BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, serta kepercayaan.

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan aspirasi yang berbeda-beda satu sama lain tetapi memiliki kedudukan setara,

1. PENDAHULUAN. tiga prasyarat yaitu kompetisi didalam merebutkan dan mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya.

BAB I PENDAHULUAN. hal budaya maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Desa memiliki arti penting. Desa bisa dianggap sebagai kesatuan

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam mempunyai perbedaan antar wilayah. Hubungan hidup antar sesama

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

Pemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fety Novianty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KONFLIK SOSIAL DALAM MASYARAKAT DESA NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK HORIZONTAL DI KALIMANTAN BARAT. Alwan Hadiyanto Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

I. PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang mempengaruhi kehidupan manusia. Di dalam proses pembelajaran, guru

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

BAB I PENDAHULUAN. keseharian. Batas-batas teritorial sebuah negara seakan-akan tidak ada lagi. Setiap

Urgensi Memahami Kembali Pancasila Oleh : Bambang Trisutrisno Ketua Lembaga Kajian Pertahanan untuk Kedaulatan NKRI KERIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki culture yang

Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajemukan yang ada di Indonesia merupakan suatu kekayaan bangsa.

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mudah untuk dicapai. Kemerdekaan Indonesia diperoleh melalui perjuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

Oleh: DEPUTI VI/KESBANG KEMENKO POLHUKAM RAKORNAS FKUB PROVINSI DAN KAB/KOTA SE INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Adicita itu pulalah yang merupakan dorongan para pemuda Indonesia

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT

BAB IV ANALISIS DATA. Bahwasanya kehidupan di dunia ini pada kodratnya diciptakan dalam bentuk yang

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin. Topik Makalah. RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA Kelas : 1-IA21

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

Pancasila dan Budaya. STMIK Amikom Yogyakarta. oleh : Rossidah ( Kelompok A ) D3 Manajemen Informatika. pembimbing :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada agama dan suku. Di Indonesia mempunyai enam agama yang. buku Bunyamin Molan (2015:29) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan-hubungan serupa itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu

BAB IV ANALISIS. Pustaka Pelajar, 2001, hlm Azyumardi Azra, Kerukunan dan Dialog Islam-Kristen Di Indonesia, dalam Dinamika

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

IMPLEMENTASI SIKAP TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA. (Studi Kasus Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Kartasura Tahun Pelajaran 2013/2014)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan nasional. Menurut Samani dan Harianto (2011:1) paling tidak ada

MEMBANGUN INTEGRASI NASIONAL DENGAN BINGKAI BHINNEKA TUNGGAL IKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki suku, adat istiadat, bahasa, agama, ras, seni dan

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

PARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA. Dr. H. Kadri, M.Si

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL. Dilihat dari sifatnya :

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

I. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki struktur masyarakat majemuk dan multikultural terbesar di dunia. Keberagaman budaya tersebut memperlihatkan bahwa semua warganya mampu hidup berdampingan satu sama lain tanpa memandang perbedaan. Keberadaan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa cukup efektif sebagai alat untuk mewadahi perbedaan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan hidup menempati posisi penting dalam kehidupan negara dan masyarakatnya, dengan pandangan hidup yang dimiliki suatu bangsa dapat menilai persoalan yang akan dihadapi dan memecahkan permasalahannya. Oleh karena itu, dengan pandangan hidup yang jelas, suatu bangsa akan terarah pada tujuan hidup yang lebih baik. Pancasila sebagai pandangan hidup harus dimaknai secara tepat guna memecahkan berbagai masalah yang dihadapi bangsa Indonesia. Perjalanan Indonesia sebagai bangsa dan negara tidak pernah sepi dari berbagai konflik, khususnya konflik horizontal yang melibatkan berbagai faktor baik etnis, suku, agama dan yang lainnya. Masyarakat pada umumnya berinteraksi untuk menjalin hubungan sosial yang harmonis, tetapi banyak yang salah dalam memaknai keragaman, sehingga berujung pada konflik sosial. Konflik adalah proses sosial yang terjadi ditengah-tengah masyarakat yang disebabkan karena perbedaan dan kesalahpahaman antara individu maupun kelompok masyarakat 1

2 satu dengan individu atau kelompok masyarakat yang lainnya. Konflik yang terjadi di Indonesia sangat beragam, utamanya konflik sosial, baik secara horizontal maupun vertikal. Konflik sosial sendiri merupakan pertentangan antara individu maupun kelompok dalam masyarakat untuk memperebutkan dan mempertentangkan berbagai hal yang dianggap benar atau bernilai. Konflik bisa dialami siapa saja dalam kelompok atau lapisan sosial masyarakat baik keluarga, dan masyarakat lokal, regional, nasional, maupun global. Fenomena saat ini tidak jarang muncul konflik, bahkan di masyarakat Jawa yang dikenal dengan budayanya yang lembut, sopan, toleran, dan rukun, dibeberapa tempat juga mengalami konflik. Budaya Jawa dipandang sebagai budaya adilihung, dan mulia, berisi norma dan nilai-nilai, serta tradisi yang luhur. Karena itu budaya Jawa menuntut penganutnya, orang Jawa, untuk menghormati orang lain. budaya Jawa mengajarkan seseorang menghormati dan menghargai orang lain, maka hubungan sosial dalam masyarakat akan harmonis dan berlangsung dengan baik. Masyarakat yang rukun dan saling menghormati, kehidupannya akan harmonis, seimbang, rukun, dan selaras. Sebagian masyarakat dengan budaya Jawa saat ini masih memegang teguh prinsip-prinsip kerukunan sebagaimana diajarkan budayanya. Namun sebagian lainnya mulai menjauh dari nilai-nilai budaya Jawa, sebagian mereka menunjukkan karakter individualisme dan kecintaan kelompok berlebihan. Hal ini menjadi salah satu faktor pemicu timbulnya konflik. Konflik dalam masyarakat terutama banyak disebabkan oleh cara menyikapi perbedaan yang muncul, baik perbedaan kepentingan, persepsi, identitas,

3 pekerjaan dan jabatan. Cara penyikapan tersebut bisa pula disebut faktor penyebab konflik. Faktor-faktor penyebab konflik juga meliputi: Pertama, eksklusivitas dari pemimpin agama dan penganutnya. Kedua, sikap tertutup dan saling curiga antar agama. Ketiga, keterikatan yang berlebih-lebihan terhadap simbol agama. Keempat, tujuan agama berubah menjadi alat, realitas menjadi sekedar kebijaksanaan. Kelima, kondisi sosial, ekonomi dan politik (Assegaf dalam Sumartana, 2005:35-37). Faktor lain karena adanya kelompok-kelompok kepentingan, lembaga-lembaga organisasi, dan kelas-kelas sosial dalam masyarakat yang tidak selalu memiliki kepentingan yang sama dan serasi (Surbakti, 1992:189). Beberapa faktor konflik di atas berkembang di masyarakat Indonesia, salah satunya adalah masyarakat yang heterogen baik dari suku maupun agama. Faktor ini melahirkan konflik horizontal. Salah satu diantaranya konflik di Poso yang dipicu oleh politisasi agama. Konflik antara penganut Ahmadiyah dengan komunitas NU di Sampang. Juga konflik antara NU dan Muhammadiyah di wilayah Sampel Kabupaten Lamongan. Konflik di atas salah satunya disebabkan karena perbedaan madzhab, sehingga terjadi pemisahan yang berujung pada perselisihan lainnya. Konflik yang semakin berkembang menjadikan suatu kelompok berusaha membela keyakinan masing-masing (Sjamsudduha, 1999:95-98). Sedangkan konflik antarsuku,diantaranya adalah konflik Ambon, Lampung, Sanggau Ledo dan Aceh. Konflik tersebut membawa perpecahan baik antarindividu dan kelompok, juga antar desa. Bahkan ketika konflik tersebut

4 disertai dengan kekerasan, berdampak pada kerugian yang besar, bukan saja harta benda tetapi juga nyawa. Berdasarkan contoh konflik di atas, sangat mungkin sekali jika kuantitas dan kualitas konflik yang terjadi pada masa mendatang akan cenderung meningkat. Kecenderungan ini didorong semakin berkembangnya dinamika masyarakat, juga karena masyarakat Indonesia belum siap berdemokrasi. Karena itu kecenderungan tersebut perlu diantisipasi agar tidak berkembang dan memecah belah persatuan dan kesatuan negara. Beberapa konflik yang pernah terjadi, sebagaimana diungkapkan di atas sangat membahayakan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat, sekaligus juga mengancam keselamatan dan keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Potensi konflik bukan saja terjadi pada masyarakat yang heterogen, tetapi juga masyarakat yang homogen. Konflik yang terjadi pada masyarakat homogen umumnya dipicu oleh perbedaan individu dan kelompok, kepentingan pribadi maupun kelompoknya dengan motif sosial tertentu. Faktor tersebut dominan sekali dengan adanya konflik dalam masyarakat baik di pedesaan maupun di perkotaan. Di pedesaan, khususnya di Jawa, keadaan masyarakatnya relatif homogen,. Baik dari segi strata sosial, ekonomi, pendidikan, maupun agama. Sekaligus masyarakatnya memiliki karakter hidup rukun, damai, dan suka bergotongroyong. Karakteristik masyarakat seperti itu semestinya menghindarkan masyarakat desa dari konflik. Namun kenyataanya di dalam sebuah desa yang masyarakatnya relatif homogen juga terjadi konflik. Misalnya konflik di

5 Temanggung, Tegal, Cilacap, dan konfik intern umat islam di Desa Ringianyar. Seiring perkembangan jaman, dipedesaan yang masyarakatnya relatif homogen rawan dengan konflik. Kasus konflik di sebuah desa yang homogen di atas terjadi atau dipicu oleh perbedaan pendapat, kepentingan dan keyakinan. Melibatkan berbagai individu dan kelompok yang dimotori oleh tokoh masyarakatnya masing-masing. Karena konfliknya terus berlarut, maka menyebabkan ketegangan berkepanjangan, bahkan berbagai solusi yang dilakukan tidak membuahkan hasil. Terkait hal tersebut diperlukan adanya kesadaran dari masing-masing yang berkonflik. Fenomena konflik seperti gambaran di atas terjadi di Dukuh Pulutan. Konflik bermula dari hadirnya pendatang baru, yang kemudian menjadi tokoh dan mendominasi masyarakat. Kasus pemugaran rumah ibadah yang dilakukan tanpa dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan masyarakat, dan dendam pribadi yang sudah ada sebelumnya menjadikan konflik meruncing bahkan berdampak pada pemanfaatan tempat ibadah, pendirian tempat ibadah baru, serta keyakinan pada ritual ibadah tetentu. Masyarakat Dukuh Pulutan akhirnya terseret pada pusaran konflik tersebut. Berbagai upaya yang dilakukan untuk meredam konflik selalu gagal. Karena itu kasus ini menarik untuk dikaji dalam sebuah penelitian. Khususnya Konflik Sosial dalam Masyarakat desa di Dukuh Pulutan Desa Pulutan Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. Kajian atau penelitian mengenai konflik sosial relevan bagi peneliti sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta

6 (UMS) sekaligus seagai calon guru PPKn. Pada kurikulum Progdi PPKn semua wajib menempuh mata kuliah sosiologi dan sosilologi Indonesia. Salah satu pokok bahasan mata kuliah tersebut heterogenitas masyarakat Indonesia berikut potensi konfliknya. Juga sebagai calon guru PPKn dengan tuntutan kompetensi sosialnya diharapkan dapat bermanfaat dan berperan di masyarakatnya. Dengan demikian kajian dengan tema atau objek konflik sosial relevan untuk dilakukan penelitian. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik sosial di Dukuh Pulutan Desa Pulutan Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali? 2. Siapakah pihak-pihak yang teribat konflik di Dukuh Pulutan Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali? 3. Bagaimana bentuk-bentuk konflik sosial di Dukuh Pulutan Desa Pulutan Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali? 4. Bagaimana dampak terjadinya konflik sosial di Dukuh Pulutan Desa Pulutan Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali? 5. Bagaimanakah solusi penyelesaian konflik sosial di Dukuh Pulutan Desa Pulutan Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali?

7 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendiskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan konflik sosial di Dukuh Pulutan Desa Pulutan Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. 2. Untuk menggambarkan siapa saja pihak-pihak yang terlibat konflik di Dukuh Pulutan Desa Pulutan Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. 3. Untuk menjabarkan bentuk-bentuk konflik sosial di Dukuh Pulutan Desa Pulutan Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. 4. Untuk memaparkan dampak konflik sosial di Dukuh Pulutan Desa Pulutan Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. 5. Untuk mendiskripsikan solusi penyelesaian konflik sosial di Dukuh Pulutan Desa Pulutan Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian ini, dapat dirumuskan manfaat teoritis dan praktisnya sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Sumbangsih konsep mengenai pemahaman konflik sosial yang terjadi di masyarakat dan gejala-gejala sosial yang muncul. b. Penelitian ini dapat dijadikan dasar atau pedoman bagi penelitian selanjutnya yang sejenis.

8 2. Manfaat Praktis a. Bagi Masyarakat 1) Penelitian ini diharapkan menjadi masukan untuk menciptakan dan membina masyarakat yang harmonis bebas dari konflik. 2) Penelitian ini dapat menjadi bahan koreksi dan intropeksi mengenai realitas sosial yang berkembang di lokasi penelitian. b. Bagi Peneliti 1) Penelitian ini dapat menambah wawasan baru mengenai masyarakat beserta interaksi sosial yang terjadi di dalamnya. 2) Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi baru yang relevan dalam pendidikan sosiologi maupun masyarakat. E. Daftar Istilah Daftar istilah merupakan definisi singkat atau istilah-istilah yang perlu diketahui terlebih dahulu terkait dengan penelitian ini sebelum melakukan penelitian. Istilah-istilah yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Konflik sosial Konflik adalah percekcokan, perselisihan, pertentangan (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005:587). Atau perbedaan atau pertentangan (clash) yang terjadi antara satu pihak dengan pihak lain (Alwi, 2013:7). Jadi konflik adalah proses perubahan sosial yang disebabkan oleh pertentangan atau ketidaksepakatan dan perbedaan kepentingan antara individu satu dengan individu yang lain, antara individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Sedangkan

9 sosial diartikan sebagai suatu hal yang berkenaan dengan masyarakat dan suka memperhatikan kepentingan umum (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005:1085). Dengan demikian Berdasarkan konflik sosial adalah segala bentuk pertentangan yang terjadi antara individu maupun kelompok dalam kehidupannya, karena adanya perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. 2. Masyarakat Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama (Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005:721). Atau kesatuan hidup makhlukmakhluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat tertentu (Koentjaraningrat dalam Gunawan, 2010:4). Dirumuskan pula sebagai kelangsungan orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan (Soemardjan dan Soemardi dalam Gunawan, 2010:4). Jadi masyarakat adalah sekumpulan manusia yang tinggal dan hidup bersama untuk melakukan hubungan sosial yang terikat pada suatu sistem kebudayaan tertentu dan selalu mengarah pada perubahan sosial. 3. Desa Desa diartikan sebagai kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri, dikepalai oleh seorang kepala desa (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005:256). Atau kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di darah

10 kabupaten (Nurcholis, 2005:135-136). Jadi desa adalah suatu kesatuan masyarakat yang ditimbulkan oleh unsur-unsur sosial, ekonomis, politik, dan budaya disuatu wilayah yang berhak mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya sendiri.