I. PENDAHULUAN. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini semakin hari kualitasnya makin

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN GI (Studi Pada SMA NEGERI 14 BandarLampung)

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia SMA Budaya Bandar

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

I. PENDAHULUAN. Hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia kelas XI SMA YP Unila Bandar

I. PENDAHULUAN. Globalisasi seperti saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. karena kemajuan suatu negara akan sangat dipengaruhi oleh kualitas

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran geografi yang dilakukan di SMA Negeri 3 Bandar Lampung

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN. atau penghargaan ). Belajar yang dapat mencapai tahapan ini disebut dengan belajar

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 2 SMA

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Matematika Siswa Setelah Diajar Menggunakan Model. Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas VII

I. PENDAHULUAN. Guru mengajar hendaknya memiliki kemampuan yang cukup, ditunjukkan dengan

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

BAB I PENDAHULUAN. memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dengan negara-negara maju di dunia, oleh karena itu ditiap jenjang

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered)

I. PENDAHULUAN. Pembahasan pada bab pendahuluan ini akan disampaikan beberapa hal pokok

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tantangan tersebut. Salah satu bentuk kreativitas seorang pendidik dapat. peserta didik dengan peserta didik lainnya.

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

I. PENDAHULUAN. Besar. Proses pembelajaran yang dilakukan selama ini masih monoton dan

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dari hasil observasi peneliti, menunjukkan bahwa kondisi pembelajaran mata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh manusia untuk mencapai suatu perkembangan

I. PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

I. PENDAHULUAN. tujuan tertentu yang hendak dicapai. Proses itu merupakan tindakan konkrit

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

I. PENDAHULUAN. belajar. Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru diharapkan mengupayakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat yang pintar, intelek, berkemampuan berfikir tinggi. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA yang mempelajari struktur,

I. PENDAHULUAN. diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, selayaknya mata

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh:

PEMBELAJARAN MOMENTUM DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA KARTU SOAL DAN KARTU PINTAR

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru

BAB I PENDAHULUAN. ukur kemajuan suatu bangsa, sehingga kualitas pendidikan sangat. diperhatikan oleh pemerintah. Hingga saat ini pemerintah terus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas

I. PENDAHULUAN. Di SMK 2 Mei Bandar Lampung, mata pelajaran kimia merupakan salah satu mata

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik sehingga menimbulkan rasa bosan pada siswa, guru kurang menguasai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan melalui kegiatan pembelajaran. Hal tersebut menjadikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (Scientific

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rahayu Fuzi Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. (2012:5) guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang dialami langsung oleh siswa. Nana Sudjana. (2008:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan tujuan, isi, dan bahan

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting guna membangun manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk. kehidupan Bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya

PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA POKOK MATERI EKOSISTEM DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini semakin hari kualitasnya makin lemah. Titik lemah dalam kurikulumnya adalah rendahnya kompetensi guru dalam menggali potensi anak. Kompetensi guru dalam mengajar sangatlah berpengaruh terhadap hasil belajar. Pola pengajaran di kelas, yaitu siswa masih selalu dijadikan objek daripada subjek. Biasanya pembelajaran sangat berfokus kepada guru sedangkan siswa sangat pasif dalam kelas. Keaktifan siswa 20% dan guru 80% siswa hanya menjadi pendengar dan tidak begitu aktif dalam proses pembelajaran yang mengakibatkan siswa jenuh (Survey UNESCO, 2012). Pendidik belum bisa berperan sebagai fasilitator, dalam pentransferan ilmu pengetahuan. Kenyataannya sekolah-sekolah masih banyak guru yang lebih aktif daripada siswa. Permasalahan yang telah dideskripsikan adalah model pembelajarannya. Oleh karena itu dinas pendidikan mengadakan penyusunan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dalam meningkatkan mutu pendidikan. (Survey BSNP, 2003)

2 Penyusunan KTSP didasarkan pada standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL) yang telah disesuaikan oleh tingkat satuan pendidikan masingmasing yang berarti dalam hal ini adalah sekolah. Kurikulum KTSP tersebut disusun berdasarkan tingkat kebutuhan dan tujuan dari hasil pembelajaran. Kurikulum ini menuntut siswa untuk lebih aktif dari guru yaitu keaktifan siswa 80% sedangkan keaktifan guru 20%. Guru hanya menjadi fasilitator dan tidak begitu aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa menjadi aktif di dalam kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-beda (Isjoni, 2013:49) Hasil observasi sebagai salah satu upaya dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran siswa terhadap mata pelajaran ekonomi, peneliti memilih pendekatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan Group Investigation (GI) karena dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berinteraksi dan berfikir serta dapat menciptakan proses pembelajaran yang lebih menyenangkan. Pembelajaran yang konvensional atau metode ceramah masih sering terjadi, dalam hal ini peneliti meneliti hasil dari proses pembelajaran yang diadakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) khususnya di SMA Negeri 14 Bandar

3 Lampung masih memakai metode ceramah atau pembelajaran konvensional. Untuk itu peneliti ingin menerapkan model pembelajaran Cooperatif Learning yang merupakan salah satu model pembelajaran yang sering dilakukan tetapi penerapannya masih kurang baik. Hasil belajar menjadi sangat penting sebagai indikator keberhasilan belajar. Bagi guru, hasil belajar siswa merupakan pedoman evaluasi bagi keberhasilan belajar siswa. Guru dapat dikatakan berhasil apabila lebih dari separuh jumlah siswa telah mencapai standar ketuntasan yang telah ditetapkan. Sedangkan bagi siswa, hasil belajar merupakan sarana informasi yang berguna untuk mengukur tingkat kemampuan atau keberhasilan belajarnya. Penelitian pendahuluan yang dilaksanakan pada hasil belajar ekonomi siswa SMA Negeri 14 Bandar Lampung masih kurang maksimal, disebabkan guru mata pelajaran ekonomi SMA Negeri 14 Bandar Lampung menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 75. Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 1. Masih banyak siswa yang belum mencapai KKM yang ditentukan sekolah yaitu 75. KKM ini diperoleh peneliti dari guru bidang studi ekonomi pada jumlah kelas X adalah 7 ruang kelas dengan banyak siswa 232 siswa pada tahun (2013 2014).

4 Tabel 1. Hasil Uji Blok Semester Ganjil Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014. Kelas Interval Nilai Jumlah Siswa <75 75 X1 21 12 33 X2 12 19 31 X3 21 13 34 X4 25 9 34 X5 12 20 32 X6 20 14 34 X7 11 23 34 Jumlah 122 110 232 Presentase 52,59% 47,41% 100% Sumber: Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 14 Bandar Lampung. Berdasarkan data pada Tabel 1, dapat terlihat bahwa hasil belajar ekonomi yang diperoleh siswa pada uji blok semester ganjil kurang baik. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang memperoleh 75 atau yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum sebesar 47,41% sedangkan siswa yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah sebesar 52,59%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas X kurang maksimal, kriteria tingkat keberhasilan ini seperti pendapat yang dikemukakan Djamarah dan Zain. Djamarah dan Zain (2006:107) sebagai berikut: Istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa, Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (76% s.d 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa, Baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d 75% saja yang dikuasai oleh siswa, Kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa. Berdasarkan penelitian pendahuluan dengan melihat hasil belajar yang kurang baik atau belum optimal, maka dalam proses pembelajaran harus ada perubahan yaitu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan yang

5 seharusnya mulai diterapkan di sekolah. Model pembelajaran yang paling banyak digunakan oleh para guru ada semacam ceramah atau menerangkan apa yang ada di dalam buku teks. Guru dapat mengupayakan untuk menciptakan proses pembelajaran tersebut dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning. Menurut (Isjoni, 2013:62) peran guru dalam pelaksanaan cooperative learning adalah sebagai fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator. Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk saling membantu antar anggota dalam memahami pelajaran ataupun dalam menyelesaikan tugas belajar. Siswa yang lemah akan mendapat bantuan dari temannya yang lebih pandai. Sebaliknya, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuannya dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya kepada temannya yang berkemampuan rendah, sehingga pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantungan satu sama lain atas tugas-tugas bersama serta saling belajar untuk saling menghargai satu sama lain. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan tipe yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara

6 aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Model pembelajaran ini siswa lebih aktif dalam menemukan sendiri permasalahan yang ada dalam materi pelajaran yang dihadapi. Melalui kedua model tersebut terdapat beberapa bagian tahapan yang memberikan perlakuan yang sama, dimana dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah untuk memahami materi yang diajarkan oleh guru dan meningkatkan sikap siswa untuk berpikir positif pada mata pelajaran yang hendak diajarkan. Kedua model pembelajaran tersebut menitikberatkan kepada aktivitas siswa. Berdasarkan masalah di atas, diperlukan model yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai: Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Numbered Head Together (NHT) dan Model Pembelajaran Tipe Group Investigation (GI) pada Siswa Kelas X SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Hasil belajar siswa kelas X 4 dan X 5 pada mata pelajaran ekonomi masih tergolong rendah dan tidak tercapainya kriteria ketuntasan minimum. Hal ini disebabkan karena pembelajaran ekonomi yang kurang efektif yaitu masih

7 berpusat kepada guru (teacher centered) sehingga mengakibatkan siswa menjadi pasif dan kurang memahami konsep mata pelajaran. 2. Pembelajaran ekonomi di kelas masih menggunakan metode konvensional. Model pembelajaran kooperatif jarang digunakan disebabkan karena guru belum memahami model tersebut. 3. Sikap siswa yang kurang menanamkan kerjasama atau interaksi yang positif antar sesama siswa selama pembelajaran. Hal ini disebabkan karena siswa memiliki sikap individu. 4. Siswa yang aktif bertanya selama pembelajaran ekonomi dapat lebih memahami materi dibandingkan siswa yang pasif sehingga dalam pembelajaran terdapat perbedaan secara kelompok. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka perlu untuk membatasi permasalahan penelitian ini pada studi perbandingan hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). D. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikansi antara hasil belajar ekonomi siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

8 Head Together (NHT) dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)? 2. Apakah rata-rata hasil belajar yang pembelajarannya melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) berbeda nyata dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui perbedaan yang signifikansi antara hasil belajar ekonomi siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan siswa yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). 2. Mengetahui rata-rata hasil belajar yang pembelajarannya melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) berbeda nyata dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). F. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan: a. Bagi guru Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas siswa yang diterapkan dalam mata pelajaran ekonomi agar hasil belajar siswa menjadi optimal.

9 b. Bagi siswa Membantu siswa untuk beraktivitas dalam kelas serta menumbuhkan rasa kerjasama yang positif antar siswa dan sarana informasi untuk hasil belajar yang maksimal. c. Bagi sekolah Hasil penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil belajar mengajar di SMA Negeri 14 Bandar Lampung dengan prestasi yang maksimal sesuai dengan keadaan siswa. G. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah: 1. Objek penelitian Objek penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dan hasil belajar ekonomi. 2. Subjek penelitian Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah siswa kelas X semester ganjil. 3. Tempat penelitian Adapun ruang lingkup tempat penelitian adalah di SMA Negeri 14 Bandar Lampung.

10 4. Waktu penelitian Waktu penelitian pada semester ganjil bulan Januari Februari tahun pelajaran 2013-2014. 5. Ilmu Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan.