BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKSI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilaksanakan di dalam kelas

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berbahasa siswa baik lisan maupun tulisan. Pada semua jenjang pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dalam aktivitas tersebut terdapat banyak penerapan komponen pembelajaran

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

BAB V PENUTUP. aspek tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. ini terdiri atas tiga, yakni (1) struktur dan keterpaduan Antarunsur dalam Wacana

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 pada pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain.

ANALISIS TINDAK TUTUR PADA WACANA STIKER PLESETAN

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. baru tersebut, maka badan bahasa bertindak menjadi agen perubahan

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS ISI PESAN DALAM KARIKATUR DI INTERNET SEBAGAI KRITIK SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PDF created with pdffactory Pro trial version

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tulis dalam berkomunikasi. Menurut Arifin (2000: 3), dalam wacana lisan,

BAB I PENDAHULUAN. dan guru yang menerapkan komponen-komponen pembelajaran seperti strategi

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan tersebut akan mendapatkan informasi ataupun pengalaman

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dituntut untuk lebih produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.

1. Kita harus melaporkan kejadian itu besok, tetapi mereka sekarang tidak berada di sini.

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan tidak pernah lepas dari kegiatan menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam berbahasa. Terdapat empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam dunia pendidikan mengalami perubahan konsep. Diawali dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK)

BAB I PENDAHULUAN. Keempat aspek tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. itu terbentuk keterkaitan: satu (unit) pengalaman (experimental meaning dan

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun kelompok. Ramlan (1985: 48) membagi bahasa menjadi dua

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kemampuan berbahasa mencakup empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat aktif,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan menulis merupakan aspek keempat dalam keterampilan berbahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata,

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkembang. Kemudian proses pembelajaran dapat dilakukan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. mampu berinteraksi dengan lingkungan dengan selayaknya. meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

224 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berlandaskan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV diperoleh simpulan yang berkaitan dengan struktur, fungsi, dan makna teks anekdot siswa kelas X SMA Negeri 1 Surakarta. 1. Struktur teks anekdot dalam tulisan karangan siswa telah sesuai dengan teori yang ada yakni terdiri atas abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Abstraksi berkaitan dengan bagian pendahuluan yang memaparkan gambaran isi teks secara umum, dan hal unik yang akan terjadi nanti. Orientasi berkaitan dengan latar belakang bagaimana suatu peristiwa yang diceritakan tersebut bisa terjadi. Krisis adalah bagian penting yang mengisahkan hal atau kejadian yang unik atau tidak biasa terjadi, atau bagian puncak permasalahan. Reaksi merupakan bagian dari penyelesaian masalah yang terjadi pada saat krisis. Koda merupakan bagian akhir atau kesimpulan dari cerita yang telah disajikan. 2. Fungsi teks anekdot siswa adalah untuk menyindir sekaligus menghibur. Sindiran-sindiran keras dibalut oleh cerita yang lucu. Beberapa bagian terdapat unsur-unsur untu menyindir atau mengkritik seseorang atau pihakpihak tertentu. Namun, fungsi bahasa tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Dari masing-masing wacana mengandung fungsi informatif, ekspresif, direktif, estetik, dan fatik. Hanya saja terdapat satu fungsi yang dominan dalam teks yang memperkuat fungsi teks tersebut pada diri pembaca. 3. Makna tekstual dan kontekstual dari teks anekdot siswa dilihat dari sisi aspek gramatikal, leksikal, dan konteks. Masing-masing teks merupakan sebuah wacana yang padu karena mengandung unsur gramatikal seperti referensi (pengacuan), substitusi (penyulihan), elipsis (pelesapan), dan konjungsi (perangkaian). Selain unsur gramatikal dalam suatu wacana yang padu tentunya terdapat aspek leksikal yaitu repetisi, sinonim, antonim, hiponim,

225 kolokasi, dan ekuivalensi. Di samping itu masih ada pula makna kontekstual yang dilihat dari sisi konteks dan inferensi. Dari hasil analisis struktur, fungsi, dan makna teks anekdot siswa kelas X SMA Negeri 1 Surakarta dapat ditarik simpulan bahwa sebagian besar tulisan siswa kelas X SMA Negeri 1 Surakarta telah sesuai dengan struktur teks anekdot meliputi abstrak, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Selain itu, siswa juga telah mampu untuk merangkai kalimat-kalimat menjadi sebuah wacana yang padu dan memiliki kohesi serta koherensi yang tinggi. Terkait teks anekdot tersebut lucu atau tidak, menghibur atau tidak dikembalikan lagi kepada pembaca yang memiliki pandangan berbeda-beda terkait suatu hal yang bisa dikatakan lucu atau tidak. B. Implikasi Berlandaskan simpulan di atas, kajian ini dapat memperkaya khazanah penelitian kualitatif dalam bidang linguistik, terutama yang berkaitan dengan kajian analisis wacana baik dari sisi fungsi bahasa dan makna tekstual serta kontekstual, dan kajian seputar teks anekdot dari sisi struktur teks. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul Analisis Teks dan Konteks pada Wacana Teks Anekdot Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta. Hasil penelitian ini memiliki implikasi terhadap aspek lain yang relevan. Implikasi tersebut dijabarkan sebagai berikut. 1. Implikasi Teoretis Implikasi teoretis adalah keterlibatan hasil penelitian terkait pengetahuan yang dapat memperkaya wawasan pembaca setelah membaca hasil kajian ini. Implikasi teoritis pada penelitian ini dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai pengkajian teks anekdot dengan menggunakan pendekatan analisis wacana. Secara khusus, pengetahuan tersebut berkaitan dengan aspek yang akan diteliti dalam kajian analisis wacana, metode penelitian, dan hasil kajian yang dapat dibaca oleh berbagai lapisan pembaca. Lebih rinci lagi bahwa analisis wacana yang digunakan terkait membedah suatu wacana dari segi fungsi bahasa

226 dalam teks, makna tekstual dari segi gramatikal dan leksikal, serta makna kontekstual dari segi konteks dan inferensi. Lebih dari itu, secara teoritis juga akan menambah wawasan para peneliti mengenai bentuk teks anekdot yang ditulis oleh siswa-siswi sekolah menengah atas (SMA). Bentuk teks tersebut dilihat dari strukturnya yakni terdapat abstraksi atau pendahuluan, orientasi atau pengantar memasuki sebuah pokok pembicaraan, krisis adalah pokok masalah, reaksi yang merupakan penyelesaian dari masalah, dan koda yang merupakan sebuah simpulan dari cerita tersebut. Wawasan para peneliti akan bertambah karena hasil kajian ini menelaah teks anekdot dari segi struktur teks Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teks anekdot siswa kelas X SMA Negeri 1 Surakarta telah memiliki struktur, fungsi, dan makna yang baik. Hal itu ditunjukkan dengan adanya bagian-bagian penting yang terdapat dalam teks anekdot. Memiliki struktur lengkap yakni abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda, sehingga memenuhi kriteria struktur teks anekdot. Memiliki fungsi bahasa dominan yang terkandung dalam teks. Fungsi bahasa tersebut terkait dengan fungsi informatif, fungsi direktif, fungsi ekspresif, fungsi estetik, dan fungsi fatik. Terkahir, makna yang terkandung dalam teks anekdot dilihat dari dua sisi yakni tekstual yang mencakup aspek leksikal dan gramatikal serta makna kontekstual yang mencakup konteks serta inferensi. Kajian ini dapat dijadikan sebagai alasan bagi pembaca untuk selalu membudidayakan gemar menulis, khususnya teks anekdot. Hal itu dikarenakan teks anekdot merupakan suatu hiburan yang mendidik. Meskipun berisi lelucon akan tetapi ada makna lain yang lebih penting yang harus disampaikan dan dipublikasikan, yang berupa kritikan membangun atau sindiran kepada pihakpihak tertentu untuk berbenah menjadi lebih baik lagi. Seperti yang diketahui bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa, dengan gemar menulis maka kemampuan berbahasa pasti akan terus meningkat. Untuk itu perlu ditingkatkan budaya gemar menulis supaya semakin banyak siswa yang memiliki kemampuan berbahasa yang tinggi. Pada akhirnya apabila kemampuan menulis meningkat akan ada banyak media yang bisa

227 digunakan sebagai wadah untuk menyampaikan aspirasi, pikiran, dan pendapat yang bisa disampaikan kepada masyarakat luas. Penelitian ini dapat memperkaya wawasan penelitian linguistik dalam teks anekdot dengan menggunakan pendekatan analisis wacana. Pendekatan analisis wacana tersebut dapat mencakup struktur, fungsi, dan makna teks. Ketiga aspek tersebut memiliki potensi untuk membentuk dan mencerminkan suatu wacana yang baik dan padu. Salah satu upaya untuk melestarikan penelitian linguistik supaya tidak tergerus jaman ialah dengan melakukan penelitian terhadap bentuk karya sastra baru. Teks anekdot masih dianggap baru sebagai suatu bentuk karya sastra modern, untuk itu perlu dilakukan kajian-kajian mendalam supaya dapat menambah khazanah penelitian dalam bidang linguistik terutama objek kajian teks anekdot. Hasil kajian ini dapat memperkaya pustaka atau referensi kajian linguistik, khususnya teks anekdot. Dalam hal ini, bahwa teks anekdot masih sedikit pembahasannya dalam dunia linguistik pendidikan. Sebuah teks anekdot tidak hanya dikaji dengan menggunakan analisis korelasi, eksperimen, atau penelitian tindakan kelas saja, namun dapat dikaji pula dengan pendekatan lainnya, salah satunya adalah analisis wacana. Dengan demikian, khazanah penelitian linguistik akan lebih berkembang. Penelitian ini menunjukkan bahwa teks anekdot karangan siswa SMA dapat digunakan sebagai objek penelitian linguistik. Penelitian tersebut, yakni dengan menggunakan pendekatan analisis wacana. Hal itu dikarenakan bahwa teks anekdot merupakan salah satu bentuk karya sastra yang termasuk dalam jenis wacana. Analisis wacana mengkaji sebuah wacana secara detail dan mendalam untuk menemukan makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Makna tersebut dapat dicari sesuai dengan aspek leksikal dan gramatikal ataupun aspek konteks dan inferensi. Teks anekdot merupakan salah satu bentuk wacana karena berupa satuan tertinggi di atas kalimat yang memiliki keterpaduan cerita dan memiliki kronologis atau alur cerita. Untuk itulah teks anekdot dapat diteliti dari bidang linguistik melalui kajian analisis wacana.

228 Hasil kajian ini dapat digunakan sebagai titik awal untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai kajian analisis wacana dan teks anekdot. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan pertimbangan lain untuk melakukan penelitian lain di bidang sastra, seperti kajian semiotik atau psikologi sastra dengan teks anekdot yang sama. Penelitian lanjutan terkait semiotik dirasa perlu dilakukan, hal itu disebabkan karena teks anekdot karya siswa SMA Negeri 1 Surakarta sarat akan makna simbolik yang dapat diteliti lebih lanjut mengenai arti dan makna dari simbol-simbol yang terdapat dalam sebuah cerita. Selain itu dari sisi psikologi pengarang dapat ditelaah pengaruh sisi psikologisnya terhadap cerita yang dituliskan. Dari segi psikologi sastra, karya sastra dilihat sebagai cerminan atau gambaran diri pengarangnya, pasti ada sebab yang mengakibatkan penulis menumpahkan cerita dalam bentuk teks anekdot. Atau alternatif pilihan untuk penelitian lanjutan masih tetap berada dalam jalur penelitian bidang linguistik, dapat ditelaah dari segi lokusi dan ilokusi, pragmatik, dan lain sebagainya. 2. Implikasi Praktis Penelitian ini dapat memperluas wawasan mahasiswa, guru atau dosen, dan penelitian linguistik mengenai teks anekdot dan analisis wacana. Wawasan tersebut bertujuan untuk dapat mengaplikasikan dalam kehidupan nyata yang berkenaan dengan lelucon atau teks anekdot yang berisikan sindiran. Para mahasiswa, guru, ataupun dosen dapat menghasilkan teks anekdot yang lebih baik lagi karena telah mengetahui struktur teks yang baik, fungsi yang hars terpenuhi yang harus ditonjolkan, dan juga makna yang harus disampaikan kepada pembaca, supaya pembaca tidak bingung dan memiliki pemahaman ganda atau ambigu. Dari gasil penelitian ini berbagai pihak terkait dapat dengan jelas menganalisis dan memproduksi teks yang layak untuk konsumsi masyarakat umum. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk memotivasi dan meningkatkan kemampuan pembaca dalam menganalisis teks anekdot, baik makna tekstual ataupun makna kontekstual yang ada di balik cerita. Dalam membaca teks anekdot tidak hanya leluconnya saja yang ditanggapi akan tetapi makna di balik lelucon tersebut dapat dipahami dengan baik. Cara supaya dapat

229 memahami makna dibalik sebuah teks dapat dilakukan dari sisi tekstual dengan melihat aspek leksikal dan gramatikal, serta dapat dilakukan dari sisi kontekstual dengan melihat aspek konteks dan inferensi. Dengan melihat konteks yang melatarbelakangi pembuatan teks maka pembaca akan lebih mengerti makna yang sebenarnya disampaikan oleh penulis. Keragaman bahasa yang digunakan dalam teks anekdot dapat memperkaya kosakata pembaca dalam penggunaan bahasa Indonesia pada prakteknya, sehingga pembaca dapat semakin memahami konteks situasi yang terdapat dalam suatu pembicaraan. Meningkatkan kepekaan pembaca bahwa ada makna-makna lain yang tersembunyi di balik ujaran atau cerita yang disampaikan. Dengan memahami lebih jauh lagi maka tidak akan ada kesalahpahaman yang terjadi dalam sebuah peristiwa tutur. Penelitian ini memiliki fungsi untuk menambah pengetahuan pembaca dalam ragam bahasa dan penggunaan-penggunaan kata dalam sebuah konteks pembicaraan. Penelitian ini menambah pengetahuan pembaca bahwa di balik setiap cerita selalu ada makna konotasi yang juga ingin disampaikan, sehingga pembaca semakin dapat mengerti dan memahami banyaknya teks-teks anekdot yang beredar luas di pasaran. Sindiran-sindiran yang dibungkus humor merupakan cara penyampaian secara halus akan situasi yang ada pada masa teks tersebut dituliskan. Supaya tidak terlalu frontal maka sindiran tersebut dibungkus lelucon. Apabila pembaca mengetahui maksud sebenarnya dalam penulisan teks anekdot maka penulis merasa berhasil dalam menyampaikan cerita. Maka diperlukan analisis-analisis sejenis supaya dapat memperkaya pengetahuan pembaca dalam mengkaji karya sastra yang sarat akan makna. Kajian ini dapat dijadikan sebagai pijakan bagi dosen untuk memperkenalkan analisis teks anekdot pada mahasiswa. Bahwa materi pembelajaran dan hasil pembelajaran dari siswa dapat pula diteliti dan dikaji kembali untuk kemajuan bersama. Hasil kajian merupakan evaluasi dan cerminan dari hasil pengajaran. Apabila dalam penelitian ini masih ditemukan banyak kekurangan, para tenaga pendidik dapat mengubah cara mengajarnya supaya para

230 siswa lebih jelas dan mengerti serta dapat menghasilkan teks anekdot yang lebih baik lagi. Bagaimanapun perlu adanya evaluasi pengajaran supaya didapatkan hasil yang maksimal, untuk itu hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi bersama terkait pengajaran materi teks anekdot. Mahasiswa dapat mempertimbangkan untuk melakukan kajian di bidang pendidikan bukan hanya dari segi novel ataupun metode pengajarannya saja. Melainkan bisa pula dengan kajian analisis wacana yang dikaitkan dengan hasil pembelajaran siswa. Selama ini evaluasi hanya dilakukan dari hasil penilaian karya siswa. Akan tetapi kajian mendalam perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan begitu kemampuan siswa dan guru akan meningkat bersama setelah mengetahui hasil evaluasi yang dilakukan secara mendalam. Hasil kajian ini memberikan bukti bahwa pembelajaran teks anekdot di kelas X masih belum maksimal. Terbukti dari sampel penelitian, hanya terdapat 16 teks saja yang lolos untuk diteliti dari 26 teks yang ada. Masih terdapat 10 teks anekdot yang belum layak untuk diteliti. Teks yang belum layak tersebut terkait dengan sindiran yang belum pas dan humor atau kelucuan cerita masih sangat minim. Sehingga belum bisa dikatakan sebagai teks anekdot. Hasil kajian ini sebagai gambaran secara kasar karena penelitian ini hanya meneliti sebagian kecil siswa yang terdapat dalam satu sekolah. Untuk itu guru dapat bercermin dari hasil penelitian ini, apakah nilai siswa yang lain juga menyerupai atau sama dengan hasil penelitian ini. Apalagi penerapan kurikulum 2013 belum sepenuhnya dilakukan pada semua sekolah, sehingga perlu dilakukan persiapan yang benar-benar matang sebelum diterapkan karena akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Dari hasil temuan penelitian ini guru bisa bercermin dan memperbaiki cara mengajar dalam pemberian materi teks anekdot. Hasil penelitian ini merupakan bukti yang nyata bahwa pembelajaran teks anekdot masih harus ditingkatkan lagi. Guru dalam menyampaikan materi harus lebih jelas, dan lebih banyak

231 memberikan pelatihan supaya siswa terbiasa menuangkan ide menjadi bentuk tulisan, sedangkan siswa harus mau berlatih lebih giat lagi dengan membiasakan menulis dan mengekspresikan pikiran atau ide-ide yang terlintas. Pembelajaran teks anekdot merupakan kewajiban yang harus dijalankan oleh guru dan siswa, maka dalam proses pembelajaran harus ada interaksi yang baik antara guru dan siswa. Hasil penelitian ini sebagai bentuk gambaran bahwa proses belajar mengajar dalam materi teks anekdot sudah berjalan baik dengan bukti sebagian lebih siswa telah mampu menulis teks anekdot dengan baik dan dapat dijadikan sampel penelitian. Teks anekdot yang diprosuksi oleh siswa tergolong sudah baik, karena dari segi struktur sudah sempurna, terdapat abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda, secara fungsi bahasa sudah memiliki fungsi yang menonjol, dan dari segi makna teks anekdot karangan siswa memiliki makna yang bisa ditelaah. Akan tetapi teks anekdot karangan siswa masih belum sempurna terletak pada balutan humor dalam cerita. Guru perlu meningkatkan kemempuan siswa dalam merangsang sisi humor dalam diri siswa. Selain itu siswa juga harus memperkaya wawasan dan pengetahuannya untuk memunculkan sisi humor dalam dirinya sendiri. Hasil penelitian ini dapat memicu siswa dan guru untuk lebih aktif lagi memproduksi teks anekdot yang lucu namun berisikan sindiran bagi pihak-pihak tertentu. Hasil kajian ini secara luas mengevokasi peneliti linguistik untuk memerhatikan tulisan-tulisan karya siswa sekolah dengan cara melakukan penelitian dalam karya linguistik. Penelitian linguistik pada naskah karangan siswa sekolah tersebut akan memberi dampak positif bagi pembaca dan peneliti. Hal itu dikarenakan mampu memperkenalkan keragaman kebahasaan dan kosakata baru sehingga dapat memberikan edukasi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan konteksnya.

232 C. Saran Berpijak dari hasil penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Guru a. Dalam memberikan materi teks anekdot seorang guru harus memiliki media pembelajaran yang menarik untuk dapat merangsang siswa memunculkan ide yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan atau sebuah cerita. Terkait dengan media pembelajaran yang dikeluhkan oleh guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia yang dirasa masih kurang, diharapkan guru dapat memberikan materi pengajaran dengan media yang lebih beragam. Guru dituntut untuk kreatif dalam menyampaikan materi supaya siswa juga merasa senang dan semangatnya dapat terpacu apabila mendapat materi pelajaran dengan media yang menarik. Pemilihan media pembelajaran dalam penyampaian materi teks anekdot pada siswa supaya bisa lebih dikembangkan lagi. Bukan hanya dari media internet youtube saja tetapi bisa diambilkan dari media sosial seperti instagram, twitter, path, dll. Hal itu dikarenakan media sosial yang sudah sangat berkembang pesat dan maju, informasi bisa dengan mudah di dapat, dan bisa menjadikan segala sesuatu menjadi hiburan. Banyak isu-isu yang sedang hangat diperbincangkan menjadi bahan lelucon yang diubah menjadi meme atau cerita-cerita lucu. Dari hal inilah guru dapat membuat media pembelajaran lebih menarik lagi karena up to date atau tidak basi karena mengikuti isu terbaru yang sedang menjadi pembahasan masyarakat luas. Perkembangan jaman yang kian pesat ini menuntut setiap orang untuk terus mengikuti supaya tidak dikatakan ketinggalan jaman, dan guru sebagai tenaga pendidik juga tidak boleh ketinggalan informasi-informasi yang berkembang. Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat ini juga lebih memudahkan pengguna untuk mencari beragam informasi dengan

233 mudah. Maka sebagai seorang guru tidak boleh berhenti untuk tetap selalu belajar. Media pembelajaran yang digunakan ini sebagai salah satu bentuk alat perangsang siswa untuk memunculkan ide-ide kreatif dalam menuliskan teks anekdot. b. Dalam pembelajaran teks anekdot, guru dituntut untuk dapat merangsang keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam kurikulum 2013 siswa dituntut untuk aktif dan guru hanyalah sebagai fasilitator. Maka tugas guru menjadi semakin berat karena harus membuat siswa selalu aktif dalam kegiatan belajar. Terkait keluhan guru pengampu pelajaran bahasa Indonesia bahwa masih menemukan kendala untuk membuat siswa aktif, guru sebaiknya menggunakan metode pengajaran yang menyenangkan. Dalam pengajaran materi teks anekdot yang tidak begitu berat sebaiknya dibangun suasana kelas yang menyenangkan. Guru hendaknya mampu menjadikan siswa lebih aktif lagi saat kegiatan belajar mengajar. Guru harus mampu memancing dan membangkitkan semangat siswa untuk belajar aktif. Hal itu dapat dilakukan dengan membuat suasana kelas senyaman dan semenyenangkan mungkin. Suasana kelas tentunya mendukung kegiatan belajar mengajar dan penyampaian materi berjalan dengan baik, untuk itu diperlukan guru yang kreatif dan mampu memacu semangat siswa untuk tetap aktif dalam memperoleh materi pembelajaran. Dari keaktifan siswa dapat memicu timbulnya rasa ingin tahu untuk terus mempelajari dan memproduksi teks anekdot yang baik. Teks anekdot yang telah dibuat siswa sudah baik namun perlu lebih ditingkatkan karena masih ada beberapa yang belum menemukan rasa humornya, dan masih sulit untuk menemukan ide tulisan. 2. Bagi Siswa Dari hasil penelitian masih ditemukan adanya siswa yang masih kesulitan menemukan ide, menuliskan ide menjadi bentuk tulisan, kesulitan dalam mencari sensasi lucu atau humor, maka diharapkan

234 para siswa mencari berbagai sumber yang dapat meningkatkan esensi atau rasa humornya. Misalnya menonton tayangan-tayangan lucu di televisi, membaca karikatur atau gambar-gambar lucu yang berisi sindiran. Diharapkan siswa meningkatkan kembali kemampuannya dalam menulis, baik dari segi pemilihan bahasa, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta penyesuaian dengan konteks. Memperbanyak latihan menulis, mengasah ide, dan membaca buku. Dari membaca buku maka wawasan akan semakin luas, sehingga membuat kosakata bertambah dan penggunaan bahasa menjadi semakin terampil. Dengan demikian, kemampuan menulis akan semakin meningkat, dan akan menghasilkan karya atau tulisan yang semakin baik, bermutu, dan berkualitas tinggi. Nantinya tulisan yang dihasilkan selalu dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, membangun bangsa menjadi lebih berkualitas, dan membuktikan bahwa menulis bukanlah sesuatu yang sulit. Terkait teks anekdot karya siswa yang telah ditulis baru sebagian saja yang memenuhi syarat penelitian, yang menandakan bahwa siswa masih perlu untuk belajar dalam memproduksi teks anekdot. Siswa harus banyak membaca karya teks anekdot lain supaya merangsang ide cerita dan mampu memproduksi secara baik. Selain itu siswa diharapkan mau untuk mengevaluasi karya miliknya supaya dapat membandingkan dengan karya yang lain yang sudah sesuai dengan struktur dan esensi humor serta sindiran di dalamnya. Dari hasil evaluasi siswa bisa mengetahui kelemahan dan kekurangannya, sehingga ke depan siswa dapat memperbaikinya menjadi lebih baik lagi. 3. Bagi Mahasiswa dan Penelitian Lain a. Analisis wacana anekdot siswa kelas X merupakan penelitian pendahuluan, mahasiswa dapat mengembangkan penelitian sejenis

235 terkait teks anekdot yang diproduksi oleh siswa, ataupun teks anekdot yang telah beredar luas di masyarakat. Ada baiknya jika mahasiswa meneliti secara keseluruhan, mulai dari proses pemberian materi teks anekdot hingga hasil akhir karangan teks anekdot yang dituliskan oleh siswa, sehingga mendapatkan hasil yang lebih maksimal karena mengetahui sejak proses awal penyampaian materi hingga akhir siswa dapat memproduksi teks anekdot sendiri. Bisa juga penelitian ini dikembangkan dengan menjadikan teks anekdot yang telah beredar dan dikomersilkan karangan pihak tertentu dijadikan sebagai objek kajian, sehingga menambah khazanah penelitian teks anekdot. Namun sebelumnya, mahasiswa hendaknya memiliki referensi yang luas, dengan membaca teks anekdot yang terdapat dipasaran baik yang ditulis oleh siswa maupun ditulis oleh kalangan lainnya. Hal itu disebabkan teks anekdot dapat menghibur sekaligus memberikan pengetahuan kepada pembaca. Dapat pula dijadikan sebagai pembanding antara teks anekdot satu dengan yang lainnya. Dalam teks anekdot yang baik terkandung makna lain yang ingin disampaikan, yang penting dan sedang dalam pembicaraan hangat, dibalik lelucon yang menggelitik perut dan memaksa pembaca untuk tertawa. b. Penelitian terkait analisis wacana merupakan penelitian yang mendetail karena berhubungan dengan linguistik dan tata bahasa. Agar dapat lebih memahami pendekatan analisis wacana, mahasiswa perlu melakukan analisis wacana lain dalam sebuah wacana yang dirasa memiliki struktur, fungsi, dan makna menarik. Penganalisisan tersebut dapat mengacu pada penelitian ini atau dapat pula mengembangkan penelitian analisis wacana dengan teori yang berbeda.