BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang tangguh dalam menghadapi

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. Hal ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran danpertimbangan dalam undang-undang no. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja karyawan pada suatu perusahaan sering kali

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertahan dan berkompetisi. Salah satu hal yang dapat ditempuh perusahaan agar

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN. adalah Undang-Undang Keselamatan Kerja (UUKK) No. 1 tahun Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki dalam menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang aman dan nyaman serta karyawan yang sehat dapat mendorong

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama krisis, usaha di sektor pertanian menunjukkan kinerjanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang begitu pesat pada era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat di segala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

BAB I PENDAHULUAN. industri. Persaingan industri yang semangkin ketat menuntut perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) UNTUK KELANGSUNGAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja juga tinggi (Ramli, 2013). terjadi kecelakaan kasus kecelakaan kerja, 9 pekerja meninggal

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

2015 PENGARUH IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF DI BENGKEL OTOMOTIF SMK

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas merupakan salah satu faktor yang mendominasi suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. membantu tercapainya tujuan perusahaan dalam bidang yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, kondisi serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah, padahal tenaga kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. perlu dipelihara dan dikembangkan. Oleh karena itu karyawan harus

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan pekerja merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. karyawan, adanya pengembangan karir sampai faktor kepemimpinan.

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah lahan yang luas tersebut, pasti akan membutuhkan banyak tenaga kerja.

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

I. PENDAHULUAN. sawit terbesar di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Yusuf

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya produktivitas (Multahada, 2008)

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketat, kinerja perusahaan dituntut harus terus meningkat agar perusahaan dapat

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia, alih fungsi lahan pertanian merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan (Sastrohadiwiryo, 2003,hal.17). Menurut Sumakmur (1996,hal.23), disisi lain kegiatan industri dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan.oleh karena itu karyawan harus mendapatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara kompetitif. Dari segi dunia

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis di era globalisasi saat ini, menuntut perusahaan berlomba-lomba untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuannya adalah untuk menciptakan tempat kerja yang nyaman, dan sehat sehingga dapat menekan serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit (Friend & Khon, 2007). Keselamatan dan kesehatan merupakan hal yang penting secara ekonomi, moral, dan hukum, keselamatan dan kesehatan kerja telah menjadi isu penting. Perusahaan sedang berusaha untuk tetap menguntungkan dalam ekonomi global yang semakin kompetitif, untuk ini perusahaan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja agar praktik bisnis tetap berjalan dengan baik. Bagi banyak perusahaan besar program keselamatan, kesehatan, dan lingkungan merupakan bentuk perlindungan kelangsungan hidup pekerjanya (Friend & Khon, 2007). Persaingan industri yang semakin kompetitif menuntut perusahaan lebih mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimilikinya, secara garis besar sumber daya yang dimilikinya. : (1) finansial, (2) fisik, (3) manusia, (4) teknologi. Sumber daya yang dimiliki perusahaan terbatas jumlahnya, maka perusahaan dituntut mampu

memberdayakan dan mengoptimalkan untuk mencapai tujuan perusahaan. Sumber Daya Manusia (SDM) menempati tempat strategis dan penting diantara sumber daya lainnya (Sedarmayanti, 2007). SDM yang handal dan tangguh dibutuhkan dalam menunjang bisnis perusahaan agar dapat bersaing, oleh karena itu suatu perusahaan dituntut untuk mampu meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada. Produktivitas sumber daya manusia ditentukan oleh sejauh mana sistem yang ada di perusahaan mampu menunjang dan memuaskan keinginan seluruh pihak (Sedarmayanti, 2007). Produktivitas adalah kemampuan dalam memproduksikan barang atau jasa secara efisien dan efektif. Produktivitas tenaga kerja mengandung pengertian yakni perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu. Berdasarkan teori produktivitas, dikemukakan bahwa produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: latar belakang pendidikan dan keterampilan, disiplin, motivasi, sikap dan etika kerja, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, lingkungan dan iklim kerja, teknologi, sarana produksi dan kesempatan berprestasi (Sumarsono, 2003). Naiknya produksi tidaklah selalu diikuti oleh naiknya produktivitas, karena produksi sebagai aktivitas untuk menghasilkan barang atau jasa memerlukan masukan yang berkenaan dengan efisiensi penggunaan sumber-sumber dalam menghasilkan barang atau jasa, oleh karena itu bertambah besarnya produksi tidaklah selalu berarti bahwa produktivitasnya naik. Keselamatan dan kesehatan kerja para karyawan perlu

juga diperhatikan, agar mereka terus dapat meningkatkan dan menjaga kualitas dan kuantitas kinerja mereka bagi perusahaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Menurut Hariandja (2007) K3 merupakan aspek yang penting dalam usaha meningkatkan kesejahteraan serta produktivitas karyawan. Keselamatan kerja tinggi akan menekan tingkat kecelakaan yang menyebabkan sakit, cacat, dan kematian dapat ditekan sekecil mungkin. Keselamatan kerja rendah maka akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan sehingga berakibat pada produktivitas yang menurun. Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi lebih dari 5.000 kematian saat bekerja (Friend & Khon, 2007). Menurut data Internasional Labour Organitation (ILO) pada tahun 2010 tercatatnya setiap tahunnya lebih dari 2 juta orang yang meninggal akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sekitar 160 juta orang menderita penyakit akibat kerja dan terjadi sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ramli 2012). Menurut International Labor Organization (ILO), tingkat kecelakaan kerja dan berbagai ancaman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia masih cukup tinggi, di Indonesia setiap 100.000 tenaga kerja terdapat 20 korban fatal akibat kecelakaan kerja. Sehingga menurut kalkulasi ILO, kerugian yang harus ditanggung akibat kecelakaan kerja di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia juga tinggi, mencapai 4% dari produk nasional bruto (PNB) (Budianto, 2014).

Di Indonesia, angka kecelakaan kerja menunjukkan angka yang sangat mengkuatirkan. Bahkan menurut penelitian International Labor Organization (ILO), Indonesia menempati urutan ke 52 dari 53 negara dengan manajemen K3 yang buruk. Padahal biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan akan sangat besar apabila sampai terjadi kecelakaan ditempat kerja (Hanggraeni, 2012). Berdasarkan data PT Jamsostek jumlah kasus dalam 10 tahun terakhir berfluktasi. Hal ini sejalan dengan jumlah peserta aktif yang juga bersifat fluktulatif. Adapun mengenai rincian jumlah kasus kecelakaan selama tahun 2008-2012 dapat dijabarkan pada tabel sebagai berikut: Tabel 1.1 Kasus Kecelakaan 2008-2012 Tahun Jumlah Kecelakaan 2008 93.823 2009 96.135 2010 86.692 2011 92.000 2012 103.074 Sumber: PT Jamsostek Kecelakaan kerja yang terjadi tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun (Gravel, Rheaume & Legendre, 2011). Kecelakaan akan mengurangi produktivitas dan meningkatkan biaya produksi. Praktek-praktek

keselamatan yang diperlukan di tempat kerja, untuk mengurangi kecelakaan kerja suatu perusahaan akan melaksanakan praktek keselamatan tersebut dituangkan dalam aturan dan kebijakan yang akan mengatur tindakan pekerja saat kerja. Peraturan tersebut diatur di dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai peranan penting dalam perusahaan, karena dampak kecelakaan dan penyakit yang diakibatkan karena kurangnya manajemen keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya merugikan tenaga kerja, tetapi juga merugikan perusahaan dan negara baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Undang-Undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970, setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Hal ini dilakukan karena adanya perbedaan status sosial antara tenaga kerja dan pengusaha sebagai pemberi kerja dalam melakukan hubungan kerja dengan banyak sektor industri yang ada di Indonesia ini, salah satunya adalah industri pada bidang pertanian. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang tangguh dalam menghadapi perkembangan ekonomi dunia. Salah satu subsektor penting dari sektor pertanian adalah perkebunan yang cakupan usahanya mencapai lebih dari seratus komoditi. Beberapa jenis komoditas perkebunan yang memberikan kontribusi besar bagi devisa negara seperti karet, kopi, kelapa dan kakao merupakan perkebunan rakyat.

Di tengah-tengah perkembangan dan pembangunan berbagai komoditas konversional tersebut, muncul satu komoditas yang hingga akhir 1970 an hanya dikelola oleh perkebunan besar yaitu kelapa sawit. Pada saat itu pasar dunia menunjukkan tren permintaan minyak kelapa sawit yang meningkat sejalan dengan kemajuan teknologi pemanfaatan minyak kelapa sawit untuk kesejahteraan manusia. Inilah pemicu berbagai pihak, baik pemerintah dan swasta mengembangkan perkebunan kelapa sawit dalam skala besar dan direncanakan dengan baik (Badrun, 2006). Peningkatan ataupun penurunan produksi dan produktivitas suatu perusahaan dipengaruhi oleh peningkatan dan penurunan produksi dan produktivitas tenaga kerja yang tercakup didalamnya. Tenaga kerja pada perusahaan-perusahaan seperti perkebunan umumnya adalah karyawan. Karyawan yang berhubungan secara langsung dengan produk yang dihasilkan perkebunan adalah karyawan pemanen. Karyawan panen adalah karyawan yang kegiatannya memotong tanda buah yang sudah matang kemudian mengutip tandan dan brondolan yang berceceran didalam dan diluar piringan. Selanjutnya menyusun tandan buah di tempat pengumpulan hasil. PT. X merupakan salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang perkebunan yang mempekerjakan sekitar 787 karyawan. Pemanen sawit yang bekerja di PT. X hingga saat ini mencapai sebanyak 206 orang. Karyawan PT. X, terutama pemanen sawit dalam kegiatannya adalah orang yang paling membutuhkan jaminan keselamatan dan kesehatan karena kondisi tempat kerja mereka yang berisiko mengalami kecelakaan kerja, seperti tertimpa tandan sawit, luka pada mata saat memanen, terkena pelepah sawit, terkena biji kelapa sawit yang ujungnya terdapat

duri dan juga berisiko menimbulkan Musculoskeletal Disorsers (MSDs). Mengatasi hal ini perusahaan menetapkan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dengan harapan karyawan dapat mematuhi peraturan-peraturan yang ada dalam perusahaan seperti pada saat bekerja karyawan harus menggunakan alat pelindung diri seperti helm, sepatu, dan penggunaan sarung tangan dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Perusahaan ini sudah melaksanakan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja sejak tahun 2004. Dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja karyawan akan merasa aman, terlindungi dan terjamin keselamatannya, sehingga diharapkan dapat mencapai efisiensi baik dari segi biaya, waktu dan tenaga serta dapat meningkatkan produktivitas kerja. Kesehatan dan keselamatan karyawan mempengaruhi kemampuan mereka untuk bekerja secara produktif. Hasil OHS (Occupational Health and Safety) menyatakan ada empat alasan utama yang menghubungkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan produktivitas antara lain: (1) Kebutuhan untuk menemukan cara yang lebih inovatif untuk mengurangi tingginya tingkat kecelakaan kerja dan penyakit. (2) Tekanan untuk mengurangi biaya sosial dan ekonomi cedera dan penyakit, khususnya biaya kompensasi. (3) Kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang tidak mengakibatkan karyawan bekerja lebih lama dan mengambil lebih banyak pekerjaan. (4) Kebutuhan untuk menyediakan kondisi kerja yang baik dengan cara merekrut dan mempertahankan pekerja terampil di pasar tenaga kerja yang ketat (OEHF, 2004).

Perusahaan mengadakan program keselamatan dan kesehatan kerja yang diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan produktivitas kerja karyawan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Katsuro (2010) pada industri makanan di Zimbabwe menyatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan di industri makanan komersil mempengaruhi produktivitas karyawannya. Hasil penelitian Umoh tahun 2013 pada perusahaan manufaktur di Nigeria menyatakan bahwa kepatuhan karyawan dalam menjalankan peraturan keselamatan kerja mempengaruhi produktivitas kerja karyawan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan sistem dan produktivitas kerja, oleh karena itu, peneliti tertarik meneliti tentang pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas karyawan di PT. X Tahun 2015. 1.2 Permasalahan Berdasarkan keterangan di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas pekerja di PT. X Tahun 2015?

1.3 Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas pekerja di PT. X Tahun 2015. 1.4 Hipotesis Terdapat pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas pekerja di PT. X Tahun 2015. 1.5 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini di harapkan akan memberikan manfaat kepada berbagai pihak yaitu : 1. Bagi PT. X dapat memberikan informasi tentang seberapa besar hubungan keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktivitas karyawan. 2. Sebagai masukan referensi untuk penulis/peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan bidang keselamatan dan kesehatan kerja dan pengaruhnya dengan produktivitas kerja.