KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENJAS SMA NEGERI SE-KABUPATEN BANTUL HIGH SCHOOL PHYSICAL EDUCATION TEACHER PERSONALITY COMPETENCE OF BANTUL REGENCY

dokumen-dokumen yang mirip
KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN JASMANI SMP SE- KECAMATAN KROYA KABUPATEN CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam proses pendidikan guru bertanggung jawab penuh terhadap

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG DAN MENGHAMBAT PERKEMBANGAN EKSTRAKURIKULER FUTSAL DI SMA NEGERI SE- KABUPATEN KEBUMEN

KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENJAS SMA NEGERI SE-KABUPATEN BANTUL SKRIPSI

Oleh: Titis Permatasari Dewi Priyatno, Universitas Negeri

PERAN GURU PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL DIY TAHUN

TINGKAT PENGETAHUAN GURU PENJAS SEKOLAH DASAR NEGERI SE- KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA TERHADAP GAYA MENGAJAR LATIHAN

PEMETAAN PROFIL DAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KOTA BENGKULU

Keywords: Difficulties of physical education teachers, Learning aquatic

TINGKAT PENGETAHUAN STRATEGI DAN TAKTIK BAGIPEMAIN SPIRIT FUTSAL AKADEMI KULON PROGO TAHUN 2015 ARTIKEL E-JOURNAL

PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SD SE-KECAMATAN BERBAH

Persepsi Guru Pamong Tentang Kemampuan Mahasiswa S1 Tata Boga dalam Kegiatan Program Pengalaman Lapangan Kependidikan di SMK Pariwisata Sumbar

MOTIVASI KELAS UNGGULAN DAN KELAS REGULER DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

KOMPETENSI ALUMNI PG PAUD FIP UNNES DI LEMBAGA PENDIDIKAN

KETERLAKSANAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DI SMP MUHAMMADIYAH 8 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

KETERAMPILAN MENGAJAR GURU PENJASORKES DI SEKOLAHDASARNEGERI SE- KECAMATAN BANTARKAWUNG KABUPATEN BREBESDALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES

PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP KOMPETENSI GURU PENJASORKES ARTIKEL PENELITIAN OLEH ATIAS NIM F

TANGGAPAN SISWA KELAS IV TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SDN 1 KARANGREJO TAHUN 2017

Tingkat Keterlaksanaan Administrasi (Sumi Fitriana)

Penggunaan Media Dalam Pembelajaran...(Friza Muhammad)

SURVEI KOMPETENSI KEPRIBADIAN DAN KOMPETENSI SOSIAL GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN SENAM LANTAI MENURUT PENDAPAT PESERTA DIDIK KELAS X DI SMK NEGERI 1 KASIHAN KABUPATEN BANTUL

MINAT SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 NGAGLIK TERHADAP PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI

TINGKAT MINAT SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN GULING DEPAN KELAS VIII TAHUN AJARAN 2016/2017 DI SMP NEGERI 7 KOTA MAGELANG

TINGKAT KESULITAN BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA KELAS V SD NEGERI SE KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

THE MAPPING OF KINDERGARDEN TEACHER S SOFT SKILLS AT PAYUNG SEKAKI DISTRICT OF PEKANBARU CITY

PERSEPSI SISWA SMP MUHAMMADIYAH SANDEN TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian sebagai pedoman dan cara-cara (metode) berkaitan dengan kegiatan

TINGKAT PEMAHAMAN AKTIVITAS RENANG PADA SISWA KELASXI SMAN 1 JOGONALAN KABUPATEN KLATEN T.A 2016/2017

TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN

STUDI TENTANG KINERJA PROFESI GURU PENJASORKES SMA-SMK SE-KABUPATEN SRAGEN PADA TAHUN

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI MINI SISWA KELAS V DAN VI DI SD N PAKEM TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN TAHUN AJARAN 2016/2017

E-JOURNAL. Oleh : Tri Handoko

PERSEPSI GURU PENJASORKES TERHADAP PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI GURU DI SMP SE-KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015

MOTIVATION OF LEARNERS IN FOLLOWING ARCHERY EXTRACURRICULAR IN SD ISLAM TERPADU AR- RAIHAN SUMBERBATIKAN TRIRENGGO, BANTUL ACADEMIC YEAR 2015/2016

Oleh: Erlanda Bayu Pratama, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta

TINGKAT KREATIVITAS GURU DALAM MENYIKAPI KETERBATASAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN JASMANI

PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI DI SMP SE-KABUPATEN BANJARNEGARA

ABSTRAK. PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PPKn

TANGGAPAN SISWA KELAS VII TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMP NEGERI 2 PLERET

PELAKSANAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D

IN PRAMBANAN STATE SENIOR HIGH SCHOOL KLATEN

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG SISWA SMK MUHAMMADIYAH 1 BOROBUDUR YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLAVOLI DI SEKOLAH E-JOURNAL

KEADAAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA TAHUN 2016 SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MINAT SISWA KELAS XI SMA N 1 PUNDONG KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TAHUN AJARAN 2015/2016

IMPLEMENTASI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU IPS SMP/MTs DI KECAMATAN PANDAK JURNAL SKRIPSI

SIKAP SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENJAS DI SMP NEGERI 2 MLATI SLEMAN YOGYAKARTA E-JOURNAL

ANALYSIS OF PERSONALITY COMPETENCE TEACHER OF THE KINDERGARTEN AT SUBDISTRICT TALAMAU WEST PASAMAN

SURVEI TENTANG KINERJA PROFESI GURU PENJASORKES SMA-SMK DI KABUPATEN KLATEN TAHUN 2013 SKRIPSI. Oleh: ASNI FUROIDA K

KOMPETENSI GURU SOSIOLOGI DI SMA NEGERI SE-KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH. Ulpah SMAN Negeri 1 Barabai

KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BAMBANGLIPURO KABUPATEN BANTUL TAHUN 2017

E-JOURNAL. Oleh: Imam Hariyadi NIM

PERSEPSI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA JURNAL

TINGKAT KEAKTIFAN SISWA KELAS V DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN TONNIS DI SD N 01 REJOSARI KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2015/2016

ANALYSIS OF KNOWLEDGE COMPETENCE OF PERSONALITY DISTRICT TEACHERS ECD FIFTY CITY PEKANBARU

TINGKAT PEMAHAMAN GURU PENJASORKES PADA PELAKSANAAN EVALUASI HASIL BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI KABUPATEN SLEMAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013

MOTIVASI SISWA MEMILIH KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) DI SMA NEGERI 1 SEYEGAN. E-Journal

PERAN KEGIATAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENUNJANG KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN DLINGO BANTUL YOGYAKARTA

TANGGAPAN PESERTA DIDIK TERHADAP PEMBELAJARAN KEBUGARAN JASMANI DI KURIKULUM 2013 KELAS X SMK N 1 DEPOK SLEMAN

PEMBINAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

REGULASI DIRI BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 2 SIJUNJUNG

PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN DOSEN NO 14 TAHUN

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal

menyatakan bahawa Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG POLA HIDUP SEHAT SISWA KELAS V DAN VI DI SD NEGERI JANTEN, KECAMATAN TEMON, KABUPATEN KULONPROGO

TINGKAT KEPUASAN PESERTA DIDIK TERHADAP SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN JASMANI TAHUN AJARAN 2015/2016 DI SMA NEGERI 1 BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG

TINGKAT KETERAMPILAN PUKULAN FOREHAND DAN BACKHAND GROUNDSTROKE TENIS LAPANGAN SISWA SEKOLAH BANTUL TENIS CAMP DIY

PERSEPSI SISWA KELAS X SMA N 10 YOGYAKARTATERHADAP MODIFIKASI PERMAINAN BOLABASKET

HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh NIO WICAK KUNCORO BAHARUDDIN RISYAK RIYANTO M.

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG PEMBELAJARAN SENAM LANTAI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SE-GUGUS II KEC SENTOLO KULONPROGO TAHUN AJARAN 2015/2016

PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU MATA PELAJARAN IPS SMP SE-KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut menggunakan

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU AKUNTANSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI SMA SWASTA SE-KOTA PEKANBARU

MINAT SISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 2 TEMPEL KAB. SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MOTIVASI ORANG TUA MENGIKUTSERTAKAN PUTRA/PUTRINYA OLAHRAGA BELA DIRI TAEKWONDO DOJANG EKADANTA RINDAM MAGELANG

PERBEDAAN PRODUKTIVITAS KERJA GURU ANTARA YANG SUDAH DAN BELUM SERTIFIKASI PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DI KOTA MALANG

FAKTOR PENDUKUNG PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI DI SMK MUHAMMDIYAH 1 PRAMBANAN KLATEN TAHUN AJARAN 2015/2016

KAJIAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISASI GURU. Lala Jelita Ananda Surel :

TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS (PENJAS ADAPTIF) DI SEKOLAH DASAR INKLUSI SE-KECAMATAN SENTOLO

SURVEI SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SE-KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PENGARUH PENINGKATAN KEMAMPUAN DAN MINAT GURU SMP NEGRI TERHADAP PEMANFAATAN TIK DI KECAMATAN SIANTAN

TINGKAT PEMAHAMAN SISWA KELAS X DAN XI TERHADAP USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DI SMA NEGERI 1 SEYEGAN

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH. (Studi pada SMA Negeri se Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI

Nurul Atieka & Rina Kurniawati Program Studi Bimbingan dan Konseling UM Metro

SURVEI KOMPETENSI KEPRIBADIAN DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PENJASKES DI SEKOLAH SE KECAMATAN BENGKAYANG TAHUN 2012 ARTIKEL PENELITIAN

AN OVERVIEW OF THE PERSONAL COMPETENCE EARLY CHILDHOOD TEACHERS DISTRICTS GAUNG ANAK SERKA INDRAGIRI HILIR

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

SURVEI PENELITIAN TENTANG KARAKTER GURU MATA PELAJARAN PENJASORKES

TINGKAT KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKTAKRAW PESERTA EKSTRAKURIKULER SEPAKTAKRAW DI SD KRADENAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2015/2016

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan

PERAN GURU PENDIDIKAN JASMANI DALAM UPAYA PREVENTIF BENCANA ALAM GUNUNG BERAPI PADA SISWA JENJANG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI DAERAH SLEMAN

JURNAL RICKY HANDOKO NPM:

PERSEPSI SISWA KELAS VIII TERHADAP PEMBELAJARAN AKTIVITAS AIR DI SMP NEGERI 2 KLATEN

PERSREPSI MEMBER VIRENKA GYM FITNESS CENTER TERHADAP STRATEGI PEMASARAN

Transkripsi:

Kompetensi Kepribadian (Isman Wiratmadi) KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENJAS SMA NEGERI SE-KABUPATEN BANTUL HIGH SCHOOL PHYSICAL EDUCATION TEACHER PERSONALITY COMPETENCE OF BANTUL REGENCY Oleh: Isman Wiratmadi Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan rekreasi Universitas Negeri Yogyakarta wiratmadi7@gmail.com Abstrak Peran guru bukan hanya sebagai perantara dalam transfer ilmu, akan tetapi juga dalam transfer nilai. Transfer nilai yang dilakukan oleh guru tidak akan terlepas dari kompetensi kepribadian yang dimiliki guru tersebut, maka dari itu harus diketahui terlebih dahulu seberapa besar kompetensi kepribadian guru di masa ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kompetensi kepribadian guru penjas SMA Negeri se-kabupaten Bantul. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif menggunakan metode survei. Penelitian ini merupakan penelitian populasi, dengan jumlah populasi guru SMA Negeri se-kabupaten Bantul sebanyak 33 guru. Instrumen yang digunakan berupa angket dengan 3 butir pernyataan. Analisis data menggunakan analisis deskriptif yang dituangkan dalam persentase. Hasil penelitian menunjukkan besarnya Negeri se-kabupaten Bantul terdapat satu guru (3,03%) dalam kategori sangat tinggi, 2 guru (36,36%) dalam kategori tinggi, 0 guru (30,) dalam kategori sedang, 6 guru (8,8%) dalam kategori rendah, 4 guru (2,2%) dalam kategori sangat rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian guru penjas SMA Negeri se-kabupaten bantul sebesar (36,36%) dalam kategori tinggi. Kata kunci: implementasi, kompetensi, kepribadian, guru penjas Abstract The teacher's role is not only as a facilitator in the transfer of knowledge but also in the transfer of value. Teachers transfer of value will not be separated with the personal competence of the teacher self, so the first thing that must be known is how proficient the teacher personal competence at this time. The objective of this study is to determine how proficient the personal competence of high schools physical education teachers throughout Bantul regency. This research is descriptive-quantitative research based on survey method. This research is a population research, with a population of 33 high school teachers throughout Bantul regency. The instrument that used were a questionnaire with 3 point of statement. The data analysis technique that used were descriptive-analysis and presented in percentages. The research results showed the amount of high school physical education teachers personal competence throughout the Bantul regency there is one teacher (3.03%) in a very high category, 2 teachers (36.36%) in the high category, 0 teachers (30.) in the average category, 6 teachers (8.8%) in the low category, 4 teachers (2.2%) in the very low category. It can be concluded that high schools physical education teachers personal competence throughout Bantul regency is (36.36%) in the high category. Keywords: personality, competence, physical education teacher

Kompetensi Kepribadian (Isman Wiratmadi) 2 PENDAHULUAN Guru adalah salah satu unsur penting dalam dunia pendidikan. Guru diumpamakan tokoh-tokoh yang membentuk karakter peserta didik sebagai generasi masa depan bangsa yang cerdas dan berkarakter (Rohmadi 20: 9). Di dalam proses pendidikan guru bertanggung jawab penuh terhadap perkembangan yang dialami oleh para siswanya. Maka dari itu kemampuan yang mumpuni diperlukan untuk menjadi guru yang profesional. Profesionalisme guru akan sangat menentukan kualitas pendidikan yang diberikan kepada siswa. Untuk mencapai profesionalitas guru tentunya haruslah memiliki kompetensi yang mumpuni. Sementara itu, standar kompetensi yang tertuang ada dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional mengenai standar kualifikasi akademik serta kompetensi guru, peraturan tersebut menyebutkan bahwa guru profesional harus memiliki empat kompetensi guru profesional yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Empat kompetensi guru tersebut tentunya memiliki peran yang penting bagi perkembangan siswa. Akan tetapi ketika melihat hakikat guru pada dasarnya adalah seorang manusia yang memiliki karakter yang berbeda satu dengan yang lainnya. Karakter yang ditunjukan manusia berasal dari kepribadian manusia tersebut. Di dalam hal ini salah satu kompetensi yang wajib dimiliki seorang guru adalah kompetensi kepribadian yang akan memberikan dampak terhadap kompetensi guru yang lainnya. Pribadi yang baik tentunya akan berdampak pada penguasaan dan implementasi kompetensi paedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Kompetensi kepribadian merupakan unsur pembentuk karakter manusia. Kepribadian yang baik tentunya akan mencerminkan karakter yang baik. Kompetensi kepribadian menurut Janawi (20: 49-0) meliputi kemampuan personalitas, jati diri, sebagai seorang tenaga pendidik yang menjadi panutan peserta didik. Pendapat lain mengenai kompetensi kepribadian yang dikemukakan BNSP dalam Musfah (20: 42) yaitu kemampuan kepibadian yang (a) berakhlak mulia; (b) mantap, stabil dan dewasa; (c) arif dan bijaksana; (d) teladan yang baik; (e) mengevaluasi kinerja sendiri; (f) mengembangkan diri; (g) religius. Permasalahan terbentuknya karakter yang terjadi pada siswa tentunya diiringi dengan prilaku guru yang kurang mencerminakan teladan yang baik dari gurunya sendiri. Contohnya dalam pelaksanaan jam pelajaran pendidikan jasmani di salah satu sekolah menengah atas di kabupaten Bantul guru tidak datang tepat waktu dalam memasuki jam pelajarannya, dan juga dalam prioritas mengajar seringkali guru lebih memprioritaskan pembinaan siswa yang akan menjalani kejuaraan dibandingkan dengan melaksanakan proses pembelajaran dalam jam pelajaran penjas. Sehingga pembelajaran penjas menjadi terbengkalai dan tidak terarah. Berdasarkan dua permasalahan diatas guru belum mampu memberikan teladan yang baik dalam sikap disiplin dan tanggungjawab yang diemban sebagai guru. Berdasarkan rasionalisasi di atas dengan demikian diperlukan kompetensi kepribadian yang baik untuk menjadi guru profesional. Kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh guru akan berpengaruh dalam pembentukan karakter siswa melalui transfer nilai. Maka dari itu perlu adanya penelitian untuk mengetahui seberapa besar kompetensi kepribadian guru penjas ditingkat siswa sekolah menengah atas, sehingga untuk kedepannya dapat diketahui seberapa besar penguasaan guru penjas terhadap kompetensi kepribadian. METODE PENELITIAN Desain Penilitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan instrumen yang berupa angket. Di mana nantinya responden akan diberikan sejumlah pertanyaan dan akan mengjawab sesuai keadaanya. Di dalam penelitian ini terdapat variabel yang akan diteliti ialah faktor-faktor terdapat pada kompetensi kepribadian guru. faktor yang dimaksud adalah: bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan, menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik

Kompetensi Kepribadian (Isman Wiratmadi) 3 dan masyarakat, menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri, menjunjung tinggi kode etik guru. Untuk mengungkap faktor-faktor motivasi tersebut digunakan angket sebagai instumen penelitian yang terdiri atas 3 butir pernyataan yang telah di expert judgement. Analisis data digunakan analisis deskriptif. Sampel Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah seluruh guru pendidikan jasmani SMA Negeri se- Kabupaten Bantul. Di dalam penelitian ini seluruh populasi menjadi sampel penelitian. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data A. Instrumen Penelitian Di dalam penelitian ini, Instrumen penelitian berupa angket yang berisi 3 pernyataan untuk mengungkap besarnya faktorfaktor Negeri se-kabupaten Bantul. B. Teknik Pengumpulan data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui angket. Untuk memperoleh data peneliti memberikan langsung angket kepada responden dengan pengisian secara tertutup. Di dalam angket ini sudah tersedia jawaban sehingga responden tinggal memilih yang paling sesuai. Angket ini akan disebarkan kepada guru penjas SMA Negeri se-kabupaten Bantul. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik deskriptif yang dituangkan dalam bentuk persentase. Menurut Anas Sudijono dalam Ujiono (20: 42), penyajian data dengan bentuk persentase dengan rumus sabagai berikut: Keterangan: P : persentase F : frekuensi yang sedang dicari N : jumlah total frekuensi Untuk memberikan makna pada skor yang ada, Menurut Saifudin Azwar dalam faozan (206: 4) kategori hasil penilaian berdasarkan rumus Saifudin Azwar (nilai A, B, C, D, E) dirubah dalam bentuk kategori penilaian yang disesuaikan dengan kriteria lima kelompok yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Tabel. Pengkategorian Data Skor Kategori (M +,0 S) < X (M + 0,0 S) < (M +,0 S) (M 0,0 S) < (M + 0,0 S) Sedang (M,0 S) < (M 0,0 S) Rendah (M,0 S) Rendah Keterangan: M = Mean/rara-rata hitung S = Standar Deviasi HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian kompetensi Kabupaten Bantul yang diukur dengan angket yang berjumlah 3 butir pernyataan dengan skor sampai 4. Secara keseluruhan memperoleh nilai maksimum 24, nilai minimum 94, mean,9, median 3, modus 0, standar deviasi 8,7. Setelah itu data dikonversikan dalam lima kategori. Berikut data kompetensi kepribadian guru penjas SMA Negeri se-kabupaten Bantul. Tabel 2. Kompetensi Kepribadian guru penjas SMA Negeri se- Kabupaten Bantul No Kategori Interval Frekuens Persentase 23,64< X 3,03%,47 < 23,64 2 36,36% 07,3<,47 2 30, 99,4 < 07,3 0 8,08% Rendah 99,4 2,2% Berdasarkan tabel kategori di atas, terdapat sebanyak guru (3,03%) kategori sangat tinggi,

PERSENTASE PERSENTASE Kompetensi Kepribadian (Isman Wiratmadi) 4 2 guru (36,36%) kategori tinggi, 0 guru (30,) kategori sedang, 6 guru (8,8%) kategori rendah, dan 4 guru (2,2%) kategori sangat rendah. Apabila dilihat dari frekuensi dari tiap kategori, terlihat bahwa kompetensi Kabupaten Bantul adalah tinggi. Supaya Negeri se-kabupaten Bantul secara keseluruhan dapat mudah dipahami, maka akan disajikan tabel tersebut dalam diagram batang berikut ini: 3% 2% % % 2.2% 8.8% 30. 36.36% 3.03% Rendah Rendah Sedang Gambar. Kompetensi kepribadian guru penjas SMA Negeri se- Kabupaten Bantul Berikutnya deskripsi dari faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi kepribadian guru penjas SMA Negeri se-kabupaten Bantul.. Bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan Identifikasi dari faktor bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan. Secara keseluruhan memperoleh nilai maksimum 24, nilai minimum 8, mean 22,2, median 23, modus 23, standar deviasi,93. Setelah itu data dikonversikan dalam lima kategori. Tabel 3. Bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan 2,< X 0 23,7 < 2,0 9 27,27% 2,2< 23,7 7,% 9.32 < 2, 2 2 6,06% Rendah 9,32,% pengkategorian di atas, tidak ada yang berada pada kategori sangat tinggi, 9 guru (27,27%) kategori tinggi, 7 guru (,%) kategori sedang, 2 guru (6,06%) kategori rendah dan guru (,%) kategori sangat rendah. Apabila dilihat dari frekuensi tiap kategori, terlihat bahwa faktor bertindak sesuai norma agama, hukum, social dan kebudayaan dalam Negeri se-kabupaten Bantul adalah sedang. Untuk memperjelas pengkategorian, berikut sajian data dalam bentuk diagram: 6.% 6.06%.% 27.27% 0.0 Rendah Rendah Sedang Gambar 2. Diagram faktor bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan. 2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat Identifikasi dari faktor menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Secara keseluruhan memperoleh nilai maksimum 32, nilai minimum 24, mean 29,2, median 23, modus 30, standar deviasi 2,43. Setelah itu data dikonversikan dalam lima kategori. Tabel 4. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat 32,76< X 0 30,33 < 32,76 33,33% 27,90< 23,76 4 42,42% 2,48< 27,90 4 2,2% Rendah 2,48 4 2,2% pengkategorian di atas, tidak ada yang berada pada kategori sangat tinggi, guru (33,33%) kategori tinggi, 4 guru (42,42%) kategori sedang, 4 guru (2,2%) kategori rendah dan 4 guru (2,2%) kategori sangat rendah. Apabila dilihat dari frekuensi tiap kategori, terlihat bahwa faktor menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat dalam kompetensi kepribadian guru penjas SMA Negeri se- Kabupaten

PERSENTASE PERSENTASE Kompetensi Kepribadian (Isman Wiratmadi) Bantul adalah sedang. Untuk memperjelas pengkategorian, berikut sajian data dalam bentuk diagram: 36.36% 27.27% 8.8%.% 2.2% 2.2% 42.42% 33.33% 0.0 Rendah Rendah Sedang Gambar 3. Diagram faktor menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat 3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa Identifikasi dari faktor menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa. Secara keseluruhan memperoleh nilai maksimum 24, nilai minimum 7, mean 20,7, median 2, modus 8, standar deviasi 2,20. Setelah itu data dikonversikan dalam lima kategori. Tabel. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa 23,82< X,% 2,62 < 23,82 6 8,8% 9,42< 2,62 9 27,27% 7,22< 9,42 2 36,36% Rendah 7,22 3,03% pengkategorian di atas, guru (,%) kategori sangat tinggi, 6 guru (8,8%) kategori tinggi, 9 guru (27,27%) kategori sedang, 2 guru (36,36%) kategori rendah dan guru (3,03%) kategori sangat rendah. Apabila dilihat dari frekuensi tiap kategori, terlihat bahwa faktor menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa dalam kompetensi Kabupaten Bantul adalah rendah. Untuk memperjelas pengkategorian, berikut sajian data dalam bentuk diagram: 3.03% Rendah Rendah Sedang Gambar 4. Diagram faktor menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa 4. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri Identifikasi dari faktor menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri. Secara keseluruhan memperoleh nilai maksimum 28, nilai minimum 9, mean 24,96, median 26, modus 27, standar deviasi 2,36. Setelah itu data dikonversikan dalam lima kategori. Tabel 6. menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri 28,< X 0 26,4 < 28, 3 39,39% 23,78< 26,4 0 30, 2,42< 23,78 7 2,2% Rendah 2,42 3 9,09% pengkategorian di atas, tidak ada yang masuk kategori sangat tinggi, 3 guru (39,39%) kategori tinggi, 0 guru (30,) kategori sedang, 7 guru (2,2%) kategori rendah dan 3 guru (9,09%) kategori sangat rendah. Apabila dilihat dari frekuensi tiap kategori, terlihat bahwa faktor menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri dalam kompetensi kepribadian guru penjas SMA Negeri se-kabupaten Bantul adalah tinggi. Berikut data dalam bentuk diagram:

PERSENTASE PERSENTASE Kompetensi Kepribadian (Isman Wiratmadi) 6 Gambar. Diagram faktor menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri. Menjunjung tinggi kode etik guru Identifikasi dari faktor menjunjung tinggi kode etik guru. Secara keseluruhan memperoleh nilai maksimum 6, nilai minimum 2, mean 4,, median, modus 6, standar deviasi,64. Setelah itu data dikonversikan dalam lima kategori. Tabel 7. Menjunjung tinggi kode etik guru 6,97< X 0,33 < 6,97 39,39% 3,7<,33 8 30, 2,0< 3,7 3 2,2% Rendah 2,0 7 9,09% pengkategorian di atas, tidak ada yang masuk kategori sangat tinggi, guru (4,4%) kategori tinggi, 8 guru (24,24%) kategori sedang, 3 guru (9,09%) kategori rendah dan 7 guru (2,2%) kategori sangat rendah. Apabila dilihat dari frekuensi tiap kategori, terlihat bahwa faktor menjunjung tinggi kode etik guru dalam kompetensi kepribadian guru penjas SMA Negeri se-kabupaten Bantul adalah tinggi. Untuk memperjelas pengkategorian, berikut sajian data dalam bentuk diagram: 9.09% 2.2% 30. 42.42% 0.0 Rendah Rendah Sedang 2.2% 9.09% 24.24% 4.4% 0.0 Rendah Rendah Sedang Gambar 6. Diagram faktor menjunjung tinggi kode etik guru B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh hasil sebanyak guru (3,03%) kategori sangat tinggi, 2 guru (36,36%) kategori tinggi, 0 guru (30,) kategori sedang, 6 guru (8,8%) kategori rendah, dan 4 guru (2,2%) kategori sangat rendah. Apabila dilihat dari frekuensi dari tiap kategori, dapat disimpulkan bahwa Negeri se-kabupaten Bantul adalah tinggi. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa implementasi kompetensi kepribadian guru penjas SMA Negeri di Kabupaten Bantul adalah baik. Hal tersebut dibuktikan dengan sebanyak (36,36%) guru penjas masuk pada kategori tinggi. Berikut pembahasan berdasarkan setiap faktor:. Faktor bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan Faktor bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan dalam kompetensi kepribadian guru penjas SMA Negeri se-kabupaten Bantul adalah sedang dengan hasil persentase (,%). Hal ini menunjukan bahwa implementasi guru penjas dalam norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan masih perlu ditingkatkan kembali, seperti yang di kemukakan Whitehead (97: 26) bahwa esensi pendidikan adalah menjadikan orang yang religius. Senada dengan hal tersebut Jejen Musfah (20: 49-0) mengemukakan bahwa budi pekerti yang baik tumbuh subur dalam pribadi yang khusyuk dalam menjalankan ibadah vertical dan horizontal. 2. Faktor menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat Faktor menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat dalam kompetensi kepribadian guru penjas SMA Negeri se-kabupaten Bantul adalah sedang, dengan persentase 42,42%. Hal ini menunjukan bahwa kepribadian yang jujur, berakhlak mulia dan teladan masih perlu ditingkatkan karena sesuai dengan pendapat Mulyasa (2007b: 7) pribadi guru sangat berpengaruh dalam membentuk pribadi

Kompetensi Kepribadian (Isman Wiratmadi) 7 peserta didik. Betapa kita membutuhkan pendidik yang shaleh dalam akhlak, perbuatan, sifat yang dapat dilihat oleh muridnya sebagai contoh, Ajami (2006: 33). 3. Faktor menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa Faktor menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa dalam kompetensi Kabupaten Bantul adalah rendah, dengan persentase 36.36%. Hal ini menunjukan bahwa guru penjas SMA Negeri se- Kabupaten Bantul belum mampu menjadi pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa. Hal ini terjadi seperti yang sudah dituliskan di dalam latar belakang bahwa ada kasus dimana guru penjas datang terlambat ketika pembelajaran penjas berlangsung, kejadian ini secara tidak langsung akan mempengaruhi wibawa dari guru tersebut. Di dalam kasus lainnya guru penjas lebih memilih untuk melatih siswa yang akan mengikuti kejuaraan dari pada mengajar dalam pembelajaran penjas, ini menujukan bahwa guru penjas belum mampu untuk menentukan skala prioritas dari sikap yang diambil. 4. Faktor menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri Faktor menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri dalam Negeri se-kabupaten Bantul adalah tinggi, dengan persentase 42,42%. Berdasarkan hasil tersebut menunjukan bahwa guru penjas SMA Negeri di Kabupaten bantul memiliki kinerja yang bagus dalam menjalankan tugasnya sebagai guru. Di dalam profesionalitas kerja, guru penjas SMA Negeri se-kabupaten Bantul memiliki keprcayaan diri yang tinggi dalam menyandang predikat sebagai pendidik dan menjalakan tugas sebagai pendidik secara mandiri.. Menjunjung tinggi kode etik guru Faktor menjunjung tinggi kode etik guru dalam kompetensi kepribadian guru penjas SMA Negeri se-kabupaten Bantul adalah tinggi, dengan persentase 4,4%. Berdasarkan hal tersebut menunjukan bahwa guru penjas SMA Negeri se-kabupaten Bantul memiliki kepahaman yang baik tentang kode etik guru serta mampu mengimplementasikannya dalam kehidupannya sebagi seorang guru. Hal ini sangat penting karena kode etik guru merupakan pedoman sikap dan prilaku dalam menjalankan profesi sebagai pendidik. Berdasarkan hasil penelitian ini Negeri se Kabupaten Bantul sudah baik. Hal ini merupakan suatu pencapaian dari dedikasi dan juga kinerja guru penjas yang cukup membanggakan. Akan tetapi perlu adanya perbaikan dan peningkatan kompetensi kepribadian terutama pada faktor menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa yang masih dalam kategori rendah. Harus disadari bahwa zaman akan terus berkembang, dan tantangan disetiap masa tentunya akan berbeda, sehingga guru penjas selalu dituntut untuk dapat beradaptasi disetiap perubahan yang terjadi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarakan hasil penelitian besarnya Negeri se-kabupaten Bantul adalah satu orang guru (3,03%) berada dalam kategori sangat tinggi, 2 guru (36,36%) kategori tinggi, 0 guru (30,) kategori sedang, 6 guru (8,8%) kategori rendah, dan 4 guru (2,2%) kategori sangat rendah. Berdasarkan hasil dari persentase dan frekuensi terlihat bahwa kompetensi Kabupaten Bantul adalah sebesar (36,36%). Hasil tersebut menunjukan bahwa kompetensi kepribadian guru penjas SMA Negeri di Kabupaten Bantul dalam kategori tinggi. Kondisi kompetensi kepribadian berdasarkan faktor bertindak sesuai norma

Kompetensi Kepribadian (Isman Wiratmadi) 8 agama, hukum, sosial dan kebudayaan dan faktor menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakt berada pada kategori sedang. Faktor menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil dan dewasa berada pada kategori rendah. Faktor menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri dan faktor menjunjung tibggi kode etik guru berada pada kategori sedang. Saran Berdasarkan hasil penelitian diatas, saran yang dapat disampaikan yaitu:. Bagi Guru SMA Negeri di Kabupaten BantulSecara keseluruhan kompetensi kepribadian guru penjas SMA Negeri di Kabupaten Bantul sudah dapat diimplementasikan dengan baik. Akan tetapi perbaikan diri haruslah terus ditingkatkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Musfah Jejen. (20). Peningkatan Kompetensi Guru. Jakarta: Prenada Media Grup. Rohmadi Muhammad. (202). Menjadi Guru Profesional dan Berkarakter. Surakarta: Yuma Pustaka. Ujiono Nunuk. (20). Kinerja Guru Berdasarkan Perangkat PembelajaranPendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatandi Sekolah Menengah Pertama Negeri se-kabupaten Purbalingga. Skripsi. UNY. 2. Bagi Perguruan Mencetak generasi yang lulus cepat dan memiliki IPK tinggi tentunya adalah sesuatu yang patut diapresiasi. Akan tetapi haruslah diingat bahwa pada hakikatnya generasi yang mampu melakukan perubahan bukan hanya dinilai melalui angka, namun melalui generasi yang ditempa sehingga memiliki karakter baik. 3. Bagi Pemerintah Untuk membentuk generasi muda berkarakter diperlukan guru yang memiliki karakter baik. Sehingga diperlukan adanya program untuk membentuk karakter guru. DAFTAR PUSTAKA Faozan Akhmad. (206). Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat perkembangan ekstra kurikuler futsal di SMA Negeri se-kabupaten Kebumen. Skripsi. UNY Janawi. (200). Kompetensi Guru. Bandung: Alfabeta