ANALISIS STATIK NON-LINER PUSHOVER PADA OPTIMALISASI DESAIN GEDUNG PENDIDIKAN BERSAMA FKUB DENGAN VARIASI KONFIGURASI BRESING BAJA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS STATIK NON-LINIER PUSHOVER PADA OPTIMASI DESAIN GEDUNG PENDIDIKAN BERSAMA FKUB DENGAN VARIASI KONFIGURASI DINDING GESER NASKAH PUBLIKASI

Pengaruh Core terhadap Kinerja Seismik Gedung Bertingkat

Pengaruh Bentuk Bracing terhadap Kinerja Seismik Struktur Beton Bertulang

EVALUASI KEMAMPUAN STRUKTUR RUMAH TINGGAL SEDERHANA AKIBAT GEMPA

EVALUASI KINERJA STRUKTUR BANGUNAN BAJA DENGAN MENGGUNAKAN PENGAKU EKSENTRIS (EBF) Ir. Torang Sitorus, MT.

PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN

PENDAHULUAN Perencanaan gedung tahan gempa telah menjadi perhatian khusus mengingat telah banyak terjadi gempa cukup besar akhir-akhir ini. Perencanaa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural.

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KATA KUNCI: sistem rangka baja dan beton komposit, struktur komposit.

EVALUASI SNI 1726:2012 PASAL MENGENAI DISTRIBUSI GAYA LATERAL TERHADAP KEKAKUAN DAN KEKUATAN PADA SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBKK

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA

EVALUASI KINERJA GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM GANDA DENGAN VARIASI GEOMETRI DINDING GESER PADA WILAYAH GEMPA KUAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015 Sanur - Bali, 25 April 2015

ANALISA PORTAL DENGAN DINDING TEMBOK PADA RUMAH TINGGAL SEDERHANA AKIBAT GEMPA

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Umum Beban Gempa Menurut SNI 1726: Perkuatan Struktur Bresing...

Evaluasi Kinerja Gedung Beton Bertulang Dengan Pushover Analysis Akibat Beban Gempa Padang

PENELITIAN MENGENAI SNI 1726:2012 PASAL TENTANG DISTRIBUSI GAYA LATERAL TERHADAP KEKAKUAN, KEKUATAN, DAN PENGECEKAN TERHADAP SISTEM TUNGGAL

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN KEKAKUAN DAN KEKUATAN SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBE BENTUK DIAGONAL MENURUT SNI 1726:2012 PASAL

ANALISIS PERILAKU DAN KINERJA RANGKA BETON BERTULANG DENGAN DAN TANPA BREISING KABEL CFC

BAB 1 PENDAHULUAN Umum

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PRESENTASI TUGAS AKHIR

EVALUASI STRUKTUR DENGAN PUSHOVER ANALYSIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA STRUKTUR GEDUNG DENGAN COREWALL TUGAS AKHIR

STUDI KINERJA SENDI PLASTIS PADA GEDUNG DAKTAIL PARSIAL DENGAN ANALISIS BEBAN DORONG

Kajian Pemakaian Shear Wall dan Bracing pada Gedung Bertingkat

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

EVALUASI METODE FBD DAN DDBD PADA SRPM DI WILAYAH 2 DAN 6 PETA GEMPA INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Assessment Kerentanan Gedung Beton Bertulang Terhadap Beban Gempa Dengan Menggunakan Metode Pushover Analysis

EVALUASI KINERJA PORTAL BAJA 3 DIMENSI DENGAN PENGAKU LATERAL AKIBAT GEMPA KUAT BERDASARKAN PERFORMANCE BASED DESIGN

Keywords: ATC-40, Braced Frames, Level Performance, Pushover analysis, Shear walls

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DI WILAYAH GEMPA INDONESIA INTENSITAS TINGGI DENGAN KONDISI TANAH LUNAK

KAJIAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BRESING V-TERBALIK EKSENTRIK DAN KONSENTRIK (215S)

ANALISIS KINERJA BANGUNAN BETON BERTULANG DENGAN LAYOUT BERBENTUK YANG MENGALAMI BEBAN GEMPA TERHADAP EFEK SOFT-STOREY SKRIPSI

STUDI PENEMPATAN DINDING GESER TERHADAP WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL STRUKTUR GEDUNG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Perencanaan letak sendi plastis dengan menggunakan reduced beam

EVALUASI SNI 1726:2012 PASAL MENGENAI DISTRIBUSI GAYA LATERAL PADA PENGGUNAAN SISTEM GANDA

RANY RAKITTA DEWI SEMINAR TUGAS AKHIR

STUDI KOMPARATIF PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG BERDASARKAN TATA CARA ASCE 7-05 DAN SNI

Studi Perbandingan Dinding Geser dan Bracing Tunggal Konsentris sebagai Pengaku pada Gedung Bertingkat Tinggi

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

EVALUASI BALOK DAN KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

ANALISIS KINERJA STRUKTUR PADA GEDUNG BERTINGKAT DENGAN ANALISIS PUSHOVER MENGGUNAKAN SOFTWARE ETABS (STUDI KASUS : BANGUNAN HOTEL DI SEMARANG)

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu di kepulauan Alor (11 Nov, skala 7.5), gempa Papua (26 Nov, skala 7.1),

BAB III METODE ANALISA STATIK NON LINIER

Kajian Perilaku Struktur Portal Beton Bertulang Tipe SRPMK dan Tipe SRPMM

EVALUASI KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS SNI PADA STRUKTUR DENGAN GEMPA DOMINAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

STUDI MENENTUKAN PARAMETER DAKTILITAS STRUKTUR GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN ANALISIS PUSHOVER

ANALISIS PUSHOVER PADA BANGUNAN DENGAN SOFT FIRST STORY

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), ( X Print)

DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI

STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER ABSTRAK

ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP)

STUDI PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG TERHADAP KINERJA BATAS AKIBAT PENGARUH TINGGI BANGUNAN DAN DIMENSI KOLOM BERDASARKAN SNI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

STATIC NONLINEAR PUSHOVER ANALYSIS UNTUK PERFORMANCE BASED DESIGN PADA GEDUNG PASCASARJANA FAKULTAS MIPA UGM NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

PERILAKU DINAMIS PORTAL BAJA BIDANG BERTINGKAT DENGAN VARIASI BUKAAN TITIK PUNCAK PENGAKU DIAGONAL GANDA K JURNAL. Disusun Oleh:

KATA KUNCI: gempa, sistem ganda, SRPMK, SRBKK, 25%, gaya lateral, kekakuan

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas sekilas tentang konsep Strength Based Design dan

ANALISA KINERJA LINK TERHADAP VARIASI TIPE PENGAKU PADA RANGKA BERPENGAKU EKSENTRIS

PENGARUH PASANGAN DINDING BATA PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG AKIBAT BEBAN GEMPA

PEMODELAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT BETON BERTULANG RANGKA TERBUKA SIMETRIS DI DAERAH RAWAN GEMPA DENGAN METODA ANALISIS PUSHOVER

KATA KUNCI : direct displacement based design, time history analysis, kinerja struktur.

BAB I PENDAHULUAN. Keandalan Struktur Gedung Tinggi Tidak Beraturan Menggunakan Pushover Analysis

DAFTAR ISI Annisa Candra Wulan, 2016 Studi Kinerja Struktur Beton Bertulang dengan Analisis Pushover

EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. gawang apabila tanpa dinding (tanpa strut) dengan menggunakan dinding (dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Vol.17 No.2. Agustus 2015 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB I PENDAHULUAN. adalah kolom. Kolom termasuk struktur utama yang bertujuan menyalurkan beban tekan

KINERJA STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING BAJA TIPE X

Pengaruh Penambahan Dinding Geser (Shear Wall) pada Waktu Getar Alami Fundamental Struktur Gedung

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM KELAS III (NYATOH) DENGAN KAYU KELAS I (BENGKIRAI), KAYU KELAS II (KAMFER) DAN PELAT BAJA

KAJIAN KEANDALAN STRUKTUR TABUNG DALAM TABUNG TERHADAP GAYA GEMPA

EVALUASI KINERJA STRUKTUR BANGUNAN YANG MENGGUNAKAN SAMBUNGAN LEWATAN (LAP SPLICES) PADA UJUNG KOLOM

EVALUASI KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN PUSHOVER ANALYSIS

PERBANDINGAN PERUBAHAN KINERJA STRUKTUR RANGKA STRUKTUR BETON BERTULANG DAN BAJA DENGAN DINDING PENGISI

STUDI PEMODELAN INELASTIK DAN EVALUASI KINERJA STRUKTUR GANDA DENGAN MIDAS/Gen TM

PENGARUH DINDING PENGISI PADA LANTAI DASAR BANGUNAN TINGKAT TINGGI TERHADAP TERJADINYA MEKANISME SOFT STORY

EVALUASI SENDI PLASTIS DENGAN ANALISIS PUSHOVER PADA GEDUNG TIDAK BERATURAN

ANALISIS KINERJA GEDUNG BERTINGKAT BERDASARKAN EKSENTRISITAS LAY OUT DINDING GESER TERHADAP PUSAT MASSA DENGAN METODE PUSHOVER

BAB II STUDI PUSTAKA

ANALISIS EFEK PENEMPATAN DINDING BATA TERHADAP RESPON BANGUNAN AKIBAT EKSITASI GEMPA

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR

RETROFITTING STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG DI BAWAH PENGARUH GEMPA KUAT

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

EVALUASI KINERJA BANGUNAN GEDUNG DPU WILAYAH KABUPATEN WONOGIRI DENGAN ANALISIS PUSHOVER

PENGARUH VARIASI LETAK TULANGAN HORIZONTAL TERHADAP DAKTILITAS DAN KEKAKUAN DINDING GESER DENGAN PEMBEBANAN SIKLIK (QUASI-STATIS)

Transkripsi:

ANALISIS STATIK NON-LINER PUSHOVER PADA OPTIMALISASI DESAIN GEDUNG PENDIDIKAN BERSAMA FKUB DENGAN VARIASI KONFIGURASI BRESING BAJA NASKAH TERPUBLIKASI TEKNIK SIPIL Ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik I MADE SURYA WISNU PANGESTU NIM. 135060101111006 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2017

ANALISIS STATIK NON-LINIER PUSHOVER PADA OPTIMALISASI DESAIN GEDUNG PENDIDIKAN BERSAMA FKUB DENGAN VARIASI KONFIGURASI BRESING BAJA I Made Surya Wisnu Pangestu, Ari Wibowo, Ming Narto.W Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia Email: suryawisnupangestu03@gmail.com ABSTRAK Bresing baja merupakan salah satu komponen struktur penahan beban gempa yang sering digunakan pada struktur bangunan tinggi. Dengan penggunaan bresing baja dalam struktur bangunan tinggi diharapkan dapat mengurangi dampak kerusakan akibat beban gempa. Dalam penelitian ini Gedung pendidikan Bersama FKUB sebagai objek kajian dimodelkan dengan program SAP 2000v18 menjadi tujuh model yaitu Asli dengan Dilatasi (OD), Asli Tanpa Dilatasi (OND), Tanpa Bresing (Tipe A), dengan Single Brace (Tipe B), dengan X-Brace (Tipe C), dengan V-Brace (Tipe D), dan dengan A-Brace (Tipe E). Pada masingmasing struktur dilakukan analisis statik non-linier pushover yang mengacu pada ATC-40 untuk mengetahui pengaruh penggunaan variasi konfigurasi bresing baja terhadap simpangan lateral, tingkat pelayanan, waktu getar alami, serta simpangan antar lantai struktur. Hasil analisis menunjukan bahwa penggunaan X-Brace pada struktur alternatif dapat meningkatkan kemampuan struktur untuk menerima gaya geser dasar. Tingkat pelayanan struktur untuk semua jenis struktur adalah immidite occupancy, sehingga penggunaan bresing baja tidak berpengaruh besar terhadap perubahan tingkat pelayanan struktur. OD memiliki periode getar paling besar dibandingkan struktur jenis lain. Serta penggunaan X- Brace pada struktur alternatif dapat menghasilkan simpangan antar lantai paling kecil. Kata kunci: bresing baja, analisis pushover, performance point, tingkat kinerja ABSTRACT Steel bracing is one of the components of the structure of the earthquake burden bearer that is often used on high structures. With the use of steel bracing on high building structure is expected to reduce the impact of the ravages of earthquake load. In the study of FKUB college building as an object of study, this building modeled in SAP 2000v18 program into the seven model, namely Original Structure with Dilation (OD), The Original Structure Without Dilatation (OND), an Alternative Structure Without Bracing (Type A), an Alternative Structure with Single Brace (Type B), an Alternative Structure with an X-Brace (Type C), an Alternative Structure with V-Brace (Type D), and Alternative Structures with A-Brace (Type E). Nonlinear static pushover analysis that refers to the ATC-40 is perform to each structure to know the influence of the use of steel bracing configuration variation against lateral deformation, level of service, time of the vibrating natural, as well as the junction between the floor structure. The results of the analysis showed that the use of the X-Brace on alternative structures can enhance the ability of the structure to receive the base shear force. Level of service structure for all types of structures is immediate occupancy, so the use of steel bracing has no effect on the changes in the level of service structure. The structure OD has the most vibrating period compared to other types of structures. As well as the use of the X-Brace on alternative structures may produce the most small junction between floors of the structure. Keywords: steel brace, pushover analysis, performance point, performance level

PENDAHULUAN Fenomena gempa bumi merupakan salah satu penyebab kerusakan pada struktur bangunan. Untuk mengurangi dampak kerusakan bangunan akibat gempa bumi, maka diperlukan struktur penahan gempa untuk memperkuat bangunan tersebut. Bresing baja merupakan salah satu komponen struktur penahan beban gempa yang sering digunakan pada struktur bangunan tinggi. Dengan penggunaan bresing baja dalam struktur bangunan tinggi diharapkan dapat mengurangi dampak kerusakan akibat beban gempa. TUJUAN Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi penggunaan komponen penahan beban gempa, yaitu bresing baja pada model gedung. Pengaruh yang dimaksud antara lain, simpangan lateral, tingkat pelayanan, waktu getar alami, serta simpangan antar lantai struktur. dua yaitu sistem struktur rangka berpengaku konsentris (Concentrically Brace Frame) dan sistem struktur rangka berpengaku eksentris (Eccentrically Brace Frame). Gambar 2. Concentrically brace frame TINJAUAN PUSTAKA Perkuatan Terdapat berbagai macam metode perkuatan yang umum digunakan pada struktur beton bertulang, antara lain penambahan dinding geser (shear wall), bresing (bracing), column jacketing, serta beam jacketing. Metode ini merupakan metode yang sering digunakan untuk perkuatan struktur beton bertulang. Keefektifan dari beberapa metode perkuatan disajikan dalam gambar 1. Gambar 1. Perbandingan keefektifan perkuatan struktur Sumber: Sugano (1989); CEB (1997) Sistem Pengaku Diagonal (Bresing) Sistem struktur brace frame didesain untuk meminimalisisr masalah kekakuan yang terdapat pada jenis sistem portal Momen Resisiting Frame (MRF). Sistem struktur brace frame terbagi menjadi Gambar 3. Eccentrically brace frame Performance Base Design Hal penting dalam performance base design atau perencanaan berbasis kinerja adalah ketepatan sasaran kinerja bangunan tahan gempa. Sasaran kinerja terdiri dari gempa rencana yang ditentukan (earthquake hazard) dan taraf kerusakan yang diizinkan atau tingkat kinerja secara kualitatif yang digambarkan dalam kurva hubungan gayaperpindahan dari perilaku struktur secara global terhadap beban lateral. Hal tersebut menjadi dasar untuk menetapkan tingkat kinerja (performance level). Performance base design mempunyai dua elemen utama dalam perencanaannya, yaitu kapasitas (capacity) dan beban yang direncanakan (demand). Salah satu analisis yang dapat digunakan untuk desain bangunan tahan gempa berbasis kinerja adalah analisis statik non-linier pushover. Dengan mencari titik perpotongan antara kurva demand dan

kurva capacity maka akan didapatkan performance point (titik kinerja). Performance point merupakan estimasi teoritis dimana kapasitas struktur mampu menahan beban lateral akibat gempa (demand) yang diberikan, dimana dapat diketahui tingkat kerusakan struktur berdasarkan perpindahan lateralnya (drift). Berdasarkan ATC-40, tingkat kinerja elemen struktural suatu struktur dalam desain berbasis kinerja dibagi menjadi enam, yaitu: SP 1 Immediate Occupancy SP 2 Damage Control SP 3 Life Safety SP 4 Limited Safety SP 5 Collapse Prevention SP 6 Not Considered point harus memenuhi dua kriteria, yaitu berada pada kurva spektrum kapasitas, dan berada pada kurva demand spectral yang telah direduksi dari keadaan elastis (damping 5%). Capacity spectrum method terbagi menjadi tiga prosedur, yaitu: Prosedur A merupakan aplikasi langsung dari metodologi yang terdapat pada ATC 40, yang merupakan metode analisis Prosedur B metode analisis dengan melakukan penyederhanaan bilinear pada kurva kapasitas Prosedur C merupakan metode grafis, sehingga tepat untuk penyelesaian manual tanpa spreadsheet. 2. Displacement coefficient method metode dengan proses numeric langsung dalam menghitung displacement demnd sehingga tidak perlu konversi kurva kapasitas kedalam koordinat spektral. Gambar 4. Tingkat kinerja struktur METODE PENELITIAN Analisis Statik Non-Linier Pushover Analisis statik non-linier pushover (ATC-40, 1997) merupakan salah satu komponen performance base design yang bertujuan untuk mencari kapasitas suatu struktur. Pada dasarnya, analisis dilakukan dengan memberikan peningkatan beban statik tertentu dalam arah lateral yang nilainya ditingkatkan bertahap secara proposional pada struktur, sehingga mencapai target displacement atau mencapai mekanisme diambang keruntuhan. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui nilai-nilai gaya geser dasar untuk perpindahan lantai atap tertentu. Nilai-nilai yang dapat diketahui tersebut kemudian ditetapkan menjadi suatu kurva kapasitas dari suatu struktur. Berdasarkan ATC-40 terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk menentukan kurva demand, yaitu: 1. Capacity spectrum method Merupakan metode iterasi yang bertujuan untuk menentukan lokasi performance point dengan kapasitas yang ada dan demand yang diminta. Lokasi performance

Pembebanan Pembebanan pada masing-masing tipe struktur mengacu pada Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung 1987. Dimana perhitungan beban hidup ditetapkan sebesar 250 kg/m 2 untuk gedung perkuliahan, serta 100 kg/m 2 untuk beban lantai atap. Respon spektrum gempa didapatkan melalui perhitungan respon spektrum gempa desain yang mengacu pada SNI - 1726 2012. Gambar 5. Diagram alir penelitian Preliminary Design Dalam analisis ini, digunakan Gedung Pendidikan Bersama Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya sebagai objek kajian, dimana gedung ini merupakan gedung 10 lantai yang berfungsi sebagai gedung pendidikan. Gedung dimodelkan secara tiga dimensi ke dalam program SAP 2000v18 menjadi lima model yaitu, Tipe A berupa struktur portal terbuka biasa, Tipe B berupa struktur portal terbuka dengan kombinasi single diagonal brace frame, Tpe C berupa struktur portal terbuka dengan kombinasi X-shape brace frame, Tipe D berupa struktur portal terbuka dengan kombinasi V-shape brace frame, dan Tipe E berupa struktur portal terbuka dengan kombinasi chefron / A-shape brace frame. Mutu bahan yang digunakan dalam pemodelan struktur disesuaikan dengan mutu bahan bangunan eksisiting, yaitu beton dengan mutu K-350, tulangan ulir (fy = 390 Mpa), dan tulangan polos (fy = 240 Mpa). Variasi Parameter Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat lima model yang akan dianalisis dengan metode statik non-linier pushover, yaitu struktur Tipe A, Tipe B, Tipe D, dan Tipe E. Namun untuk dapat mengetahui pengaruh dihilangkannya fungsi dilatasi terhadap struktur, maka akan dilakukan analisis tambahan terhadap Asli dengan Dilatasi (OD) dan Asli Tanpa Dilatasi (OND). Sehingga total terdapat tujuh model yang akan dianalisis dengan analisis statik non-linier pushover. Pemodelan Pemodelan masing-masing tipe struktur dilakukan dengan bantuan program SAP 2000 v18, dimana pemodelan dilakukan secara tiga dimensi untuk mengetahui perilaku struktur. bangunan dimodelkan dengan menghilangkan dilatasi, agar dapat menganalisis perilaku bangunan eksisiting secara utuh. Elemen balok, kolom, plat, dan bresing baja dimodelkan sesuai dengan mutu bahan dan dimensi dari masing-masing elemen struktur eksisiting. Serta pondasi masing-masing struktur dimodelkan dengan tumpuan jepit. HASIL DAN PEMBAHASAN Detail Pemodelan Berdasarkan penjelasan sebelumnya terdapat tujuh model struktur yang akan dianalisis dengan metode statik non-linier pushover, yaitu struktur OD, OND, Tipe A, Tipe B, Tipe D, dan Tipe E. Berikut merupakan pemodelan dari masing-masing jenis struktur pada program SAP2000 v18. Gambar 6. Asli dengan Dilatasi (OD)

Gambar 7. Asli Tanpa Dilatasi (OND) Gambar 9. dengan Single Brace (Tipe B) Dari hasil analisis diketahui bahwa, pada struktur OND terjadi sendi plastis pada kolom yang muncul sebelum struktur mencapai performance point. Munculnya sendi plastis pada kolom akan memicu keruntuhan struktur yang diawali dengan keruntuhan kolom terlebih dahulu. Untuk menghindari hal tersebut maka dilakukan suatu alternatif dengan memperbesar dimensi kolom pada struktur OND. Kolom yang diperbesar yaitu kolom pada portal bagian sayap, dimana dimensi kolom pada portal bagian sayap disamakan dengan dimensi portal pada bagian utama struktur. Perubahan portal yang terjadi pada struktur OND kemudian menghasilkan Tanpa Bresing (Tipe A), yang selanjutnya akan di kombinasikan dengan penambahan bresing baja. Gambar 10. dengan X- Brace (Tipe C) Gambar 11. dengan V- Brace (Tipe D) Gambar 8. Tanpa Bresing (Tipe A) Gambar 12. dengan A- Brace (Tipe E)

Frequensi (siklus/detik) Berat Bangunan (t) Periode Getaran (detik) Penempatan bresing untuk struktur Tipe B, C, D, dan E adalah sebagai berikut: Lokasi Bresing Gambar 12. Posisi bresing pada model struktur Perbandingan Berat Lokasi Bresing Berdasarkan data berat bangunan diatas, maka struktur OND lebih unggul dari struktur jenis lainnnya karena memiliki berat struktur paling kecil, dimana dengan berat struktur yang kecil akan menghasilkan beban gempa yang kecil pula terhadap struktur tersebut, sehingga struktur akan lebih mampu untuk menahan beban gempa. Perbandingan Periode Getar Alami dan Frekuensi Natural Grafik Hubungan Mode Shape dan Periode Getar Alami Tabel 1. Perbandingan Berat Masingmasing Tipe Tipe Berat Total (Kg) OD 20,824,566.80 OND 20,097,222.80 Tipe A 20,269,254.80 Tipe B 20,270,621.72 Tipe C 20,271,988.63 Tipe D 20,271,048.22 Tipe E 20,271,048.22 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 Mode Shape Asli dengan Dilatasi (OD) Asli Tanpa Dilatasi (OND) Tanpa Bresing (Tipe A) dengan Single Brace (Ttipe B) dengan X Brace (Tipe C) dengan V Brace (Tipe D) dengan A Brace (Tipe E) Perbandingan Berat Total Bangunan 210,000 208,000 206,000 204,000 202,000 200,000 198,000 196,000 Jenis Bangunan Asli dengan Dilatasi (OD) Bangunan Asli Tanpa Dilatas (OND) Bangunan Asli Alternatif (Tipe A) Bangunan Alternatif dengan Single Brace (Tipe B) Bangunan Alternatif dengan X Brace (Tipe C) Bangunan Alternatif dengan V Brace (Tipe D) Bangunan Alternatif dengan A Brace (Tipe E) Gambar 13. Perbandingan berat bangunan Berdasarkan gambar 13 dapat dilihat Bangunan Asli dengan Dilatasi (OD) memiliki berat total bangunan paling besar yaitu sebesar 20.824.566,80 kg. Hal ini terjadi karena struktur OD memiliki jumlah kolom lebih banyak, dimana struktur OD memiliki kolom sebanyak 702 buah sedangkan struktur jenis lain hanya memiliki 616 buah kolom. Sedangkan Bangunan Asli Tanpa Dilatasi (OND) memiliki berat total bangunan paling kecil yaitu sebesar 20.097.222,80 kg atau memiliki selisih 727.344 kg dengan Bangunan Asli dengan Dilatasi (OD). Gambar 14. Grafik hubungan mode shape dan periode getar alami 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 Grafik Hubungan Mode Shape dan Frekuensi Natural 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 Mode Shape Asli dengan Dilatasi (OD) Asli Tanpa Dilatasi (OND) Tanpa Bresing (Tipe A) dengan Single Brace (Tipe B) dengan X Brace (Tipe C) dengan V Brace (Tipe D) dengan A Brace (Tipe E) Gambar 15. Grafik hubungan mode shape dan frekuensi natural Frekuensi natural dan periode getar alami struktur memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa keenam tipe struktur yaitu; Tipe OND, Tipe A, Tipe B, Tipe C, Tipe D, Tipe E, secara umum memiliki bentuk grafik yang seragam yang berarti

Gaya Geser Dasar (tf) Tingkat perbedaan frekuensi natural dan periode getar alami antara keenam struktur tersebut tidak terlalu jauh. Namun terjadi perbedaan yang signifikan pada struktur OD, dimana frekuensi natural pada struktur ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan keenam tipe struktur yang lainnya. Ini terjadi akibat struktur OD memiliki berat struktur paling besar diantara struktur jenis lainnya. Dengan frekuensi natural yang kecil berarti struktur OD memiliki kekakuan yang kecil sehingga struktur OD akan memiliki simpangan lateral yang besar pada saat menerima beban lateral, oleh karena itu struktur ini paling tidak diunggulkan dibandingkan keenam struktur lainnya. Perbandingan Kurva Kapasitas dengan Kategori risiko IV) yang digunakan sebagai patokan simpangan struktur. Sehingga berdasarkan uarian diatas struktur Tipe C lebih unggul dibandingkan dengan struktur jenis lainnya karena struktur ini mampu menerima gaya geser dasar paling besar (46.750 tf) untuk menghasilkan drift sebesar 1 % atau (simpangan 0,48 m). Perbandingan Simpangan Antar Lantai Simpangan antar lantai diperhitungkan berdasarkan SNI 1726: 2012 dimana perhitungan simpangan antar lantai dilakukan pada kondisi diambang runtuh (step terakhir dari analisis pushover) pada masing-masing struktur, dimana jumlah step dari masing-masing struktur berbedabeda. 12 Simpangan Antar Lantai Menurut SNI 1726:2012 Asli dengan Dilatasi (OD) Gambar 16. Perbandingan besarnya simpangan akibat gaya geser dasar Perbandingan Gaya Geser Dasar Pada Drift 1 % (Simpanagan 0,48 m) 10 8 6 4 2 0 0.0000 0.2000 0.4000 Simpangan (m) Asli Tanpa Dilatasi (OND) Alternatif Tanpa Bresing (Tipe A) Alternatif dengan Single Brace (Tipe B) Alternatif dengan X Brace (Tipe C) Alternatif dengan V Brace (Tipe D) Alternatif dengan A Brace (Tipe E) 50000 45000 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 46750 45550 43500 43550 40000 37500 37500 Jenis OD OND Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D Tipe E Gambar 18. Perbandingan simpangan antar lantai Pada gambar 18 juga dapat diketahui bahwa struktur Tipe C memiliki keunggulan dibandingkan struktur jenis lainnya karena struktur ini memiliki simpangan antar lantai paling kecil. Serta dapat diketahui pula bahwa semua jenis struktur (OD, OND, Tipe A, Tipe B, Tipe C, Tipe D, dan Tipe E) mengalami keruntuhan dengan pola keruntuhan lantai lunak (soft strorey). Gambar 17. Perbandingan gaya geser dasar pada simpangan 0,48 m Untuk mengetahui peningkatan kemampuan masing-masing struktur untuk menerima gaya geser dasar, maka diambil simpangan sebesar 0,48 m (drift = 1% berdasarkan SNI1726: 2012 untuk bangunan Perbandingan Tingkat Kinerja Berdasarkan Prosedur A dan B ATC 40 Analisis pushover berdasarkan prosedur A dan B dilakukan dengan kurva demand yang berasal dari kelas situs tanah sedang. Perbandingan dari hasil analisis berdasarkan prosedur A dan B disajikan pada tabel berikut.

Daktilitas Tabel 2. Perbandingan Tingkat Pelayanan Berdasarkan Prosedur A dan B ATC 40 Jenis Prosedur A Prosedur B Sa Sd Tingkat Sa Sd g m Kinerja g m Tingkat Kinerja OD 0.16 0.093 B-IO 0.198 0.113 B-IO OND 0.172 0.094 B-IO 0.197 0.116 B-IO Tipe A 0.181 0.099 B-IO 0.206 0.114 B-IO Tipe B 0.18 0.096 B-IO 0.21 0.114 B-IO Tipe C 0.199 0.095 B-IO 0.216 0.113 B-IO Tipe D 0.198 0.098 B-IO 0.214 0.113 B-IO Tipe E 0.198 0.113 B-IO 0.213 0.115 B-IO Berdasarkan data perbandingan diatas, dapat dilihat bahwa prosedur A dan B memiliki hasil analisis dengan karakteristik yang hampir sama. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa berdasarkan analisis prosedur A dan B semua jenis struktur memiliki tingkat kinerja B-IO (Immedite Occupancy) atau segera huni. Dimana struktur Tipe C memiliki tingkat kinerja paling tinggi. Daktilitas Besaran daktilitas dinyatakan dalam suatu faktor, yang merupakan rasio antara defleksi pada kondisi maksimum/ runtuh terhadap defleksi pada saat terjadi kelelehan awal, yang dapat dituliskan dengan persamaan berikut:.(1) Tabel 3. Perbandingan Daktilitas Jenis Δy m Δu m OD 0.08708 0.72614 8.33882 OND 0.12084 0.72653 6.0125 Tipe A 0.078 0.72653 9.31453 Tipe B 0.12332 0.72656 5.89172 Tipe C 0.12281 0.61465 5.00484 Tipe D 0.12262 0.65575 5.34807 Tipe E 0.1229 0.72637 5.91016 μ Perbandingan Daktilitas 10.0000 8.3388 8.0000 6.0000 4.0000 2.0000 0.0000 6.0125 9.3145 5.8917 5.9102 5.0048 5.3481 OD OND Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D Tipe E Gambar 19. Perbandingan simpangan antar lantai Berdasarkan gambar 19 dapat dilihat bahwa struktur Tipe A ( Tanpa Bresing) lebih unggul dibandingkan struktur jenis lain karena struktur Tipe A memiliki daktilitas paling tinggi diantara struktur jenis lain, dimana struktur ini memiliki daktilitas sebesar 9,3145 sehingga dapat dipilih sebagai struktur yang paling tahan terhadap gempa pada wilayah gempa kota malang dengan kelas situs tanah lunak. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku untuk struktur gedung (tanpa dilatasi struktur) dengan variasi bresing baja dengan profil WF 100.50.5.7. Penelitian ini hanya berlaku jika analisis pushover dilakukan dengan kombinasi beban gempa 100% terhadap sumbu lemah struktur dan 30% terhadap sumbu kuat struktur. Berdasarkan hasil analisis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penggunaan X Brace pada struktur alternatif dapat meningkatkan kemampuan struktur untuk menerima gaya geser dasar karena struktur ini mampu menerima gaya geser dasar paling besar (46.750 tf) untuk menghasilkan simpangan 0,48 m (drift sebesar 1 %). Sehingga struktur Alternatif dengan X Brace (Tipe C) merupakan struktur yang paling unggul bila ditinjau terhadap simpangan lateral (drift) struktur. 2. Tingkat pelayanan struktur untuk semua jenis struktur adalah B-IO, sehingga penggunaan variasi bresing baja tidak berpengaruh besar terhadap perubahan tingkat pelayanan struktur 3. Didapatkan periode getar alami yang seragam antara struktur OND, Tipe A, Tipe B, Tipe C, Tipe D, dan Tipe E, sehingga penggunaan variasi bresing tidak berpengaruh besar terhadap periode getar

alami struktur. Namun terjadi perbedaan yang signifikan pada struktur OD, dimana periode getar alami pada struktur ini jauh lebih besar dibandingkan dengan keenam tipe struktur lainnya yang disebabkan karena struktur OD memiliki berat struktur paling besar 4. Penggunaan X Brace pada struktur alternatif (struktur Tipe C) dapat menghasilkan simpangan antar lantai paling kecil dibandingkan dengan penggunaan variasi bresing jenis lainnya 5. Tipe A ( Tanpa Bresing) memiliki daktilitas paling tinggi yaitu sebesar 9.314, sehingga dapat dipilih sebagai struktur yang paling tahan terhadap gempa pada wilayah gempa Kota Malang dengan kelas situs Tanah Sedang (SD). SARAN Adapun saran untuk penelitian selanjutnya adalah: 1. Perlunya pemahaman serta refrensi yang valid mengenai analisis statik non-linier pushover dengan menggunakan program SAP2000 2. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh penggunaan profil baja, serta mutu baja yang berbeda. Apakah akan mempengaruhi tingkat pelayanan dan performance point dari struktur 3. Perlunya data data struktur secara mendetail, sehingga hasil analisis dapat sesuai dengan keadaan sebenarnya 4. Perlunya melakukan pendefinisian lebih mendetail untuk sambungan (joint), serta hinge properties agar memperoleh hasil yang lebih valid. DAFTAR PUSTAKA Applied Technology Council. ATC 40. (1997). Seismic Evaluation and Retrofit of Concrete Building. Volume 1. California. California Seismic Safety Commision. Badan Standardisasi Nasional. (2012). Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Stuktur Bangunan Gedung dan Non-Gedung SNI 1726: 2012. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Badan Standardisasi Nasional. (2014). Baja Tulangan Beton SNI 2052: 2014. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional Budiono & Lucky. (2011). Studi Komparasi Desain Bangunan Tahan Gempa Dengan Menggunakan SNI 03-1726-2002 dan RSNI 03-1726-201x. Bandung: Penerbit ITB. Febriana. A. (2016). Analisis Pushover Untuk Performance Based Design (Studi Kasus Gedung D Program Teknologi Informasi dan Komputer Universitas Brawijaya). Malang. Federal Emergency Management Agency. (2006). Techniques for the Seismic Rehabilitation of Existing Buildings, FEMA. Edition 547. Oktober.Washington: ASCE. Park, R. (1988). Ductility Evaluation from Labolatory and Analytical Testing. Proceeding of Ninth World Conference on Earthquake Engineering: 605-616. Tokyo- Kyoto: Ninth World Conference on Earthquake Engineering. Park, R., & Paulay, T. (1975). Reinforced Concrete Structures. New York, USA: John Wiley & Sons. Inc. Paulay, T., & Priestley, M. J. (1992). Seismic Design of Reinforced Concrete and Masonry Buildings. New York, USA: John Wiley & Sons Inc. Safarizky. H. A. (2012). Evaluasi Penggunaan Bresing Baja Dalam Meningkatkan Kinerja Beton Tahan Gempa (Studi Kasus: Gedung V Fakultas Teknik UNS). Surakarta. Taranath, B. S. (1998). Steel, Concrete, and Composite Design for Tall Buildings. USA: McGraw-Hill.