URGENSI LAJNAH PENTASHIH AL-QUR AN DI INDONESIA 1 Oleh : FAIZAH ALI SYIBROMALISI A. Latar Belakang Al-Qur an adalah Kalamullah, selain berfungsi sebagai bukti kebenaran risalah Nabi besar Muhammad saw., juga berfungsi sebagai petunjuk kepada seluruh manusia (QS. al-isra 17/9 dan al-baqarah 2/185). Setiap muslim wajib memahami Al-Qur an, karena ayat-ayatnya tidak hanya diturunkan khusus untuk orang-orang Arab di zaman Nabi saw., tetapi juga untuk orang-orang di masa kini dan sesudahnya sampai hari kiamat. Kebenaran al-qur an diyakini umat Islam bersifat mutlak, cocok dan relevan untuk diterapkan di setiap waktu dan tempat, dalam arti konstan,tidak bisa dipengaruhi oleh perkembangan waktu maupun ilmu pengetahuan. Kebenaran al- Qur an mencakup Kandungannya, tulisannya, bacaannya dan bunyinya jika al-quran itu dibunyikan. Pada masa al-qur an diturunkan secara gradual berlangsung, Rasulullah senantiasa membacakan wahyu yang disampaikan Jibril kepada para sahabatnya. Setiap ayat yang turun akan dihafal dengan baik oleh Rasulullah saw. sendiri maupun para Sahabat,. Hafalan para sahabat tersebut dicocokkan dengan bacaan Rasul dengan cara menyimak bacaan Rasul. Malaikat Jibril juga mengecek bacaan Rasul setiap bulan Ramadhan, bahkan diakhir tahun kehidupan Nabi, Malaikat Jibril menyimak bacaan Nabi sebanyak dua kali. 2 Para sahabat yang menerima bacaan tersebut dari Nabi Saw. Meriwayatkannya tanpa melalaikan sedikitpun kalimat, huruf atau harakat yang diterima dari Rasul. Dari para sahabat inilah berbagai qiraat disampaikan secara turun-temurun dari mulut ke mulut والمشافهة) (التلقى sampai saat ini. Dengan cara ini pula qira at-qira at tersebut dapat dilestarikan sampai kini. Pemeliharaan al-quran dari sisi tulisan dilakukan dengan cara menunjuk secara resmi beberapa orang Sahabat sebagai penulis wahyu seperti: Ali ibn Abi Thalib, Mu awiyah ibn 1 Makalah dibacakan pada acara pelatihan Pentashih Mushhaf Al-Qur an di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari senin 20 juni 2011 2 Manna Qattan, Nuzul al-qur an ala sab ah ahruf, Kairo: Maktabah Wahbah, 1991, Cet. Ke- 1, h. 124
Abi Sufyan, Aban ibn Abi Sa id, Khalid ibn Walid, Ubay ibn Ka ab, Zaid ibn Tsabit dan Tsabit ibn Qais. 3 Selain mengemban tugas resmi sebagai penulisal-qur an, beberapa orang sahabat yang disebutkan diatas dan beberapa sahabat lainnya juga memiliki dokumen atau catatan pribadi yang terkait dengan Al-Qur an, seperti Ali ibn Abi Thalib, Ubay ibn Ka ab, Abdullah ibn Abbas, Abdullah ibn Mas ud dan Aisyah. Media yang dipakai untuk menulis wahyu sangat sederhana, misalnya pelepah kurma, kulit binatang, tulang binatang, maupun batu-batuan.tulisan Al-Qur an juga dicek oleh Rasulullah, Bahkan sebelum Rasulullah wafat, menurut sebuah riwayat, Zaid ibn Tsabit telah menyerahkan dokumen tertulis yang menga komodir semua tulisan dari sisi huruf dan qira at kepada Rasulullah untuk dikoreksi. 4 Begitu ketatnya sahabat menjaga otentisitas bacaan Al-Qur an, terlihat pada sikap Umar bin Khatab ketika mendengar seorang sahabat Hisyam bin Hakim yang ketika itu menjadi imam shalat, membaca surah al-furqon dengan qira at selain qira at yang diketahuinya, ia segera bereaksi. Begitu selesai sholat, Umar langsung mengadukan bacaan Hisyam kepada Rasulullah Saw. Setelah mendengar langsung bacaan masing-masing, Nabi kemudian membenarkan bacaan keduanya, seraya bersabda: Al-Qur an ini diturunkan ala sab ah ahrufin bacalah darinya yang memudahkan bagimu membacanya. 5 Uraian diatas menegaskan kepada kita bahwa pemeliharaan al-qur an dilakukan melalui dua cara, yaitu disamping hafalan yang tertanam dalam sanubari Rasulullah saw dan para Sahabat sebagai landasan utama, juga dalam bentuk tulisan. Dengan demikian orisinalitas Al-Qur an dan otentisitasnya yang memang sudah dijamin oelh Allah SWT, 6 baik dari sisi tulisan, hafalan maupun bacaan tetap terjaga Meskipun Allah swt telah menjamin pemeliharaan al-qur an dari sisi otentisitas dan orisinalitasnya (QS Al-Hijr /15: 9) namun keterlibatan peran manusia yaitu umat Islam dalam pemeliharaan tersebut termasuk didalamnya. Pemeliharaan al- Quran saat ini mencakup dua sisi, pertama adalah pemeliharaan dari sisi esensi atau kandungannya seperti membaca, mempelajari, menghafal, memahami dan mengamalkannya yang terus berlangsung sejak zaman Nabi sampai saat ini. Kedua 3 Abd al-fattah al-qadhi,tarikh al-mushaf al-syarif,kairo:maktabah al-husaini,t.th, 4 Manna Qattan, Nuzul al-qur an ala sab ah ahruf, h. 124 5 Shahih al-bukhari, Kitab al-khusumat,bab Fadhail Al-Qur an jilid 5 hal 27. 6 Lihat firman Allah: QS Al-Hijr/15:9 (Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya)
dari sisi fisik (tampilan al-qur an dalam bentuk mushaf dan tulisannya atau rekaman suaranya). Dalam rangka menjaga dan memelihara al-qur an ini maka setiap Negara yang berpenduduk muslim termasuk Indonesia pasti memiliki badan atau lembaga dan institusi yang bertugas mengembangkan dan menjaga otentisitas al-quran dan orisinalitasnya. Pemerintah misalnya mendirikan Lembaga Pengembangan Tilawah al-qur an (LPTQ), Lembaga Penelitian dan Pengembangan al-qur an ( LITBANG al-qur an), mendukung pembangunan Institusi al-qur an seperti Institut Ilmu al- Qur an (IIQ) dan Perguruan Tinggi Ilmu al-qur an (PTIQ) menyelenggarakan Taman Pembelajaran al-qur an (TPA). Pemerintah dan masyarakat juga bekerja sama menggelar MTQ secara berkala, mulai dari tingkat kelurahan sampai tingkat Nasional, dari level TPA sampai level mahasiswa. Materi yang dilombakan juga beragam mencakup seluruh kandungan al-qur an, mulai dari tilawah, qira at, tahfiz, tafsir, syarh al-qur an, fahm al-qur an, menulis kandungan al-qur an bahkan menulis indah al-quran atau kaligrafi. Tulisan singkat ini akan memaparkan secara ringkas peran pemerintah Indonesia sebagai Negara yang mayoritas penduduknya muslim, dalam upaya dan aktivitas pemeliharaan al-qur an, dalam hal ini diwakili oleh Lajnah Pentashhih al- Qur an. B. Urgensi mendirikan Lajnah Pentashhih al_qur an Sebagaimana diketahui mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam. Menurut catatan KEMENAG tahun 2003 saja populasi Muslim dari total penduduk Indonesia yang mencapai jumlah 201241199 dua ratus satu juta,dua atus empat puluh ribu,seratus Sembilan puluh Sembilan jiwa, penduduk muslimnya mencapai jumlah 177528772 seratus tujuh puluh tujuh juta, lima ratus dua puluh delapan ribu, seratus tujuh puluh tujuh jiwa. Kalau kita andaikan seperempat saja dari total jumlah kaum muslimin tersebut memiliki al-qur an, tentu bisa kita bayangkan berapa jumlah Mushhaf yang beredar di masyarakat dan yang harus disediakan oleh pemerintah. Disisi lain Pemerintah juga harus menjamin Mushhaf yang dibaca dan beredar di masyarakat benar-benar sesuai standar dimana keutuhan otentisitas dan orisinalitas al-qur annya terpenuhi, bebas dari berbagai kesalahan, baik dari sisi penambahan dan pengurangan huruf atau ayat, maupun dari sisi penulisan dan penerbitannya, baik
itu disebabkan oleh ke khilafan maupun oleh kesengajaan. Dari sini perintah merasa perlu mendirikan Lajnah Pentashhih al-qur an. Lajnah Pentashhih al_qur an adalah lembaga yang membantu mentri Agama dalam pentashhihan al-qur an, berada dibawah kementrian Agama. Tepatnya dibawah tanggung jawab mentri Agama. yang dimaksud dengan al-qur an disini adalah : 1. Mushhaf al-qur an yaitu kumpulan ayat-ayat al-qur an yang terdiri dari 30 juz,yang ditulis berdasarkan kaidah-kaidah penulisan al-qur an. 2. Al-Qur an braille yaitu kumpulan ayat-ayat al-qur an yang terdiri dari 30 juz,yang ditulis dengan huruf Braille,berdasarkan kaidah-kaidah penulisan al- Qur an. 3. Al-Qur an dan terjemahannya yaitu mushhaf yang didalamnya disertai dengan terjemahan kedalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah. 4. Tafsir al-qur an yaitu mushhaf yang didalamnya disertai dengan terjemahan dan tafsiran tentang kandungan makna yang terdapat dalam ayat-ayat tersebut. 5. Al-Qur an elektronik ialah kumpulan ayat-ayat al-qur an, yang di produk melalui media elektronik, baik berupa kaset, CD (kompac Disc), DVD, Digital maupun penemuan elektronik lainnya. Lembaga pentashhih al-qur an di Indonesia didirikan pada tahun 1957, berdasarkan keputusan mentri Agama no 1,tahun 1957, seputar pengawasan mushhaf yang dicetak di Indonesia. Tujuan dari pendirian lajnah ini adalah pertama menjaga otentisitas Al-Qur an yang tersebar di berbagai pelosok Indonesia, menjaganya dan melindunginya dari berbagai kesalahan, baik dari sisi tulisan maupun cetakan. Kedua melindungi tulisan al-qur an dari unsur-unsur yang datang dari luar, yang mengubah otentisitasnya ketiga menyediakan mushhaf yang terbaik bagi masyarakat. C. Tugas lajnah pentashhih al-quran adalah sebagai berikut: 1. Lajnah bertugas mengoreksi mushhaf sebelum dicetak, baik mushhaf itu berupa manuskrip atau berupa rekaman dipita kaset atau sarana elektronik yang lainnya. 2. Lajnah bertugas memberi petunjuk pengertian dan pengarahan kepada pemilik percetakan untuk menjaga otentisitas dan orisinalitas tulisan teks al-qur an, disamping memperingatkan mereka hukuman yang diancamkan kepada orang yang melanggar undang-undang yang berlaku.
3. Bertugas memberi penerangan dan petunjuk kepada masyarakat muslim untuk mencermati mushhaf-mushhaf yang datang dari luar ( dari Saudi Arabia misalnya) baik dari sisi bentuk tulisan (rasm) yang digunakan, maupun bacaan (qira at) yang diikuti dan tertulis dalam Mushhaf itu. 4. Bertugas memberi penerangan kepada masyarakat Muslim seputar penulisan Mushhaf, terjemah makna-makna al-qur an dan tafsirnya. 5. Bertugas mengawasi dan memantau berbagai kesalahan, baik akibat kesalahan cetak maupun kesalahan-kesalahan lainnya pada Mushhaf yang sudah selesai di koreksi sampai betul-betul tidak ada lagi kesalahan. 6. Bertugas memantau secara berkesinambungan Mushhaf-Mushhaf yang sudah dicetak yang tersebar diseluruh wilayah Republik Indonesia. 7. Lajnah juga bertugas mengawasi dan mencek ke akuratan tarjamah al-qur an dalam bahasa Indonesia dan tafsir al-qura an dalam bahasa Indonesia. Demikianlah sekilas tentang motivasi pendirian Lajnah pentashhih al-qur an, urgensi, tujuan dan tugasnya.semoga bermanfa at. Ciputat 20 juni 2011 Faizah Ali Syibromalis