BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

KUESIONER PENELITIAN

BUPATI POLEWALI MANDAR

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTANN TIMUR TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

III. METODOLOGI PENELITIAN

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

1. Pendahuluan ABSTRAK:

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Mulai. Perumusan Masalah. Lengkap? Ya. Menentukan Tujuan Sistem. Identifikasi Output dan Evaluasi Aspek. Interpretasi Black Box Diagram.

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP

pendahuluan dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur ulang yang mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang.

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan cepat di kota bila

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengelolaan Sampah Terpadu. Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan responden pemukiman elite

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar jiwa (BPS, 2013).

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan kebijakan, penegakan sanksi, serta menyediakan sarana dan prasarana.

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DAERAH

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

SATUAN TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH DOMESTIK KABUPATEN TANAH DATAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MURUNG RAYA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2012 Seri : E

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Study Pustaka Sampling

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI POLEWALI MANDAR

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan membahas mengenai kesimpulan dan rekomendasi yang didapat dari hasil analisis tata kelola persampahan berkelanjutan di Kawasan Perkotaan Sumedang yang ditinjau dari aspek pengurangan sampah untuk memberikan masukan dalam rencana persampahan guna mengantisipasi jumlah perkembangan di kawasan perkotaan yang akan mempengaruhi jumlah timbulan sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir sampah/tempat pemrosesan akhir sampah di TPA Cibeureum Wetan, Sumedang. Dari hasil penelitian mengenai tata kelola persampahan berkelanjutan yang ditinjau dari aspek pengurangan sampah ini akan ditemukan kelemahan studi dan memberikan masukan untuk studi lanjutan yang berhubungan dengan tata kelola persampahan berkelanjutan di Kawasan Perkotaan Sumedang. Adapun kesimpulan dan rekomendasi yang dihasilkan adalah: 5.1 Kesimpulan Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini guna menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan adalah: 1. Untuk penentuan wilayah studi yaitu Kawasan Perkotaan Sumedang, penentuan wilayah studi didasarkan pada kawasan yang memiliki ciri perkotaan di Kabupaten Sumedang adalah Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang dilihat dari status wilayah Kabupaten Sumedang dalam sistem perkotaan Nasional, Provinsi dan Kabupaten Sumedang yaitu: 1) Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Bandung Kawasan Perkotaan Bandung Raya (diluar Kabupaten Sumedang); 2) Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Cirebon (diluar Kabupaten Sumedang); 3) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kadipaten (diluar Kabupaten Sumedang); 170

171 4) Pusat Kegiatan Lokal (PKL/Pusat Kabupaten), yang terletak di Kabupaten Sumedang Sedangkan untuk penentuan wilayah studi di Kawasan Perkotaan Sumedang didasarkan dari fungsi wilayah dan produk RDTR Perkotaan Sumedang Tahun 2014 yaitu Kawasan Perkotaan Sumedang masuk ke dalam PKL Kabupaten Sumedang. PKL perkotaan Sumedang merupakan sebagai kawasan pemerintahan kabupaten dan memiliki intensitas pembangunan non pertanian, dengan cakupan wilayah Kecamatan Sumedang Utara dan Kecamatan Sumedang Selatan. 2. Permasalahan Persampahan di Kawasan Perkotaan Sumedang dari hasil pengamatan dan analisis yang telah dilakukan yaitu: 1. Operasional Perangkutan kurang baik, yaitu kurangnya alat angkut sampah yang didasarkan pada jumlah armada pengangkut sampah yang dalam kondisi baik, hal tersebut menyebabkan terjadinya tundaan pengangkutan sampah di Kawasan Perkotaan Sumedang. 2. Masih sedikitnya kawasan yang sudah terlayani pelayanan kebersihan, hal tersebut dilihat dari baru terlayaninya 7 kelurahan dari 21 desa di kawasan Perkotaan Sumedang yang baru mendapatkan pelayanan kebersihan oleh Badan Lingkungan Hidup, Kabupaten Sumedang. 3. Masyarakat yang belum terlayani pelayanan persampahan dalam menangani permasalahan sampahnya masyarakat lebih memilih untuk melakukan pembakaran sampah tanpa melakukan pemilahan terlebih dahulu. 4. Masih ditemuinya masyarakat yang masih membuang sampah ke sungai/badan air, dari hasil tersebut menunjukan bahwa kesadaran masyarakat akan menjaga kebersihan lingkungan masih kurang. 5. Masyarakat baru memiliki keinginan untuk ikut serta dalam pengurangan sampah, akan tetapi dalam penjalananya masih sedikit masyarakat yang benar-benar ikut berpartispasi dalam rangka mengurangi produksi sampah.

172 3. Tata Kelola Persampahan Berkelanjutan di Kawasan Perkotaan Sumedang di Tinjau dari Aspek Pengurangan Sampah 1. Aspek Kebijakan dan Kelembagaan Dibutuhkannya peningkatan pelayanan kebersihan di Kawasan Perkotaan Sumedang yang semulanya baru melayani 7 Kelurahan untuk meningkatkan penyebaran pelayanan kebersihan ke 14 desa yang belum terlayani pelayanan kebersihan. Dan masih kurangnya penegakan hukum bagi pelaku pelanggaran sampah, sehingga dibutuhkan penegakan hukum bagi pelaku pelanggaran sampah serta dibutuhkannya penerapan sistem Rewad dan Punishment. 2. Aspek Teknis Pengurangan sampah di Kawasan Perkotaan Sumedang saat ini sebagian besar masih dilakukan Pengumpul atau di tempat pembuangan akhir sampah, sedangkan pengurangan sampah di sumbernya masih kurang, masyarakat sebagain kecil baru melakukan pemanfaatan kembali sampah, namun belum sampai pada tahap pengurangan produksi sampah. Dari pengurangan berdasarkan jenis sampah di KSM/Bank Sampah maka menghasilkan komposisi baru yang masuk ke penanganan yaitu sebesar 90.42% merupakan sampah dapur, 1.14% sampah karet, 1.24% sampah kain, 3.95% sampah kayu, 1.07% sampah sterofoam, dan 1.63% sampah permpers. Sedangkan sampah jenis karton/kertas, plastik, botol plastik, kaleng, besi, sedotan dan kaca habis dijual/daur-ulang. Sampah yang masuk ke penanganan kemudian dilakukan pengolahan guna mengurangi beban tampung TPA maka seperti sampah dapur sebanyak 90.92% diolah untuk dijadikan kompos guna mengurangi sampah yang setiap tahunnya diharapkan, pengurangan sampah dengan cara pengomposan terus meningkat dalam jangka waktu rencana selama 20 tahun yaitu tahun 2015 sampai akhir tahun

173 rencana tahun 2035, begitu pula dengan penanganan pengurangan sampah untuk sampah anorganik. Pembentukan jadwal perangkutan berdasarkan jenis sampah, guna memudahkan penanganan sampah. Dengan jadwal pengangkutan berdasarkan harinya: Hari Senin, Rabu dan Jum at untuk sampah organik, hari selasa untuk sampah non-oranik dan hari Kamis untuk sampah B3 dan elektronik, pengangkutan dilakukan pada pukul 08:00-10:00 pagi. Penentuan banyaknya jumlah hari pengangkutan sampah didasarkan pada banyaknya jenis timbulan sampah (komposisi sampah). 3. Aspek Sosial Masyarakat masih menitik beratkan penanganan dan pengurangan sampah sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah, dari hasil penelitian ini didapatkan dengan adanya peran serta masyarakat yang turut aktif dalam pengurangan sampah seperti ikut serta dalam kegiatan pemilihan dan pemilahan sampah, pengurangan sampah baik dengan pembatasan sampah, daur ulang sampah dan penggunaan kembali sampah serta ikut dalam kelompok peduli sampah/bank Sampah maka rencana pengurangan sampah dalam kurun waktu 20 tahun ini dapat terlaksana dan tercapai. 4. Aspek Sarana Persampahan Pengadaan sarana persampahan didasarkan pada jumlah volume timbulan sampah yang ada, dengan dilakukan pengurangan sampah maka dapat mempengaruhi jumlah pengadaan sarana sampah yang dibutuhkan. Gambar V.1 Pengelolaan Sampah Sebelum Pengurangan Sumber Timbulan Sampah (100%) Pengumpulan (100%) Perangkutan (100%) Pemprosesan Akhir (100%)

174 Keterangan: Sebelum dilakukan pengurangan sampah dari permukiman tidak dilakukan pemilahan terlebih dahulu maka komposisi dari kawasan permukiman sebesar 100%, masuk ke penanganan dan/atau pemprosesan akhir sama. Gambar V.2 Pengelolaan Sampah Sesudah Pengurangan Sumber Timbulan Sampah Partisipasi Masyarakat/KSM Proses Pemisahan Sampah Proses Pemilahan Sampah Sampah Organik (90.92 %) B3 (2.19%) Sampah Anorganik (9.08%) Pengomposan Gas dan Kompos (22.73 %) PENGURANGAN 75% Pemanfaatan Kembali Daur Ulang Penjualan Sampah (2.40 %) Sisa Sampah dan Residu (25 %) Penanganan PEMBUANGAN AKHIR

175 Keterangan: Sampah B3, elektronik dan Residu tidak dilakukan pengolahan di bank sampah, untuk sampah B3, elektronik dan residu langsung diangkut ke penanganan. Tabel V.1 Komposisi Sampah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Pengurangan Sampah No Jenis Sampah Komposisi Sampah TPA Komposisi Sampah Yang Masuk Ke TPA Setelah Dikurangi 1 Sampah Organik 66.6 90.42 2 Karton/Kertas 7.44 0.00 3 Karet 0.84 1.14 4 Kain 0.91 1.24 5 Kayu 2.91 3.95 6 Plastik 12.24 0.00 7 Popok/Pembalut 1.2 1.63 8 Botol Plastik 5.27 0.00 9 Sterofoam 0.79 1.07 10 Aluminimum 0.41 0.56 11 Kaleng 0.41 0.00 12 Besi 0.12 0.00 13 Sedotan 0.07 0.00 14 Kaca/beling 0.79 0.00 Persentase 100 100 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2015 5.2 Rekomendasi Untuk meningkatkan tata kelola persampahan berkelanjutan di Kawasan Perkotaan Sumedang, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan pemerintah daerah Kabupaten Sumedang termasuk masyarakat diantaranya adalah: 1. Peningkatan perluasan wilayah pelayanan persampahan untuk seluruh Perkotaan Sumedang bahkan sampai satu Kabupaten, dan penambahan petugas kebersihan guna mendukung penambahan perluasan wilayah pelayanan kebersihan untuk setiap keluarahan/desa. 2. Penerapan pengelolaan sampah berkelanjutan dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) dimulai dari sumbernya baik rumah tangga/kelompok.

176 3. Peningkatan peran wanita dalam pengelolaan sampah berkelanjutan di lingkungan permukiman. 4. Pembentukan bank sampah dan/atau kelompok swadaya masyarakat peduli sampah disetiap kelurahan, dengan menjadikan bank sampah/ksm Karya Bhakti di Kelurahan Talun sebagai percontohan pembentukan bank sampah disetiap Kelurahan/desa. 5. Peningkatan pengurangan sampah dengan teknik reuse dan recycle, dengan kerjasama antar pihak baik pemerintah, swasta, masyarakat dan/atau kelompok masyarakat. Adapun bantuan yang dapat diberikan oleh pihak swasta baik bentuk fisik maupun bantuan materil, seperti dalam pemberian bantuan berupa sarana dan prasarana sampah, pengadaan dan/atau penjualan barang yang ramah lingkungan, sebagai pihak produsen dalam pembatasan sampah pelastik dengan pengadaan dan/atau pemberian kantung belanjaan sehingga diharapkan mampu mengurangi produksi sampah. 6. Pengadaan TPA baru dengan menggunakan sistem Controlled landfill. 7. Pemberian penyuluhan/ pendidikan, pengawasan kepada masyarakat dalam pengelolaan sampah berkelanjutan. 8. Melakukan penanganan sampah yaitu pemupukkan skala rumahan yaitu dengan memanfaatkan lubang biopori. 9. Pengadaan lahan untuk TPS 3R untuk setiap kelurahan, dan pembangunan tempat serta pengadaan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta. 5.3 Kelemahan Studi Adapun beberapa kelemahan studi yang terdapat dalam penelitian ini terkait dengan tata kelola persampahan berkelanjutan di Kawasan Perkotaan Sumedang yang ditinjau dari aspek pengurangan sampah adalah sebagai berikut: 1. Hanya mengkaji pada wilayah internal, terfokus pada wilayah PKL saja (perkotaan) kurang memperhatikan wilayah luar. 2. Hanya mengkaji sampah rumah tangga berdasarkan jenisnya, tidak mengkaji sampah sejenis sampah rumah tangga.

177 3. Kurangnya pendalaman beberapa aspek dalam tata kelola persampahan seperti aspek pembiayaan, oprasional perangkutan dan penentuan tata letak lokasi pengadaan prasarana sampah. 4. Kurang memperhatikan secara detail mengenai isu persoalan persampahan di TPS dan TPA cibereum. 5. Kurangnya penerapan dalam aspek teknis karena keterbatasan pengetahuan penulis dalam pengelolaan sampah. 6. Baru mengkaji pengurangan sampah pada tempat pengumpul/kelompok swadaya masyarakat, belum sampai pada pengurangan sampah dari sumbernya. 5.4 Saran Studi Lanjutan Adapun saran untuk studi lanjutan dalam tata kelola persampahan berkelanjutan yaitu diharapkan dapat melengkapi dan menambahkan kekurangankekurangan dari penelitian sebelumnya agar menghasilkan tata kelola persampahan berkelanjutan yang lebih baik, adapaun saran untuk studi lanjutan tata kelola persampahan berkelanjutan yaitu: 1. Perluasan wilayah penelitian menjadi seluruh Kabupaten Sumedang. 2. Penambahan pengkajian persoalan persampahan non domestik/sampah sejenis sampah rumah tangga. 3. Mengkaji tentang aspek pembiayaan, sistem oprasional perangkutan dan penempatan lokasi prasarana sampah guna memperbaiki dan penambahan guna mendukung tata kelola persampahan berkelanjutan. 4. Mengkaji keterkaitan hubungan partisipasi masyarakat dengan timbulan produksi sampah terhadap pengurangan sampah, baik dari sisi persepsi dan peran serta masyarakat terhadap pengurangan sampah. 5. Penambahan studi lanjutan terhadap penanganan sampah di lingkungan perumahan.