BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN MINAT KEWIRAUSAHAAN PADA REMAJA ETNIS ARAB, JAWA DAN CINA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 240,559 juta penduduk Indonesia jumlah daftar angkatan kerja mencapai 116

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses

BAB I PENDAHULUAN. Aditya Anwar Himawan, 2014 Sikap Kewirausahaan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan

KARAKTERISTIK DAN KETERAMPILAN HIDUP MENJADI WIRAUSAHA PADA MAHASISWA UPN VETERAN JAWA TIMUR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. 7,6%, Diploma I/II/III dengan 6,01% dan universitas sebesar 5,5%. Pada posisi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

IRRA MAYASARI F

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia banyaknya para pencari kerja tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah kota besar terdiri dari beberapa multi etnis baik yang pribumi maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai seorang calon sarjana maupun sarjana, mahasiswa dituntut untuk

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN KONSEPSI DASAR KEWIRAUSAHAAN. 02Fakultas FASILKOM. Program Studi SISTEM INFORMASI

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan kerja terus meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015

MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA DALAM DIRI MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kewirausahaan adalah kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Asal mula kewirausahaan dapat dijabarkan sebagai berikut: wirausaha

BAB 1 PENDAHULUAN. berlomba-lomba menciptakan terobosan untuk meningkatkan daya saing demi

BAB I PENDAHULUAN an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. ekonomi yang lebih besar justru tumbang oleh krisis.

Prof. Dr. H.MASYKURI BAKRI, M.Si REKTOR UNIVERSITAS ISLAM MALANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengamalkan ilmu pengetahuan, keterampilan yang telah didapat

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global telah memberikan dampak perekonomian negatif terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Horne (Mulyasana, 2011, h. 5) menyatakan bahwa : peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. lapangan tidak begitu adanya. Pengangguran terdidik bagi para lulusan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kaya sumber daya manusia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. sarjana dan keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Tangan Di Atas Visi dan Misi Tangan Di Atas

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dari negara-negara di dunia. Untuk mengimbangi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kelangsungan hidupnya memerlukan berbagai aktifitas yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berwirausaha salah satu pilihan dalam bekerja. Kesadaran akan pentingnya pemilikan mental wirausaha telah semakin meluas, tidak hanya dikalangan pengusaha semata-mata, melainkan merambah ke berbagai bidang, sebagai hasil perpaduan dari kecenderungan desakan kehidupan dan hasil pendidikan formal di berbagai lembaga pendidikan. Konsep kewirausahaan tidak lagi hanya milik bidang atau kajian ekonomi, karena dalam satu pengertian, kewirausahaan tidak harus identik dengan bisnis ekonomi, lebih dari itu, kewirausahaan merupakan kualitas mental yang kreatif, inovatif, serta keberanian mewujudkan ide. Di beberapa bagian Negara Indonesia, telah bermunculan para wirausaha muda yang brilian dan sudah menuai sukses di usia yang masih muda. Tak sekedar itu, sedikit demi sedikit mereka juga mulai menyelesaikan beberapa masalah sosial. Pada hal ini, dalam berbisnis on-line misalnya, telah melahirkan puluhan bahkan ratusan generasi muda yang mampu mandiri secara ekonomi, 1

2 bahkan tidak sedikit yang juga turut memampukan orang-orang yang ada disekitarnya. Menurut pernyataan PBB, bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki wirausahawan sebanyak 2 persen dari jumlah penduduk. Jadi, jika Indonesia berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa, maka wirausahawannya harus lebih dari 4 juta. Dari 231 juta penduduk Indonesia, data BPS 2009 memperlihatkan, jumlah pelaku usaha kecil di Indonesia mencapai 520.220 unit. Sedangkan usaha menengah 39.660 unit dan usaha besar 4.370 unit. Sehingga keseluruhan wirausaha berbentuk usaha formal berjumlah 564.250 unit atau 0,24 persen dari penduduk Indonesia. Hal tersebut sangat disayangkan pasalnya menurut Ciputra, untuk menjadi negara yang kuat dalam sisi ekonomi, Indonesia membutuhkan 4,4 juta pengusaha (Frans Agung Setiawan. Rabu, 28/10/2009/http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2009/10/28/16000059/Ciputr a.saatnya.pemuda.indonesia.jadi.usahawan). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jumlah pengangguran terbuka di Indonesia pada Agustus 2011 mencapai 7,7 juta orang atau 6,56 persen dari total angkatan kerja. Jumlah pengangguran terbuka didominasi lulusan SMA dan SMK. BPS menyampaikan pada Agustus 2011 jumlah pekerja di Indonesia masih didominasi oleh lulusan SD ke bawah yang jumlahnya 54,2 juta (49,4 persen). Sedangkan jumlah pekerja yang berpendidikan tinggi masih relatif kecil. Pekerja dengan pendidikan diploma hanya sekitar 3,2 juta orang (2,89 persen) dan pekerja dengan pendidikan sarjana hanya sebesar 5,6 juta orang (5,15 persen). Penyerapan tenaga kerja dalam enam bulan terakhir (Februari 2011 Agustus 2011) masih

3 didominasi oleh mereka yang berpendidikan rendah. (Bowo Santoso. Senin, 07/11/ 2011/ http://www.gresnews.com/berita/ekonomi/1539711-bpspengangguran-terbuka-agustus-2011-7-7-juta-jiwa?refresh=1#.uidzh4a3nq8) Kewirausahaan adalah semangat, perilaku dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreatifitas dan inovasi serta kemampuan manajemen. Menurut Dusselman (Wibowo, 2011) jiwa kewirausahaan ditandai pola tingkah laku sebagai berikut: inovasi, keberanian untuk menghadapi resiko, kemampuan manajerial, usaha perencanaan, usaha mengkoordinir, usaha menjaga kelancaran usaha, usaha mengawasi dan mengevaluasi usaha, kepemimpinan, yaitu usaha memotivasi melaksanakan dan mengarahkan tujuan usaha. Sikap mental wirausaha berbeda jauh dengan sikap mental pegawai negeri atau karyawan swasta. Astamoen (2005) menyebutkan bahwa hal selalu dihadapi oleh enterpreneur adalah resiko berupa kegagalan-kegagalan, hendaknya rasa takut tersebut dapat dikelola dengan sebaik-baiknya dan penuh keberanian agar bisa menghasilkan keuntungan dan hal-hal positif. Seringkali orang ragu untuk membuka usaha, karena belum apa-apa sudah takut rugi. Menurut Wahab (Astamoen, 2005), justru setiap ide baru harus direalisasikan, kalau mau sukses kita harus siap-siap jatuh bangun.

4 Menurut Nursid (Astamoen, 2005) menjelaskan bahwa Indonesia terdiri dari banyak etnis bangsa yang mempunyai kondisi dan sejarah perkembangan yang berbeda-beda. Tiap etnis bangsa memperlihatkan sikap perilaku, kebiasaan dan sentimen tertentu. Orang Jawa, Madura, Banjar, Sunda dan lain sebagainya memiliki ciri kepribadian masing-masing sebagai karakter etnis bangsa yang bersangkutan. Selanjutnya Astamoen (2005) mengatakan bahwa terbentuknya kepribadian atau karakter seseorang dari suatu etnis bangsa dipengaruhi oleh lingkungan masing-masing yaitu lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan lingkungan alam merupakan komponen pembinaan kepribadian tiap kelompok manusia di wilayahnya masing-masing. Dalam proses kehidupan individu yang selalu berhubungan dengan lingkungan budayanya baik norma, nilai, peraturan, pranata, bangunan, peralatan, sampai pakaian yang melekat pada dirinya merupakan lingkungan budaya yang mempengaruhi kepribadian individu yang bersangkutan. Faktor inilah yang memberikan pengaruh terhadap sikap, perilaku, kebiasaan, maupun sentimen tertentu termasuk didalamnya perilaku wirausaha. Gray (1996) mengungkapkan bahwa latar belakang etnis merupakan salah satu ciri kewirausahaan yang membedakan antara orang satu dengan yang lainnya. Estudillo (Wibisono, 2001) menjelaskan bahwa salah satu etnis yang melakukan wirausaha adalah etnis Cina, seperti yang kita ketahui bahwa bangsa Cina termasuk bangsa yang mobilitasnya tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perpindahan (migrasi) penduduk dari negara Cina sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan. Mereka yang melakukan migrasi pada

5 umumnya menunjukkan keberhasilan dalam bidang perekonomian. Etnis Cina di Indonesia kebanyakan tinggal di Pulau Jawa dengan wilayah tempat tinggal yang terpisah dengan pribumi. Hampir pada setiap kota pulau Jawa terdapat daerah yang disebut pecinan yang berarti tempat tinggal orang Cina. As ad (Wibisono, 2001) menyebutkan bahwa sebagai pedagang, Cina pada umumnya lebih berhasil dibandingkan dengan penduduk pribumi. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya sikap kesungguhan, kerja keras, kedisiplinan dan sikap-sikap produktif lainnya yang telah membawa mereka kepada kekuatan ekonomi yang luar biasa. Di dalam berbisnis, etnis Cina lebih banyak melakukan in house training pada anak-anak mereka sejak kecil dalam bidang perdagangan, kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari. Kepiawaian mereka berbisnis jauh diatas rata-rata bangsa Indonesia pada umumnya. Dengan kepiawaian berbisnis tersebut ditambah dengan daya kekerabatan yang juga luar biasa kuatnya, maka etnis Cina mampu membuat jejaring bisnis secara rapi dan baik untuk skala lokal, nasional maupun internasional. Di dalam berbisnis ini kemampuan etnis Cina secara umum belum ada tandingannya. Melalui keuletan, kerja keras dan disiplin yang dimiliki etnis Cina mampu mendongkrak potensi sumber daya manusia di Indonesia. Suku Jawa merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Setidaknya 41,7% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa. Mayoritas orang Jawa berprofesi sebagai petani, namun di perkotaan mereka mendominasi pegawai negeri sipil, BUMN, anggota DPR/DPRD, pejabat eksekutif, pejabat legislatif, pejabat kementerian dan militer.

6 Orang Jawa adalah etnis paling banyak di dunia artis dan model. Orang Jawa juga banyak yang bekerja di luar negeri, sebagai buruh kasar dan pembantu rumah tangga. Orang Jawa mendominasi tenaga kerja Indonesia di luar negeri terutama di negara Malaysia, Singapura, Filipina, Jepang, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Taiwan, AS dan Eropa. L. VanRijck Vorsel (Saefullah, 2005) didalam bukunya menyatakan bahwa pada abad ke- 13 banyak para pedagang Arab dan Cina bermigrasi dan tinggal di pulau Sumatera. Selain untuk aktivitas penyebaran Islam, mereka juga bertujuan untuk melakukan perdagangan. Pedagang Arab yang dimaksud termasuk didalamnya adalah dari Hadramaut, Yaman Selatan, yang kemudian dikenal dengan sebutan Hadrami atau orang Indonesia biasa menyebutnya sebagai orang Arab. Yasmine Shahab (nt), dalam jurnalnya menyatakan bahwa pada sejarah Indonesia, Hadrami (ba alwi) awalnya bekerja pada satu sektor umum yaitu sebagai bisnis properti. Banyak Hadrami yang menjadi tuan tanah dan memiliki banyak properti yang kemudian disewakan kepada orang lain. Namun, meskipun begitu, selanjutnya pekerjaan tersebut tidak lagi sebagai pekerjaan khas bagi komunitas Hadrami karena mereka mulai bekerja pada berbagai sektor profesi. Maka dari itu, tidak ada pekerjaan yang khas yang bisa di kenakan oleh komunitas tersebut. Satu-satunya pekerjaan yang masih terus diperankan oleh ba alwi hingga saat ini adalah terkait dengan keagamaan. Majlis taklim, ulama, guru agama, masih menjadi profesi yang dominan bagi seorang ba alwi.

7 Ketiga jenis etnis diatas, terdapat perbedaan latar belakang, lingkungan, adat dan kebiasaan serta jumlah masyarakatnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wibisono (2001) tentang motivasi entrepreneurship pada etnis Jawa dan Madura ditemukan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan (t = 0.856) antara entrepreneurship pada etnis Jawa dan Madura. Mahasiswa Jawa memiliki jiwa enterpreurship lebih rendah daripada mahasiswi etnis Madura. Dengan melihat perbedaan etnis yang ada, terkait dalam nilai, norma, kebiasaan dan karakter masing-masing etnis maka rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini adalah apakah ada perbedaan minat kewirausahaan antara remaja etnis Arab, remaja etnis Jawa dan remaja etnis Cina di kota Surakarta? Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas judul penelitiannya adalah perbedaan minat kewirausahaan pada remaja etnis Arab, Jawa dan Cina. B. Tujuan Penelitian Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui perbedaan minat kewirausahaan pada remaja etnis Jawa, remaja etnis Arab dan remaja etnis Cina yang ada di kota Surakarta.

8 C. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini diantaranya yaitu: 1. Secara teoritis Hasil dari penelitian ini akan menambah masukan bagi pengembangan psikologi industri dan psikologi sosial serta menambah wawasan tentang enterpreneurship dari sudut ilmu psikologi lintas budaya. 2. Secara praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi masyarakat Jawa, Cina dan Arab terutama pada bidang kewirausahaan.