OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2017 TENTANG LAPORAN PERIODIK PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor perasuransian, diperlukan data dan informasi mengenai kondisi keuangan dan kegiatan usaha perasuransian yang lebih komprehensif, berkualitas, dan cepat; b. bahwa dalam rangka melakukan penyederhanan laporan periodik Perusahaan Perasuransian untuk memudahkan Perusahaan Perasuransian dalam memenuhi kewajiban penyampaian laporan Perusahaan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dipandang perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Laporan Perusahaan Perasuransian;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 337, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5618); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN PERIODIK PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi syariah, unit syariah, perusahaan pialang asuransi, perusahaan pialang reasuransi dan perusahaan penilai kerugian asuransi. 2. Perusahaan Asuransi adalah perusahaan asuransi umum dan perusahaan asuransi jiwa. 3. Perusahaan Reasuransi adalah perusahaan yang melaksanakan kegiatan usaha pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi, perusahaan penjaminan, dan Perusahaan Reasuransi lainnya. 4. Perusahaan Asuransi Syariah adalah perusahaan asuransi umum syariah dan perusahaan asuransi jiwa syariah.
5. Perusahaan Reasuransi Syariah adalah perusahaan yang melaksanakan kegiatan usaha pengelolaan risiko berdasarkan prinsip syariah atas risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan penjaminan syariah, atau perusahaan reasuransi syariah lainnya. 6. Unit Syariah adalah unit kerja di kantor pusat perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor di luar kantor pusat yang menjalankan usaha berdasarkan prinsip syariah 7. Perusahaan Pialang Asuransi adalah perusahaan yang melaksanakan kegiatan Usaha Pialang Asuransi. 8. Perusahaan Pialang Reasuransi adalah perusahaan yang melaksanakan kegiatan Usaha Pialang Reasuransi. 9. Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi adalah perusahaan yang melaksanakan kegiatan Usaha Penilai Kerugian Asuransi. 10. Laporan Periodik adalah laporan yang disusun oleh Perusahaan untuk kepentingan Otoritas Jasa Keuangan dalam periode tertentu. 11. Laporan Bulanan Perusahaan, selanjutnya disingkat Laporan Bulanan, adalah laporan yang disusun oleh Perusahaan untuk kepentingan Otoritas Jasa Keuangan, yang meliputi periode tanggal 1 sampai dengan akhir bulan yang bersangkutan. 12. Laporan Triwulan Perusahaan, selanjutnya disingkat Laporan Triwulan, adalah laporan yang disusun oleh Perusahaan untuk kepentingan Otoritas Jasa Keuangan, yang meliputi periode tanggal 1 sampai dengan akhir triwulan yang bersangkutan.
13. Laporan Semesteran Perusahaan, selanjutnya disingkat Laporan Semester, adalah laporan yang disusun oleh Perusahaan untuk kepentingan Otoritas Jasa Keuangan, yang meliputi periode tanggal 1 sampai dengan akhir semester yang bersangkutan. 14. Laporan Tahunan Perusahaan, selanjutnya disingkat Laporan Tahunan, adalah laporan yang disusun oleh Perusahaan untuk kepentingan Otoritas Jasa Keuangan, yang meliputi periode tanggal 1 sampai dengan akhir tahun yang bersangkutan. 15. Laporan Lain Perusahaan, selanjutnya disingkat Laporan Lain, adalah laporan yang disusun oleh Perusahaan untuk kepentingan Otoritas Jasa Keuangan, yang disampaikan dalam periode tertentu. 16. Penyampaian Laporan Secara Offline adalah penyampaian Laporan secara fisik oleh Perusahaan Perasuransian dalam bentuk rekaman data yang disimpan dalam compact disc atau media perekaman data elektronik lainnya. 17. Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK adalah Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. BAB II PENYUSUNAN LAPORAN PERUSAHAAN Pasal 2 (1) Perusahaan wajib menyusun Laporan Periodik secara benar, lengkap, dan tepat waktu sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan OJK ini. (2) Laporan Periodik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. Laporan untuk Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi;
b. Laporan untuk Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi Syariah, dan Unit Syariah; c. Laporan untuk Perusahaan Pialang Asuransi, Perusahaan Pialang Reasuransi, dan Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi. (3) Laporan Periodik sebagaimana dimaksud ayat (2) terbagi menjadi jenis laporan sebagai berikut : a. laporan bulanan; b. laporan triwulan; c. laporan semester; d. laporan tahunan; dan e. laporan lain. (4) Ketentuan mengenai bentuk dan susunan Laporan Periodik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dalam Surat Edaran OJK Pasal 3 (5) Perusahaan menunjuk anggota direksi atau pejabat yang setara pada Perusahaan yang bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan Perusahaan. (6) Anggota direksi atau pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menunjuk pegawai atau karyawan untuk menyusun, memverifikasi dan menyampaikan Laporan Perusahaan. BAB II PENYAMPAIAN LAPORAN PERUSAHAAN Pasal 4 (1) Perusahaan wajib menyampaikan kepada OJK : a. laporan bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya; b. laporan triwulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b, paling lambat 1 (satu)
bulan setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan; c. laporan semester sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c, paling lambat 1 (satu) bulan sejak berakhirnya semester yang bersangkutan; d. laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf d, paling lambat tanggal 30 April tahun berikutnya; dan e. laporan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf e, disampaikan sesuai ketentuan batas waktu yang diatur dalam peraturan OJK atau peraturan perundangan lain yang mewajibkan penyampaian pelaporan dimaksud. (2) Apabila batas akhir penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jatuh pada hari libur, batas akhir penyampaian laporan adalah hari kerja pertama berikutnya. (3) Dalam batas waktu terakhir penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jatuh pada hari libur nasional atau libur bersama, maka OJK berwenang menetapkan tanggal jatuh tempo penyampaian laporan. Pasal 5 (1) Penyampaian Laporan Periodik sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dilakukan secara online melalui sistem jaringan komunikasi data OJK. (2) Dalam hal sistem jaringan komunikasi data OJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum tersedia, Perusahaan harus menyampaikan Laporan Periodik secara online melalui alamat email yang ditetapkan oleh OJK. (3) Alamat email Perusahaan yang digunakan untuk penyampaian Laporan Periodik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus dilaporkan secara tertulis kepada OJK. Pasal 6 (4) Dalam hal terjadi gangguan teknis pada saat batas waktu penyampaian Laporan Periodik sehingga: a. Perusahaan tidak dapat menyampaikan Laporan Periodik secara online sebagaimana dimaksud dalam 05 ayat (1); dan/atau b. OJK tidak dapat menerima Laporan Periodik secara online sebagaimana dimaksud dalam 05 ayat (1), maka Perusahaan wajib menyampaikan Laporan Periodik secara offline paling lambat pada hari kerja pertama berikutnya. (5) Dalam hal Perusahaan mengalami gangguan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a, Perusahaan harus segera menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada OJK pada hari yang sama saat terjadinya gangguan teknis. (6) Dalam hal OJK mengalami gangguan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, OJK mengumumkan melalui situs web OJK pada hari yang sama saat terjadinya gangguan teknis. (7) Apabila diperlukan, OJK dapat meminta Perusahaan untuk menyampaikan Laporan Periodik secara offline dan/atau secara fisik kepada OJK. BAB IV SANKSI Pasal 7 (1) Perusahaan yang tidak memenuhi ketentuan dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 4 ayat (1), pasal 6 ayat (1) dikenakan sanksi administratif berupa :
a. Peringatan tertulis; b. Pembatasan kegiatan usaha, untuk sebagian atau seluruh kegiatan usaha; dan/atau c. Pencabutan izin usaha. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara bertahap. (3) OJK dapat menginformasikan kepada Pemerintah mengenai pengenaan sanksi peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dalam hal Perusahaan secara khusus dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan atau dibentuk oleh Pemerintah. (4) Selain sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), OJK dapat menambahkan sanksi tambahan berupa penilaian kembali kemampuan dan kepatutan bagi pengendali, direksi, atau dewan komisaris, atau yang setara pada Perusahaan. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 8 (1) Pada saat Peraturan OJK ini mulai berlaku : a) Ketentuan mengenai waktu penyampaian Laporan Hasil Penilaian Tingkat Risiko Tahunan sebagaimana dimaksud Pasal 7 ayat (1) huruf a dan ayat (3) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/POJK.05/2014 Tentang Penilaian Tingkat Risiko Lembaga Jasa Keuangan Non- Bank; b) Ketentuan mengenai waktu penyampaian Laporan Rencana Tindak Lanjut atas Penilaian Tingkat Risiko Tahunan sebagaimana dimaksud Pasal 8 ayat (4) huruf a dan ayat (6) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/POJK.05/2014 Tentang Penilaian Tingkat Risiko Lembaga Jasa Keuangan
Non-Bank; c) Ketentuan mengenai waktu penyampaian Laporan Penerapan Manajemen Risiko sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (2) dan ayat (5) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.05/2015 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank; d) Ketentuan mengenai waktu penyampaian Laporan Pelaksanaan Program Pelatihan APU-PPT sebagaimana dimaksud Pasal 44 ayat (3) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 39/POJK.05/2015 Tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme oleh Penyedia Jasa Keuangan Di Sektor Industri Keuangan Non-Bank; e) Ketentuan mengenai waktu penyampaian Laporan Penerapan Tata Kelola termasuk Laporan Komisaris Independen sebagaimana dimaksud Pasal 79 ayat (3) dan Pasal 80 ayat (2) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 73/POJK.05/2016 Tentang Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Perasuransian; f) Ketentuan mengenai waktu penyampaian Strategi Anti Fraud sebagaimana dimaksud Pasal 72 ayat (4) huruf a dan ayat (5) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK.05/2016 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi Dan Perusahaan Reasuransi, mengikuti batas waktu penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf d. Pasal 9 Bagi Perusahaan yang telah mendapatkan izin usaha paling lama 3 bulan sebelum Peraturan OJK ini ditetapkan, maka laporan yang disampaikan kepada OJK dimulai dari laporan semester berikutnya.
BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 10 Dengan berlakunya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, maka ketentuan-ketentuan yang mengatur kewajiban penyampaian laporan, bentuk dan susunan serta tata cara penyampaian laporan bagi Perusahaan dinyatakan tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. Pasal 11 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal KEPALA EKSEKUTIF PENGAWAS PERASURANSIAN, DANA PENSIUN, LEMBAGA PEMBIAYAAN, DAN LEMBAGA JASA KEUANGAN LAINNYA OTORITAS JASA KEUANGAN, FIRDAUS DJAELANI
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: /POJK.05/2017 TENTANG LAPORAN PERIODIK PERUSAHAAN PERASURANSIAN I. UMUM OJK mewajibkan industri asuransi untuk menyampaikan laporan secara berkala kepada OJK. Hal tersebut didukung oleh amanat Pasal 60 ayat (2) huruf e Undangundang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian yang menyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan, Otoritas Jasa Keuangan berwenang mewajibkan Perusahaan Perasuransian menyampaikan laporan secara berkala. Perusahaan Asuransi saat ini wajib menyampaikan laporan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan frekuensi yang berbeda-beda, yaitu penyampaian laporan secara bulanan, triwulanan, tahunan, lima tahunan, dan insidentil. Dalam mewajibkan penyampaian kepada OJK, hal tersebut didasarkan pada kewajiban yang tersebar pada beberapa peraturan yang terpisah. Dengan beragamnya jenis laporan perasuransian yang harus disampaikan oleh industri asuransi kepada OJK, kiranya perlu mengevaluasi kembali jumlah dan jenis pelaporan perasuransian. Hal ini diharapkan dapat menghilangkan duplikasi permintaan laporan dan mengintegrasikan informasi pelaporan perasuransian dengan cara melakukan penggabungan atau konsolidasi pelaporan sehingga dapat memudahkan baik bagi pengawas maupun pelaku asuransi dalam menyusun dan menganalisis laporan. Selain itu, banyaknya keluhan dari pelaku terkait banyaknya jenis laporan juga telah disampaikan kepada OJK, baik dari sisi jenis statutory reporting dan mahalnya biaya untuk memenuhi laporan tersebut. Proses penyederhanaan laporan perasuransian dilakukan dengan cara menggabungkan beberapa jenis laporan dan menyesuaikan format laporan agar data dan informasi yang tertuang tetap komprehensif, tidak berulang (redundant), dan hanya menampilkan informasi yang dibutuhkan atau digunakan. Pada proses ini pun akan direview kembali informasi apa saja yang perlu dipertahankan dan yang perlu dihilangkan dari laporan. Dari sisi penyampaian laporan, kedepannya beberapa jenis laporan akan dikumpulkan melalui e-reporting guna mengotomasi proses perekapan data dengan tidak serta merta mengurangi aspek prudential dan risk based dari pengawasan asuransi.
II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (1) Yang dimaksud dengan benar adalah sesuai dengan kondisi yang sebenarnya ada LJKNB dan tidak mengandung informasi atau fakta material yang tidak benar. Yang dimaksud dengan lengkap adalah memuat semua unsur laporan bulanan dan tidak menghilangkan informasi atau fakta material. Yang dimaksud dengan tepat waktu adalah sesuai dengan batas waktu pelaporan yang telah ditetapkan dalam POJK ini. Ayat (2) Ayat (3)(2) Jenis-jenis laporan yang bisa dikategorikan laporan lain antara lain laporan rencana bisnis tahunan, laporan Penilaian pelaksanaan Tata Kelola Terintegrasi, Laporan Profil Risiko Terintegrasi dan laporan lainnya. Ayat (4) Hal-hal yang diatur dalam Surat Edaran OJK antara lain bentuk dan susunan (format) laporan yang disampaikan Perusahaan Perasuransian dan daftar laporan periodik berikut tanggal penyampaiannya yang dikategorikan dalam laporan lain.. Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Ayat (1) Ayat (2)
Sebagai contoh, apabila pada tanggal 10 jatuh pada hari Sabtu, maka batas akhir penyampaian laporan adalah hari kerja pertama yaitu hari Senin minggu berikutnya. Ayat (3) Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 Pasal 8 Cukup Jelas Pasal 9 Pasal 10 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR