BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

dokumen-dokumen yang mirip
HARTANTO A

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi merupakan suatu industri yang melibatkan kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. terapan maupun aspek penalarannya mendukung kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan oleh : NARTI A

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan merupakan usaha. sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh: LAILATUL HIJRIYAH A

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eli Hermawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak orang yang cenderung

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun lembaga non-formal, karena lembaga-lembaga tersebut memegang

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh: ERWIN SETYANINGSIH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sekarang ini telah mulai

I. PENDAHULUAN. ataupun tidaknya suatu pendidikan pada bangsa tersebut. Oleh karena itu, saat ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMAHAMAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN HEURISTIK

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN HEURISTIK PADA POKOK BAHASAN KELILING DAN LUAS SEGI EMPAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

(Survey di Perguruan Tinggi di Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena

STUDI PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI EMOTIONAL QUOTIENT (EQ)

kebenaran yang didasarkan atas manfaat atau kegunaannya(soleh, 1988).

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PRODI DIII KEBIDANAN STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang

BAB I PENDAHULUAN. Berikut tabel nilai ulangan terakhir siswa dengan KKM = 80. Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Ekonomi Siswa Kelas X Sos 1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sekolah yang tidak lepas dari cita-cita mencetak

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan siswa menyelesaikan soal cerita matematika meningkat. Dalam. dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang berkualitas yang disajikan. Kesuksesan dari perusahaan bisa

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan guru dalam pembelajaran di kelas. Guru diharapkan mampu lebih. pendidikannya atau yang akan terjun ke masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dengan siswa dapat memahami dan mengerti maksud pembelajaran.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang cerdas dan berkualitas. apabila ada usaha atau upaya yang dilakukan. Niat atau tekad yang kuat yang

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. 1. perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. namun tergantung dari profesi dan kesenangan masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN. karena sumber daya manusia secara aktif mendorong produktifitas. karena itu perusahaan harus selalu memperhatikan, menjaga, dan

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

EFFECTIVENESS OF GROUP COUNSELING SERVICES TO IMPROVE EMOTIONAL INTELLIGENCE

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dicapai siswa dapat memenuhi kriteria pencapaian tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROFIL KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH SOAL LINGKARAN BERDASARKAN KECERDASAN EMOSIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB V PENUTUP. 1. Hasil skor kreativitas siswa diperoleh bahwa rata-rata tingkat kreativitas

KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN INTELEKTUAL MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG SISI DATAR DAN KETRAMPILAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL ( PTK

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dilalui setiap individu dalam setiap jenjang pendidikan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar, terprogram

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Kemampuan. hidupnya. Tanpa dunia luar manusia akan mati.

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. diperolehnya. Pencapaian prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIMETRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DENGAN PERMAINAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu langkah pemerintah untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah penting bagi manusia dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, karena menyangkut kelangsungan hidup manusia dan tingkat kecerdasan bangsa. Manusia tidak akan cukup hanya tumbuh dan berkembang dengan dorongan alamiah saja, tetapi membutuhkan pendidikan. Pendidikan menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan dan ilmu pengetahuan manusia dapat mengembangkan dirinya untuk dapat mengatasi dan memenuhi kebutuhan hidup yang semakin kompleks. Matematika merupakan salah satu pelajaran yang menduduki peran penting dalam pendidikan dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan pendidikan matematika diberikan pada semua jenjang mulai dari SD sampai ke perguruan tinggi, namun hasil belajar yang dicapai siswa dalam mata pelajaran matematika masih rendah. Rendahnya hasil belajar matematika yang dicapai tersebut dapat berasal dari faktor eksternal yang berasal dari luar individu seperti metode pembelajaran ataupun faktor internal dalam diri siswa seperti tingkat kecerdasan emosional. 1

2 Peran guru dalam proses pembelajaran sangatlah penting. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat oleh sebagian guru sering tidak diperhatikan dan dianggap sebagai suatu hal yang kurang penting, sehingga sebagian guru hanya mengajar dengan metode konvensional. Hal tersebut menjadikan guru kurang kreatif, siswa hanya bersifat pasif terhadap pelajaran dan hasil belajar siswa juga tidak mengalami perubahan menjadi lebih baik. Oleh sebab itu, untuk mendorong peningkatan sumberdaya manusia yang berkualitas, dimana pendidikan sebagai salah satu kuncinya, maka guru harus bersedia dan mampu mengembangkan diri agar lebih kreatif dan terbuka, baik pada perkembangan dunia pendidikan, IPTEK, kebutuhan siswa maupun kebutuhan masyarakat. Sekolah-sekolah di Indonesia telah memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pergantian dan penggunaan kurikulum ini sering membuat bingung guru bahkan siswa, tetapi pada dasarnya pembelajaran yang diharapkan pemerintah indonesia tidak lain untuk menuntut siswa aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Sikap aktif, inovatif dan kreatif siswa dapat terwujud jika siswa diposisikan menjadi subjek dalam pembelajaran, sedangkan peran guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator siswa untuk belajar, bukan sebagai sumber belajar. Oleh sebab itu, guru juga dituntut untuk lebih inovatif dan kreatif dalam menanggapi hal-hal tersebut, dan juga diharapkan untuk lebih memperhatikan penggunaan metode maupun strategi pembelajaran. Hal

3 tersebut ditujukan agar proses pembelajaran terkesan tidak membosankan, sehingga siswa tertarik untuk belajar matematika. Suatu metode yang telah ditetapkan dalam proses pembelajaran belum tentu sesuai dengan pokok bahasan yang ada karena metode mengajar mempunyai karakteristik tertentu dengan kelebihan dan kekurangan masingmasing. Tidak ada suatu metode yang paling baik diantara yang lainnya, karena metode mengajar dapat dirasakan baik, apabila telah diujicobakan untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu. Seorang guru tidak dapat memilih metode mengajar sesuai dengan materi pelajaran dan tujuan pembelajaran, kemampuan guru dalam mengajar, tingkat kecerdasan siswa, serta pengalaman siswa yang diberi pelajaran. Guru tidak harus memilih dan menggunakan satu metode saja, tetapi dapat menggunakan gabungan dari beberapa metode atau memodifikasi metode, guru juga harus memberikan bimbingan, menciptakan situasi yang dapat melibatkan siswa untuk aktif berfikir, menggemukakan ide-ide dan kemampuan penguasaan materi yang dimiliki guru serta kecintaan pada profesinya. Guru telah banyak mengenal metode pembelajaran namun dalam pembelajaran matematika metode yang biasanya digunakan yaitu metode konvensional. Penggunaan metode ini bertujuan untuk mendorong siswa agar dapat memahami materi palajaran yang disampaikan, tetapi metode konvensional mempunyai kelemahan yaitu guru sebagai pemeran utama dalam menentukan isi dan urutan langkah dalam penyampaian materi

4 sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mencatat pokok-pokok materi yang disampaikan oleh guru. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dikembangkan metode pembelajaran yang lebih melibatkan siswa secara aktif baik melihat, mengamati dan menganalisis bagaimana proses terjadinya suatu rumus. Salah satu metode pembelajaran yang berusaha menjadikan siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar adalah metode inquiry. Menurut Sagala (dalam Hardini, 2012: 33) metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dan dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini siswa yang lebih aktif dalam pembelajaran sehingga diharapkan konsep yang tertanam dalam diri siswa lebih mantap, sedangkan peran guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing siswa dalam proses belajar. Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk mencapai hasil belajar yang optimal, seseorang harus memiliki Intellegence Quotien (IQ) yang tinggi, karena intelegensi merupakan bekal potensi yang akan memudahkan dalam belajar dan pada akhirnya akan mencapai hasil belajar yang optimal. Adapun hakekat intelegansi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.

5 Pada kenyataanya, dalam proses belajar mengajar sering ditemukan siswa yang tidak dapat mencapai hasil belajar yang sesuai dangan kemampuan intelegensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi tetapi tidak dapat mencapai hasil belajar yang optimal, namun ada siswa yang kemampuan intelegensinya rendah tetapi dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Kemampuan intelegensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mepengaruhi. Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor-faktor kekuatan yang lain, diantaranya kecerdasan emosional (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama (Goleman, 2002: 44). Dalam proses belajar siswa, kedua intelegensi itu sangat diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa penghayatan emosional terhadap mata pelajaran khususnya matematika yang disampaikan di sekolah. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah (Goleman, 2002). Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang dipahami siswa saja, tetapi juga perlu mengembangkan tingkat emotional intelligence siswa. Seperti telah disinggung di atas, tingkat kecerdasan emosional siswa menjadi faktor yang tidak kalah penting dari faktor kecerdasan intelektual.

6 Apalagi dalam pembelajaran matematika yang menekankan pada aspek ketrampilan berhitung, ketrampilan abstraksi, ketrampilan spasial, ketrampilan logika (penalaran) dan ketrampilan numerik (olah angka). Dengan demikian hal-hal yang berkaitan dengan subdimensi emosional quotient seperti perhatian, minat, konsentrasi, sikap, motivasi, dan kondisi psikologis siswa perlu dikenali dan dikembangkan agar hasil belajar siswa dapat optimal. Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Melalui Metode Inquiry Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Tingkat Kecerdasan Emosional Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Surakarta. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dalam penelitian, yaitu: 1. Metode pengajaran yang digunakan guru di dalam proses belajar mengajar masih menggunakan metode konvensional (ceramah). 2. Kurang tepatnya metode yang digunakan seorang guru matematika di dalam menyampaikan pokok bahasan tertentu. 3. Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan kurang optimalnya usaha yang dilakukan siswa untuk menguasai pelajaran yang telah dibelikan oleh guru.

7 4. Tingkat kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang hasil belajar matematika siswa. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian dapat lebih terarah, efektif, efisien dan dapat dikaji lebih mendalam, maka perlu adanya pembetasan masalah. Batasan-batasan masalah dalam penelitian ini meliputi: 1. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode inquiry untuk kelas eksperimen dan metode konvensional untuk kelas kontrol. 2. Tingkat kecerdasan emosional yang dimaksud adalah mengenal emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, empati dan membina hubungan yang diukur melalui angket. 3. Hasil belajar matematika siswa dalam penelitian ini dibatasi pada hasil belajar pada sub pokok bahasan luas dan keliling lingkaran yang diperoleh dari hasil penelitian. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka dirumuskan permasalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh metode inquiry dan metode konvensional terhadap hasil belajar matematika siswa?

8 2. Apakah ada pengaruh tingkat kecerdasan emosional terhadap hasil belajar matematika siswa? 3. Apakah terdapat efek interaksi antara metode inquiry dan tingkat kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa? E. Tujuan Penelitian Sebuah tindakan pasti memiliki sebuah tujuan begitu pula dengan penelitian ini. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran inquiry terhadap hasil belajar matematika siswa. 2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat kecerdasan emosional terhadap hasil belajar matematika siswa. 3. Untuk mengetahui efek interaksi antara pemakaian metode inquiry dan tingkat kecerdasan emosional terhadap hasil belajar matematika siswa. F. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini ada dua manfaat yang dapat diambil yaitu: 1. Manfaat Teoritis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pembelajaran matematika utamanya dalam penggunaan metode inquiry sebagai upaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa.

9 2. Manfaat Praktis a. Sebagai masukan bagi calon guru matematika dalam menentukan metode mengajar yang dapat menjadi alternatif dalam pengajaran matematika. b. Memberikan informasi kepada guru atau calon guru matematika untuk lebih memperhatikan tingkat kecerdasan emosional siswa dalam mencapai hasil belajar. c. Memberikan masukan kepada siswa untuk meningkatkan kegiatan belajar, mengoptimalkan kemampuan berfikir positif dalam mengembangkan dirinya untuk meraih keberhasilan belajar yang optimal. d. Sebagai motivator dan bahan informasi atau dokumentasi yang dapat dijadikan landasan bagi peneliti selanjutnya.