BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan sebagai air minum, memasak makanan, mencuci, mandi, dan. Ketersedian air bersih merupakan hal yang selayaknya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Worm dan Hattum (2006), penampungan air hujan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur kepuasan pelanggan, yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya air bersifat dinamis dalam kualitas dan kuantitas, serta dalam

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

I. PENDAHULUAN. bagi manusia. Bagi kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan air baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam cara, tergantung kondisi geografisnya. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan hidup manusia sehari-harinya berbeda pada setiap tempat dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun

Mengapa Air Sangat Penting?

SUMBER AIR SESUATU YANG DAPAT MENGHASILKAN AIR (AIR HUJAN, AIR TANAH & AIR PERMUKAAN) SIKLUS AIR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INSTALASI PLUMBING (AIR BERSIH DAN AIR KOTOR) Kuliah 7, 26 Oktober 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KEBUTUHAN AIR DOMESTIK UNTUK DAERAH PANTAI (STUDI KASUS: KOTA BANDAR LAMPUNG)

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERTEMUAN XI PINTU DAN JENDELA. Oleh : A.A.M

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk

Air bagi Kehidupan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

AIR BERSIH GEDUNG BERTINGKAT

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang

Tabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan. Perdesaan

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun makluk hidup

SISTEM JARINGAN AIR BERSIH. Disiapkan Oleh: Muhammad Iqbal, ST., M.Sc Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Malikussaleh Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. langsung, pertanian, perikanan, transportasi, konstruksi, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

Perencanaan Sistem Penampung Air Hujan Sebagai Salah Satu Alternatif Sumber Air Bersih di Rusunawa Penjaringan Sari Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas

Tata cara perencanaan bangunan MCK umum

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. INSTALASI SISTEM SANITASI DAN PLAMBING BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG

Terdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan penyediaan air, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1)

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI

BAB I PENDAHULUAN. transportasi baik di sungai maupun di laut. Air juga dipergunakan untuk. meningkatkan kualitas hidup manusia (Arya W., 2001).

EVALUASI SISTEM DRAINASE DAN PENANGGULANGAN GENANGAN BERBASIS KONSERVASI AIR DI SUB SISTEM BENDUL MERISI, SURABAYA

PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I

TATA CARA PERENCANAAN TANGKI SEPTIK DENGAN SISTEM RESAPAN

2. Air permukaan Mudah diambil dengan alat sederhana.berbahaya karena banyak terkontaminasi bakteri, zat organik dan non organik.

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERBEDAAN JENIS PLAT PENYERAP KACA DAN PAPAN MIKA TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS AIR MINUM PADA PROSES DESTILASI ENERGI TENAGA SURYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I RP JARINGAN AIR BERSIH

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

Sistem Penyediaan Kebutuhan Air Bersih Untuk Bangunan Gedung

4.1. Baku Mutu Limbah Domestik

-1- KETENTUAN TEKNIS SPAM BJP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Ali Masduqi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan

Sanitasi Penyedia Makanan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup tanpa air. Sebanyak 50 80% di dalam tubuh manusia terdiri

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

`1qBAB I PENDAHULUAN

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan

Repository.Unimus.ac.id

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA

Penyediaan air bersih ke dalam bangunan

Kualitas air. Kualitas air harus memenuhi 3 syarat : Syarat fisik Tidak berwarna, tidak berbau.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun pada awal

PENGELOLAAN AIR LIMBAH

MENJADIKAN AIR HUJAN SEBAGAI BERKAH YANG BERMANFAAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Air adalah kebutuhan dasar untuk kehidupan manusia, terutama untuk digunakan sebagai air minum, memasak makanan, mencuci, mandi, dan sanitasi. Ketersedian air bersih merupakan hal yang selayaknya diprioritaskan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan. Hingga saat ini penyediaan air bersih oleh pemerintah menghadapi keterbatasan baik sumber air, sumber daya manusia, maupun dana. Di daerah perkotaan, pada umumnya sumber air baku berasal dari sumur air tanah dangkal dan PDAM. Sementara itu di daerah pedsaan sumber air baku berasal dari sungai atau sumur air tanah dangkal. 2.2 Pengertian Air Bersih dan Air Minum Untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang meningkat karena pertumbuhan penduduk, perlu ada upaya yang menyeluruh dan tepat. Air bersih secara umum diartikan sebagai air yang layak untuk dijadikan air baku bagi air minum. Dengan kelayakan ini maka air tersebut layak pula untuk keperluan mandi, cuci dan sanitasi (MCK)

9 Berdasarkan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Sedangkan air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat dan dapat diminum langsung. Di sisi lain, Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, tentang persyaratan kualitas air minum, menyatakan bahwa air minum adalah air yang melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif. Standar kualitas air minum adalah batas operasional dari kriteria kualitas air dengan memasukkan pertimbangan non teknis, misalnya kondisi sosial ekonomi, target atau tingkat kualitas produksi, tingkat kesehatan yang ada, dan teknologi yang tersedia. Adapun syarat-syarat kesehatan air bersih adalah sebagai berikut: a. Persyaratan Biologis Persyaratan biologis berarti air bersih tersebut tidak mengandung mikroorganisme yang nantinya menjadi infiltran dalam tubuh manusia. Mikroorganisme itu dapat dibagi dalam empat group, yaitu parasit, bakteri, virus dan kuman. Dari keempat jenis mikroorganisme tersebut, umumnya yang menjadi parameter kualitas air adalah bakteri, seperti Eschericia coli.

10 b. Persyaratan Fisika Persyaratan fisika air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni derajat keasaman (ph), suhu, kejernihan, warna, dan bau. Aspek fisik ini sesungguhnya selain penting untuk aspek kesehatan juga langsung dapat terkait dengan kualitas fisik air seperti suhu dan keasaman. Selain itu sifat fisik air juga penting untuk menjadi indikator tidak langsung pada persyaratan biologis dan kimia, seperti warna air dan bau. c. Persyaratan Kimia Persyaratan kimia menjadi sangat penting karena banyak sekali kandungan kimiawi air yang memberi akibat buruk pada kesehatan, karena tidak sesuai dengan proses biokimia tubuh. Bahan kimia seperti nitrat (NO 3 ), arsenic (As), dan berbagai macam logam berat khususnya air raksa (Hg), timah hitam (Pb), dan cadmium (Cd) dapat menyebabkan gangguan pada tubuh manusia karena dapat berubah menjadi racun dalam tubuh. d. Persyaratan Radioaktif Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian dari persyaratan fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda. Pada wilayah tertentu seperti wilayah di sekitar reaktor nuklir, isu radioktif menjadi penting untuk kualitas air.

11 2.3 Sumber Air Tersedianya sumber air baku dalam suatu sistem penyediaan air bersih sangat penting. Sumber-sumber air tersebut secara kuantitas harus cukup dan dari segi kualitas harus memenuhi syarat untuk mempermudah proses pengolahan. Di samping itu letak sumber air dapat mempengaruhi bentuk jaringan transmisi, distribusi dan sebagainya. Secara umum air berasal dari sumber-sumber sebagai berikut: a. Air Hujan Air hujan adalah uap air yang sudah mengalami kondensasi, kemudian jatuh ke bumi berbentuk air. Air hujan juga merupakan sumber air baku untuk keperluan rumah tangga, pertanian, dan lain-lain. Air hujan dapat diperoleh dengan cara menampung air hujan yang jatuh dari atap rumah. b. Air Permukaan Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mengalami penurunan kualitas selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, limbah industri kota dan sebagainnya. Macam-macam air permukaan yaitu air rawa/danau dan air sungai. c. Air Tanah Air tanah merupakan air hujan atau air permukaan yang meresap kedalam tanah dan bergabung dalam pori-pori tanah yang terdapat pada lapisan tanah yang biasanya disebut aquifer. Air tanah dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu:

12 1. Air Tanah Dangkal Air tanah dangkal terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan tanah. Air tanah biasanya jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) daripada air permukaan. 2. Air Tanah Dalam Air tanah dalam terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam tidak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya (biasanya kedalaman bor antara 10-100 m) akan didapat suatu lapisan air. 3. Mata Air Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari air tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas/kuantitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam. 2.4 Pengertian Air Hujan Air hujan adalah uap air yang sudah mengalami kondensasi, kemudian jatuh ke bumi berbentuk air. Proses kondensasi (perubahan uap air menjadi tetes air yang sangat kecil) membentuk tetes air. Pada waktu terbentuk uap air terjadi proses transformasi (pengangkutan uap air oleh angin menuju daerah tertentu yang akan terjadi hujan). Air hujan juga merupakan sumber air baku untuk keperluan rumah tangga, pertanian, dan lain-lain. Air hujan

13 dapat diperoleh dengan cara menampung air hujan yang jatuh dari atap rumah. Menurut Waluyo (2005) dan Lee at al. (2010), ketika proses transformasi tersebut uap air tercampur dan melarutkan gas-gas oksigen (O 2 ), nitrogen (N), karbondioksida (CO 2 ), debu, dan senyawa lain. Karena itulah air hujan juga mengandung debu, bakteri, serta berbagai senyawa yang terdapat dalam udara, sehingga kualitas air hujan juga banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. (Hamonangan, 2011) 2.4.1 Kualitas Air Hujan Kualitas air hujan umumnya cukup baik (UNEP, 2001). Air hujan hampir tidak mengandung kontaminasi. Oleh karena itu air tersebut sangat bersih dan bebas kandungan mikroorganisme. Namun ketika air hujan tersebut kontak dengan permukaan tangkapan air hujan (catchment), tempat pengaliran air hujan (conveyance), dan tangki penampungan air hujan, maka air tersebut akan membawa kontaminasi baik fisik, kimia maupun mikrobiologi. Penelitian Kahinda et al. (2007) menunjukkan kesimpulan yang berbeda mengenai kualitas air hujan dari atap rumah. Kualitas air hujan dari atap rumah sangat bergantung pada karakteristik wilayah seperti topografi, kondisi cuaca, tipe wilayah tangkapan air hujan, tingkat pencemaran udara, tipe tangki penampungan dan pengolahan air hujan. (Yulistyorini, 2011)

14 Menurut Horn dan Helmreich (2009) di daerah pinggiran kota atau di pedesaan, umumnya air hujan yang ditampung sangat bersih tetapi di daerah perkotaan dimana banyak terdapat area industri dan padatnya arus transportasi, kualitas air hujan sangat terpengaruh sehingga mengandung logam berat dan bahan organik dari emisi gas buang. (Yulistyorini, 2011). 2.5 Pengertian Pemanenan Air Hujan Pemanenan Air Hujan (Rainwater Harvesting atau RWH) adalah teknologi yang digunakan untuk mengumpulkan dan menyimpan air hujan dari atapatap bangunan, permukaan tanah ataupun bantuan dengan menggunakan teknik sederhana hingga teknis yang lebih kompleks seperti tampungann bawah tanah (groundtank). Pemanenan air hujan adalah proses memanfaatkan air hujan dengan cara ditampung dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Air hujan biasanya dikumpulkan atau dipanen dari bubungan atap, lantai beton di perkarangan rumah, jalan, dan permukaan yang kedap air lainnya. Air hujan kemudian mengalir sepanjang talang (gutter), dan masuk ke dalam suatu tangki pengumpul. Pemanenan hujan sangat membantu mengurangi aliran permukaan (runoff) yang berasal dari hujan (Hamonangan, 2011). 2.6 Perkembangan Pemanenan Air Hujan di Beberapa Negara Di beberapa negara ternyata pemanenan hujan sudah lama di lakukan dan sampai sekarang masih terus dikembangkan. Kegiatan pemanenan hujan

15 tersebut tersebar di banyak lokasi seperti di Filipina, India, Srilangka, Bangladesh, Amerika Seriat dan negara-negara lain. Di India terdapat program yang kuat melalui kampanye air oleh CSE (Center for Science and Technology), yang menganjurkan menghentikan fokus masalah dan beralih pada solusinya. Di Amerika Serikat kegiatan pemanenan air hujan masih terus di kembangkan di Hawaii dan California. Air hujan dari atap rumah yang ditampung dalam suatu bak dapat dijadikan sumber air utama bagi keperluan rumah tangga. Bahkan terdapat peraturan bahwa pembangunan rumah baru tidak akan diberi izin jika tidak ada rencana penampungan air hujan dari atapnya. Bandar udara Changi di Singapura juga menggunakan sistem pemanenan air hujan dari atap, dengan total penggunaan antara 28 sampai 30% dari air yang digunakan. Hasilnya sistem ini dapat menghemat kira-kira S$ 390.000 per tahunnya. Di negara-negara lain seperti Jerman, Jepang, Malaysia, Thailand, China, dan Afrika juga di terapkan sistem pemanenan air hujan tersebut. (Hamonangan, 2011). 2.7 Sejarah Pemanenan Air Hujan di Indonesia Pemanenan air hujan yang tertua dikenal dalam sejarah Indonesia adalah sebagai penadah air hujan untuk memperoleh air tawar bagi kehidupan sehari-hari, terutama untuk minum, mandi dan sanitasi. Mula-mula ditampung biasa dengan peralatan seadanya, kemudian dikembangkan dengan pemanenan dari atap rumah yang dikumpulkan dalam bak-bak penampungan dan digunakan secara hemat sampai hujan tiba berikutnya.

16 Penyediaan air seperti ini sering digunakan di daerah pantai dan pulau-pulau kecil, dengan air permukaan dan air tanah yang payau dan asin (Hamonangan, 2011). Pengguna air hujan pun semakin beragam di kemudian hari. Dalam perkembangannya yang lebih baru yaitu muncul kreasi-kreasi untuk memanen air hujan secara lebih modern. Untuk keperluan air domestik digunakan kolam-kolam atau bak penampungan yang kemudian dapat memberikan air secara gravitasi atau menggunakan pompa dengan ukuran yang cukup besar untuk persediaan dalam jangka waktu yang lebih lama. 2.8 Instalasi Pemanenan Air Hujan Dalam sebuah sistem instalasi pemanenan air hujan biasanya terdapat komponen-komponen sebagai berikut (Bozeman, 1993): Sumber : Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol 11. No. 2, 2010 : 29-39 Gambar 2.1 Instalasi penampungan air hujan

17 a. Daerah tangkapan air hujan Daerah tangkapan air hujan pada instalasi penampungan air hujan adalah atap rumah, atap gedung, atau atap bangunan lainnya. Atap dari berbagai jenis dapat digunakan untuk menangkap air hujan, tetapi air hujan yang jatuh di atas atap dan tertampung bukan merupakan air yang langsung dapat diminum dan lebih digunakan untuk mandi, cuci dan sanitasi. b. Instalasi pembawa Instalasi pembawa terdiri dari talang (gutter) dan sistem pipa yang membawa air dari atap menuju ke tempat penampungan. Talang biasanya terbuat dari metal atau galvanis dengan alasan keawetannya. Namun, pengaplikasian talang tersebut dibatasi hanya pada bangunan yang menggunakan atap miring. Berbeda dengan bangunan yang memiliki area penangkap air hujan dengan desain khusus, sistem pengiriman tidak memerlukan talang air sebagai komponen penyambung area penangkapan melainkan dengan pipa pengirim. Apabila terdapat pohon besar di sekitar atap rumah maka talang harus ditutup dan harus disediakan saringan agar daun yang jatuh tidak sampai masuk ke talang dan mengganggu aliran air. Pipa pengirim cukup menggunakan pipa PVC (Polyvinyl Chloride) dengan ukuran diameter minimal 4 inchi. Perletakan pipa diusahakan menghindari belokan-belokan yang tidak perlu yang dapat menghambat aliran air dalam pipa.

18 c. Tangki penampung Tangki penampung biasanya terdiri dari tangki yang terbuat dari bahan jadi seperti fiberglass atau bangunan yang dibuat oleh tukang. Tangki penampungan ini tidak boleh terbuat dari kontainer bekas seperti minyak dan obat-obatan karena dapat mencemari air hujan yang ditampung. Ukuran tangki penampung tergantung pada kebutuhan air dan jumlah curah hujan yang tersedia. Tata letak tangki penampung biasanya ditempatkan di bagian halaman yang dekat dengan talang dan biasanya terkubur di dalam tanah (groundtank) dengan pintu kontrol yang dapat diawasi sewaktu-waktu. Lubang kontrol ini biasanya mempunyai lubang kontrol yang cukup besar untuk keperluan pemeliharaan dan pembersihan. d. Penyaring Alat penyaring terdapat pada outlet talang, inlet penampung, dan inlet pipa distribusi. Penyaring diharapkan dapat menyaring kotoran-kotoran besar seperti daun-daunan dan kotoran-kotoran kecil seperti debu-debu dan kotoran burung. Penyaring pada inlet pipa distribusi biasanya lebih rapat untuk menjamin kebersihan air yang akan didistribusikan. Sumber : Bozeman (1993) Gambar 2.2 Tangki penampungan air hujan dan kelengkapannya

19 2.9 Perhitungan instalasi penampungan Untuk mendesain satu instalasi penampungan air hujan untuk berbagai keperluan adalah (Setiyoko, 2006): a. Perhitungan debit tampungan air hujan Perhitungan debit air dilakukan untuk mengetahui besarnya debit air yang diperoleh dari air hujan sehingga dapat diketahui volume air yang diperoleh untuk masing-masing tipe rumah atau luas areal tangkapan. Debit air pada tampungan menggunakan rumus: Q Tampungan = Q Inflow Q Outflow (1) di mana: Q Tampungan Q Inflow = Debit air hujan di dalam tampungan (m 3 /hari) = Debit air hujan yang masuk ke dalam tampungan (m 3 /hari) Q Outflow = Debit air hujan yang digunakan (m 3 /hari) b. Perhitungan kapasitas tampungan efektif Perhitungan kapasitas efektif tampungan dilakukan untuk mendapatkan dimensi yang sesuai sehingga tidak terjadi limpasan akibat inflow dan tidak terjadi kekosongan akibat outflow. Bentuk penampang tampungan bisa berbeda-beda sesuai lokasi dan keberadaan tampungan. Apabila bentuk penampang yang digunakan adalah penampang berbentuk kotak. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: V = P x L x T (2) di mana:

20 V = Volume tampungan (m 3 ) P L T = Panjang (m) = Lebar (m) = Tinggi (m) c. Inflow (masukan) Inflow (masukan) adalah volume air hujan yang ditampung dari beberapa rumah di perumahan yang dipilih sebagai pengumpul air hujan. Rumus untuk memperoleh inflow tersebut adalah sebagai berikut (Rahman and Yusuf, 2000) Q Inflow = k x f x R x A (3) di mana: Q Inflow = Debit air hujan yang masuk ke dalam tampungan (m 3 /hari) k = Faktor konversi (k = 1.10-3 ) f = Koefisien limpasan (f = 0,75 0,9) R = Curah hujan yang terjadi selama satu hari (mm) A = Luas atap rumah/luas tangkapan (m 2 ) d. Outflow (pengeluran) Outflow (pengeluaran) adalah volume air yang terpakai oleh pemanfaat air hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi, cuci dan sanitasi. Besarnya outflow yang direncanakan ditentukan dengan rumus: Q Outflow = J x K (4) di mana:

21 Q Outflow J = Debit air hujan yang terpakai (m 3 /hari) = Jumlah pemanfaat (orang) K = Konsumsi air per hari (m 3 ) 2.10 Kebutuhan Air Bersih Untuk sebuah sistem pemanenan air hujan (RWH) perlu diketahui besarnya kebutuhan dan pemakaian air. Kebutuhan air dipengaruhi oleh besarnya populasi penduduk, tingkat ekonomi dan faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu, data-data mengenai keadaan penduduk daerah tersebut yang akan dilayani dibutuhkan untuk memudahkan mendesain instalasi RWH. Kebutuhan air bersih berbeda antara satu kota dengan kota yang lainnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan air bersih menurut Linsey and Franzini (1986) adalah: a. Iklim Kebutuhan air untuk mandi, menyiram taman, pengaturan udara dan sebagainya akan lebih besar pada iklim yang hangat dan kering daripada di iklim yang lembab. Pada iklim yang dingin, air mungkin diboroskan di keran-keran untuk mencegah bekunya pipa-pipa. b. Tingkat Ekonomi Pemakaian air dipengaruhi oleh status ekonomi. Permakaian per orang/per kapita di daerah miskin jauh lebih rendah dari pada daerahdaerah kaya.

22 c. Masalah Lingkungan Hidup Meningkatnya perhatian masyarakat terhadap berlebihnya pemakaian sumber-sumber daya alam telah menyebabkan berkembangnya alat-alat yang dapat dipergunakan untuk mengurangi jumlah pemakaian air di daerah pemukiman. d. Keberadaan Industri dan Perdagangan Keberadaan industri dan perdagangan dapat mempengaruhi banyaknya kebutuhan air per orang (perkapita) dari suatu kota. e. Harga Air Baku Bila harga air mahal, orang akan lebih menahan diri dalam pemakaian air dan industri mungkin mengembangkan sistem penyedian airnya sendiri dengan biaya yang lebih murah. Para langganan yang jatah air diukur dengan meteran akan cenderung untuk memperbaik kebocorankebocoran dan mempergunakan air dengan efisien. f. Ukuran Kota Penggunaan air per orang (perkapita) pada kelompok masyarakat yang mempunyai jaringan limbah cenderung untuk lebih tinggi di kota-kota besar daripada di kota kecil. Secara umum, perbedaan itu diakibatkan oleh lebih besarnya pemakaian air oleh industri, lebih banyaknya taman-taman, lebih banyaknya air untuk perdagangan, lebih banyaknya kehilangan air, dan pemborosan di kota-kota besar.

23 2.11 Kebutuhan Rumah Tangga (Domestik) Menurut Kindler and Russel (1984), kebutuhan air untuk tempat tinggal (kebutuhan domestik) meliputi semua kebutuhan air untuk keperluan penghuni. Seperti kebutuhan air untuk mempersiapkan makanan, toilet, mencuci pakaian, mandi (rumah ataupun apartemen), mencuci kendaraan, dan untuk menyiram pekarangan. Tingkat kebutuhan air bervariasi berdasarkan keadaan alam di area pemukiman, banyaknya penghuni rumah, karakteristik penghuni serta ada atau tidaknya penghitung pemakaian. Penggunaan air rata-rata untuk rumah tangga dapat di lihat dalam tabel berikut ini: Tabel 2.1 Penggunaan Air Rata rata Untuk Rumah Tangga No Jenis Kegiatan Kebutuhan Air (liter/orang/hari) 1 Dapur 45 2 Kamar mandi 60 3 Toilet 70 4 Mencuci pakaian 45 5 Lainnya (termasuk keperluan di luar rumah) 75 Total kebutuhan 295 Sumber : Kindler and Russel (1984). Berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh Departemen Kimpraswil tahun 2003, kebutuhan air domestik (rumah tangga) untuk kota dibagi dalam beberapa kategori, yaitu: a. Kategori Kota I (Metropolitan) b. Kategori Kota II (Kota Besar) c. Kategori Kota III (Kota Sedang) d. Kategori Kota IV (Kota Kecil)

24 e. Kategori Kota V (Desa) Untuk mengetahui standar kebutuhan air domestik pada tiap-tiap kategori dapat di lihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2.2 Standar Kebutuhan Air Domestik (Rumah Tangga) Kategori Kota Jumlah Penduduk Kebutuhan (jiwa) (liter/orang/hari) Metropolitan >1.000.000 150 210 Besar 500.000 1.000.000 120 150 Sedang 100.000 500.000 100 120 Kecil 20.000 100.000 90 100 Desa < 20.000 60 90 Sumber : Ditjen Cipta Karya Dep. Kimpraswil 2003