1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang sistematis dan teratur berdasarkan prosedur tertentu. Bahasa merupakan sarana berpikir. Manusia dapat berpikir dengan baik karena manusia memiliki bahasa. Bahasa merupakan sarana berpikir yang pertama dan mungkin yang utama. Tanpa bahasa tidak mungkin manusia berpikir secara sistematis, teratur, dan berlanjut (Maidar dan Mukti,1998:11) Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Menurut Lasswell komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Dalam kegiatan komunikasi tidak hanya informative, yaitu agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasive, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu pemahaman atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain.(onong Uchjana, 2007:9-10) Keraf (1984:3) mengemukakan bahwa sebagai suatu alat komunikasi bahasa mempunyai beberapa fungsi yaitu (1) untuk menyatakan ekspresi diri; (2) sebagai alat komunikasi; (3) alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi; serta (4) sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial.
2 Dari paparan diatas, jelas terlihat bahwa manusia pasti sangat membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, manusia harus terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa ada empat komponen yaitu: (1);menyimak; (2)berbicara; (3) membaca; dan (4)menulis.(Tarigan, 1981:1) Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting. Kemampuan berbicara diperlukan hampir dalam seluruh kegiatan manusia sehari-hari. Carnagie menyatakan bahwa bicara bisa menunjukkan bangsa, bicara mengungkapkan apakah anda terpelajar atau bukan.hal ini jelas menunjukkan pentingnya berbicara.(jalaludin Rakhmat,2001:2) Dalam dunia pendidikan keterampilan berbicara merupakan salah satu kompetensi yang patut dikembangkan. Dalam proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, keterampilan berbicara mempunyai peranan yang penting. Namun, pada kenyataanya yang penulis temukan di lapangan melalui pengamatan selama menjadi guru praktikkan, siswa mengalami kesulitan dalam berbicara. Kesulitan siswa untuk berbicara ini terlihat pada proses belajar mengajar, misalnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang telah diajarkan, atau guru meminta siswa untuk mengungkapkan pendapatnya terhadap suatu topik masalah. Dari contoh kasus yang penulis temukan ini memang terlihat jelas kesulitan siswa untuk berbicara, siswa lebih suka berdiam diri daripada harus berbicara di depan kelas. Hasil pengamatan yang penulis lakukan selama mengajar di kelas ternyata merujuk pada sebuah simpulan, yaitu ada beberapa faktor penyebab kesulitan siswa dalam berbicara, yaitu:
3 1) kurang percaya diri; 2) kesulitan siswa menentukan bahan/topik pembicaraan; 3) kebiasaan malas; 4) pembelajaran yang monoton dan tidak menarik. Berdasarkan kenyataan yang ada dapat dikatakan bahwa kemampuan berbicara siswa masih rendah. Menurut Tarigan dan Tarigan dalam bukunya teknik keterampilan berbahasa (1986:88) menyatakan sebagai berikut ini. Keadaan pengajaran berbicara sejalan dengan pengajaran bahasa Indonesia belum memuaskan, keterampilan berbicara dalam arti luas, para pelajar belum memadai kenyataan dalam berdiskusi, seminar, atau pun ceramah menunjukkan bahwa sebagian pesertanya diam, kurang bersuara, kecakapan beradu argumentasi masih jauh memadai Dari semua hal yang telah dipaparkan di atas mengantarkan penulis khususnya untuk memberikan sebuah solusi yang tepat untuk mengatasi kesulitan siswa dalam berbicara. Begitu banyak model-model mengajar saat ini bermunculan, masing-masing menawarkan teknik pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Model-model mengajar itu di antaranya: model pengajaran nondirective, bermain peran, sinektik, simulasi. Sebagai seorang guru tentunya harus bisa memilih model/metode pembelajaran yang tepat. Penulis sebagai calon pendidik memilih model sinektik sebagai model pengajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran berbicara. Model sinektik ini adalah salah satu model pembelajaran yang dipergunakan guru dengan tujuan merangsang perkembangan kemampuan berpikir logis dengan menilai sesuatu atas pengetahuan dan pengalaman serta meningkatkan kreatifitas secara lebih baik. (Bernardus Rahmanto, 1988:15). Menurut William J.J Gordon
4 dan kawan-kawannya sinektik merupakan pendekatan baru guna mengembangkan kreatifitas.(dahlan,1990:87) Keunggulan model sinektik ini diantaranya: (1) bisa digunakan dalam semua bidang studi; (2) sinektik dapat membuat siswa lebih kreatif misalnya menentukan ide-ide ; (3) siswa lebih bebas dalam berpartisipasi dan berperan sesuai dengan keinginannya; (4) dengan model ini siswa dapat menciptakan sebuah kreasi rencana atau produk; Dengan model sinektik ini penulis mengupayakan permasalahanpermasalahan yang ada di lapangan khususnya keterampilan berbicara dapat teratasi. Dengan latar belakang yang telah dipaparkan di atas penulis mencoba membuktikan kebaikan model sinektik untuk meningkatkan kemampuan berbicara dengan sebuah penelitian eksperimen yang akan dilakukan terhadap siswa kelas X SMAN Negeri 2 Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Dalam hal ini penulis mengidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut : 1) kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat masih rendah; 2) kegiatan pembelajaran berbicara yang kurang menarik bagi siswa. 1.3 Batasan Masalah Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada aspek penerapan model sinektik sebagai upaya peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat dalam pembelajaran berbicara terhadap siswa kelas X SMAN Negeri 2 Bandung. 1.4 Rumusan Masalah
5 Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1) bagaimanakah tingkat kemampuan berbicara siswa dalam mengemukakan pendapat, sebelum dan sesudah pembelajaran di kelas eksperimen? 2) bagaimanakah tingkat kemampuan berbicara siswa dalam mengemukakan pendapat, sebelum dan sesudah pembelajaran di kelas kontrol? 3) apakah penerapan model sinektik dapat meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa kelas X SMAN 2 Bandung? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan pedoman penulis dalam melaksanakan penelitian. Untuk memperjelas tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa sebelum dan sesudah pembelajaran di kelas eksperimen; 2) untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa sebelum dan sesudah pembelajaran di kelas kontrol; 3) untuk mengetahui efektifitas model sinektik dalam pembelajaran berbicara terhadap siswa kelas X SMAN 2 Bandung. 1.6 Anggapan Dasar Ada beberapa hal yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini. Anggapan dasar ini dirumuskan dalam beberapa pernyataan berikut ini : 1) keterampilan berbicara memiliki peran penting dalam kegiatan berkomunikasi secara lisan;
6 2) pengajaran berbicara memerlukan metode yang tepat dan berpengaruh positif terhadap pengembangan keterampilan berbahasa siswa; 3) kemampuan mengelmukakan pendapat setiap orang berbeda-beda. 1.7 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari masalah yang diteliti dan memerlukan pembuktian kebenarannya. Berdasarkan pengertian hipotesis tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah model sinektik efektik dapat meningkatkan pembelajaran keterampilan berbicara. 1.8 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis a) Dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut mengenai hal yang sama dengan lebih mendalam kemudian hari. b) Dengan dilaksanakannya penelitian ini, penulis akan memperoleh pengalaman berpikir dalam memecahkan persoalan pendidikan dan pengajaran. 2. Secara praktis a) Bagi sekolah : Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan kualitas pembelajaran yang ditunjukkan oleh keberhasilan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
7 Sebagai acuan bagi guru dalam menentukan metode mengajar yang lebih baik, sehingga diharapkan prestasi belajar siswa dapat meningkat secara lebih optimal. b) Bagi penulis Sebagai penambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang kependidikan. Memberikan pengalaman berharga dengan mengetahui kondisi nyata di lapangan. 1.9 Definisi Operasional Ada beberapa kata kunci yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini, yaitu: 1) model sinektik adalah salah satu model pembelajaran yang dipergunakan guru dengan tujuan merangsang perkembangan kemampuan berpikir logis dengan menilai sesuatu atas pengetahuan dan pengalaman serta meningkatkan kreativitas secara lebih baik; 2) kerativitas adalah kemampuan berpikir siswa dalam memunculkan dan mengolah gagasan, diksi, intonasi, pelafalan, jeda dan konsentrasi ketika mengemukakan pendapat; 3) keterampilan berbicara adalah keterampilan untuk menyampaikan pesan,gagasan,atau perasaan melalui media atau alat, yaitu bahasa lisan dari pembicara kepada lawan bicara; 4) mengemukakan pendapat adalah usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap/pendapat mengenai suatu hal;
8 5) metode eksperimen adalah sebuah metode penelitian yang obyektif dan sistematis untuk memprediksikan atau mengontrol fenomena.