BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih menjadi. perbincangan para pakar pendidikan dari tingkat daerah sampai dengan pusat,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi dilihat juga dari sikap dan mentalitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil studi PERC (Political and Economy Risk Consults)

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan manajemen sekolah baik yang konvensional maupun yang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tamatan atau lulusan sebagai sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah

BAB I PENDAHULUAN. Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam semua bidang

PERANAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU. Saiful Bahri 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Peranan guru sangat penting dalam mentransformasikan input-input pendidikan, sehingga

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. tercapai. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya. penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : SITI ANA MISROKHAH A

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuti Rohayati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. profesional. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Para kepala sekolah, guru, warga sekolah, stakeholder sekolah atau yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

2014 PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH D AN PENGARUHNYA TERHAD AP KINERJA MENGAJAR GURU D I SMK SMIP YPPT BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional No. 20/2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak muliah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Madrasah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin. pekerjaan profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dalam penyelenggaraan pendidikan sangat penting. pengelolaan sumber daya manusia dapat berjalan sesuai dengan apa yang

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak akan dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar jika tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Agar proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, dan di Indonesia pendidikan merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN. Manusia yang berkualitas merupakan ujung tombak kemajuan suatu

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru

BAB I PENDAHULUAN. Kaling berpenghasilan dari hasil membuat batu bata dan karyawan. anak jadi rendah sehingga prestasi juga rendah pula.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat madani ( civil society), pendidikan kewarganegaraan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja seorang guru merupakan komponen yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai agar warga negara terhindar dari kebodohan. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat kegiatan belajar mengajar. Belajar dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kualitas pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih menjadi perbincangan para pakar pendidikan dari tingkat daerah sampai dengan pusat, berbagai dimensi kualitas pendidikan dianalisa dari berbagai segi mulai dari peraturan perundang-undangan sampai dengan operasional dilapangan berupa sistem, manajemen sumber daya manusia dan sarana pendukungnya, para pakar pendidikan terus berusaha mewujudkan tuntutan masyarakat dan untuk memenuhi sumber daya manusia (Pendidikan) yang kompeten dibidangnya mampu bersaing dalam mengatasi berbagai perubahan lingkungan, tekonologi dan informasi. Tugas Keprofesionalan Guru menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar serta tugas-tugas guru dalam kelembagaan merupakan bentuk kinerja guru. Apabila kinerja guru meningkat, maka berpengaruh pada peningkatan kualitas keluaran atau outputnya. Oleh karena itu perlu dukungan dari berbagai pihak sekolah untuk meningkatkan kinerja guru. Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen sekolah, baik itu kepala 1

2 sekolah, iklim sekolah, guru, karyawan maupun anak didik seperti yang dikemukakan oleh Pidarta (1995) dalam Saerozi (2005: 2). Tugas guru yang paling utama adalah mengajar, dalam pengertian menata lingkungan agar terjadi kegiatan belajar mengajar pada peserta didik dari tidak bisa menjadi bisa, serta dapat mengubah perilaku dari yang kurang baik menjadi baik, maka dari itu guru harus profesional. Guru yang profesional adalah guru guru yang selalu membuat persiapan-persiapan sebelum mengajar, baik persiapan harian, persiapan buku sumber, persiapan alat peraga sebagai alat bantu pembelajaran, persiapan penilaian serta persiapan administrasi lainnya. Banyak komponen yang menentukan keberhasilan guru dalam mengajar, diantaranya adalah wawasan guru, persiapan mengajar, penyiapan alat peraga serta penggunaannya, pemilihan metode yang sesuai dengan materi ajar, gaya mengajar, komunikasi yang lancar, dan kedisiplinan. Variabel lain yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja guru adalah berkenaan dengan motivasi, sebab motivasi lebih bersifat dorongan internal psikologis seseorang, hal tersebut dikemukakan oleh Surya (2003: 14) yang menyatakan bahwa: Motivasi dan kebutuhan merupakan tenaga pendorong bagi individu untuk bertingkah laku atau berkegiatan dalam arti luas, sehingga makin kuat kebutuhan dan motivasi dalam diri individu, maka makin kuat pula kegiatan yang akan dilakukannya. Menurut Syah M (2003:229) mengemukakan Guru yang berkualitas adalah guru yang berkompetensi, yang berkemampuan untuk melaksanakan kewajibankewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.

3 Guru merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan yang harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahkan dan menuntun siswa dalam belajar. Kelengkapan dari jumlah tenaga pengajar, dan kualitas dari guru tersebut akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, yang berujung pada peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu guru dituntut lebih profesional dalam menjalankan tugasnya. Salah satu yang menjadi faktor penyebab rendahnya kemampuan mengajar guru dalam memahami mata pelajaran adalah masih rendahnya tingkat kualifikasi guru pada setiap jenjang pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut Jalal dan Supriadi (2001:262) mengemukakan bahwa : Dalam kenyataanya, mutu guru amat beragam. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa tingkat penguasaan bahan ajar dan keterampilan dalam menggunakan metode mengajar yang inovatif masih kurang. Guru yang professional harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya yaitu : (1). Mempunyai komitmen terhadap siswa dan proses belajarnya, (2). Menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa, (3). Bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui evaluasi akhir, (4). Mampu berfikir sistimatis tentang apa yang dilakukannya dan belajar di lingkungan profesinya.

4 Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa 2004: 25). Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien. Di samping itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya yang diterapkan dalam pendidikan di sekolah juga cenderung bergerak semakin maju, sehingga menuntut penguasaan secara profesional. Menyadari hal tersebut, setiap kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah, berencana dan berkesinambungan. Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan serta keterampilan-keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan. Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat

5 memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga. Menurut Eli Hidayati (2006:7) mengemukakan bahwa: Kepemimpinan kepala sekolah masih banyak yang kurang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh guru-guru, misalnya dalam mengambil keputusan, dalam memberikan tugas-tugas kepada guru, dalam berkomunikasi, dalam memberikan motivasi kepada bawahan, dalam memberikan sanksi kepada yang melanggar aturan dan lain sebagainya, hal tersebut sebagian masih dilakukan secara otoriter, seolah-olah hanya kepala sekolah yang memiliki wewenang untuk mengatur segalanya. Pada kenyataanya masih banyak kepala sekolah yang belum benar-benar menghargai kinerja guru, penilaian terhadap guru yang benar-benar bekerja secara profesional dengan guru yang bekerja biasa-biasa saja tidak ada bedanya, semestinya sebagai kepala sekolah harus dapat menilai secara objektif, selain itu pemberian kesejahteraan terhadap guru yang memiliki prestasi serta bekerja dengan giat masih disamakan dengan guru yang suka datang terlambat serta kadang mengajar kadang tidak. Selain hal tersebut diatas penghargaan terhadap guru yang memiliki prestasi baik pada bidang akademik maupun non akademik, belum diberiakn secara optimal oleh kepala sekolah. Hal-hal tersebut diatas diantaranya merupakan menyebabkan guru enggan untuk meningkatkan kinerjanya Untuk mewujudkan sekolah yang unggul baik akademik maupun non akademik, maka diperlukan pemimpin yang memiliki wawasan yang luas serta memiliki keterampilan dalam mengelola sekolah, sebagai pimpinan harus bekerja dengan sungguh-sungguh serta energik, perilakunya harus memberikan contoh kepada seluruh warga sekolah, kepala sekolah selaku pimpinan dalam

6 menjalankan tugas dan kewajibannya jangan hanya sebatas melaksanakan tugas semata-mata tetapi harus mampu memunculkan ide-ide baru yang cemerlang serta mampu memotivasi guru-guru untuk terus bekerja dan berkarya secara profesional, sehingga guru-guru memiliki kinerja yang tinggi (Tharik, 2006:33). Selain dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah, kinerja guru juga dipengaruhi oleh iklim sekolah. Iklim sekolah adalah suasana bekerja, belajar, berkomunikasi, dan bergaul dalam organisasi pendidikan (Pidarta 1988: 176). Berdasarkan berbagai studi yang dilakukan, iklim sekolah telah terbukti memberikan pengaruh yang kuat terhadap pencapaian hasil-hasil akademik siswa. Hasil tinjauan ulang yang dilakukan Anderson (1982) terhadap 40 studi tentang iklim sekolah sepanjang tahun 1964 sampai dengan 1980, hampir lebih dari setengahnya menunjukkan bahwa komitmen guru yang tinggi, norma hubungan kelompok sebaya yang positif, kerja sama team, ekspektasi yang tinggi dari guru dan adminstrator, konsistensi dan pengaturan tentang hukuman dan ganjaran, konsensus tentang kurikulum dan pembelajaran, serta kejelasan tujuan dan sasaran telah memberikan sumbangan yang berharga terhadap pencapaian hasil akademik siswa. Hubungan sosial antara siswa dengan guru yang mutualistik merupakan unsur penting dalam kehidupan sekolah. Guru yang memiliki interes, peduli, adil, demokratis, dan respek terhadap siswanya ternyata telah mampu mengurangi tingkat drop out siswa, tinggal kelas, dan perilaku salah suai di kalangan siswa. Studi yang dilakukan oleh Wentzel (1997) mengungkapkan bahwa iklim sekolah memiliki hubungan yang positif dengan motivasi belajar siswa. Sementara itu,

7 studi longitudional yang dilakukan oleh Roeser & Eccles (1998) membuktikan bahwa guru yang bersikap adil dan jujur memiliki dampak ke depannya bagi penguasaan kompetensi akademik dan nilai-nilai (values) akademik. Studi yang dilakukan Stockard dan Mayberry (1992) menyimpulkan bahwa iklim sekolah, yang mencakup : ekspektasi prestasi siswa yang tinggi, lingkungan sekolah yang teratur, moral yang tinggi, perlakuan terhadap siswa yang positif, penyertaan aktivitas siswa yang tinggi dan hubungan sosial yang positif ternyata memiliki korelasi yang kuat dengan hasil-hasil akademik siswa. Sardiman (2005:125) mengemukakan guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahkan dan menuntun siswa dalam belajar. Kelengkapan dari jumlah tenaga pengajar, dan kualitas dari guru tersebut akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, yang berujung pada peningkatan mutu pendidikan. Selain berdampak positif pada pencapaian hasil akademik siswa, iklim sekolah pun memiliki kontribusi positif terhadap pencapaian hasil non akademik, seperti pembentukan konsep diri, keyakinan diri, dan aspirasi. Studi yang

8 dilakukan Battistich dan Hom (1997) mengungkapkan bahwa adanya perasaan akan komunitas (sense of community) dapat mengurangi secara signifikan terhadap munculnya perilaku bermasalah seperti, keterlibatan narkoba, kenakalan remaja dan tindak kekerasan. Iklim sekolah yang positif juga dapat menurunkan tingkat depresi (Roeser & Eccles 1998). Studi yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 1983 yang menguji tentang kesehatan perilaku, gaya hidup dan konteks sosial pada kalangan anak muda di 28 negara menunjukkan bahwa keterlibatan peran dalam pengambilan keputusan di sekolah, perasaan memperoleh dukungan dari guru dan siswa lainnya ternyata berkorelasi dengan semakin berkurangnya kebiasaan merokok, tingginya aktivitas fisik, serta tingkat kesehatan dan kualitas hidup yang baik (Currie et al. 2000). Iklim sekolah juga berpengaruh terhadap pembentukan nilai-nilai kewarganegaraan (civic values). Sebagai contoh: hubungan guru-siswa yang saling menghormati, adanya kebebasan untuk menyatakan tidak setuju, mau mendengarkan siswa meski dalam perspektif yang berbeda telah memberikan dampak terhadap tingkat kekritisan siswa tentang berbagai isu yang terkait dengan kewarganegaraan (Newmann, 1990). Menurut Sergiovanni dan Startt (1993) dalam Hadiyanto (2004: 153) menyatakan bahwa iklim sekolah merupakan karakteristik yang ada, yang menggambarkan ciri-ciri psikologis dari suatu sekolah tertentu, yang membedakan suatu sekolah dari sekolah yang lain, mempengaruhi tingkah laku guru dan peserta didik dan merupakan prasaan psikologis yang dimiliki guru dan peserta didik di sekolah tertentu.

9 Iklim organisasi sekolah merupakan persepsi para guru dan personil sekolah lainnya tentang struktur kerja sekolah, gaya kepemimpinan, manajemen, supervisi, dan faktor lingkungan sosial pening lainnya yang tampak pada sikap, kepercayaan, nilai dan motivasi kerjanya (Arif Jauhari, 2005: 4). Selanjutnya dijelaskan bahwa persepsi tersebut mempunyai dampak terhadap semangat kerja atau moral kerja para guru dan personil sekolah lainnya yang akhirnya akan mempengaruhi kualitas proses belajar mengajar. Dengan terciptanya iklim sekolah yang kondusif, maka guru akan merasa nyaman dalam bekerja dan terpacu untuk bekerja lebih baik. Hal tersebut mencerminkan bahwa suasana sekolah yang kondusif sangat mendukung peningkatan kinerja guru. Menurut Moos dan Arter dalam Hadiyanto (2004: 119), mengemukakan bahwa Iklim sekolah terutama dimensi hubungan masih perlu ditingkatkan. Dalam dimensi hubungan yang perlu ditingkatkan adalah interaksi antara guru dengan Kepala Sekolah. Interaksi dari atas ke bawah kebanyakan hanya berupa perintah. Sedangkan interaksi dari bawah ke atas, guru hanya menyampaikan laporan hasil belajar siswa maupun hasil kerja dari tugas-tugas lain yang dibebankan kepadanya. Hubungan yang terjadi antara Kepala Sekolah dengan guru cenderung kaku. Hal tersebut dapat terlihat dari kurangnya keterbukaan dalam komunikasi antara Kepala Sekolah dengan guru. Berdasarkan temuan emfiris di lapangan ditemukan bahwa guru-guru di lingkungan SMA baik Negeri ataupun Swasta di Kota Bandung, dalam kinerja mengajarnya masih tergantung pada kepala sekolah. Artinyanya masih ditemukan guru-guru yang jika ada kepala sekolah, mereka rajin dalam mengajar tetapi

10 ketika kepala sekolahnya tidak ada di sekolah terjadi penurunan kinerja seperti dalam hal waktu yang telat ataupun meninggalkan ruang kelas. Begitu juga dengan kepala sekolah, masih banyak yang belum menghargai kinerja guru terbukti dengan masih samanya penghargaan antara guru yang rajin dengan guru yang biasa. Dengan kurang optimalnya kinerja mengajar guru dan kurang kondusifnya iklim sekolah yang dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah, menjadi fenomena yang sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam melalui sebuah penelitian yang difokuskan pada judul: Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini penulis membatasi penelitian ini fokus pada masalah perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah sebagai variabel indefenden, sedangkan kinerja mengajar guru sebagai variabel terikat. Sehubungan banyaknya variabel yang mempengaruhi kinerja mengajar guru dalam mengajar diantaranya kesejahteraan guru, pengalaman mengajar, wawasan guru, budaya sekolah, perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, harapan-harapan, sarana dan prasarana yang tersedia dan lain sebagainya. Menginat luasnya permasalahan yang menyangkut kinerja mengajar guru, sedangkan waktu dan biaya yang tersedia dalam melaksanakan penelitian ini terbatas, maka fokus penelitian

11 meliputi variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah,iklim sekolah dan kinerja mengajar guru SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, terdapat beberapa permasalahan belum optimalnya kinerja mengajar guru, hal tersebut diasumsikan belum optimalnya kepemimpinan kepala sekolah serta iklim sekolah sebagai salah satu faktor peningkatan kinerja guru. Berangkat dari permasalah dan fenomena tersebut, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran perilaku kepemimpinan kepala SMA Negeri dan swasta di Kota Bandung? 2. Bagaimana gambaran iklim sekolah SMA Negeri dan swasta di Kota Bandung? 3. Bagaimana gambaran kinerja mengajar guru SMA Negeri dan swasta di Kota Bandung? 4. Seberapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMA Negeri dan swasta di Kota Bandung? 5. Seberapa besar pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMA Negeri dan swasta di Kota Bandung? 6. Seberapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim Sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru SMA Negeri dan swasta di Kota Bandung?

12 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memperoleh gambaran empiris mengenai hal-hal sebagai berikut : 1 Mengidentifikasi perilaku kepemimpinan kepala SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung. 2 Mengidentifikasi iklim sekolah SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung. 3 Mengidentifikasi kinerja mengajar guru SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung. 4 Mendeskripsikan dan menganalisis besaran pengaruh perilaku kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung. 5 Mendeskripsikan dan menganalisis besaran pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung. 6 Mendeskripsikan dan menganalisis besaran besaran pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung.

13 D. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan peneliti ini diharapkan memiliki kegunaan baik secara teoritis maupun praktis yaitu: 1. Secara Teoritis Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru dan dapat digunakan sebagai bahan acuan di bidang penelitian yang sejenis. 2. Secara Praktis Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMA di Kota Bandung. Disamping itu diharapkan dapat membantu melengkapi bekal dalam melaksanakan tugas keseharian sebagai guru, sehingga mampu bersamasama semua pihak sekolah menciptakan kondisi atau iklim sekolah yang kondusif untuk proses belajar mengajar. Sebagai bekal untuk menjadi guru yang senantiasa bekerja dengan sungguh-sungguh dan dengan kinerja yang tinggi, sehingga akan mencapai hasil yang optimal. E. Metode Penelitian Metode penelitian digunakan untuk mencapai tujuan penelitian secara efektif dan efisien, sebagaimana yang dikemukakan oleh Arief Fuchan (1992: 5) bahwa: Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan untuk menjawab

14 permasalahan yang dihadapi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu perolehan informasi atau data yang relevan dengan masalah yang diteliti melalui penelaahan berbagai konsep atau teori yang dikemukakan oleh para ahli. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Mohamad Ali (1993: 12), yaitu: Metode penelitian deskriptif digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan analisis/pengolahan data serta membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan utama untuk membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi situasi Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang dimungkinkan dilakukannya pencatatan dan penganalisaan data hasil penelitian secara eksak dengan menggunakan perhitungan statistik. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima Bab sesuai dengan panduang karya tulis ilmiah yang telah ditentukan oleh UPI, lengkapnya sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan juga sistematika penulisan.

15 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bab II ini dibahas beberapa terori yang pertama mengenai kinerja mengajar guru yang meliputi: 1)Pengertian Kinerja; 2) Kinerja Mengajar Guru; 3) Pengertian Mengajar; 4) Indikator Penilaian Kinerja Guru; 5) Dimensi dan Kinerja Tenaga Pengajar; 6) Indikator Kinerja Mengajar Guru; 7) Peranan Guru dalam Pendidikan; 8) Teori yang kedua yaitu mengenai kepemimpinan kepala sekolah. Pembahasan yang kedua yaitu konsep mengenai perilaku kepemimpinan yang meliputi 1) Pengertian Kepemimpinan; 2) Sifat-sifat Kepemimpinan; 3) Pendekatan perilaku kepemimpinan; 4) Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah; 5) Fungsi dan Peranan Kepala Sekolah; 6) Keberhasilan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah. Pembahasan yang ketiga dalam Bab II adalah mengenai konsep dan teori iklim sekolah. Pada iklim sekolah diuraikan mengenai : 1) Pengertian Iklim Sekolah; 2) Dimensi-dimensi Iklim Sekolah; 3) Jenis-jenis Iklim Sekolah; 4)Cara Mengkreasikan Iklim Sekolah; 5) Iklim Sekolah yang Kondusif; 6) Kerangka Pikir Penelitian; 7) Asumsi Dasar dan Hipotesis Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN. Pada Bab III ini dibahas mengenai metodologi dari penelitian yang dilakukan. Diuraikan juga beberapa hal diantaranya: lokasi, populasi dan sampel penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen dan juga teknik analisa data.

16 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam Bab IV ini diuraikan dua hal utama yaitu pertama hasil penelitian. Pada hasil penelitian diuraikan mengenai: 1) Deskripsi Hasil Penelitian; 2) Uji Analisis; 3) Pengujian Hipotesis. Kedua juga diuraikan mengenai pembahasan hasil penelitian. Dalam pembahasan penelitian dijabarkan beberapa temuan penlitian kemudian diuraikan secara kritis dan juga dibandingkan dengan teori dan konsep yang mendukung. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dua hal yang dijabarkan dalam bab ini yaitu kesimpulan yang berisikan point utama dari hasil penelitian dan juga di uraikan mengenai beberapa saran yang ditujukan untuk kepala sekolah, guru dan juga peneliti selanjutnya.