BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan kerja, yang merupakan perlindungan tenaga kerja terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2020 mendatang, di mana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan persyaratan yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan usaha mikro, kecil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE OWAS DAN ANALISIS KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PERONTOKAN PADI

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyebutkan industri kreatif

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. efektif dalam arti perlunya kecermatan penggunaan daya, usaha, pikiran, dana dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. dan mengobati kecelakaan kerja dan penyakit sudah lama diketahui dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada

BAB I PENDAHULUAN. sakit akibat pekerjaanya itu, baik itu berupa cedera, luka-luka atau bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara agraris, yang dimana. mayoritas penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Saat ini pembangunan industri menjadi salah satu andalan dalam

Carpal Tunnel Syndrome di Bagian Instalasi Gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

BAB I PENDAHULUAN. Laundry dikenal sebagai kegiatan binatu atau pencucian pakaian dengan. mencucikan pakaian-pakaian (Samsudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang nyaman, efisien dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencukupi kehidupan dan/atau untuk aktualisasi diri. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa data di 3 group pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ergonomi dan psikososial yang berdampak pada kesehatan pekerja.

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali


BAB II LANDASAN TEORI. 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri

PENILAIAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO PADA SAAT MELAKAKUKAN PEKERJAAN DENGAN METODE MANUAL TASKS RISK ASSESSMENT

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran risiko..., Pongki Dwi Aryanto, FKM UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Depkes RI (2007), perawat adalah seorang yang telah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya dikarenakan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja, sebagaian besar diperkirakan 2.2 juta meninggal karena berbagai penyakit hubungan kerja. Berdasarkan perkiraan 6.300 kematian karena penyakit hubungan kerja yang terjadi setiap hari, sebanyak 5.500 dikarenakan berbagai jenis penyakit hubungan kerja. ILO juga memperkirakan bahwa 160 juta kasus penyakit hubungan kerja non fatal terjadi setiap tahun. Menurut Peraturan Pemerintah 50 tahun 2012 keselamatan dan kesehatan kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu bentuk perlindungan terhadap pekerja sehingga tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat, dan produktif menuju peningkatan produktivitas nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Peranan K3 ini tentunya sangatlah penting, terutama pada era industrialisasi seperti sekarang ini, dimana penggunaan mesin-mesin, pesawat-pesawat instalasi serta bahanbahan berbahaya semakin meningkat. Hal tersebut akan meningkatkan jumlah dan ragam sumber bahaya di tempat kerja, dan mempengaruhi peningkatan jumlah maupun keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan.

Kesehatan kerja mutlak harus dilaksanakan di dunia kerja dan di dunia usaha oleh semua orang yang berada ditempat kerja sesuai dengan UU No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 35 menyebutkan bahwa pemberi kerja dalam mempekerjakan tenaga kerja wajib memberikan perlindungan yang mencakup kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan baik mental maupun fisik tenaga kerja. Meskipun sering kali kesehatan kerja diabaikan karena dampaknya akan terlihat beberapa tahun berikutnya namun bukan berarti kesehatan kerja menjadi persoalan yang sepele. Berbagai potensi bahaya (sering disebut juga sebagai hazard atau faktor resiko) dan risiko ditempat kerja mengancam diri pekerja sehingga dapat menimbulkan cedera atau gangguan kesehatan. Badan Statistik Pekerja di Amerika melaporkan bahwa sebanyak 207.500 pekerja mengalami penyakit akibat kerja pada tahun 2011, penyakit kulit, kehilangan pendengaran dan kondisi pernafasan dimana ketiga hal tersebut adalah yang paling prevalensi dalam penurunan kesehatan (ILO, 2013) Di industri manufaktur, penyakit akibat kerja tidak dapat dihindari mengingat proses kerja yang dilakukan karyawan beragam dengan beban material yang cukup berat, terutama untuk pekerja yang telah memiliki masa kerja yang cukup lama. Umumnya penyakit akibat kerja yang terjadi di industri manufaktur diantaranya musculoskeletal disorders (MSDs), penyakit akibat kerja yang timbul dari pendengaran, paparan kimia, kekerasan ditempat kerja (Ontario Ministry of Labour, 2012) Pekerjaan dengan intensitas gerakan berulang tinggi pada manual handling mempunyai faktor resiko terjadinya musculoskeletal disorders (MSDs). Penyakit hubungan kerja musculoskeletal disorder (MSDs) adalah sekelompok gangguan pada

otot, tendon, dan saraf seperti carpal tunnel syndrome, tendonitis, thoracic outlet syndrome, dan tension neck syndrome (CCOHS, 2014). Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian otot-otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai berat. Keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20% dari kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot. Gejalanya terdiri dari sensasi terbakar ditangan, berkurangnya kekuatan pegangan ditangan, pembengkakan atau kekauan pada sendi, nyeri dipergelangan tangan, lengan, siku, leher atau kembali dikuti dengan rasa tidak nyaman, pengurangan berbagai gerakan di bahu, leher atau punggung, gatal, kering, sakit pada mata dan kram. Jika dalam hal ini otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama maka dapat menyebabkan kerusakan pada otot, saraf, tendon, persendian, kartilago dan discus invertebrata (Tarwaka, 2004). Sejalan dengan pernyataan dari anggota Uni Eropa, MSDs mewakili penyakit hubungan kerja yang paling umum. MSDs termasuk carpal tunel syndrome mewakili 59% dari seluruh penyakit yang ditemukan menurut data Statistik Penyakit Kerja Eropa pada tahun 2005. Pada tahun 2009, WHO melaporkan bahwa MSDs lebih dari 10% mengakibatkan kecacatan. Di Republik Korea, MSDs meningkat secara tajam dari 1634 kasus pada tahun 2001 menjadi 5502 kasus pada tahun 2010. Inggris melaporkan bahwa

MSDs meningkat kira kira 40% dari semua kasus penyakit hubungan kerja untuk periode 2011 2012 (ILO, 2003). Menurut Melissa dalam Maijunidah (2010) pekerjaan-pekerjaan dan sikap kerja yang statis sangat berpotensi mempercepat timbulnya kelelahan dan nyeri pada otot-otot yang terlibat. Jika kondisi seperti ini berlangsung setiap hari dan dalam waktu yang lama (kronis) bisa menimbulkan sakit permanen dan kerusakan pada otot, sendi, tendon, ligamen, dan jaringan-jaringan lain. Selain itu, bekerja dengan rasa sakit dapat mengurangi produktivitas serta efisiensi kerja dan apabila bekerja dengan kesakitan ini diteruskan maka akan berakibat pada kecacatan yang akhirnya menghilangkan pekerjaan bagi pekerjanya. Terdapat lebih dari sepertiga dari seluruh waktu kerja yang hilang (lost time injuries) karena hal ini. Berdasarkan hasil studi Departemen Kesehatan dalam profil masalah kesehatan di Indonesia tahun 2005, menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita pekerja sehubungan dengan pekerjaannya. Gangguan yang dialami pekerja, menurut penelitian yang dilakukan terhadap 9.482 pekerja di 12 kabupaten atau kota di Indonesia, umumnya berupa penyakit musculoskeletal disorders (16%), kardiovaskuler (8%), gangguan saraf (6%), gangguan pernafasan (3%), dan gangguan THT (1,5%) (Maijunidah, 2010). OSHA (2015) menyebutkan risiko cidera karena MSDs tergantung pada posisi kerja dan postur, seberapa sering tugas dilakukan, tingkat usaha yang dibutuhkan dan berapa lama tugas berlangsung. Faktor risiko yang dapat menyebabkan perkembangan MSDs meliputi mengerahkan kekuatan yang berlebihan (force), melakukan tugas yang sama

berulang ulang (repetitive), bekerja dipostur janggal atau bekerja pada postur yang sama untuk jangka waktu yang lama (awkward posture), tekanan pada bagian tubuh tertentu, suhu dingin, dan kombinasi paparan dengan beberapa faktor risiko. Diantara 6 faktor yang mempengaruhi keluhan MSDs, faktor repetisi atau gerakan berulang menjadi faktor yang perlu diteliti karena pekerja dihadapkan pekerjaan yang sama setiap hari dengan beban yang sama secara berulang ulang dalam kurun waktu 8 jam, apalagi jika ada penambahan jam kerja, baik beban berat maupun ringan apabila dilakukan secara terus menerus dapat mengakibatkan MSDs. Gerakan yang berulang-ulang akan sangat berbahaya pada kegiatan manual handling terutama ketika mereka melibatkan kelompok otot dan sendi yang sama berulang-ulang dan ketika kita melakukan gerakan yang sama terlalu sering, terlalu cepat dan terlalu lama.tugas yang membutuhkan gerakan yang berulang-ulang selalu melibatkan faktor risiko lain seperti keluhan MSDS untuk posisi tubuh dan tekanan yang tetap. Para buruh, dalam rangka menjalankan tugas harus menjaga bahu dan leher dalam posisi yang tetap untuk mengerahkan kekuatan tertentu (CCOHS, 2014). Gerakan berulang (Repetitive) yang dilakukan oleh para pekerja biasanya pada proses pengangkatan, pengelasan, dan penghalusan. Pada proses pengangkatan pekerja harus mengangkat beban yang sama selama beberapa kali dalam sehari, yang memungkinkan pekerja mengalami keluhan MSDs. Pada proses pengelasan dan penghalusan para pekerja selalu melakukan gerakan yang sama, sehingga memungkinkan pekerja mengalami keluhan MSDs.

Bird & Hill (1992) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa 13 wanita telah memiliki gejala muskuloskeletal selama bekerja di pekerjaan industri dengan tugas yang berulang yang dirujuk oleh serikat pekerja mereka untuk ditelusuri lebih lanjut penyebab dan gejalanya. Salah satu dari mereka diketahui memiliki rheumatoid arthritis. Gejala awal kelemahan yang menyebar tapi selalu hilang dengan istirahat. Beberapa bulan kemudian lokalisasi gejala pada tendon, saraf, atau enthesis bisa diprediksi dari analisis tindakan yang diperlukan dalam tugas berulang tertentu. Para peneliti mengklasifikasikan pengulangan pekerjaan yang tinggi jika waktunya untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut adalah kurang dari 30 detik, atau pengulangan rendah jika waktunya untuk menyelesaikan pekerjaan lebih dari 30 detik (CCOHS, 2014). PT. Dharma Polimetal memiliki 5 plant produksi dimana semuanya memiliki potensi untuk melakukan gerakan berulang (Repetitive). Namun peneliti memilih wheel rim plant karena pekerja melakukan lebih dari 1 proses kerja dengan beban kerja cukup berat. Wheel rim plant adalah plant produksi penghasil pelek roda mobil dan motor dengan proses kerja welding sampai dengan plating. 1 orang pekerja dapat mengerjakan beberapa proses dengan jumlah pelek roda motor mobil yang dihasilkan selama waktu kerja 8 jam sebanyak 900 buah sehingga tingkat pengulangan cukup tinggi yang dapat menimbulkan keluhan MSDs. Berdasarkan observasi peneliti yang dilakukan pada 10 pekerja proses wheel rim PT. Dharma Polimetal, terdapat 7 pekerja yang mengalami keluhan musculoskeletal disorders. MSDs sendiri masuk pada peringkat ke-9 dari 10 besar penyakit akibat kerja

pada bulan Februari 2015, sehingga peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara gerakan berulang dengan keluhan MSDs pada pekerja proses wheel rim di PT. Dharma Polimetal. B. Identifikasi Masalah Faktor yang mempengaruhi MSDs meliputi mengerahkan kekuatan yang berlebihan (force), melakukan tugas yang sama berulang-ulang (repetitive), bekerja dipostur janggal atau bekerja pada postur yang sama untuk jangka waktu yang lama (awkward posture), tekanan pada bagian tubuh tertentu, suhu dingin, dan kombinasi paparan dengan beberapa faktor risiko. Force adalah jumlah usaha tubuh kita yang harus dikerahkan untuk mengangkat benda, menggunakan alat, atau untuk bergerak. Kekuatan lebih sama dengan usaha yang berlebih pada berotot, dan akibatnya, waktu yang lebih lama diperlukan untuk memulihkan antara tugas-tugas. Di PT. Dharma Polimetal wheel rim plant terdapat proses kerja yang mengharuskan pekerja untuk mengerahkan tenaga secara berlebih namun mereka melakukan pekerjaannya dalam posisi duduk yang sedikit mengurangi potensi terjadinya keluhan MSDs. Repitisi adalah melakukan gerakan yang sama atau serangkaian gerakan terusmenerus atau sering untuk jangka waktu yang panjang. Berdasarkan hasil observasi, di PT. Dharma Polimetal semua pekerja melakukan pekerjaan lebih dari satu proses kerja yang melibatkan gerakan yang sama secara berulang ulang selama kurang lebih 8 jam

sehingga potensi timbulnya keluhan MSDs sangat besar. Postur yang janggal menempatkan kekuatan yang berlebihan pada sendi dan membebani otot dan tendon di sekitar sendi yang dipengaruhi. Sendi tubuh yang paling efisien ketika mereka beroperasi paling dekat dengan rentang gerak pertengahan sendi. Risiko MSDs meningkat ketika sendi yang bekerja berulang-ulang atau untuk jangka waktu yang berkelanjutan tanpa waktu pemulihan yang memadai. postur menyebabkan efek buruk pada berbagai segmen tubuh mereka. Menurut pengamatan, di PT. Dharma Polimetal ada beberapa proses pekerjaan yang mengharuskan pekerja melakukan postur janggal namun tidak ditemukan keluhan selama pekerja dalam kondisi sehat. Tekanan pada bagian tubuh tertentu diartikan sebagai menekan tubuh atau bagian tubuh (misalnya tangan) terhadap tepi keras atau tajam, atau menggunakan tangan sebagai palu. Pekerja di PT. Dharma Polimetal dalam melakukan pekerjaannya melibatkan semua anggota tubuh sehingga tidak ditemukan penekanan pada bagian tubuh tertentu. Secara umum, bila terlalu dingin, atau ketika kita menyentuh bahan dingin, tangan kita dapat menjadi mati rasa. Dengan tangan mati rasa, kita lebih cenderung untuk salah menilai jumlah gaya yang perlu dilakukan dan menggunakan terlalu banyak. Sebuah lingkungan yang dingin juga membuat tubuh kita kurang fleksibel. Setiap gerakan yang kita buat dan setiap posisi yang kita pegang membutuhkan lebih banyak pekerjaan, dan kemudian MSDs lebih mungkin terjadi. Kondisi wheel rim plant di PT. Dharma Polimetal memiliki suhu yang panas sehingga tidak ada potensi MSDs karena suhu dingin.

Kombinasi paparan dari berbagai macam faktor risiko dapat meningkatkan risiko terkena MSDs daripada hanya terpapar satu risiko. Menurut hasil pengamatan, tidak semua pekerja di wheel rim plant PT. Dharma Polimetal terpapar lebih dari 1 faktor resiko sehingga kemungkinan kombinasi risiko multifactor terhadap timbulnya keluhan MSDs sangat minim. Gerakan berulang pada manual handling mempunyai faktor resiko terjadinya musculoskeletal disorders (MSDs). Dengan melihat keterkaitan antara banyaknya aktivitas gerakan berulang pada manual handling yang dapat menyebabkan keluhan MSDs pada pekerja wheel rim, maka penulis melakukan penelitian. Berdasarkan latar belakang di atas, maka akan terjawab beberapa pertanyaan dalam penelitian ini seperti : 1. Bagaimana gerakan berulang pada manual handling yang dilakukan oleh pekerja wheel rim plant PT. Dharma Polimetal 2. Bagaimana tingkat keluhan MSDs pada pekerja proses Wheel rim plant PT. Dharma Polimetal 3. Bagaimana hubungan gerakan berulang pada manual handling dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pekerja wheel rim plant PT. Dharma Polimetal.

C. Pembatasan Masalah Penulis tertarik untuk meneliti gerakan berulang (repetitive) pada manual handling karena pekerja melakukan pekerjaan lebih dari satu proses kerja yang melibatkan gerakan yang sama secara berulang ulang selama kurang lebih 8 jam dan juga dikarenakan tuntutan dari perusahaan yang mengharuskan pekerja menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, sehingga pekerja melakukan gerakan berulang secara cepat. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas, maka timbul pertanyaan Bagaimanakah hubungan antara gerakan berulang pada manual handling dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pekerja wheel rim plant PT. Dharma Polimetal. E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan gerakan berulang pada manual handling dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pekerja wheel rim plant PT. Dharma Polimetal

2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi gerakan berulang pada manual handling pekerja wheel rim plant PT. Dharma Polimetal; b. Mengidentifikasi musculoskeletal disorders (MSDs) di wheel rim plant PT. Dharma Polimetal; c. Menganalisa hubungan gerakan berulang pada manual handling dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pekerja wheel rim plant PT. Dharma Polimetal. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pengetahuan tentang posisi kerja dan muskuloskeleta disorder di lingkungan masyarakat sehingga Perusahaan dapat mengintervensi untuk menurunkan angka Musculoskeletal disorder. 2. Bagi jurusan kesehatan masyarakat Hasil penelitian dapat dikembangkan dan sebagai acuan dan gambaran untuk meneliti masalah musculoskeletal disorder 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian dapat disajikan dalam suatu bidang studi kesehatan masyarakat dengan metode ilmiah sebagai penerapan disiplin kesehatan dan keselamatan kerja dalam bentuk karya ilmiah.