ABSTRAK. Kata kunci: dipping; total bakteri; derajat keasaman; sapi perah ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
A. Wibowo, T.H. Suprayogi dan Sudjatmogo* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

ABSTRAK. Kata Kunci : Total Bakteri; ph; Susu; Sapi Friesian Holstein. ABTRACT

ABSTRAK. Kata kunci : dipping; total bakteri; derajat keasaman (ph); susu sapi FH; iodosfor ABSTRACT

P. Putri, Sudjatmogo dan T.H. Suprayogi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

BAB III MATERI DAN METODE. yang berbeda konsentrasi terhadap total koloni bakteri dan ph susu segar kambing

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh dipping puting sapi perah yang terindikasi

TOTAL BAKTERI DAN ph SUSU AKIBAT LAMA WAKTU DIPING PUTING KAMBING PERANAKAN ETTAWA LAKTASI

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan selama 2 bulan dari tanggal 5 Agustus

PENGARUH PENGGUNAAN BENZALKONIUM KLORIDA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SUSU SAPI. Saeful Hidayat, Rival Ferdiansyah, Akhmad Depi Juniarto

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 6

ABSTRAK. Kata kunci : Imbangan Pakan; Efisiensi Produksi Susu; Persistensi Susu. ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

BAB III METODA PENELITIAN. Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam

Ketahanan Susu Segar pada Penyimpanan Suhu Ruang Ditinjau dari Uji Tingkat Keasaman, Didih, dan Waktu Reduktase

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 2011 sebanyak ekor yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Jumlah Bakteri Staphyloccus aureus dan Skor California Mastitis

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April Penelitian ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase

METODE. Materi. Metode

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari

BAB III MATERI DAN METODE. Ransum terhadap Sifat Fisik Daging Puyuh Jantan dilaksanakan bulan Juni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

KECERNAAN PROTEIN RANSUM DAN KANDUNGAN PROTEIN SUSU SAPI PERAH AKIBAT PEMBERIAN RANSUM DENGAN IMBANGAN KONSENTRAT DAN HIJAUAN YANG BERBEDA SKRIPSI

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah

Kualitas dan Potensi Dadih Sebagai Tambahan Pendapatan Peternak Kerbau di Kabupaten Kerinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DALAM SUHU BEKU TERHADAP KADAR PROTEIN,KADAR LEMAK DAN KADAR ASAM LAKTAT SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE)

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)

BAB III MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

RINGKASAN. Kata kunci : Desinfektan, total bakteri, ph susu. vii

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telahdilakukan dilaboratorium Teknologi Pasca Panen

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Yani dan Purwanto (2006) dan Atabany et al. (2008), sapi Fries Holland

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perikanan, Program Studi

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Kapang R. Oryzae atau C.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah sapi perah FH pada periode

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2013 Maret 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian berlangsung mulai tanggal 23 Juli 2011 sampai dengan 23 Agustus

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

SUBSTITUSI EKSTRAK AMPAS TEBU TERHADAP LAJU KEASAMAN DAN PRODUKSI ALKOHOL PADA PROSES PEMBUATAN BIOETHANOL BERBAHAN DASAR WHEY

BAB III MATERI DAN METODE. Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro. Analisis sampel dilaksanakan

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu

JUMLAH TOTAL BAKTERI DAN COLIFORM DALAM AIR SUSU SAPI SEGAR PADA PEDAGANG PENGECER DI KOTA SEMARANG

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Aktivitas Air, Total Bakteri Dan Drip Loss

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada 4 Juli sampai dengan 21 Agustus 2016.

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan

S. Sarah, T. H. Suprayogi dan Sudjatmogo* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah

Angka Lempeng Total Bakteri pada Broiler Asal Swalayan di Denpasar dan Kabupaten Badung

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. ayam broiler berumur hari dengan bobot badan 1,0-1,3 kg. berasal dari pedagang sayur pasar Cileunyi.

BAB III MATERI DAN METODE. complete feed eceng gondok (Eichhornia crassipes) dengan kemasan silo berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan nama sapi Grati. Bentuk dan sifat sapi PFH sebagian besar

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang total koloni bakteri, nilai ph dan kadar air daging sapi di

Y ij = µ + B i + ε ij

Kata kunci: jumlah bakteri; kontaminasi; susu segar; kualitas ABSTRACT

REDUKSI BAKTERI DAN BIRU METILEN, SERTA PERUBAHAN INTENSITAS PENCOKLATAN DAN ph SUSU AKIBAT PEMANASAN PADA SUHU 80 C DALAM PERIODE YANG BERVARIASI

BAB III METODE PENELITIAN

Mutu Susu Kambing Peranakan Etawa yang Disimpan pada Suhu Ruang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tercemar kapan dan dimana saja sepanjang penanganannya tidak memperhatikan

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Alat dan Bahan Penelitian

Transkripsi:

On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj TOTAL BAKTERI DAN DERAJAT KEASAMAN SUSU SAPI PERAH AKIBAT PERBEDAAN LAMA WAKTU DIPPING MENGGUNAKAN LARUTAN IODOSFOR SEBAGAI DESINFEKTAN Total Plate Count and phof Fresh Milk of Dairy Cows After Dipping using Iodosphor Solution as Desinfectantat on Different Duration s Time Kencanawati A.P., T. H. Suprayogi dan S. M. Sayuthi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang *fp@undip.ac.id ABSTRAK Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui, pengaruh perlakuan lama waktu dipping dengan menggunakan Iodosfor pada sapi perah Fresian Holstein(FH) terhadap total plate count (TPC) dan nilai ph susu sapi segar telah dilakukan di Unit PelaksanaTeknis Daerah (UPTD) Pembibitan Ternak Unggul Tengaran-Semarang. Materi yang digunakan adalah susu segar yang diperoleh dari 18 ekor sapi FH laktasi dengan bulan laktasi II dan III, rata-rata bobot badan 387,21 ± 20,54 kg (CV : 5,46%) dan rata-rata produksi susu 8,7 ± 0,46 l (CV : 5,36%).Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah T0 (dipping selama 5 detik), T1 (dipping selama 10 detik) dan T2 (dipping selama 15 detik). Data dianalisis menggunakan Anova kemudian diuji lanjut dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama waktu dipping menggunakan larutan iodosfor menurunkantotal plate count(tpc) (p<0,01) dan menaikkan derajat keasaman susu sapi ke arah ph normal (p<0,05). Rataan TPC pada T0, T1 dan T2 masing-masing yaitu 8,86 x 10 5 CFU/ml; 7,50 x 10 5 CFU/ml dan 5,40 x 10 5 CFU/ml, dan rataan ph susu masing-masing yaitu : 5,36 ; 5,75 dan 6,10. Simpulan yang dapat disampaikan bahwa pada perlakuan dipping dengan lama waktu 15 detik (perlakuan optimal) akan menurunkan cemaran bakteri dan mempertahankan ph susu kearah ph normal. Kata kunci: dipping; total bakteri; derajat keasaman; sapi perah ABSTRACT The research aimed to determine the influence of the duration of dipping using Iodosfor in Fresian Holstein (FH) dairy cows to the total plate count (TPC) and the ph value of fresh cow's milk had been done in UPTDMulyorejo Good Breeding Tengaran-Semarang. The material used was fresh milk obtained from 18 lactating cows FH month of lactation II and III, average of body weight 387,21 ± 20,54 kg (CV : 5,46%) and average of milk production 8,7 ± 0,46 l (CV : 5,36%). The research design used was a completely randomized design (CRD) with three treatments and 6 replications. The duration of dipping treatments being tested were T0 (5 seconds), T1 (10 seconds) and T2 (15 seconds). Data were analyzed

using ANOVA and then was tested by Least Significant Difference(LSD). The results showed that the duration of dipping time using iodosfor solution could lower the TPC (p<0.01) and increased the ph of milk cows into normal ph (p<0.05). The average of TPC for T0, T1 and T2 were 8.86 x 10 5 CFU/ml; 7.50 x 10 5 CFU/ml and 5.40 x 10 5 CFU/ml, while the ph of milk were averaged at 5.36; 5.75 and 6.10, respectively. Conclusions is dipping treatment with 15 second the optimum treatment to decrease bacteria spread and stabilize fresh milk ph level as close to normal as possible. Keywords: dipping; total bacteria; acidity; dairy cows PENDAHULUAN Susu segar merupakan cairan yang berasal dariambing yang sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar serta kandungan alaminya tidak dikurangi atau tidak ditambahkan sesuatu apapun dan belum mendapatkan perlakuan apapun kecuali pendinginan. Syarat mutu susu segar yaitu berat jenis (BJ) pada suhu 27,5 0 C minimal 1,028; kadar lemak/fat minimal 3,0%; bahan kering tanpa lemak/solid non fat (SNF) minimal 8,0%; kadar protein minimal 2,7%; total bahan kering/total solid (TS) minimal 11% dan cemaran total bakteri maksimum 1 x 10 6 CFU/ml (BPOM, 2008). Nilai ph susu segar berkisar antara 6,5-6,8 (Hadiwiyoto, 1994). Mutu susu segar yang baik dapat diperoleh melalui perlakuan manajemen pemerahan yang baik. Manajemen pemerahan yang baik salah satunya yaitu pada pasca pemerahan dilakukan dipping pada puting ambing sapi perah. Perlakuan dipping dengan menggunakan iodosfor oleh peternak sapi perah dapat menurunkan jumlah total bakteri dan mempertahankan ph susu segar. Hal ini dapat menguntungkan peternak dalam menjual susu sapi segar dan susu sapi segar dengan kualitas baik dapat mencukupi kebutuhan susu yang dibutuhkan masyarakat di Indonesia. Penggunaan larutan dippingiodosfor (Masofilm ) diharapkan mampu mengurangi dan menghambat pertumbuhan bakteri dalam susu segar dan mempertahankan nilai ph. Berdasarkan berbagai hal diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul Total Bakteri dan Derajat Keasaman Susu Sapi Perah akibat Lama Waktu Dipping Menggunakan Larutan Iodosfor sebagai Desinfektan, dengan tujuan untuk mengetahui, memperoleh dan mengkaji hasil dari 3 macam perlakuan yaitu lama waktu dipping pada puting sapi perah FH terhadap total bakteri dan nilai ph susu sapi segar. Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui dan memperoleh lama waktu dipping puting terbaik untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan nilai ph susu sapi segar. MATERI DAN METODE Materi Penelitian Penelitian mengenai pengaruh berbagai lama waktu yang digunakan untuk dipping puting susu sapi perah laktasi terhadap total 128

bakteri dan ph susu telah dilaksanakan pada tanggal 15 September 12 Oktober 2014. Lokasi penelitian di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pembibitan Ternak Unggul Mulyorejo, Tengaran-Semarang. Materi yang digunakan adalah susu segar yang diperoleh dari 18 ekor sapi FH laktasi pada kondisi kebersihan kandang yang homogen. Sapi percobaan berada pada bulanlaktasi II dan III dengan ratarata bobot badan 387,21 ± 20,54 kg (CV : 5,46%) dan rata-rata produksi susu 8,7 ± 0,46 l (CV : 5,36%). Peralatan yang digunakan adalah wadah plastik ukuran volume 50 ml untuk tempat desinfektan sebagai larutan dipping, botol kaca untuk tempat susu, 3M Petrifilm untuk menguji total bakteri susu, ph meter untuk mengukur ph susu, inkubator untuk pemeraman petri film, tabung reaksi untuk tempat pengujian susu, pipet tetes untuk mengambil larutan, ice box untuk menyimpan sampel susu, kertas label untuk penanda sampel dan alat tulis untuk mencatat hasil penelitian. Bahan yang digunakan adalah larutan iodosfor (Masofilm ) mengandung campuran iodine 0,29%, 10% gliserol dan sorbitol sebagai bahan dipping, akuades untuk bahan pengenceran dan alkohol 70% untuk sterilisasi. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dan 6 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah : T1 = dipping iodosfor konsentrasi 0,5% selama 5 detik T2 = dipping iodosfor konsentrasi 0,5% selama 10 detik T3 = dipping iodosfor konsentrasi 0,5% selama 15 detik Penelitan dilaksanakan di lapangan dan laboratorium dengan tahapan : pra penelitian, tahap adaptasi, tahap perlakuan dan pengambilan data, tahap pengujian Total Plate Count (TPC) dan nilai ph susu serta analisis statistik. Kegiatan pra penelitian meliputi pemilihan 18 ekor sapi perah laktasi yang akan digunakan sebagai ternak perlakuan, penandaan/ pelabelan sapi perah sesuai dengan perlakuan, pembuatan larutan dipping berupa larutan iodosfor (Masofilm ) menjadi 1 konsentrasi dengan waktu pencelupan berbeda. Konsentrasi iodosfor yang digunakan pada tiap tiap cup dipping adalah sebanyak 20 ml. Perhitungan konsentrasi iodosfor adalah sebagai berikut : Rumus : V1.N1 = V2.N2 Konsentrasi iodosfor 0,5% V1 x 10,295 % = 20 ml x 0,5% V1 = 0,9 ml Dalam 20 ml 0,9 ml Iodosfor, 19,1 ml akuades Tahapan perlakuan adalah dipping putting sapi perah dengan menggunakan 3 macam waktu dipping yang dilakukan setelah pemerahan. Data diambil 3 hari, masing masing perlakuan menggunakan 6 ekor sapi perah FH laktasi, dipping dilakukan sore hari sesaat setelah proses pemerahan selesai. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari saat pemerahan, sampel yang diambil pada masing-masing sapi 1% dari total produksi susu. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 18 sampel. 128

Parameter yang diamati adalah Total Plate Count (TPC) dan nilai phsusu. Pengukuran Total Plate Count (TPC) menggunakan petri film dengan tahapan pengenceran dan pemeraman sampel susu. Pengukuran ph susu dengan menggunakan ph meter. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan analisis ragam yang dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan (Steel dan Torrie, 1993)dengan model linier matematis yang digunakan sebagai berikut : Y ij = µ + τ i + ε ij ; i : 1, 2, 3 j : 1, 2, 3, 4, 5, 6 Keterangan : Y ij = Nilai pengamatan total bakteri dan ph susu ke-j yang memperoleh perlakuan lama waktu dipping ke-i ; i = (1, 2, 3) dan j = (1, 2, 3, 4, 5, 6) µ = Nilai tengah umum total bakteri dan ph susu τ i = Pengaruh lama waktu dipping puting susu ke-i terhadap Total Bakteri dan ph susu ε ij = Pengaruh galat percobaan pada total bakteri dan ph susu ke-j yang memperoleh perlakuan lama waktu dipping puting susu ke-i. HASIL DAN PEMBAHASAN Total Bakteri Susu. Hasil penelitian menunjukkan rataan Total Plate Count (TPC) setiap perlakuan (T1, T2, T3) berturut turut adalah 8,86; 7,50 dan 5,40 x 10 5 CFU/ml. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan T1 berbeda sangat nyata (p<0,01) dengan perlakuan T2 dan T3 dan perlakuan T2 berbeda sangat nyata (p<0,01) dengan perlakuan T3. Lama waktu dipping yang lebih cepat pada perlakuan T1 menghasilkan jumlah total bakteri lebih banyak, sedangkan lama waktu dipping yang lebih lama pada perlakuan T3 menghasilkan jumlah total bakteri lebih sedikit. Waktu dipping yang semakin lama akan membuat cairan dipping lebih menutupi lubang puting sehingga dapat mencegah bakteri yang akan masuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Poeloengan et. al. (2005) bahwa perlakuan dipping memberikan pengaruh untuk menekan jumlah bakteri yang masuk kedalam lubang puting karena lubang puting tertutup oleh cairan dipping. Sudono (1999) menyatakan bahwa melalui perlakuan dipping, desinfektan yang digunakan akan menutup saluran-saluran susu pada puting agar tidak terkontaminasi bakteri dari sekitar yang dapat menyebabkan kualitas susu menurun dan menyebabkan mastitis. Perlakuan dipping menggunakan Iodosfor dapat mengurangi total bakteri susu dan menjaga kesehatan sapi dengan menghidarkannya dari penyakit mastitis. Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayat et al.(2002) dan Syarifdan Harianto (2011), bahwa pasca pemerahan puting sapi sebaiknya dicelupkan pada larutan desinfektan untuk mencegah terjadinya mastitis dan mencegah masuknya bakteri. Perlakuan dipping dengan menggunakan desinfektan 129

akan menutup saluran puting sehingga bakteri yang ada di luar tidak dapat masuk karena terhalang lapisan desinfektan. Kondisi tersebut mencegah terjadinya kerusakan susu akibat bakteri yang dapat menurunkan kualitas dan mastitis dapat terhindarkan. Waktu dipping yang semakin lama menggunakan iodosfor akan mencegah banyaknya jumlah bakteri yang masuk. Kandungan gliserol yang ada di dalamnya akan menghambat saluran puting sehingga bakteri tidak mudah masuk, sedangkan kandungan iodosfornya dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahardika (2012) mekanisme kerja desinfektan yaitu merusak dinding sel dan atau sitoplasma dalam rentan waktu 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1 5 %. Suwito (2010) menambahkan Total Plate Count yang lebih dari 1.000.000 cfu/ml menyebabkan mikroba cepat berkembang dan toksin sudah terbentuk, hal ini merupakan cemaran dalam susu segar yang termasuk ke dalam golongan bakteri pembusuk Derajat Keasaman Susu. Hasil penelitian menunjukkan rataan nilai ph pada tiap-tiap perlakuan (T1, T2, dan T3) masingmasing adalah 5,36; 5,75; 6,10. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan T1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan T2 (p<0,05) dan T1 dan T2 berbeda sangat nyata dengan perlakuan T3 (p<0,01). Hal ini dikarenakan lama waktu dipping mampu menaikan derajat keasaman susu sapi perah kearah ph normal (ph susu normal pada kisaran 6,5 6,8). Terjadinya pengasaman oleh bakteri menyebabkan penurunan nilai ph. Hal ini sesuai dengan pendapat Umar (2014) bahwa adanya kegiatan mikroorganisme yang menghasilkan asam laktat, dapat menurunkan ph susu menjadi 6,2-5,9. ph susu segar berkisar 6,5 6,8 dan bila terjadi cukup banyak pengasaman oleh aktivitas bakteri maka angka itu akan menurun secara nyata (Soeparno, 1996). Legowo et al. (2009) menambahkan faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan nilai ph susu adalah sanitasi, lingkungan, penyakit, lama pemerahan, pengenceran, pemanasan serta kurang tepatnya pengukuran. Keasaman susu disebabkan oleh senyawa yang bersifat asam. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadiwiyoto (1994) yang menyatakan bahwa asam yang terdapat dalam susu sebagian besar adalah asam laktat, keasaman susu juga disebabkan oleh berbagai senyawa yang bersifat asam seperti senyawa asam sitrat, asam amino dan karbondioksida yang larut dalam susu. Mirdhayati et al. (2008) menyatakan bahwa terjadinya kenaikan atau penurunan ph disebabkan hasil konversi dari laktosa menjadi asam laktat oleh mikroorganisme golongan Lactobacillus dan aktivitas enzimatik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan yang dapat disampaikan bahwa pada perlakuan dipping dengan lama waktu 15 detik (perlakuan optimal) akan 130

menurunkan cemaran bakteri dan mempertahankan ph susu kearah ph normal. Rekomendasi yang dapat disampaikan, bahwa pasca pemerahan pada sapi perah harus dilakukan dipping pada puting susunya dengan lama waktu dipping yang terbaik 15 detik. DAFTAR PUSTAKA BPOM. 2008. Uji Kualitas Susu Sapi Segar. http;//pom.go.id/uji_kualitas susu132.2014. Diakses pada tanggal 10 November 2014 pkl. 12.30 WIB. Hadiwiyoto, S. 1994. Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya.Edisi ke-2 Liberty, Yogyakarta. Hidayat, A.P. Effendi, A.A. Food, Y. Patyadi, K. Takaguchi dan T. Sugiwaka. 2002. Buku Petunjuk Sapi Perah di Indonesia: Kesehatan Pemerahan. Dairy Technology Improvement Project in Indonesia, Bandung. Legowo, A. M., Kusrahayu dan S. Mulyani. 2009. Ilmu dan Teknologi Susu. Badan Penelitian Universitas Diponegoro, Semarang. Mahardika, O., Sudjatmogo dan T.H. Suprayogi. 2012. Tampilan total bakteri dan ph pada susu kambing perah akibat dipping desinfektan yang berbeda. Anim. Agric. J. 1 (1): 819-828. Mirdhayati, I. J. Handoko dan K. U. Putra. 2008. Mutu susu segar di UPT Ruminansia Besar Dinas Peternakan Kabupaten Kampar Provisi Riau. Jurnal Peternakan 5(1):14-21. Poeloengan, M.,M.N.Susan dan Andriani. 2005.Efektifitas ekstrak daun sirih terhadap mastitis subklinis. Proceedings. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005. Bogor. Tanggal 12-13 September 2015. Hal : 1015-1019. Soeparno. 1996. Pengolahan Hasil Ternak. Universitas Terbuka. Jakarta. Standarisasi Nasional. 2000. Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-6366-2000. Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta. Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta (Diterjemahkan oleh : M. Syah). Sudono, A. 1999. Pedoman Beternak Sapi Perah. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suwito, W. 2010. Bakteri yang sering mencemari susu : Deteksi patogenesis, epidomiologi, dan cara pengendaliannya. Jurnal Litbang Pertanian. 29 : 96-100. Syarif, K. A. dan B. Harianto.2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah, Agromedia Pustaka, Jakarta. Umar. 2014. Derajat Keasaman dan Angka Reduktase Susu Sapi Pasteurisasi dengan Lama Penyimpanan yang Berbeda. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Syiah Kuala. (Thesis). 131