Pertemuan 5 HUKUM E-COMMERCE

dokumen-dokumen yang mirip
Indonesia termasuk negara yang tertinggal dalam hal pengaturan undang-undang ite. UU yang mengatur ITE di Indonesia dikenal denga

oleh perdagangan secara konvensional. 1

BAB VII. Cyberlaw : Hukum dan Keamanan

CASE OF CHALLENGES OF GLOBAL INFORMATION SYSTEMS LEGAL JURISDICTION IN CYBER SPACE

PRINSIP-PRINSIP HUKUM REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

cybercrime Kriminalitas dunia maya ( cybercrime

E-Journal Graduate Unpar Part B : Legal Science

E-Commerce. Ade Sarah H., M. Kom

CYBERCRIME & CYBERLAW

BAB II KEJAHATAN PEMBOBOLAN WEBSITE SEBAGAI BENTUK KEJAHATAN DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN

Oleh: R.Caesalino Wahyu Putra IGN.Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

Carding KELOMPOK 4: Pengertian Cyber crime

KONSEPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN E-COMMERCE DALAM TRANSAKSI DI INTERNET

CYBER LAW & CYBER CRIME

Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III

INSTRUMEN INTERNASIONAL DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Siapa Perlu Peduli Ancaman Cybercrime?

I. PENDAHULUAN. Kemajuan iptek dan globalisasi membawa kemudahan dan kemanfaatan kepada

PERTEMUAN I Etika & Kebebasan Pribadi (Privacy) pada Komputer

MENGENAL CARDING. Taufan Aditya Pratama. Abstrak. Pendahuluan.

commerce di Indonesia sebesar US$ 230 juta, dan diperkirakan akan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

Beberapa faktor yang menyebabkan kejahatan internet makin marak dilakukan antara lain adalah:

Cyber Crime : Sebuah Evolusi Kejahatan Jenis kejahatan konvensional : Kejahatan kerah biru (blue collar crime) Pencurian, penipuan, pembunuhan

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/30/2014 nts/epk/ti-uajm 2

ANALISIS KASUS CYBERCRIME YANG TERPUBLIKASI MEDIA KASUS PENANGKAPAN WNA YANG DIDUGA KELOMPOK CYBERCRIME INTERNASIONAL

Widaningsih 1 Abstrak

Pertemuan 11. Pembahasan. 1. Pengertian Cyber law 2. Ruang Lingkup Cyber Law 3. Perangkat hukum Cyber law

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

Pembahasan : 1. Cyberlaw 2. Ruang Lingkup Cyberlaw 3. Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE

Oleh : Agus Priyanto, M.Kom

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Perjanjian Jual Beli Barang Melalui Elektronik Commerce (E-Com)

Cybercrime. Jenis Cybercrime :

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA)

TUGAS HUKUM TELEMATIKA PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM LINGKUP TEKNOLOGI INFORMASI. Nama Kelompok: 1. Dedeh Juniarsih ( )

RechtsVinding Online. serta penawaran dan pembayaran bisa dilakukan melalui online. Emas dipilih untuk investasi dengan tujuan untuk

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INFORMASI PRIBADI TERKAIT PRIVACY RIGHT

NCB Interpol Indonesia - Fenomena Kejahatan Penipuan Internet dalam Kajian Hukum Republik Indonesia Wednesday, 02 January :00

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN

Perkembangan Cybercrime di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan transaksi online di indonesia memperlihatkan

KOMPUTER FORENSIK DALAM HUKUM INDONESIA

PENGERTIAN CYBER CRIME

Keamanan Sistem Informasi

Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM Dosen DR. Ir Iwan Krisnadi MBA

INFORMATION SYSTEM AND SOCIAL ETHICS

Etika, Kejahatan Komputer, dan Keamanan Sistem Informasi. Etika Sistem Informasi. Tujuan Bab 9. Information Systems Today

BAB III PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MEDIA INTERNET. A. Pihak-Pihak yang Terkait dalam Kasus Pencurian Dana Nasabah Bank

ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MODUS PENGGANDAAN KARTU ATM (SKIMMER) DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 363 AYAT (5) KITAB UNDANG-

[ Cybercrime ] Presentasi Kelompok VI Mata Kuliah Etika Profesi STMIK El-Rahma Yogyakarta

Sejarah Etika Komputer. Pengertian Etika Komputer. Tokoh-tokoh Pelopor Etika Komputer. Sejarah & Tokoh-tokoh Pelopor Etikom.

Modus Kejahatan dalam Teknologi Informasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pola kehidupan manusia dalam berkomunikasi dengan manusia

Journal Of Judicial Review Vol.XV No.2 2 Desember 2013 ANALISIS YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP JUAL BELIONLINE DI INDONESIA DAN MALAYSIA

MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dengan diratifikasinya konvensi Transnational Orgainized Crime oleh

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh Dunia. Internet sebagai media komunikasi kini sudah biasa. memasarkan dan bertransaksi atas barang dagangannya.

BAB III PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tindak pidana melalui media cyber dan teknologi telekomunikasi, Penulis

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 362 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

Teknik-teknik Kriptografi untuk Menangkal Praktek Phishing

CONTOH KASUS CYBER CRIME (KEJAHATAN DI DUNIA MAYA)

Cyber Crime. Ade Sarah H., M.Kom

KENDALA DALAM PENANGGULANGAN CYBERCRIME SEBAGAI SUATU TINDAK PIDANA KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Definisi Cybercrime. Disusun untuk memenuhi tugas ke I, MK. Kejahatan Komputer (Dosen Pengampu : Yudi Prayudi, S.Si, M.Kom)

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM

I. PENDAHULUAN. Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey,

Pengertian Cybercrime

BAB V PENUTUP. Pelaku Usaha Yang Melakukan Jual Beli online Dengan Sistem phishing

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pengguna dan Indonesia kini berada di urutan ke empat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undangundang

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

A. Pengertian Cybercrime

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa.

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana

Penyalahgunaaan TIK serta Dampaknya

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi saat

PERBANDINGAN CYBER LAW, COMPUTER CRIME ACT (MALAYSIA), COUNCIL OF EUROPE CONVENTION ON CYBER CRIME

CAKRAWALA HUKUM Oleh : Tim Direktorat Hukum DISKUSI DENGAN UNCITRAL DAN ELECTRONIC EVIDENCE & E-DISCOVERY FORUM

BAB II TINJAUAN YURIDIS TENTANG BISNIS ELECTRONIC COMMERCE

BAB I PENDAHULUAN. semua kalangan masyartakat. Perkembangan pengguna internet serta adanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan jaman telah membawa perubahan di berbagai

Security Sistem Informasi.

JURNAL ILMIAH KENDALA POLDA DIY DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI INTERNET DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB II KAJIAN HUKUM TENTANG DELIK PENIPUAN

BAB IV. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri. Pidana Hacker. Negeri Purwokerto No: 133/Pid.B/2012/PN.

(Disampaikan oleh Direktorat Hukum Bank Indonesia)

BAB I. yang salah satu bentuknya berupa e-banking. 2 Dengan adanya fasilitas

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. : BRIPTU Yayan Sopiyan. : Anggota Krimsus Polda Lampung

MODEL PENGATURAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

HASIL WAWANCARA DENGAN AKBP AUDIE LATUHERY KASAT CYBERCRIME DIT RESKRIMSUS POLDA METRO JAYA

POIN PENTING DALAM UU ITE

Transkripsi:

Pertemuan 5 HUKUM E-COMMERCE

Pembahasan 1. Cyber Crime dalam E-Commerce 2. Hukum E-Commerce

Cyber Crime dalam E- Commerce Cybercrime dalam e-commerce, oleh Edmon Makarim didefinisikan sebagai segala tindakan yang menghambat dan mengatasnamakan orang lain dalam perdagangan melalui internet. Jenis Kejahatan (CyberCrime) berkaitan dengan E- Commerce 1. Pencurian Nomor Kartu Kredit. (Carding) Transaksi e-commerce yang pembayarannya dilakukan dengan menggunakan kartu kredit milik orang lain, atau kejahatan penggunaan kartu kredit orang lain secara llegal untuk suatu transaksi

2. Hacker&Cracker Memasuki, memodifikasi atau merusak homepage. memasuki sistem perbankan dan merusak data base bank. 3. Penyerangan situs atau e-mail melalui virus atau spamming (Virusing & Attacking)

HUKUM E-Commerce Hukum E-Commerce di Indonesia yang terbaru adalah UU No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UUITE). Menurut Mas Wigrantoro dalam BisTek No. 10, 24 Juli 2000, h. 52 secara garis besar ada lima topic dari cyberlaw di setiap negara yaitu: a. Information security, menyangkut masalah keotentikan pengirim atau penerima dan integritas dari pesan yang mengalir melalui internet. Dalam hal ini diatur masalah kerahasiaan dan keabsahan tanda tangan elektronik. b.on-line transaction, meliputi penawaran, jual-beli, pembayaran sampai pengiriman barang melalui internet

c. Right in electronic information, soal hak cipta dan hakhak yang muncul bagi pengguna maupun penyedia content. d. Regulation information content, sejauh mana p erangkat hukum mengatur content yang dialirkan melalui internet. e. Regulation on-line contact, tata karma dalam berkomunikasi dan berbisnis melalui internet termasuk perpajakan, retriksi eksport-import, kriminalitas dan yurisdiksi hukum.

Kejahatan & Hukumnya JENIS Kejahatan HUKUM (PASAL) Carding Pasal 27 UU ITE tahun 2008 Pasal 28 UU ITE tahun 2008 Pasal 29 UU ITE tahun 2008 Pasal 32 UU ITE tahun 2008 ayat (2) Pasal 35 UU ITE tahun 2008 Hacking Pasal 30 ayat (1), (2) dan (3) Craking Pasal 31 UU ITE tahun 2008 Pasal 32 ayat (1), (3) UUITE tahun 2008 Virusing & Attacking Pasal 33 UU ITE tahun 2008

Di Indonesia pernah terjadi kasus cybercrime yang berkaitan dengan kejahatan bisnis, tahun 2000 beberapa situs atau web Indonesia diacak-acak oleh cracker yang menamakan dirinya Fabianclone dan naisenodni. Situs tersebut adalah antara lain milik BCA, Bursa Efek Jakarta dan Indosatnet (Agus Raharjo, 2002.37).

UU ITE tahun 2008 pasal 30 ayat 1 di Indonesia. Isinya berbunyi bahwa mengakses komputer atau sistem elektronik orang lain dengan cara apapun adalah tindakan kriminal. Apabila dinyatakan bersalah, maka pelaku bisa mendapatkan hukuman penjara paling lama enam tahun dan/atau denda paling besar Rp 600 juta. Ia juga bisa mendapatkan hukuman tambahan untuk tindakan penipuan yang dilakukannya. (Desember 2013 Berita Yahoo)

Satu lagi kasus yang berkaitan dengan cybercrime di Indonesia, kasus tersebut diputus di Pengadilan Negeri Sleman dengan Terdakwa Petrus Pangkur alias Bonny Diobok Obok. Dalam kasus tersebut, terdakwa didakwa melakukan Cybercrime. Dalam amar putusannya Majelis Hakim berkeyakinan bahwa Petrus Pangkur telah membobol kartu kredit milik warga Amerika Serikat, hasil kejahatannya digunakan untuk membeli barang-barang seperti helm dan sarung tangan merk AGV. Total harga barang yang dibelinya mencapai Rp. 4.000.000,- (Pikiran Rakyat, 31 Agustus 2002).

Dalam lalu lintas kejahatan cyber dunia, Indonesia berada di peringkat 2, sedangkan China sebagai negara yang dianggap paling banyak lalu lintas serangan cyber. Posisi ketiga adalah Amerika Serikat dengan persentase 8,3%, sedangkan Indonesia sebagai runner up sebesar 34%. Posisi keempat Turki dan Rusia berada di posisi ke-5. Indonesia tidak saja dikenal sebagi pusat kegiatan hacking, tetapi juga menjadi sumber dari 21% lalu-lintas kejahatan cyber dunia selama triwulan pertama tahun ini, menurut laporan Akamai Technologies. Dari jenis aktivitas kejahatan yang terpantau di Indonesia, terlihat bahwa serangan botnet atau serangan melalui penyusupan program sangat agresif, menurut penelitian tersebut. Data terakhir menunjukkan terjadinya perubahan yang cepat di Indonesia. Sebelumnya Indonesia tercatat hanya 1% dari lalu-lintas serangan online selama triwulan keempat tahun lalu, menurut Akamai sebagaimana dikutip Bloomberg(23/7/2013),Bisnis-Kepri.com,Juli 2013

HUKUM E-COMMERCE INTERNASIONAL Terdapat beberapa peraturan-peraturan yang dapat dijadikan pedoman dalam pembuatan peraturan e-commerce, yaitu : 1. UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce. Peraturan ini dibuat oleh Perserikatan Bangsa Bangsa atau United Nation. Peraturan ini dapat digunakan oleh bangsa-bangsa didunia ini baik yang menganut sistem kontinental atau sistem hukum anglo saxon.

2. Singapore Electronic Transaction Act ( ETA) Terdapat 5(lima) hal yang perlu digaris bawahi yaitu : 1. Tidak ada perbedaan antar data elektronik dengan dokumen tertulis. 2. Suatu data elektronik dapat menggantikan suatu dokumen tertulis 3. Penjual atau Pembeli atau pihak-pihak bisnis dapat melakukan kontrak secara elektronik. 4. Suatu data elektronik dapat menjadi alat bukti dipengadilan. 5. Jika data elektronik telah diterima oleh para pihak-pihak yang berkesepakatan, maka mereka harus bertindak sebagaimana kesepakatan yang terdapat pada data tersebut.

3. EU Direct on Electronic Commerce Peraturan ini menjadi undang-undang pada tanggal 8 Juni 2000, terdapat beberapa hal yang perlu digaris bawahi yaitu 1. Setiap negara-negara anggota akan memastikan bahwa sistem hukum negera yang bersangkutan memperbolehkan kontrak dibuat dengan menggunakan sarana elektronik. 2. Para negara anggota dapat pula membuat pengecualian terdapat ketentuan dalam hal : a. Kontrak untuk membuat atau mengalihkan hak atas realestate. b. Kontrak yang diatur didalam hukum keluarga. c. Kontrak penjaminan. d. Kontrak yang melibatkan kewenangan pengadilan.

Aspek Hukum terhadap Kejahatan Cyber Dalam kaitannya dengan penentuan hukum yang berlaku dikenal beberapa asas yang biasa digunakan, yaitu 1. Azas Subjective Territoriality Azas yang menekankan bahwa keberlakuan hukum ditentukan berdasarkan tempat perbuatan dilakukan dan penyelesaian tindak pidananya dilakukan dinegara lain. 2. Azas Objective Territoriality Azas yang menyatakan bahwa hukum yang berlaku adalah hukum dimana akibat utama perbuatan itu terjadi dan memberikan dampak yang sangat merugikan bagi negara yang bersangkutan.

3. Azas Nasionality Azas yang menentukan bahwa Negara mempunyai jurisdiksi untuk menentukan hukum berdasarkan kewarganegaraan pelaku. 4. Azas Protective Principle Azas yang menekankan jurisdiksi berdasarkan kewarganegaraan korban. 5. Azas Universality Azas ini menentukan bahwa setiap negara berhak untuk menangkap dan menghukum para pelaku pembajakan.

6. Azas Protective Principle Azas yang menyatakan berlakunya hukum didasarkan atas keinginan negara untuk melindungin kepentingan negara dari kejahatan yang dilakukan diluar wilayahnya yang umumnya digunakan apabila korban adalah negara atau pemerintah.

SOAL LATIHAN 1. Azas yang menentukan bahwa negara mempunyai jurisdiksi untuk menentukan hukum berdasarkan kewarganegaraan pelaku pada aspek hukum cyber crime adalah : a. Zone Teriterotiality b. Azas Objective territoriality c. Azas Passive Nasionality d. Azas Nasionality e. Azas Subjective territoriality 2. Pemakaian kartu kredit milik orang lain di dalam cyber crime disebut... a. Hacking d. Carding b. Joy Computing e. Computing Crack c. Data Didling

2. Pemakaian kartu kredit milik orang lain di dalam cyber crime disebut... a. Hacking d. Carding b. Joy Computing e. Computing Crack c. Data Didling 3. Peraturan PBB yang dapat digunakan oleh bangsa-bangsa didunia baik yang menganut sistem kontinental atau sistem hukum anglo saxon sbg pedoman dalam pembuatan peraturan e- commerce adalah : a. UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce. b. Singapore Electronic Transaction Act ( ETA) c. EU Direct on Electronic Commerce d. Undang-undang No.8 Tahun 1997 e. UNC Of PBB Law International

3. Peraturan PBB yang dapat digunakan oleh bangsa-bangsa didunia baik yang menganut sistem kontinental atau sistem hukum anglo saxon sbg pedoman dalam pembuatan peraturan e- commerce adalah : a. UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce. b. Singapore Electronic Transaction Act ( ETA) c. EU Direct on Electronic Commerce d. Undang-undang No.8 Tahun 1997 e. UNC Of PBB Law International 4. Jenis Kejahatan Virusing dan Attacking akan di jerat dalam UU ITE tahun 2008 dalam pasal : a. Pasal 31 b. Pasal 32 c. Pasal 33 d. Pasal 34 e. Pasal 35

4. Jenis Kejahatan Virusing dan Attacking akan di jerat dalam UU ITE tahun 2008 dalam pasal : a. Pasal 31 b. Pasal 32 c. Pasal 33 d. Pasal 34 e. Pasal 35 5. Jenis Kejahatan Hacking akan di jerat dalam UU ITE tahun 2008 dalam pasal : a. Pasal 31 b. Pasal 32 c. Pasal 33 d. Pasal 34 e. Pasal 35

5. Jenis Kejahatan Hacking akan di jerat dalam UU ITE tahun 2008 dalam pasal : a. Pasal 31 b. Pasal 32 c. Pasal 33 d. Pasal 34 e. Pasal 35 1. Azas yang menentukan bahwa negara mempunyai jurisdiksi untuk menentukan hukum berdasarkan kewarga negaraan pelaku pada aspek hukum cyber crime adalah : a. Zone Teriterotiality b. Azas Objective territoriality c. Azas Passive Nasionality d. Azas Nasionality e. Azas Subjective territoriality