I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

I. PENDAHULUAN. Ujian nasional merupakan salah satu bagian penting dari proses pendidikan di

I. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam tinjauan pustaka akan diuraikan lebih jelas tentang: a) kecemasan yang meliputi:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

2013 EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN

BAB I PENDAHULUAN. membentuk manusia yang berkualitas, berkompeten, dan bertanggung jawab

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

BAB IV HASL PENELITIAN DAN PEMBAHASN. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan diperoleh gambaran kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan nasional tidak terlepas dari proses pembelajaran di

Oleh :Mustika Makalalag

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu

METODOLOGI PENELITIAN. Dilihat dari kualifikasinya, maka penelitian ini berfungsi sebagai penelitian

1. PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional, salah satu isinya

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 WERU TAHUN PELAJARAN 2017/2018

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada faktor-faktor penyebab stress yang semakin meningkat.

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan disertai berbagai keluhan fisik. Atkinson (2001) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian pendidikan dijelaskan menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia biasanya dilaksanakan di tingkat SMP dan SMA. Bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Bimbingan Dan Konseling.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

Nurul Hidayati Nafi ah dan Salmah Lilik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mutu pendidikan yang rendah merupakan problem besar yang melanda dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diajarkan di universitas khususnya Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyelesaikan pendidikan di sekolah. Ketentuan ini mengacu pada Undang-

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DALAM BELAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA. Supri Yanti 1), Erlamsyah 2), Zikra 3)

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tinggi memiliki tujuan yaitu menyiapkan peserta didik menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kontribusi yang sangat besar pada masyarakat (Reni Akbar

1. PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 mencantumkan bahwa siswa

BAB I PENDAHULUAN. ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas (Armasari et al, 2012)

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dan ilmu pengetahuan berperan penting dan meningkatkan mutu

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi hantu yang menakutkan

HUBUNGAN KECEMASAN DAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompetensi Bidan. melaksanakan tugas dan peran dengan mengintegrasikan pengetahuan,

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

I. PENDAHULUAN. Pembahasan pada bab pendahuluan ini akan disampaikan beberapa hal pokok

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda,

BAB II LANDASAN TEORI. A. Subjek Penelitian. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata lain adolecere (kata

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji dari penyelenggaraan

I. PENDAHULUAN. Faktor utama dalam menempuh hidup yang lebih baik adalah dengan. melaksanakan pembangunan berdasarkan iman dan takwa.

BAB I PENDAHULUAN. Kecemasan adalah reaksi normal terhadap situasi tertentu. Semua orang pernah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu karya ilmiah yaitu skripsi (Hidayat, 2008).

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, sebutan UN atau Ujian Nasional sudah tidak asing

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang sisdiknas

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah satunya, rasa ini timbul akibat perasaan terancam terhadap suatu hal yang bisa jadi belum begitu jelas. Hal senada yg diungkapkan Nevid (2003:163), Kecemasan merupakan suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Kecemasan dapat terjadi terhadap siapapun, kapanpun dan dimanapun, tak terkecuali remaja yang menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Penyebab terjadinya kecemasan tergantung situasi dan kondisinya, antara lain di sekolah, misalnya terlalu tingginya target kurikulum, iklim pembelajaran yang tidak kondusif, padatnya pemberian tugas, kurang bersahabatnya sikap dan perlakuan guru, penerapan disiplin sekolah yang ketat, kurang nyamannya iklim sekolah, serta sarana dan prasarana belajar yang sangat terbatas juga merupakan faktor pemicu terbentuknya kecemasan pada siswa yang bersumber dari faktor manajemen sekolah (Sudrajat dalam Resminingsih & Astuti, 2010:19). Faktor lainnya yang dapat menimbulkan kecemasan pada diri siswa adalah perasaan khawatir berkaitan penyelesaian tugas. Hal ini biasanya terjadi saat siswa akan menghadapi evaluasi pembelajaran di sekolah baik itu saat ulangan harian, ujian tengah semester (UTS), ujian akhir

semester (UAS), dan ujian nasional (UN). Siswa merasa sulit menjawab soal, takut salah memilih jawaban, khawatir nilai yang diperoleh rendaah dan mengharuskn siswa mengikuti remedy. Hasil penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara kecemasan dan tes atau ujian yang dilaksanakan oleh siswa. Penelitian oleh Hill (Hasan, C.D.,2012) melibatkan 10.000 ribu siswa sekolah dasar dan menengah di Amerika menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang mengikuti tes gagal menunjukkan kemampuan mereka yang sebenarnya disebabkan oleh situasi dan suasana tes yang membuat mereka cemas. Sebaliknya, para siswa ini memperlihatkan hasil yang lebih baik jika berada pada kondisi yang lebih optimal, dalam arti unsur-unsur yang membuat siswa berada dibawah tekanan dikurangi atau dihilangkan sama sekali.ini menunjukkan bahwa sebenarnya para siswa tersebut menguasai materi yang diujikan tapi gagal memperlihatkan kemampuan mereka yang sebenarnya karena kecemasan yang melanda mereka saat menghadapi tes. Kecemasan bisa menjadi penghambat dalam proses belajar mengajar. Sieber (dalam Sudrajat, 2012) menyatakan kecemasan dalam ujian merupakan faktor penghambat dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi psikologis seseorang, seperti dalam berkonsentrasi, mengingat, takut gagal, pembentukan konsep dan pemecahan masalah. Pada tingkat kronis dan akut, gejala kecemasan dapat berbentuk gangguan fisik (somatik), seperti gangguan pada saluran pencernaan, sering buang air, gangguan jantung, sesak di dada, gemetaran bahkan pingsan.

Menurut Casbarro, J (dalam Tresna, 2011:33) menyebutkan bahwa: manifestasi kecemasan ujian terwujud sebagai kolaborasi dan perpaduan tiga aspek yang tidak terkendali dalam diri individu, yaitu: (a) Manifestasi kognitif, yang terwujud dalam bentuk ketegangan pikiran siswa, sehingga membuat siswa sulit konsentrasi, kebingungan dalam menjawab soal dan mengalami mental blocking, (b) Manifestasi Afektif, yang diwujudkan dalam perasaan yang tidak menyenangkan seperti khawatir, takut dan gelisah yang berlebihan (c) Perilaku motorik yang tidak terkendali, yang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti gemetar Mengingat dampak yang ditimbulkan kecemasan menghadapi ujian beragam, maka perlu diadakan upaya untuk mengurangi kondisi tersebut dengan menggunakan layanan konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan salah satu layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan secara berkelompok. Selama prosesnya, anggota dalam kelompok tersebut dapat membantu mengatasi masalah anggota lainnya, sehingga terjadi proses saling memberi dan menerima. Menurut Latipun (2005:147), konseling kelompok (group counseling) merupakan salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberikan umpan balik (feedback) dan pengalaman belajar. Wibowo (2005:33) mengungkapkan, kegiatan konseling kelompok merupakan hubungan antar pribadi yang menekankan pada proses berpikir secara sadar, perasaan-perasaan dan perilaku-perilaku anggota untuk meningkatkan kesadaran akan pertumbuhan dan perkembangan individu yang sehat. Lebih jauh pendapat tersebut diperkuat Gibson dan Mitchell (dalam Latipun : 2005:152) bahwa konseling kelompok berfokus pada usaha membantu konseli dalam melakukan perubahan dengan menaruh perhatian pada perkembangan dan penyesuaian sehari-hari,

misalnya modifikasi tingkah laku, pengembangan ketrampilan hubungan personal, nilai, sikap atau membuat keputusan karier Menurut Hansen (dalam Wibowo, 2005:305) tujuan konseling kelompok adalah sebagai berikut : 1. Memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhan siswa berkaitan dengan pribadi, sosial, belajar dan karir. 2. Membantu menghilangkan titik-titik lemah yang dapat mengganggu siswa berkaitan dengan pribadi, sosial, belajar dan karir. 3. Membantu mempercepat dan memperlancar penyelesaian masalah yang dihadapi siswa berkaitan dengan pribadi, sosial, belajar dan karir. Uraian diatas memberikan gambaran bahwa konseling kelompok dapat membantu siswa dalam meningkatkan dan membantu perkembangan individu menuju individu yang sehat, membantu siswa agar dapat mengembangkan kemampuan secara optimal salah satunya adalah dengan menurunkan kecemasan yang dirasakan siswa menghadapi ujian. Berdasarkan uraian diatas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dalam upaya menurunkan kecemasan siswa menghadapi ujian dengan penggunaan layanan konseling kelompok. Siswa perlu diyakinkan bahwa mereka mampu menghadapi ujian tanpa harus khawatir dengan gangguan kecemasan yang dialami, salah satu cara menurunkan kecemasan dengan layanan konseling kelompok. Penelitian dilakukan penulis pada kelas VIII di SMP Negeri 5 Bandar Lampung yang merupakan rintisan sekolah bertaraf internasional. Informasi diperoleh berdasarkan hasil penghitungan skala kecemasan yang disebar di empat kelas berjumlah 115 siswa, diperkuat

melalui wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling, wali kelas bahwa terdapat siswa yang mengalami kecemasan ketika akan melaksanakan Ujian Akhir Semester (UAS), yang menunjukkan gejala dari kecemasan, seperti, kurang berkonsentrasi saat belajar, nilai ulangan harian yang rendah, merasa gugup ketika guru menunjuk mereka untuk mengerjakan soal latihan di depan kelas, merasa cemas menghadapi ujian, merasa takut apabila mereka tidak naik kelas, merasa khawatir jika hasil ujiannya tidak memuasakan sehingga harus remedial sehingga timbul rasa malu. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Ada siswa yang gugup saat tes akan dimulai. 2. Ada siswa yang khawatir jika hasil ujian tidak memuaskan, nilainya lebih buruk dari siswa yang lain. 3. Ada siswa yang mengalami ketakutan apabila nilai yang didapat tidak mencapai standar yang telah ditetapkan sehingga harus mengikuti remedial. 4. Ada siswa yang merasa malu jika harus mengikuti remedial. 5. Ada siswa yang kurang berkonsentrasi saat belajar di dalam kelas. 3. Pembatasan Masalah Memperjelas arah dalam penelitian ini, selain karena keterbatasan kemampuan penulis serta keterbatasan waktu, maka masalah dalam penelitian adalah upaya menurunkan kecemasan

menghadapi ujian akhir semester (UAS) menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajarn 2012-2013. 4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah siswa yang mengalami kecemasan. Adapun permasalahannya adalah Apakah kecemasan menghadapi ujian akhir semester (UAS) dapat diturunkan menggunakan layanan konseling kelompok?. B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan tingkat kecemasan siswa menghadapi ujian dengan menggunakan layanan konseling kelompok. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Kegunaan Teoritis Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan layanan konseling kelompok untuk menurunkan kecemasan siswa menghadapi ujian. 2. Kegunaan Praktis Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh guru Bimbingan Konseling melaksanakan layanan konseling kelompok untuk menurunkan kecemasan siswa menghadapi ujian. Selain itu, penelitian ini dapat membantu siswa supaya mampu mengatasi kecemasannya dengan wajar.

C. Kerangka Pemikiran Penelitian ini menjelaskan tentang kecemasan menghadap ujiian Secara garis besar. kecemasan adalah keadaan khawatir akan masa depan atau akan terjadi sesuatu yang tidak diharapkan ataupun adanya pertentangan dalam diri. Menurut Sieber et.al (dalam Endang dan Resminingsih, 2010:19) Kecemasan dianggap sebagai salah satu faktor penghambat dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif seseorang, seperti dalam berkonsetrasi, mengingat, pembentukan konsep dan pemecahan masalah. Pada tingkat kronis dan akut, gejala kecemasan dapat berbentuk gangguang fisik (somatic), seperti gangguan pada saluran pencernaan, sering buang air, sakit kepala, gangguan jantung, sesak didada, gemetaran, bahkan pingsan. Pembelajaran kurang efektif jika terdapat penghambat yang menghalanginya, salah satunya adalah kecemasan. Selaras yang disampaikan oleh Tresna (2011) kesulitan dan rendahnya prestasi belajar merupakan salah satu factor yang menjadi sorotan dunia pendidikan. Salah satu penyebab kesulitan dan rendahnya prestasi belajar adalah kecemasan. Umumnya, siswa mengalami kecemasan ketika dihadapkan pada pelajaran yang dianggap sulit, berorientasi untuk mendapatkan nilai yang tinggi, guru tegas dalam mengajar serta cemas menghadapi ujian. Siswa yang mengalami kesulitan belajar, akan sukar dalam menyerap mata pelajaran yang disampaikan guru sehingga ia akan malas dalam belajar sehingga tidak mampu menguasai materi, menghindari pelajaran, mengabaikan tugas-tugas yang diberikan, penurunan nilai belajar dan prestasi nilai belajar rendah Penelitian Hill membuktikan bahwa kecemasan dapat menjadi faktor penghambat dalam belajar. Penelitian ini melibatkan 10.000 ribu siswa sekolah dasar dan menengah di Amerika

menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang mengikuti tes gagal menunjukkan kemampuan mereka yang sebenarnya disebabkan oleh situasi dan suasana tes yang membuat mereka cemas. Sebaliknya, para siswa ini memperlihatkan hasil yang lebih baik jika berada pada kondisi yang lebih optimal, dalam arti unsur-unsur yang membuat siswa berada dibawah tekanan dikurangi atau dihilangkan sama sekali. Ini menunjukkan bahwa sebenarnya para siswa tersebut menguasai materi yang diujikan tapi gagal memperlihatkan kemampuan mereka yang sebenarnya karena kecemasan yang melanda mereka saat menghadapi tes (Hasan, C.D.,2012) Kecemasan pada diri siswa terwujud dalam perpaduan reaksi yang terjadi baik dari fisik, afektif, serta motoriknya. Menurut Casbarro, J (dalam Tresna, 2011:33) menyebutkan bahwa manifestasi kecemasan ujian terwujud sebagai kolaborasi dan perpaduan tiga aspek yang tidak terkendali dalam diri individu, yaitu: (a) Manifestasi kognitif, yang terwujud dalam bentuk ketegangan pikiran siswa, sehingga membuat siswa sulit konsentrasi, kebingungan dalam menjawab soal dan mengalami mental blocking, (b) Manifestasi Afektif, yang diwujudkan dalam perasaan yang tidak menyenangkan seperti khawatir, takut dan gelisah yang berlebihan (c) Perilaku motorik yang tidak terkendali, yang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti gemetar. Berdasarkan teori dari beberapa ahli diatas penulis menyimpulkan kecemasan adalah kekhawatiran yang muncul akibat sesuatu yang tidak diharapkan. Jadi berbagai macam bentuk

kecemasan itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap rasa cemas tersebut. Kecemasan menghadapi ujian yang timbul dari manifestasi kognitif, afektif perilaku motorik pada siswa sebaiknya perlu mendapat penanganan khusus. Pada penelitian ini penulis menggunakan layanan konseling kelompok sebagai perlakuan yang diberikan untuk menurunkan kecemasan menghadap ujian. Menurut Hansen ( Wibowo, 2005:305) tujuan konseling kelompok adalah sebagai berikut : 1. Memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhan siswa berkaitan dengan pribadi, sosial, belajar dan karir. 2. Membantu menghilangkan titik-titik lemah yang dapat mengganggu siswa berkaitan dengan pribadi, sosial, belajar dan karir. 3. Membantu mempercepat dan memperlancar penyelesaian masalah yang dihadapi siswa berkaitan dengan pribadi, sosial, belajar dan karier. Konseling kelompok ini diselenggarakan dalam kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjadi didalam kelompok itu. Pelaksanaan konseling kelompok nantinya diharapkan dapat membantu dalam upaya untuk membantu siswa menurunkan kecemasan yang dialami. Proses konseling menitikberatkan bagaimana peserta kelompok dapat menurunkan sekaligus mengelola kecemasan. Berdasarkan uraian tersebut, maka timbul kerangka pikir dari penelitian ini. Jika siswa mampu menurunkan tingkat kecemasan melalui layanan konseling kelompok, maka siswa mampu menghadapi ujian dengan baik..berikut adalah kerangka pikir dari penelitian ini. Tingkat Kecemasan Tinggi Layanan Konseling Kelompok, Tingkat Kecemasan Rendah

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Gambar 1 memperlihatkan bahwa pada siswa yang mengalami kecemasan tinggi, dalam rentang waktu tertentu diberikan perlakuan menggunakan layanan konseling kelompok dengan tujuan menurunkan tingkat kecemasan siswa sehingga diharapkan setelah diberi perlakuan tersebut, maka siswa akan lebih siap menghadapi ujian. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah dugaan-dugaan sementara mengenai keadaan populasi dilapangan yang akan diuji kebenarannya. Menurut Sugiyono (2011:96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat perrtanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Agar penelitian ini terarah, dengan demikian diperlukan adanya hipotesis, adapun hipotesis penelitian ini adalah tingginya tingkat kecemasan siswa menghadapi ujian dapat diturunkan melalui layanan konseling kelompok. Sedangkan, hipotesis statistik yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Ho Kecemasan siswa dalam menghadapi ujian tidak dapat diturunkan dengan menggunakan layanan konseling kelompok. Ha Kecemasan siswa dalam menghadapi ujian dapat diturunkan dengan menggunakan layanan konseling kelompok.