I. PENDAHULUAN. Salah satu masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak dibicarakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, pemerintah maupun pihak yang berhubungan langsung dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku, hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB I PENDAHULUAN. SD sampai dengan SMP. SD merupakan awal proses peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan. pendidikan, karena pendidikan berperan penting dalam meningkatkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses penyampaian pelajaran dibutuhkan pendekatan-pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan karya bersama yang berlangsung dalam. suatu pola kehidupan insan tertentu serta pendidikan merupakan tuntutan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan yang terus-menerus dan bersifat fleksibel, yaitu pendidikan harus

I. PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan fungsi pendidikan nasional peran guru menjadi kunci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

I. PENDAHULUAN. Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe. STAD (Student Team Achievement Divisions) Terhadap Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Guru tidak hanya sebagai pengajar tapi juga fasilitator yang membimbing dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pengajarannya, oleh karena itu setiap pengajar menginginkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang kompleks dan mengandung

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, yang mana praktik-praktik pembelajaran di lapangan cenderung

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sasaran utama pendidikan di SD adalah memberikan bekal secara maksimal tiga kemampuan dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan proses belajar mengajar di sekolah, keberhasilan adalah hal utama yang diupayakan oleh

2013 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIFAT BAHAN DAN KEGUNAANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. sehingga materi yang disampaikan oleh guru kurang diserap oleh siswa.

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

I. PENDAHULUAN. untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru,

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. pasal 25 ayat 1 menyatakan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLP) dan Pendidikan Menengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam paradigma baru saat ini pelajaran PKn memusatkan perhatian

I. PENDAHULUAN. disusun oleh satuan pendidikan. Dengan mengacu kepada Standar Isi dan

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan sekelompok orang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. perilaku dari tidak tahu menjadi tahu yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Universitas Sebelas Maret Surakarta. *Korespondensi, telp: , ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Hal ini berhungan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia, karena dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seorang guru tidak hanya dituntut berdiri di depan kelas untuk berceramah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. (Wahidmuri 2010:15). Dengan pendidikan yang baik dan berkualitas diharapkan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak dibicarakan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar, khususnya siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Masalah lain dalam bidang pendidikan di Indonesia yang juga banyak dibicarakan adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi oleh guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai obyek didik. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai mata pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berfikir holistik (menyeluruh), kreatif, obyektif dan logis, belum memanfaatkan quantum learning sebagai salah satu paradigma menarik dalam pembelajaran, serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual. Demikian juga proses pendidikan kita, umumnya belum menerapkan pembelajaran sampai anak menguasai materi pembelajaran secara tuntas. Akibatnya, tidak aneh bila banyak siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak heran pula kalau mutu pendidikan secara nasional masih rendah. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk ilmu geografi, telah menciptakan pemilihan materi, metode dan media pembelajaran, serta sistem pengajaran yang tepat. Guru selalu dituntut berinovasi dan memperbaiki proses belajar dan pembelajaran kelas yang selama ini telah dilakukan. Proses belajar mengajar harus dikelola dengan baik, maka akan menghasilkan pembelajaran yang bermakna (meaning full learning), dan bukan sekedar pembelajaran yang hafalan saja (rote learning). Untuk mencapai suatu pembelajaran

yang bermakna (meaning learning), salah satu pendekatan kontruktivisme memulai pelajaran dari apa yang diketahui siswa. Untuk menjadikan suatu pembelajaran yang bermakna maka dalam suatu pembelajaran dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model belajar kooperatif salah satunya adalah belajar kooperatif model STAD (Student Teams Achievement Divisions). Belajar kooperatif model STAD mempunyai ciri, yakni belajar dilakukan melalui belajar kelompok, guru menyajikan informasi akademik baru kepada siswa, siswa dalam kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok harus heterogen, yakni terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, dan memiliki kemampuan yang tinggi, sedang, dan rendah (Slavin, 1995: 144). Model pembelajaran STAD dikembangkan untuk membuat pelajaran menjadi suatu proses yang aktif bukan pasif. Model pembelajaran ini diberikan agar siswa mampu melakukan observasi sendiri, mampu menganalisis sendiri, dan mampu berfikir sendiri. Siswa bukan hanya mampu menghafal dan meniru pendapat orang lain, juga untuk merangsang agar berani dan mampu menyatakan dirinya secara aktif, bukan hanya pendengar yang pasif terhadap segala suatu yang dikatakan guru. Belajar kooperatif ditandai dengan adanya tugas bersama bagi siswa, yang kemudian diterjemahkan menjadi tujuan yang harus dicapai kelompok. Kelompok yang efektif ditandai dengan suasana yang hangat dan produktivitas yang tinggi dalam pemenuhan tugas-tugas, tanpa adanya kelompok yang dikorbankan dan ditonjolkan. Dalam pembelajaran geografi di SMA banyak pokok bahasan yang menuntut siswa melaksanakan analisis. Pembelajaran Geografi berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) harus sesuai dengan karakteristik konsep geografi yang menekankan pada pemahaman konsep. Dalam kurikulum ini disebutkan adanya standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Standar kompetensi ini dituangkan dalam kompetensi dasar.

Pencapaian kompetensi dasar tersebut dapat dikembangkan melalui pemilihan metode pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Pembelajaran geografi juga perlu menggunakan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembentukan konsep sehingga dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar. Metode STAD (Student Team-Achievement Divisions) sebagai contoh metode pembelajaran kooperatif terlihat efektif jika digunakan pada pokok bahasan yang memerlukan pemahaman konsep. Dengan metode STAD ini, siswa dapat saling bantu membantu dalam kelompoknya dalam menguasai konsep pada materi tersebut. Disisi lain, metode pembelajaran STAD ini merupakan metode pembelajaran kooperatif yang kegiatan kelompoknya lebih mudah dikendalikan dan diawasi. Keberhasilan proses pembelajaran selain dipengaruhi oleh metode mengajar, dipengaruhi pula oleh aktivitas belajar siswa. Pada kegiatan itu siswa diarahkan pada latihan menyelesaikan masalah, sehingga akan mampu mengambil keputusan karena telah memiliki ketrampilan di dalam mengumpulkan informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil belajar yang diperolehnya. Keaktifan siswa merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan belajar. Hal ini mengingat bahwa kegiatan pembelajaran diadakan dalam rangka memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Jika siswa aktif dalam kegiatan tersebut kemungkinan besar akan dapat mengambil manfaat dari pengalaman tersebut dan memilikinya. Mengingat pentingnya aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, guru diharapkan dapat menciptakan situasi pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas belajar siswa, sedangkan siswa itu sendiri hendaknya dapat memotivasi dirinya sendiri untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru dapat menciptakan situasi belajar seperti ini dengan

menggunakan pendekatan yang mengarah pada aktivitas siswa Melalui pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa sehingga kemungkinan besar prestasi belajar yang dicapai siswa akan memuaskan. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa di M.A. Ma arif Sukoharjo kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, sedangkan pada kurikulum KTSP menekankan pada pencapaian kompetensi dasar. Pencapaian kompetensi dasar dapat dikembangkan melalui pemilihan metode. Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode kooperatif. Salah satu metode kooperatif adalah metode STAD (Student Team-Achievement Division). Pemilihan metode STAD dirasa sangat kondusif bagi siswa M.A. Ma arif Sukoharjo. Hal ini menunjukkan bahwa siswa-siswinya masih individual, kerjasama antar siswa dalam belajar masih kurang sehingga perlu ditumbuhkan sikap kerjasama antar kelompok siswa karena dalam belajar kelompok jika ada seorang siswa yang belum memahami materi, maka teman sekelompoknya bertanggungjawab untuk menjelaskannya. Dengan penggunaan metode kooperatif tipe STAD ini diharapkan dapat menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik. Berdasarkan pengamatan pendahuluan di kelas dan dari hasil wawancara dengan guru geografi di M.A. Ma arif Sukoharjo, dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut bahwa dalam perencanaan pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran geografi (siswa sebagai pendengar yang pasif), kurangnya pemanfaatan media pembelajaran elektronik di ruang multi media yang telah tersedia, kurang lengkapnya fasilitas alat dan bahan pembelajaran geografi, kondisi siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pelajaran geografi, serta banyak siswa yang masih sulit memahami materi pembelajaran, sehingga berakibat rendahnya prestasi belajar geografi.

Selain hal-hal tersebut di atas, dapat pula disimpulkan beberapa permasalahan yaitu kurangnya motivasi terhadap siswa, rendahnya minat siswa terhadap pelajaran geografi, pemilihan pendekatan oleh guru terhadap siswa yang kurang tepat, guru kurang menarik / kurang perhatian terhadap siswa, keadaan sekolah yang kurang nyaman / kondusif, sistem evaluasi masih sederhana, serta perencanaan pembelajaran masih sederhana. Hal ini dapat dilihat dari data hasil ulangan harian semester ganjil kelas XI.1 di M.A. Ma arif Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 pada tabel berikut. Tabel 1.1 Daftar Nilai Hasil Ulangan Harian 1 Mata Pelajaran Geografi Semester Ganjil Siswa Kelas XI.1 di M.A. Ma arif Sukoharjo Pringsewu Tahun ajaran 2011/2012 No. Nama Siswa KKM Nilai 1 Agung Saputro 67 54 2 Ahmad Miftahudin 67 40 3 Ahmad Sarifudin Badowi 67 62 4 Binti Zakiyatul Maryam 67 40 5 Dedi Kurniawan 67 34 6 Eko Suranto 67 30 7 Erma Seviana 67 66 8 Eti Nurdianti 67 54 9 Evi Lugitasari 67 54 10 Hanif Sulaiman 67 54 11 Lusi Puspitasari 67 42 12 M. Fajarudin 67 28 13 M. Syahrul Munir 67 38 14 M. Ulin Nuha 67 64 15 Milatul Fatimah 67 44 16 Nunung Muzdalifah 67 36 17 Nur Hamidah 67 38 18 Priyo Riyanto Utomo 67 40

19 Rasmiati 67 44 20 Riska Ristiani 67 48 21 Siti Mahmudah 67 60 22 Siti Nurjanah 67 48 23 Siti Nurkhotimah 67 60 24 Siti Rohimah 67 72 25 Sahrul Muharom Fadli 67 44 Jumlah 1194 Rata-rata 47,76 Sumber: dokumen guru bidang studi geografi di M.A. Ma arif Sukoharjo. Tabel di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar geografi pada siswa kelas XI.1 tersebut masih rendah. Hal ini terlihat dari nilai hasil ujian semester ganjil, sebanyak 25 siswa yang mengikuti ujian semester, hanya seorang yang tuntas, sedangkan sisanya sebanyak 24 siswa atau 96 % dinyatakan belum tuntas. Nilai rata-rata kelas juga belum mencapai mencapai KKM yaitu 47,76. Dalam penelitian ini kelas yang digunakan sebagai tindakan kelas adalah kelas XI.1 M.A. Ma arif Sukoharjo Pringsewu Tahun Ajaran 2011/2012. Kondisi siswa kelas XI.1 M.A. Ma arif Sukoharjo Pringsewu adalah siswa yang kurang aktif, khususnya dalam mengikuti mata pelajaran geografi. Salah satu cara yang tepat untuk mengajak siswa agar lebih aktif adalah dengan siswa menerapkan pengetahuannya, belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dengan teman-temannya, mempunyai keberanian menyampaikan ide atau gagasan, dan mempunyai tanggung jawab terhadap tugasnya. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pelajaran Geografi Kelas XI.1 M.A. Ma arif Sukoharjo Pringsewu Tahun Ajaran 2011/2012.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 1. rendahnya prestasi belajar siswa, 2. siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, 3. metode mengajar guru kurang variatif, 4. kurangnya motivasi terhadap siswa, 5. rendahnya minat siswa terhadap pelajaran geografi, 6. sarana pembelajaran yang kurang lengkap, 7. pemilihan pendekatan oleh guru terhadap siswa yang kurang tepat, 8. guru kurang menarik / kurang perhatian terhadap siswa, 9. keadaan sekolah yang kurang nyaman / kondusif, 10. sistem evaluasi yang sederhana, dan 11. perencanaan pembelajaran masih sederhana. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka perlu untuk membatasi permasalahan penelitian ini pada: 1. perencanaan pembelajaran masih sederhana, 2. siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, 3. sistem evaluasi yang sederhana, 4. rendahnya prestasi belajar siswa. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka dapat disusun perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe STAD agar dapat memperbaiki perencanaan pembelajaran yang masih sederhana? 2. Bagaimana proses pembelajaran kooperatif tipe STAD agar dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas XI.1 M.A. Ma arif Sukoharjo Pringsewu Tahun Ajaran 2011/2012? 3. Bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe STAD agar dapat memperbaharui sistem evaluasi yang sederhana? 4. Bagaimana proses pembelajaran kooperatif tipe STAD agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI.1 M.A. Ma arif Sukoharjo Pringsewu Tahun Ajaran 2011/2012?

E. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki: 1. perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 3. sistem evaluasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 4. peningkatan prestasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa: membantu siswa dalam memahami materi sehingga meningkatkan prestasi belajarnya. 2. Bagi Guru: membantu guru menemukan variasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang tepat untuk diterapkan di kelas. 3. Bagi Sekolah: menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan pembelajaran geografi di sekolah serta kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran yang lain. 4. Bagi Peneliti: menerapkan ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah serta sebagai syarat wisuda S1. G. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ruang lingkup subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI.1 M.A. Ma arif Sukoharjo Pringsewu Tahun Ajaran 2011/2012. 2. Ruang lingkup obyek dalam penelitian ini adalah penggunaan metode STAD untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. 3. Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini adalah semester genap tahun ajaran 2011/2012. 4. Ruang lingkup tempat dalam penelitian ini adalah M.A. Ma arif Sukoharjo Pringsewu. 5. Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Sebagaimana dikemukakan oleh Daldjoeni

(1997:106) bahwa dalam pengajaran geografi di sekolah lanjutan, pokok pemikiran manusia-lingkungan merupakan pusatnya, karena itulah yang mencerminkan apa yang disebut pemikiran geografis. Berpikir geografis meliputi tiga hal yakni faktor, proses dan relasi. Selanjutnya Daldjoeni (1997:121) juga mengemukakan bahwa melalui pengajaran geografi, guru geografi berusaha menyalurkan lima jenis sumbangan kepada pendidikan yaitu wawasan dalam ruang, persepsi relasi antar gejala, rasa keindahan, kecintaan tanah air, dan saling pengertian internasional. Selain lima jenis sumbangan tersebut dikenal pula lima hal lain yang perlu disalurkan guru kepada siswa melalui pengajaran geografi yakni berpikir buat dirinya sendiri, persiapan menghadapi kerumitan kehidupan yang memerlukan pengetahuan geografi, dorongan suka membaca dan pesiar di waktu senggang, latihan kewarganegaraan yang bertanggungjawab, dan pengertian antara bangsa di dunia.