengan faktor adhesi (α ) (API, 1986) - Program APILE Program menghitung berdasarkan pada Revised API Method (1987) dimana nilai α dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: α =.5 ψ -.5 if ψ 1, α =.5 ψ -.25 if ψ 1, Dengan α 1, Dimana ψ = c u / σ untuk tiap kedalaman yang ditinjau. LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 58
Gambar 4.46 berikut menunjukkan hasil perbandingan nilai α yang digunakan pada perhitungan metoda API teoritis dan menggunakan program APILE ALPHA Depth (m).1.2.3.4.5.6.7.8.9 1 1.1 3 6 Alpha API 86 9 12 Alpha APILE 15 18 21 24 27 3 33 36 39 42 45 48 51 54 57 6 63 Gambar 4.46 Perbandingan nilai α yang digunakan Maka pada perhitungan manual nilai α konstan sesuai nilai c u yang digunakan, sedangkan pada APILE, nilai α semakin meningkat bergantung kedalaman. Hal ini menyebabkan perhitungan pada skin friction untuk tanah lempung lebih besar untuk perhitungan pada APILE. Adanya perbedaan yang masih dalam toleransi yang wajar antara hasil daya dukung aksial dari interpretasi data statik loading test menggunakan Metoda Davisson dan De Beer, perbedaan tersebut disebabkan karena konsep dasar penginterpretasian data yang memang berbeda diantara kedua metode. Hasil daya dukung ultimate dari program GRL WEAP dibandingkan dengan hasil daya dukung dari metoda statik dan static loading test menghasilkan suatu perbedaan. Hal ini dipengaruhi dari nilai final set pemancangan tiang di lapangan dan adanya LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 59
reduksi skin friction yang terjadi akibat pemancangan sebesar.6 (6 %), sehingga menyebabkan tahanan geser pada tanah berkurang. Selain itu perbedaan juga disebabkan oleh pemilihan jenis hammer, hammer cushion, helmet dan pile cushion yang kurang tepat ataupun efisien penggunaannya di kondisi tanah tertentu sehingga energi pemancangan yang dihasilkan mengalami perbedaan yang besar dengan desain rencana. LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 6
4.3 Daya Dukung Lateral Tiang Pancang Tunggal Perhitungan kapasitas lateral ultimit tiang pada kasus ini dengan menggunakan metoda Broms, sedangkan beban lateral ijin untuk nilai defleksi yang bersesuaian akan dihitung dengan perhitungan lateral dengan asumsi defleksi yang boleh terjadi maksimum 1 mm. 4.3.1 Daya Dukung Lateral Metoda Broms Metoda Broms bisa dipakai untuk menghitung daya dukung tiang dengan beban lateral baik pada tiang kaku (pendek) maupun tiang lentur (panjang). Meskipun demikian metoda Broms hanya dipakai untuk menghitung daya dukung tiang pada tanah lempung saja atau tanah pasir saja. Berikut langkah-langkah perhitungan dengan metode Broms (contoh perhitungan untuk BH 4) Metoda Broms Dengan Batasan Momen Crack dari penampang tiang a. Penentuan Parameter Tiang Diketahui tiang beton dengan mutu beton K-5, memiliki kuat tekan fc =41.5 MPa. Data data tiang pancang: - Diameter d = 6 mm - Modulus Elastisitas E = 33 MPa = 33 kn/m 2 - Lebar Tiang B =.6 m - Momen Inertia I = 1/64 π d 4 =.64 m 4 - Section Modulus Z =.183 m 3 - Momen Crack Tiang M cr = 29 kn-m - Kedalaman Tiang L = 45 m b. Penentuan Tipe Tiang Karena efek beban lateral hanya dominan pada tanah di sekitar kepala tiang dan tidak sampai ke ujung tiang, maka asumsi lapisan tanah yang berpengaruh sekitar 4 atau 5 kali diameter tiang dibawah permukaan tanah dasar. Untuk kondisi lokasi BH 4, tanah yang berpengaruh merupakan lapisan tanah pasir (loose sand) LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 61
Untuk tanah pasir (loose sand) dan terendam air tanah, pada tabel 2.4 Terzaghi memberikan nilai n h = 14 kn/m 3. Untuk tanah pasir Broms memberikan kekakuan/ tipe tiang dengan persamaan: T = 5 EI η h 33.64 maka : T = 5 = 2. 677 m 14 L T = 45 = 16.8 2.677 L Broms memberikan penentuan tipe tiang jika nilai 4 T (Tiang Panjang) c. Perhitungan Daya Dukung Lateral Ultimate Tanah pasir Kp = tan 2 (45 + θ/2) = tan 2 (45 +3/2) = 3 Rata rata γ = 6.767 kn/m 3 M 29 = 4 4 K B γ 3.(.6).6.767 p u = 11.23 Dengan kondisi tiang terjepit (fixed head, e = ), dengan memasukkan nilai grafik Broms berikut: M u K B 4 γ pada p Gambar 4.47 Tahanan tanah lateral ultimit untuk tiang panjang pada tanah pasir dihubungkan dengan tahanan momen ultimit tiang (Broms,1964) LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 62
H u Didapat = 77.5, maka H u = 339.82 kn, 3 K B γ p c. Perhitungan Momen Maksimum f H 339.82 =.82 =.82 = 4.33 m γbk 6.767.6 3 p 2 M u = H u ( e +.67 f ) = 986. 15 knm M u = 493. 7 knm d. Perhitungan Defleksi.93H.93 339.82 y = = =.315 m = 3 / 5 3 / 5 η 2 / 5 ( EI) h ( EI ) 2 / 5 ( 14) 31.5 mm Metoda Broms Dengan Batasan Nilai Defleksi Ijin Asumsi defleksi yang boleh terjadi di kepala tiang maksimum 1 mm. y = 3 / 5 η h.93h 2 / 5 ( EI ) H = y η 3 / 5 h.93 ( EI ) 2 / 5 5.1 ( 14) 3 / ( EI ) =.93 2 / 5 = 17.9 kn f H 17.9 =.82 =.82 = 2.44 m γbk 6.767.6 3 p 2 M u = H u ( e +.67 f ) = 313. 25 knm M u = 156. 63 knm LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 63
Ringkasan hasil perhitungan daya dukung lateral dengan metode Broms untuk tiap lokasi adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Resume Daya Dukung Lateral Metoda Broms Dengan Batasan Momen Crack Tiang / BH Daya Dukung Lateral Momen Momen Crack Defleksi H ult (kn) M (knm) M cr (knm) y (mm) BH 4 339.82 493.7 29 31.5 BH 5 333.9 483.31 29 3.86 BH 16 274.1 373.9 125 18.8 BH 21 332.42 496.14 29 3.8 BH 22 332.4 496.1 29 3.79 Tabel 4.21 Resume Daya Dukung Lateral Metoda Broms Dengan Batasan Defleksi Tiang / BH Daya Dukung Lateral Momen Momen Crack Defleksi H ult (kn) M (knm) M cr (knm) y (mm) BH 4 17.9 88.27 29 1 BH 5 17.9 89.16 29 1 BH 16 146.2 145.68 125 1 BH 21 17.9 91.81 29 1 BH 22 17.9 91.79 29 1 LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 64
4.3.2 Daya Dukung Lateral Dengan Menggunakan Software LPILE 4.3.2.1 Input Program LPILE Dalam menentukan kapasitas daya dukung lateral yang terjadi diperlukan input data yang akan digunakan dalam analisis menggunakan software LPILE sebagai berikut, (menggunakan contoh perhitungan untuk lokasi BH 4) : a. Properties Tiang - Diameter tiang = 6 mm - Kedalaman Tiang = 45 m - Momen Inersia Tiang =.64 m 4 - Area =.28 m 2 - Modulus Elastisitas = 33 MPa Gambar 4.48 Input Properties Tiang pada LPILE b. Tipe Pembebanan - Static Loading Gambar 4.49 Input Tipe Pembebanan Tiang pada LPILE LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 65
c. Data Tanah - Data tanah yang dimasukkan sama dengan data tanah yang digunakan dalam perhitungan teoritis sebelumnya. Gambar 4.5 Input Data Tanah pada LPILE d. Kondisi Batas Dan Pembebanan (Boundary Conditions) - Dalam tugas akhir ini akan digunakan kondisi batas dimana tiang asumsi dalam kondisi jepit (karena adanya pilecap), tekanan lateral bekerja pada ujung kepala tiang serta defleksi dibatasi 1 mm dan menggunakan batas momen crack penampang tiang. LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 66
Gambar 4.51 Kondisi Batas pada LPILE 4.3.2.2 Output Program LPILE Setelah semua input data yang diperlukan dimasukkan, kemudian dilakukan run software untuk menghasilkan output daya dukung yang ingin dicapai. Gambar 4.52 Hasil Output Shear Force Vs Kedalaman (m) LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 67
Gambar 4.53 Hasil Output Bending Moment Vs Kedalaman (m) Gambar 4.54 Hasil Output Lateral Deflection Vs Kedalaman (m) LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 68
Gambar 4.55 Hasil Output Lateral Load Vs Pile Head Deflection Gambar 4.56 Hasil Output Lateral Load Vs Maximum Bending Moment LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 69
Resume dari tampilan output LPILE untuk masing masing tiang yang dianalisis dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.22 Hasil Resume Output Program LPILE Dengan Batasan Momen Crack Tiang Tiang / BH Daya Dukung Lateral Momen Crack Defleksi H ult (kn) M cr (knm) y (mm) BH 4 59.48 29 1 BH 5 62.53 29 1 BH 16 41.96 125 1 BH 21 57.84 29 1 BH 22 61.99 29 1 Tabel 4.23 Resume Output Program LPILE Dengan Batasan Defleksi Tiang / BH Daya Dukung Lateral Momen Momen Crack Defleksi H ult (kn) M (knm) M cr (knm) y (mm) BH 4 14.35 33.77 29 1 BH 5 14.71 333.15 29 1 BH 16 116.15 2.19 125 1 BH 21 121.2 289.63 29 1 BH 22 133.52 314.9 29 1 LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 7
4.3.3 Analisis Perbandingan Daya Dukung Lateral Tabel 4.24 Perbandingan Daya Dukung Lateral Dengan Batasan Momen Crack Tiang Tiang / BH Broms LPILE H all (kn) M (kn-m) H all (kn) M crack (kn-m) BH 4 (d=.6 m, L=45 m) 339.82 493.7 59.48 29 BH 5 (d =.6 m, L=49 m) 333.9 483.31 62.53 29 BH 16 (d=.45 m, L=4 m) 274.1 373.9 41.96 125 BH 21 (d=.6 m, L=45 m) 332.42 496.14 57.84 29 BH 22 (d=.6 m, L=45 m) 332.4 496.1 61.99 29 Tabel 4.25 Perbandingan Daya Dukung Lateral Dengan Batasan Defleksi Tiang / BH Broms LPILE H all (kn) M (kn-m) H all (kn) M (kn-m) M crack (kn-m) Defleksi (mm) BH 4 (d=.6 m, L=45 m) 17.9 88.27 14.35 33.77 29 1 BH 5 (d =.6 m, L=49 m) 17.9 89.16 14.71 333.15 29 1 BH 16 (d=.45 m, L=4 m) 146.2 145.68 116.15 2.19 125 1 BH 21 (d=.6 m, L=45 m) 17.9 91.81 121.2 289.63 29 1 BH 22 (d=.6 m, L=45 m) 17.9 91.79 133.52 314.9 29 1 Dari hasil perhitungan daya dukung lateral diatas dapat disimpulkan: Hasil perhitungan momen akibat beban lateral yang dihasilkan dari metoda Broms memiliki perbedaan dengan hasil LPILE: - Hasil perhitungan lateral metode Broms menghasilkan momen yang lebih besar daripada batas momen crack tiang karena hasil yang didapat berupa momen ultimate, sehingga daya dukung lateral metode Broms harus disesuaikan kembali dengan momen crack tiang. - Perhitungan lateral metode Broms dengan menggunakan batasan defleksi didapat momen maksimum kurang dari momen crack, sedangkan program LPILE dengan menggunakan batas defleksi mendapatkan hasil momen yang lebih besar dari momen crack, karena hasil output momen maksimum pada tiang. LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 71
- Broms hanya dapat memperhitungkan daya dukung untuk kondisi tanah lempung saja atau pasir saja, sedangkan LPILE dapat memperhitungkan kondisi tanah dengan sistem layer. LAPORAN TUGAS AKHIR Hal. IV - 72