PENDAHULUAN. Tingkat pencemaran udara di Indonesia semakin memprihatinkan. Studi Bappenas

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA

KUESIONER PENELITIAN. SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008

LAMPIRAN 1 PENGOPERASIAN SPSS. Adapun langkah-langkah pengolahan data dengan menggunakan program SPSS adalah:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

PENDETEKSI DAN PENETRALISIR POLUSI ASAP DENGAN KONTROL MELALUI APLIKASI ANDROID (RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS)

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

*36508 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 41 TAHUN 1999 (41/1999) TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN TEKNIS PENETAPAN BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kajian Pustaka KEBIJAKAN PENCEMARAN UDARA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,

BAB I PENDAHULUAN. Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

STUDI LITERATUR TENTANG PENCEMARAN UDARA AKIBAT AKTIVITAS KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN 1 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan pun muncul seiring semakin padatnya jumlah penduduk. Salah. satunya permasalahan di bidang transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Polusi udara adalah salah satu masalah yang sangat meresahkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

JURNAL IMPLEMENTASI PASAL 12 PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NO 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP OLEH DINAS KEBERSIHAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

BAB. 1 PENDAHULUAN. pencemaran udara dari kegiatan sumber bergerak dan sumber tidak. bergerak. Sebagai upaya pengendalian pencemaran udara, Prolabir

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB III PENCEMARAN UDARA YANG DIAKIBATKAN OLEH KENDARAAN BERMOTOR. A. Penyebab Terjadinya Peningkatan Pencemaran Udara yang Diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN I-1

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia.

BAKU MUTU UDARA AMBIEN DI PROPINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 153 TAHUN 2002

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas udara berarti keadaan udara di sekitar kita yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan, udara sebagai komponen

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

BAB 1 : PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Proses metabolisme dalam tubuh tidak akan dapat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GREEN TRANSPORT: TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Eka Wardhani, Kancitra Pharmawati, M.Rangga Sururi, Nita Kurniati

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pencemaran udara di Indonesia semakin memprihatinkan. Studi Bappenas pada tahun 2010 melaporkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan tingkat polusi udara tertinggi ketiga di dunia. World Bank juga menempatkan Indonesia menjadi salah satu negara dengan kadar polutan/partikulat tertinggi setelah China, India dan Mexico. Pencemaran udara menjadi penyebab penyakit akut dan kronis pada kesehatan manusia (WHO, 2000).Dalam lingkungan perkotaan da n terutama di daerah yang kepadatan penduduk dan lalu lintas relatif tinggi, manusia yang terpapar zat berbahaya secara signifikan meningkat. Hal ini sering terjadi di dekat jalur lalu lintas sibuk di pusat kota, dimana situasi perkotaan dapat berkontribusi pada penciptaan kondisi dispersi udara buruk dari tempat kontaminasi pencemaran udara (Sotiris et al, 2003). Udara kota telah dipenuhi oleh jelaga dan gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Diperkirakan dalam sepuluh tahun mendatang terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan.bukan hanya infeksi saluran pernapasan akut yang kini menempati urutan pertama dalam pola penyakit diberbagai wilayah di Indonesia, tetapi juga meningkatnya jumlah penderita penyakit asma dan kanker paru-paru. Kita semua sepakat bahwa udara yang bersih dan sehat sangatlah dibutuhkan oleh setiap manusia dalam beraktivitas.namun saat beraktivitas, manusia justru melepaskan berbagai emisi atau zat yang berpotensi untuk mencemari udara.misalnya, saat menggunakan kendaraan bermotor, memasak, menggunakan

listrik, menghisap rokok, membakar sampah, dan lain sebagainya. Bahkan setiap barang yang digunakan maupun dikonsumsi manusia juga menghasilkan emisi pada saat proses produksi maupun distribusinya. Akibat yang ditimbulkan berbagai emisi yang terus menerus dilepaskan ke udara berpotensi menyebabkan terjadinya pencemaran udara. Di kota-kota yang mempunyai kepadatan penduduk tinggi dan arus lalu lintas kendaraan yang tinggi pula, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-80%. Sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, sisanya berasal dari sumber pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dll. Sesuai fungsinya sebagai tempat pemusatan dan distribusi pelayananjasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi, maka di kawasan perkotaandi Indonesia terjadi pemusatan penduduk dan aktivitasnya.hal ini menyebabkankemungkinan terjadinya pencemaran udara di kawasan tersebut sangat besar.salah satuaktivitas yang berpotensi menjadi sumber pencemar utama di kawasan perkotaan adalahtransportasi, bila meningkatnya kebutuhan pergerakan penduduk di kawasan tersebutterus dipenuhi dengan kendaraan bermotor.salah satu aktivitas yang berpotensi menjadi sumber pencemar utama di kawasan perkotaan adalah transportasi, bila meningkatnya kebutuhan pergerakan penduduk di kawasan tersebut terus menggunakan kendaraan bermotor.

Salah satu aktivitas yang berpotensi sebagai sumber pencemar utama di kawasanperkotaan adalah transportasi.namun, transportasi merupakan aspek penting yangmendukung pertumbuhan ekonomi kawasan perkotaan.sesuai fungsinya, di kawasanperkotaan terjadi pertukaran barang, keahlian, ide, budaya, spiritual dan lainnya, yangsemuanya memunculkan kebutuhan pergerakan. Berpindahnya orang atau barang darisatu tempat ke tempat lain untuk mencapai suatu tujuan tersebut yang didefinisikansebagai transportasi (Morlok, 1978). Transportasi dapat dilakukan dengan beragam cara, mulai dari berjalan kaki,naik sepeda atau kendaraan tak bermotor lainnya, sepeda motor, mobil pribadi, taksiatau angkutan umum. Transportasi dengan menggunakan kendaraan bermotor dapatmencemari udara bebas dengan emisi gas buangnya.tapi justru transportasi ini yang semakin banyak digunakan di kawasanperkotaan.meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor di kawasan perkotaan tercermindari pemandangan antrian panjang kendaraan bermotor yang semakin seringdijumpai. Tidak hanya di kota metropolitan, kemacetan juga terjadi di beberapa kotabesar di Indonesia. Bertambahnya jumlah kendaraan bermotor tersebut sudah pasti berdampak pada peningkatankebutuhan ruas jalan dan penurunan kualitas udara sebagaimana dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini: Gambar 1. Hubungan jumlah kendaraan dengan emisi gas buang

Aktivitas manusia Jumlah kendaraan meningkat Emisi meningkat Sumber:Pedoman Rancangan Strategi Pengendalian Emisi Dari Sektor Transportasi Jalan di Kawasan Perkotaan KemenLH Tahun 2009 Data statistik menunjukkan jumlah kendaraanbermotor di Indonesia bertambah secara eksponensial.dalam 20 tahun terakhir, total jumlah kendaraan bermotor menjadi hampir enam kali lipat.laju pertumbuhannyalebih cepat daripada pertumbuhan penduduk Indonesia.Pertumbuhan paling cepatterjadi untuk kategori sepeda motor dan mobil. Secara rata-rata tingkat kepemilikan sepeda motor kendaraan bermotor meningkat dari sekitar 34 sepeda motor per 1000 penduduk pada tahun 1990 menjadi 130 pada tahun 2005. Sementaramobil meningkat dari sekitar 7 menjadi 25 unit per 1000 penduduk. Pertumbuhan laju kendaraan yang pesat ini menimbulkan permasalahanpermasalahan baru, antara lain kemacetan dan menurunnya kualitas udara perkotaan. Pada gambar dibawah ini dapat dilihat perkembangan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia tahun 1987-2007:

Gambar 2. Perkembangan Jumlah Kendaraan di Indonesia Sumber:Pedoman Rancangan Strategi Pengendalian Emisi Dari Sektor Transportasi Jalan di Kawasan Perkotaan KemenLH Tahun 2009 Bertambahnya jumlah kendaraan di Indonesia sejak tahun 1987 sekitar 8.700.000 unit untuk sepeda motor, menjadi 48.200.000 unit dalam kurun waktu 10 tahun terhitung sejak tahun 1997 sampai 2007. Bertambahnya kendaraan bermotor ini menyebabkan menurunnya kualitas udara di perkotaan.hal ini disebabkan terpusatnya aktivitas

masyarakat dalam suatu wilayah perkotaan.akibatnya selain kemacetan yang terjadi, emisi gas yang dikeluarkan oleh kendaraan menyebabkan kebersihan udara menjadi semakin berkurang dan tercemar seperti yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 3. Penurunan kualitas udara akibat pertambahan kendaraan bermotor Sumber: Pedoman Rancangan Strategi Pengendalian Emisi Dari Sektor Transportasi Jalan di Kawasan Perkotaan KemenLH Tahun 2009 Penyebaran penduduk Indonesia yang terpusat di kawasan perkotaan akanmendorong perilaku yang sama terhadap penyebaran kendaraan bermotor. Apalagitingkat kepemilikan kendaraan bermotor di kawasan perkotaan bisa jadi lebih tinggidaripada rata-rata nasional.meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor juga tercermin dari pemakaian bahan bakar minyak (BBM) oleh sektor transportasi juga turut meningkat.peningkatan total pemakaian BBM sektor transportasi mencapai lebih dari dua kalilipat dalam kurun waktu tahun 1990-2005 (ESDM, 2007).Lebih dari 80%

pemakaianbbm sektor transportasi tersebut digunakan oleh transportasi darat.pemakaian BBM oleh sektor transportasi paling dominan dibandingkan dengan sektor lainnya (industri,rumah tangga dan listrik). Proporsinya bahkan meningkat, bila pada tahun 1990masih pada kisaran 45% pemakaian BBM nasional, maka pada tahun 2007 mencapai 56% (Christiono, 2008). Bandar Lampung merupakan salah satu kota di Indonesia yang mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi serta aktivitas lalu lintas kendaraan yang juga tinggi. Tercatat oleh Badan Pusat Statistik jumlah penduduk di Kota Bandar Lampung dapat dilihat di bawah ini: Tabel1. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung Tahun 1971 1980 1990 2000 2010 2030 Jumlah Penduduk 198.427 284.275 636.418 743.109 881.801 1.800.000* (Perkiraan) Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung Tahun 2010 Jumlah penduduk yang dapat dikatakan cukup tinggi tersebut tentu memiliki aktivitas dan mobilitas yang tinggi dimana diikuti oleh aktivitas lalu lintas kendaraan yang tinggi juga jumlahnya.jumlah kendaraan yang ada di Kota Bandar Lampung dapat dilihat padagrafik di bawah ini: Grafik 1. Jumlah Kendaraan Bermotor di Kota Bandar Lampung

60 50 40 35.219 Unit 35.992 Unit 32.335 Unit 30 20 10 0 Jumlah Kendaraan Bermotor di Bandar Lampung Sumber:Satuan Lalu Lintas Polresta Kota Bandar Lampung 53.460 Unit 47.487 Unit 45.152 Unit 42.724 Unit 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Dapat kita lihat dalam grafik diatas bahwa jumlah kendaraan di Bandar Lampung mengalami peninkatan dari tahun ke tahun. Hal ini diikuti dengan semakin menurunnya kualitas udara kota Bandar Lampung akibat banyaknya jumlah kendaraan di Bandar Lampung. Kendaraan-kendaraan yang digunakan masyaakat mengeluarkan hasil pembakaran mesin ke udara yang kita sebut emisi gas buang kendaraan bermotor.emisi gas buang kendaraan bermotor mengandung gas-gas polutan yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan sekitar. Polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia, hewan, serta mudah merusak harta benda adalah partikulat yang mengandung partikel seperti timbal/timah hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx), hidro karbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100% timbal, 13-44% suspended particulate matter (SPM), 71-89% hidro karbon, 34-73% oksida nitrogen (NOx), dan hampir seluruh karbon monoksida (CO 2 ) diemisikan ke udara oleh kendaraan bermotor. WHO

memperkirakan bahwa 70% penduduk kota di dunia pernah menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan bermotor, sedangkan 10% sisanya menghirup udara yang bersifat marginal. Akibatnya fatal bagi bayi dan anak-anak, orang dewasa yang berisiko tinggi, misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta orang yang telah memiliki riwayat penyakit paru dan saluran pernapasan menahun. Akibatnya para penderita maupun keluarganya tidak menyadari bahwa berbagai akibat negatif tersebut berasal dari polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor yang semakin memprihatinkan. Dampak kesehatan akibat emisi gas buang yang terhirup oleh masyarakat cukup berbahaya bagi kesehatan masyarakat sendiri.emisi gas buang berdampak langsung kepada penderita Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) di Kot a Bandar Lampung.Masyarakat yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) di Kota Bandar Lampung meningkat setiap tahunnya.menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung pada tahun 2011 penemuan suspek Tuberkulosis (Tb) paru di Kota Bandar Lampung tahun 2011 sebanyak 8.424 suspek dari target yang ditetapkan 13.533 suspek (62,2%). Terdapat 1.259 total kasus penderita TB paru. Dari jumlah tersebut total penderita baru dengan hasil BTA positif adalah 1.000 penderita, jumlah total penderita dengan hasil BTA Negatif Rontgen positif adalah 231 kasus, dan jumlah total penderita BTA positif kambuh adalah 28 kasus. Dari total 1.000 penderita BTA positif diatas, penderita yang berobat atau diobati sebanyak 750 penderita. Dengan rincian 673 kasus berhasil sembuh, 45 kasus gagal, 19 kasus tidak periksa dahak, 8 kasus default, 3 kasus pindah, dan 2 kasus meninggal. (Sumber: P2M Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2011).

Selanjutnya berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Rajabasa Indah Lampung yang berpenduduk 35.128 jiwa, penemuan suspek TB paru di wilayah ini sebanyak 213 suspek dari target 533 suspek (40%) pada tahun 2011 jumlah kasus TB paru total 52 kasus. Dengan rincian 31 kasus berhasil sembuh, 10 kasus masih dalam pengobatan, 9 kasus pengobatan drop out/tidak melanjutkan pengobatan, dan 2 kasus meninggal dunia (Program P2PM, P2 TB Paru Puskesmas Rajabasa Indah, 2011). Untuk mengendalikan dan mengurangi polusi udara yang semakin memprihatinkan, maka pemerintah telah mengeluarkan beberapa instrumen yuridis yang dilegalitaskan baik dalam bentuk undang-undang, Keppres, maupun Permenlh yang berisi ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak terkait demi berkurangnya polusi udara yang 80 % disebabkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor.menurut aturan pemerintah, kendaraan bermotor di Indonesia yang digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari haruslah dalam status Laik Jalan dimana bahwa semua perangkat kendaraan bermotor yang beroperasi di jalan tidak menimbulkan polusi udara dan kerusakan lingkungan juga kesehatan.mengenai hal ini telah ditetapkan dengan jelas dalam Pasal 48 ayat (1), (2), (3) Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam hal ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor telah diatur dengan jelas di pasal 210 ayat (1) dan (2) Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.Prosedur dalam penanganan ambang batas emisi gas

buang kendaraan bermotor diatur dalam pasal Pasal 53 ayat (1) sampai (3) Undangundang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Batas emisi gas buang kendaraan bermotor yang dimaksud diatas telah diatur dalam PP No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Standar baku udara ambeien dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 2. Standar baku udara ambeien N Parameter Waktu Baku Mutu Analisis Peralatan o Pengukuran Metode 1 SO2 1 Jam 900 ug/nm3 Pararosanilin Spektrofotometer (Sulfur 24 Jam 365 ug/nm3 Dioksida) 2 CO 1 Jam 30.000 ug/nm3 NDIR NDIR Analyzer (Karbon 24 Jam 10.000 ug/nm3 Monoksida) 1 Tahun - 3 NO2 1 Jam 400 ug/nm3 Saltzman Spektrofotometer (Nitrogen 24 Jam 150 ug/nm3 Dioksida) 1 Tahun 100 ug/nm3 4 O3 1 Jam 235 ug/nm3 Chemilumines Spektrofotometer cent (Oksidan) 1 Tahun 50 ug/nm3 5 HC (Hidro 3 Jam 160 ug/nm3 Flame Gas Chromatogarfi Karbon) Ionization 6 PM10 24 Jam 150 ug/nm3 Gravimetric Hi - Vol (Partikel < 10 um ) PM2,5 (*) 24 Jam 65 ug/nm3 Gravimetric Hi Vol (Partikel < 2,5 1 Thn 15 ug/nm3 Gravimetric Hi Vol um ) 7 TSP 24 Jam 230 ug/nm3 Gravimetric Hi Vol (Debu) 1 Thn 90 ug/nm3 8 Pb 24 Jam 2 ug/nm3 Gravimetric Hi Vol (Timah Hitam) 1 Thn 1 ug/nm3 Ekstraktif

Pengabuan AAS 9 Dustfall 30 hari (Debu Jatuh ) 10 Gravimetric Cannister Ton/km2/Bulan (Pemukiman) 10 Total Fluorides 24 Jam 3 ug/nm3 Spesific Ion Impinger atau (as F) 90 hari 0,5 ug/nm3 Electrode Countinous Analyzer 11 Fluor Indeks 30 hari 40 u g/100 cm2 dari kertas limed filter 12 Khlorine &Khlorine Dioksida Colourimetric 24 Jam 150 ug/nm3 Spesific Ion Electrode 13 Sulphat Indeks 30 hari 1 mg SO3/100 cm3 Dari Lead Peroksida Sumber:PP No. 41 Tahun 1999 Colourimetric Limed Filter Paper Impinger atau Countinous Analyzer Lead Peroxida Candle Jika ada kendaraan yang beroperasi di jalan namun tidak memenuhi standar pembuangan emisi gas buang sebagaimana yang telah ditentukan diatas, maka akan terkena sanksi tegas sebagaimana yang tertulis dalam pasal 286 Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.0 00,00 (lima ratus ribu rupiah). Bentuk aturan diatas adalah suatu bentuk produk hukum dengan maksud untuk memberikan efek jera kepada pemilik kendaraan yang emisi gas buang kendaraannya melebihi batas yang telah ditentukan oleh undang-undang. Dalam bidang Pengendalian oleh pemerintah, efek jera diatas adalah bentuk Pengendalian represif dimana penegakan hukum represif dilaksanakan dalam hal perbuatan melanggar peraturan dan bertujuan untuk mengakhiri secara langsung perbuatan terlarang itu,

dalam hal penegakkan hukum mengenai emisi gas buang kendaraan bermotor menjadi kewenangan Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung. Selain penegakkan hukum ( law enforcement) secara represif, dikenal juga adanya penanggulangan pelanggaran hukum yang disebut tindakan preventif.penegakan hukum yang bersifat preventif berarti pengendalian aktif dilakukan terhadap keputusan atas peraturan tanpa kejadian langsung yang menyangkut peristiwa konkrit yang menimbulkan dugaan bahwa peraturan hukum telah dilanggar.upaya ini dapat dilakukan dengan penyuluhan, pemantauan, dan penggunaan kewenangan yang bersifat pengendalian (pengambilan sample, penghentian mesin-mesin, dan sebagainya). Dalam upaya preventif membatasi emisi gas buang kendaraan bermotor, Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung melakukan berbagai upaya salah satunya dengan kegiatan pengujian kendaraan bermotor (KIR) dimana pengujian kendaran bermotor menjadi langkah wajib yang harus dijalankan untuk membatasi dan mengontrol emisi gas buang kendaraan bermotor yang digunakan masyarakat di Kota Bandar Lampung. Di bawah ini adalah grafik mengenai jumlah kendaraan yang melalui Pengujian Kendaraan Bermotor pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung: Grafik 3.Jumlah Kendaraan Yang Melalui Pengujian Kendaraan Bermotor pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

Jumlah Kendaraan Yang Melalui Pengujian Kendaraan Bermotor pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung 40 35 30 25 20 15 10 5 0 35.392 Unit 34.146 Unit 31.736 Unit 31.996 Unit 29.568 Unit 28.452 Unit 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber : UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung Padagrafik diatas terlihat bahwa jumlah kendaraan yang beroperasi di Kota Bandar Lampung lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah kendaraan yang telah melalui Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung. Hal ini berarti ada lebih dari 3000 unit kendaraan per tahun yang tidak melewati Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung namun masih beroperasi dan menjalankan aktivitas keseharian di Kota Bandar Lampung. Dari data diatas dapat kita lihat upaya preventif yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dengan melakukan pengujian kendaraan bermotor terlihat tidak efektif dan tidak maksimal.hal ini terlihat dari tidak seimbangnya banyaknya jumlah kendaraan yang beroperasi di Kota Bandar Lampung dengan banyaknya jumlah kendaraan yang diuji oleh Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.Hal ini berdampak pada kondisi udara yang ada di Kota Bandar Lampung dimana kendaraan yang tidak diuji namun tetap beroperasi menimbulkan polusi udara yang semakin buruk di Kota Bandar Lampung.

Buruknya kondisi udara Kota Bandar Lampung yang diakibatkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor telah diuji oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kota Bandar Lampung dengan melakukan pengambilan sampel di tiga ruas jalan protokol di Kota Bandar Lampung. Tiga jalan protokol itu adalah: 1. Jalan Pangeran Antasari 2. Jalan Yos Sudarso 3. Jalan ZA Pagar Alam Hasil dari pengujian kualitas udara dapat dilhat pada grafik di bawah: Grafik 4. Hasil Pengujian Kualitas Udara 190 180 170 160 150 140 Hasil Roadside Monitoring Tahun 2011 Kota Bandar Lampung 179,69 177,52 187,145 181,145 160 P. Antasari Yos Sudarso ZA Pagar Alam Rata-rata Batas Baku Mutu Nilai Sumber: Pemantauan Kualitas Udara jalan raya Badan PengelolaanLingkungan Hidup Kota Bandar Lampung Tahun 2011 Dari data diatas dapat dilihat bahwa kandungan zat berbahaya di udara sudah melebihi ambang batas yang telah ditetapkan oleh PP no.41 Tahun 1999.Melebihinya jumlah zat berbahaya yang ada di udara yang diakibatkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor mengancam masyarakat dan memperburuk kesehatan

masyarakat.pencemaran udara akibat emisi gas buang kendaraan bermotor sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat, padahal secara yuridis formil, baik peraturan pemerintah maupun lembaga atau instansi yang berwenang telah ada. Hal ini terlihat menjadi sebuah anomali hukum dimana perangkat hukum yang mencakup secara formil dan materil telah jelas, namun pada kenyataan yang kita alami, penegakkan terlihat minim dan kurang maksimal, sehingga kita masih sering menghirup udara yang masih tercemar oleh emisi gas buang kendaraan bermotor yang membahayakan kesehatan kita. Dari penjelasan tersebut,penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai bagaimanakah pemerintah bisa melaksanakan aturan-aturan dimana aturan tersebut dimaksudkan untuk mengurangi polusi udara yang diakibatkan emisi gas buang pada kendaraan bermotor, namun pada kenyatannya masih banyak kendaraan yang beroperasi di jalan raya, dimana kendaraan-kendaraan tersebut sebenarnya bisa dikatakan tidak laik jalan sehingga menyebabkan polusi dan pencemaran udara. Penelitian tersebut dituangkan dalam judul skripsi :Pengendalian Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor di Kota Bandar Lampung. 1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian 1.2.1 Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang diatas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a) Bagaimanakah pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung? b) Apa saja yang menjadi faktor-faktor penghambat dalam Pengendalianemisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung? 1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian Mengingat luasnya permasalahan mengenai akibat emisi gas buang kendaraan bermotor yang menyebabkan polusi udara, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada bidang Hukum Administrasi Negara pada umumnya, yaitu mengenai Pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung. 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Penelitian ini bertujuan untuk : 1.3.1.1 Untuk mengetahui bagaimana pengendalian pengeluaran emisi gas buang kendaraan bermotor di Bandar Lampung. 1.3.1.2 Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam Pengendalian terhadap emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung. 1.3.2 Kegunaan Penelitian 1.3.2.1 Kegunaan Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperluas juga memperdalam ilmu hukum administrasi negara dan memberikan kontribusi pada hukum tata lingkungan

khususnya mengenai peran sentral pemerintah dalam Pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor untuk mengurangi polusi udara dan pencemaran lingkungan. 1.3.2.2 Kegunaan Praktis Memberikan masukan mengenai usaha dalam mengoptimalkan peran pemerintah dalam Pengendalian terhadap emisi gas buang kendaraan bermotor serta faktor-faktor penghambat dalam dalam Pengendalian terhadap emisi gas buang kendaraan bermotor agar dapat bermanfaat bagi banyak orang dan mengetahui dengan lebih jelas bagaimana bentuk Pengendalian pemerintah emisi gas buang kendaraan bermotor. Secara lengkap mengenai kegunaan praktis dari penelitian ini adalah: 1) Memberikan masukan-masukan terhadap pelaksanaan dalam mengoptimalkan Pengendalian terhadap emisi gas buang kendaraan bermotor. 2) Sebagai rekomendasi strategis kepada instansi terkait dalam Pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotordan pemberian sanksi kepada pihak-pihak yang melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh undang-undang. 3) Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung bagian Hukum Administrasi Negara.