PEMANTAUAN DOSIS INTERNA PEKERJA RADIASI DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR TAHUN 2009

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANTAUAN PENERIMAAN DOSIS EKSTERNA DAN INTERNA DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2012

EVALUASI DOSIS EKIVALENT SELURUH TUBUH (DEST) PEKERJA RADIASI DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2010

PENGENDALIAN PERSONEL DI PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG TAHUN 2005

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

PEMANTAUAN DOSIS RADIASI INTERNAL DENGAN WBC UNTUK PEKERJA PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF SERPONG TAHUN 2012

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

KALIBRASI EFISIENSI α/β COUNTER UNTUK ANALISIS RADIONUKLIDA PEMANCAR BETA DALAM CONTOH URIN

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS ALPHA PADA BAK PENAMPUNG AIR PENDINGIN ACCUTOM PASCA PEMOTONGAN LOGAM U-Zr

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KOMPARASI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI INTERNA PEKERJA PPTN SERPONG BERDASARKAN ICRP 30 TERHADAP ICRP 68

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PENGUKURAN TINGKAT KONTAMINASI PERMUKAAN MESIN BUSUR LISTRIK PASCA PELEBURAN LOGAM U-Zr

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

MONITORING DOSIS DAN KESEHATAN PEKERJA PPTN SERPONG TAHUN 2006

GAMBARAN DOSIS INTERNA DARI BIOASSAY SAMPEL URINE PENDUDUK DESA BOTTENG KABUPATEN MAMUJU

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

ANALISIS DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI RADIOMETALURGI.

EVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DI INSTALASI ELEMAN BAKAR EKSPERIMENTAL TAHUN 2011

PEMANTAUAN KONTAMINASI DAN DEKONTAMINASI ALAT POTONG ACCUTOM DI LABORATORIUM KENDALI KUALITAS HR-22 IEBE PTBN

PENANGANAN LlMBAH RADIOAKTIF PADAT AKTIVITAS RENDAH PASCA PENGGANTIAN HEPA FILTER DI IRM

PENGELOLAAN PERLENGKAPAN KESELAMATAN RADIASI DAN PENGENDALIAN AKSES LABORATORIUM DI IEBE

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM

PENGUKURAN RADIASI. Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T.

KOMPARASI HASIL PENGUKURAN WBC ACCUSCAN II DENGAN WBC TIPE BED

KOMPARASI PRAKIRAAN DOSIS INTERNA SECARA IN-VIVO DAN IN-VITRO. R. Suminar Tedjasari, Ruminta Ginting, Tri Bambang L Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

EVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009

KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET

KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PROTEKSI RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DAN KONTAMINASI DI DALAM HOTCELL 101 INSTALASI RADIOMETALURGI

BAB V KETENTUAN KESELAMATAN RADIASI

DEKONTAMINASI MESIN BUSUR LISTRIK CENTORR FURNACES DI HR-16 IEBE PTBN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

EVALUASI PAPARAN RADIASI TERHADAP DOSIS EKSTERNA YANG DITERIMA PEKERJA RADIASI DI IEBE TAHUN 2008

DEKONTAMINASI MIKROSKOP OPTIK HOTCELL 107 INSTALASI RADIOMETALURGI DENGAN CARA KERING

OPTIMASI ALAT CACAH WBC ACCUSCAN-II UNTUK PENCACAHAN CONTOH URIN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

EVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DALAM PROSES PEMINDAHAN BAHAN PASCA IRADIASI

Dokumen yang Perlu Dipahami 1 Label Peringatan 2 ALARA 2 Dosimeter 3 Risiko Radiasi 3 Prinsip Proteksi Radiasi 5 Aturan Keselamatan Umum 6

DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL (IEBE)

EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tindakan tertentu, maupun terapetik. Di antara prosedur-prosedur tersebut, ada

ANALISIS WAKTU PELURUHAN TERHADAP PERSYARATAN DOSIS RADIOISOTOP UNTUK PEMERIKSAAN GONDOK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGEMBANGAN PENGENDALIAN PROTEKSI RADIASI DAERAH KERJA, PERSONIL DAN LINGKUNGAN DI PTLR

EVALUASI ASPEK KESELAMATAN KEGIATAN METALOGRAFI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

KAJIAN PENERIMAAN DOSIS RADIASI EKSTERNA MELEBIHI BATAS YANG DITENTUKAN.

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

STUDI KESELARASAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR TINGKAT FASILITAS/ INSTALASI NUKLIR PTBN TERHADAP PERKA BAPETEN NO.1 TAHUN 2010

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PENELITIAN DAN NUKLIR ABSTRAK PEKERJA BKTPB 1,27. msv. BEM. merupakan. tahun. ABSTRACTT. for radiation. carried out. on radiation.

PENENTUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL PADA PEKERJA RADIASI DI RUANG PENYINARAN UNIT RADIOTERAPI RUMAH SAKIT DR.KARIADI SEMARANG

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008

Dasar Proteksi Radiasi

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sangat di pengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KAJIAN BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN UNTUK CALON PLTN AP1000

ANALISIS DOSIS YANG DITERIMA PASIEN PADA PEMERIKSAAN RENOGRAF

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

ANALISA TINGKAT KONTAMINASI DOSIS NUKLIR DAN LAJU PAPARAN RADIASI PADA INSTALASI KEDOKTERAN NUKLIR

PENGUKURAN AKTIVITAS URANIUM DAN TURUNAN THORIUM DALAM F/J..NTOM ORG.4N PARU-PARU

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF UNTUK WELL LOGGING

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

PROSEDUR PENANGGULANGAN KEDARURATAN NUKLIR DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMANTAUAN KESEHATAN UNTUK PEKERJA RADIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERSYARATAN PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF

PEMANTAUAN DOSIS PERORANGAN DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI - BATAN BANDUNG

IMPLEMENTASI SK. BAPETEN NOMOR : 01/KA-BAPETEN/V 1999, TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP RADIASI DI INSTALASI NUKLIR.

RINGKASAN. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya

TINJAUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL TERHADAP PEKERJA DALAM PERBAIKAN DETEKTOR NEUTRON JKT03 CX 821 DI RSG-GAS

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DAN B3 DI IRM. Sunardi

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN.. 01 A. Latar Belakang 01 Tujuan Instruksional Umum. 02 Tujuan Instruksional Khusus 02

Paparan radiasi dari pekerja radiasi sejak tahun berdasarkan kriteria dan lama kerja

BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia

EVALUASI PENGENDALIAN KESELAMATAN RADIASI DAN NON RADIASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TAHUN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1202, 2012 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Kedokteran Nuklir. Radiasi. Keselamatan.

PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2012 ISSN

SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

PENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI

EVALUASI PENGENDALIAN KESELAMATAN RADIASI DAN NON RADIASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TAHUN

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

Transkripsi:

PEMANTAUAN DOSIS INTERNA PEKERJA RADIASI DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR TAHUN 2009 Sudaryati, Sri Wahyuningsih, Arca Datam Sugiarto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang ABSTRAK PEMANTAUAN DOSIS INTERNA PEKERJA RADIASI DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR TAHUN 2009. Pemantauan dosis interna pekerja radiasi di Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN) tahun 2009, telah dilakukan. Tujuan dari pemantauan ini untuk mengetahui seberapa besar dosis interna yang diterima pekerja radiasi di PTBN pada tahun 2009. Pemantauan radiasi interna pekerja radiasi dilakukan dengan metoda pengukuran langsung aktivitas radionuklida di dalam tubuh pekerja radiasi dengan cara Whole Body Counter (WBC) dan pemeriksaan urine pekerja tersebut. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara in-vitro melalui pemeriksaan urine dan in-vivo WBC. Hasil pemantauan dosis interna menunjukkan secara umum pekerja radiasi tak terdedeksi terkena kontaminasi interna dari zat radioaktif, kecuali seorang pekerja radiasi berinisial S pada triwulan II terdeteksi dari hasil pemeriksaan urinenya sebesar 0,09 Becquerel (Bq) untuk aktivitas U-total dengan dosis terikat efektif ( ) sebesar 0,07 msv. Namun pada triwulan III dilakukan kembali pemeriksaan terhadap pekerja tersebut dengan hasil pantauan tak terdeteksi (ttd). Secara keseluruhan nilai dosis ekivalent seluruh tubuh (DEST) pekerja radiasi S diakhir tahun 2009 tidak melebihi dari 50 msv/tahun untuk dosis eksterna dan interna. Dari hasil ini dapat disimpulkan selama kegiatan di laboratorium PTBN periode tahun 2009, seluruh pekerja radiasi PTBN aman dari bahaya radiasi interna. Katakunci : dosis interna, pemeriksaan urine, pemeriksaan WBC (Whole Body Counter). PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Kepala BATAN No. 123/KA/VIII/2007 Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN) mempunyai tugas pokok melaksanakan Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nuklir. Disamping itu untuk menunjang tugas pokok dan menjaga keselamatan pekerja dan lingkungan dilakukan pengendalian keselamatan kerja. Pelaksanaan pengendalian keselamatan kerja ditangani oleh Bidang Keselamatan terangkum dalam pasal 276 yang menyelenggarakan [1] : 1. Pelaksanaan pengendalian daerah kerja terhadap bahaya radiasi dan non radiasi. 2. Pelaksanaan pengendalian paparan radiasi personal serta koordinasi kedaruratan nuklir fasilitas. 3. Pelaksanaan pengelolaan dan akutansi bahan nuklir serta pengelolaan limbah. Latar belakang yang mendasari dilakukan kegiatan ini untuk mengetahui seberapa besar penerimaan dosis interna yang diterima personil di PTBN selama periode tahun 2009. Pemantauan radiasi interna terhadap pekerja radiasi dapat dilakukan dengan cara pengukuran langsung aktivitas radionuklida di dalam tubuh 31

No.06 / Tahun III Oktober 2010 ISSN 1979-2409 pekerja radiasi dengan teknik Whole Body Counter (WBC), analisis urine, feces atau keringat. Radiasi interna terjadi akibat masuknya unsur radioaktif ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan/inhalasi, pencernaan/ingesti, atau melalui penyerapan kulit. Dosis radiasi serendah apapun dapat menimbulkan perubahan pada sistem biologi, baik pada tingkat molekul maupun sel. Sel yang mengalami modifikasi mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel tersebut. Semua efek akibat proses modifikasi atau transformasi yang terjadi secara acak (efek stokastik). Efek stokastik dapat terjadi tanpa adanya nilai dosis ambang, dan baru akan muncul setelah masa laten yang lama, tidak ada penyembuhan spontan. Semakin besar dosis, semakin besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan keparahannya tidak tergantung pada dosis. Bila sel yang mengalami perubahan sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau efek pewarisan [5]. Tujuan dari kegiatan ini untuk mengetahui besarnya dosis interna yang diterima pekerja radiasi pada saat bekerja di laboratorium. Hal ini dikorelasikan dengan batas dosis yang diizinkan berdasarkan data yang ada pada Annual Limit on Intake (ALI) yaitu tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi Interna. Semua kegiatan tersebut harus dilakukan sesuai dengan kaidah keselamatan agar penerimaan dosis radiasi bagi pekerja tidak melebihi batas yang diizinkan. Selama berlangsungnya kegiatan di laboratorium PTBN, tentu saja adanya resiko paparan radiasi eksterna dan kontaminasi interna yang boleh jadi akan terkena ke pekerja radiasi. Untuk menghindari dan mengurangi bahaya tersebut pekerja radiasi yang bekerja di laboratorium diwajibkan menggunakan perlengkapan yang dapat mengurangi penerimaan dosis dan kecelakaan kerja, seperti penggunaan masker yang sesuai, sarung tangan dan alat keselamatan lainnya. Paparan radiasi eksterna adalah merupakan paparan radiasi gamma dari sumber radiasi yang terjadi bila ada jarak tertentu antara sumber radiasi dengan individu disekitarnya, sedangkan paparan radiasi interna tidak ada jarak antara sumber radiasi dengan individu terpapar, sehingga sering diistilahkan sebagai kontaminasi. Pemantauan terhadap paparan eksternal dilakukan dengan menggunakan dosimeter fisik dan biologi, seperti Thermoluminesence detector (TLD), film badge, dosimeter saku, dan lainnya sangat sensitif, tetapi kurang otentik karena tidak selalu mencerminkan dosis radiasi sesungguhnya yang diterima seorang pekerja radiasi. Kekurangan ini dapat dipenuhi oleh dosimeter biologi sebagai cara untuk memprediksi dosis yang diterima tubuh 32

berdasarkan pada perubahan yang terjadi pada sampel biologi, seperti pemeriksaan urine dan WBC [4]. TEORI Distribusi radionuklida dalam tubuh bergantung pada jalur masuk ke dalam tubuh. Bahan radioaktif dapat masuk saluran pencernaan melalui penelanan atau inhalasi, yaitu berpindah dari saluran pernafasan ke kerongkongan melalui mekanisme siliari bronklus. Tempat absorbsi utama dalam saluran pencernaan adalah usus halus. Radionuklida yang masuk ke dalam tubuh akan berdifusi ke dalam cairan ekstraseluler setelah mengalami proses yang kompleks, radionuklida akan terdistribusi keseluruh bagian tubuh dan sebagian akan mengendap dalam satu atau lebih organ atau jaringan target. Tabel-1. Nilai Faktor Bobot Berbagai Organ Tubuh NO. ORGAN ATAU JARINGAN TUBUH W T 1. Gonad (Kelamin) 0,25 2. Sumsum tulang 0,12 3. Colon (Usus besar) - 4. Lambung - 5. Paru-paru 0,12 6. Ginjal - 7. Payudara - 8. Oesophagus (jalur pernafasan) - 9. Kelenjar gondok (Tiroid) 0,03 10. Kulit - 11. Tulang (permukaan) 0,03 12. Dada 0,15 13. Organ atau jaringan tubuh sisanya 0,3 Catatan : Harga W T berdasarkan SK No. 01/Ka-BAPETEN/V-1999 W T = faktor bobot organ atau faktor bobot jaringan Semua zat radioaktif yang masuk ke dalam tubuh disebut sebagai pemancar interna. Radioaktif secara kontinu meradiasi jaringan tubuh sampai dieksresikan (dikeluarkan) melalui feses dan urine atau menjadi isotop stabil melalui proses peluruhan. Radionuklida akan dimetabolisme dan terakumulasi pada organ target dalam tubuh 33

No.06 / Tahun III Oktober 2010 ISSN 1979-2409 sesuai dengan sifat kimia dan sifat fisikanya, seperti yodium terakumulasi dalam kelenjar tiroid, stronsium dan radium dalam tulang, plutonium pada paru-paru dan cesium pada jaringan lunak. Kontaminasi interna dapat terjadi secara akut maupun kronis, langsung maupun tidak langsung yaitu melalui beberapa perantara jalur masuk. Tahapan berlangsungnya kontaminasi interna adalah : 1. Masuk tubuh melalui jalan masuk yang ada pada tubuh. 2. Penyerapan ke dalam darah atau cairan getah bening. 3. Didistribusikan keseluruh tubuh dan akumulasi pada organ sasaran. 4. Pengeluaran melalui urine, feses dan keringat. ALI untuk beberapa radionuklida dapat dilihat pada tabel-2 berikut [5] : Tabel-2. Annual Limit on Intake (ALI) untuk beberapa radionuklida No. Radionuklida Pancaran Radiasi ALI (Bq) 1. Tritium (TDO) β - 1E9 2. Cobalt-60 β -,γ 4E5 3. Strontium β - 6E4 4. Zirconium β -, γ 3E6 5. Iodine -131 β -, γ 1E6 6. Iodine -133 β -, γ 8E6 7. Iodine -135 β -, γ 4E7 8. Cesium -137 β -, γ 2E6 METODOLOGI Metoda pelaksanaan pemantauan dosis interna dilakukan dengan cara menganalisis urine pekerja radiasi secara in-vitro (pemeriksaan urine) dan pencacahan tubuh pekerja radiasi secara in-vivo Whole Body Counter (WBC). Dari hasil pelaksanaan pemantauan ini dipelajari pekerja radiasi yang indentifikasi terkena dosis interna. Pelaksanaan pemantauan dosis interna dilakukan oleh Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif (PTLR). Adapun langkah kerja dari pelaksanaan pemantauan ini adalah sebagai berikut : Langkah Kerja Pelaksanaan pemantauan dosis interna secara in-vitro dilakukan dengan memeriksa urine pekerja radiasi menggunakan alat α β Low Background Counter dan dilakukan di Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR). Sampel urine didestruksi sampai kering dan ditambahkan asam nitrat pekat, kemudian dipanaskan sampai 34

kering untuk menghilangkan zat organik hingga terjadi endapan berwarna kuning pucat atau putih, kemudian dilarutkan endapan tersebut dalam ammonium nitrat. Proses selanjutnya diekstraksi dengan TBP dan akhirnya didapatkan larutan yang mungkin mengandung uranium, larutan tersebut dikeringkan dalam planset, kemudian dicacah planset dengan menggunakan alat α β Low Background Counter dicacah aktivitasnya. Pelaksanaan analisa dosis interna secara in-vivo (WBC) menggunakan alat Accuscan II Canberra dilakukan di PTLR. Persiapan pekerja radiasi yang akan dicacah dilakukan terlebih dahulu seperti, mandi / membersihkan badan, diganti pakaian dengan baju laboratorium, dipakai shoe cover, dilepas seluruh asesori yang dipakai. Selanjutnya dilakukan pencacahan pekerja radiasi tersebut dengan tahapan yang dilakukan, pencacahan Full Scan dipilih program Abacos PC kemudian dipilih Special Operation selanjutnya dipilih menu Start Collect. Subyek yang akan dicacah segera masuk ke dalam ruangan pada alat Accusan II dengan posisi berdiri dan menghadap muka, diperlukan waktu antara 10 sampai dengan 15 menit untuk melakukan pencacahan, setelah pencacahan selesai data hasil cacahan disimpan (save). HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan pemeriksaan urine dan pemeriksaan WBC untuk pekerja radiasi yang bekerja di laboratorium PTBN diberlakukan secara uji petik dan atau apabila dianggap perlu. Pekerja radiasi yang mendapat pemeriksaan ini diprioritaskan bagi pekerja radiasi yang bekerja menangani uranium dalam keadaan terbuka. Disamping itu juga disebabkan karena keterbatasan alat dan waktu untuk mengevaluasi hasil dari pemeriksaan urine dan WBC pekerja radiasi tersebut. Namun demikian hal ini tidak perlu dihawatirkan, karena setiap pekerja radiasi minimal setiap tahunnya akan dijadwalkan untuk melakukan pemeriksaan urine dan pemeriksaan WBC. Pemonitoran lainnya yang secara terus menerus dilakukan ialah pemonitoran dosis eksterna pekerja radiasi dengan menggunakan TLD. Kemudian hasil akhir dari pemantauan dosis interna tersebut akan digabung dengan hasil pemonitoran dosis eksterna yang selanjutnya dinamakan dengan Dosis Ekivalent Seluruh Tubuh (DEST). Hasil pemeriksaan urine pekerja radiasi dan hasil WBC selama tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel-3 sampai dengan Tabel-6. Pada Tabel-3 untuk triwulan I dapat dilihat hasil dari pemeriksaan urine dan pemeriksaan WBC pekerja radiasi pada periode tersebut, untuk semua personil tidak menunjukkan dosis interna yang terdeteksi. 35

No.06 / Tahun III Oktober 2010 ISSN 1979-2409 Tabel-3. Hasil pemeriksaan Urine dan WBC pada Triwulan I NO. NAMA URINE U-Total (Bq) RN WBC (Bq) 1. A ttd - ttd - - 2. B ttd - ttd - - 3. C ttd - ttd - - 4. D ttd - ttd - - 5. E ttd - ttd - - 6. F ttd - ttd - - 7. G ttd - ttd - - 8. H ttd - ttd - - 9. I ttd - ttd - - 10. J ttd - ttd - - 11. K ttd - ttd - - 12. L ttd - ttd - - Keterangan : : Dosis terikat efektif RN : Radionuklida terdeteksi ttd : tidak terdeteksi Tabel-4. Hasil pemeriksaan Urine dan WBC pada Triwulan II NO. NAMA URINE U-Total (Bq) RN WBC (Bq) 1. M ttd - ttd - - 2. N ttd - ttd - - 3. O ttd - ttd - - 4. P ttd - ttd - - 5. Q ttd - ttd - - 6. R ttd - ttd - - 7. S 0,09 0,07 ttd - - 8. T ttd - ttd - - 9. U ttd - ttd - - 10. V ttd - ttd - - 11. W ttd - ttd - - 12. X ttd - ttd - - 13. Y ttd - ttd - - 14. Z ttd - ttd - - Keterangan : : Dosis terikat efektif RN : Radionuklida terdeteksi ttd : tidak terdeteksi 36

Untuk Tabel 4 triwulan II dapat dilihat hasil evaluasi dari pemeriksaan urine dan hasil evaluasi dari pemeriksaan WBC pekerja radiasi untuk PTBN, personil berinisial S dari gedung 20 menunjukkan dari hasil analisis urine (dosis interna) diketahui terdapat kontaminasi uranium dengan aktivitas U -Total terdeteksi sebesar 0,09 Bq dengan dosis terikat efektif ( ) sebesar 0,07 msv dan hasil pantauan dengan menggunakan TLD selama tahun 2009 (dosis eksterna) pekerja radiasi tersebut diketahui ttd (tidak terdeteksi). Bila dosis interna tersebut dijumlahkan dengan dosis eksterna hasilnya dinamakan DEST. Walaupun pekerja radiasi yang berinisial S tersebut terdeteksi terkena dosis interna sebesar 0,07 msv, namun total DEST nya jauh berada dibawah nilai batas dosis (NBD) yaitu 50 msv/tahun. Mengingat saat ini sedang dilakukan peralihan dari NBD 50 msv/tahun (berdasarkan ICRP 26) ke NBD 20 msv/tahun (berdasarkan ICRP 60), apabila hal ini dihubungkan dengan aturan baru yang akan diberlakukan, hasilnya masih berada di bawah 20 msv/tahun. Pada triwulan III dilakukan kembali pemeriksaan urine pekerja radiasi berinisial S dan hasilnya terdapat pada Tabel-5. Tabel-5. Hasil pemeriksaan Urine dan WBC pada Triwulan III NO. NAMA URINE U-Total (Bq) RN WBC (Bq) 1. Ax ttd - ttd - - 2. Bx ttd - ttd - - 3. Cx ttd - ttd - - 4. Dx ttd - ttd - - 5. Ex ttd - ttd - - 6. S ttd - ttd - - 7. Gx ttd - ttd - - Keterangan : : Dosis terikat efektif RN : Radionuklida terdeteksi ttd : tidak terdeteksi Data pada Tabel-5 untuk triwulan III dapat dilihat hasil evaluasi dari pemeriksaan urine dan WBC untuk pekerja radiasi di PTBN dengan hasil pemantauan seluruhnya ttd (tidak terdeteksi), termasuk pekerja radiasi yang berinisial S yang sebelumnya pada triwulan II hasil pemeriksaan urinenya terdeteksi. Pemeriksaan ulang pada triwulan III dan triwulan IV yang dilakukan terhadap pekerja radisi S ini menunjukkan lebih menyakinkan lagi bahwa pekerja radiasi tersebut tidak terkena radiasi interna dari pekerjaan yang dilakukannya. 37

No.06 / Tahun III Oktober 2010 ISSN 1979-2409 Tabel-6. Hasil pemeriksaan Urine dan WBC pada Triwulan IV NO. NAMA URINE U-Total (Bq) RN WBC (Bq) 1. Hx ttd - ttd - - 2. Ix ttd - ttd - - 3. Jx ttd - ttd - - 4. Kx ttd - ttd - - 5. Lx ttd - ttd - - 6. Mx ttd - ttd - - 7. Nx ttd - ttd - - 8. Ox ttd - ttd - - 9. Px ttd - ttd - - 10. Qx ttd - ttd - - 11. Rx ttd - ttd - - 12. Sx ttd - ttd - - 13. Tx ttd - ttd - - 14. Ux ttd - ttd - - 15. Vx ttd - ttd - - Keterangan : : Dosis terikat efektif RN : Radionuklida terdeteksi ttd : tidak terdeteksi Untuk triwulan IV terlihat hasil evaluasi dari pemeriksaan urine dan hasil evaluasi dari pemeriksaan WBC pekerja radiasi untuk semua personil tidak menunjukkan dosis yang terdeteksi. Dari data yang tertera pada Tabel 3 sampai dengan Tabel 6 yang dilaksanakan bulan Januari sampai dengan Desember 2009 dapat kita lihat hasil pemeriksaan urine dan WBC menunjukkan hasilnya berada di bawah rata-rata dari dosis yang diizinkan, berdasarkan Keputusan Kepala Bapeten No. 01/Ka BAPETEN/V-99 yaitu DEST untuk pekerja radiasi dalam 1 tahun sebesar 50 msv/tahun untuk dosis eksterna dan interna. KESIMPULAN Pemantauan dosis Interna pekerja radiasi di PTBN Tahun 2009 dapat disimpulkan bahwa hasil pemeriksaan urine dan pemeriksaan WBC untuk triwulan I sampai dengan triwulan IV menunjukkan hasilnya berada di bawah dosis yang diizinkan, pada triwulan II untuk pekerja radiasi yang berinisial S dari hasil 38

pemeriksaan urinenya terdeteksi terdapat U-total sebesar 0,09 Bq dengan dosis terikat efektif ( ) sebesar 0,07 msv, sedangkan untuk dosis eksterna pekerja radiasi tersebut diketahui ttd (tidak terdeteksi). Selanjutnya pada triwulan III dilakukan kembali pemeriksaan urine untuk pekerja radiasi S dengan hasil ttd (tidak terdeteksi). Dari hasil ini dapat disimpulkan selama kegiatan di laboratorium PTBN tahun 2009, seluruh pekerja radiasi PTBN aman dari bahaya radiasi interna. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pejabat dan staf BKL-PTLR yang telah bekerja sama dalam pemeriksaan urine dan pemeriksaan WBC yang dilakukan setiap tahun terhadap personil di lingkungan PTBN. DAFTAR PUSTAKA 1. BATAN, Keputusan Kepala BATAN No.123/KA/VIII/2007 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan BATAN, Jakarta, tahun 2007. 2. BAPETEN, Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi, BAPETEN No. 01/Ka-BAPETEN/V-1999, Jakarta, tahun 1999. 3. ANONIM, Prosedur Pemantauan Dosis Radiasi Personil (Revisi 2), No. dokumen KK21D11001, revisi 2, Tahun 2006. 4. ANONIM, www. Bapeten.go.id Dosis Eksterna dan Dosis Interna, Juni 2010. 5. ANONIM, Pusdiklat, Pelatihan Penyegaran Proteksi Radiasi Instalasi Nuklir, Jakarta, 19 23 April 2010. 39