BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang telah diterapkan terdapat masalah klasik yang sulit dipecahkan. Data-data

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, memberi Dana Bantuan Operasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembukaan UUD 1945 menyatakan dengan tegas bahwa mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kepribadian manusia. Pada intinya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan esensi dari sebuah pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Namun kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan setiap individu menjadi warga negara yang berkepribadian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak. negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi adalah mahasiswa yang rata-rata masuk perguruan tinggi pada

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya untuk mencerdaskan bangsa salah satunya adalah dengan pendidikan. Suatu bangsa kehidupannya akan maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas. Penyelenggaraan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan pendidikan yang hendak dicapai berdasarkan pembangunan nasional yang hakekatnya dilaksanakan oleh bangsa Indonesia meliputi seluruh bidang kehidupan. Salah satu bidang pendidikan yang diajarkan di sekolah adalah mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi. Dalam kenyataannya, PKn sering dikatakan sebagai mata pelajaran yang membosankan, tidak menarik, penuh dengan teori dan sebagainya. Perspektif mengenai mata pelajaran PKn yang membosankan dapat semakin kuat apabila guru kurang menerapkan pembelajaran yang membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga yang terjadi adalah minimnya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar dan kecerdasan siswa kurang terasah. Apabila dibiarkan maka fungsi pendidikan tidak dapat tercapai.

2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat (1) menyebutkan bahwa: bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Selanjutnya dalam Bab II Pasal 3 Undang-Undang tersebut dinyatakan Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam kutipan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 dan Pasal 3 di atas, hal tersebut sesuai dengan tujuan Negara Republik Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, dan pendidikan merupakan alat untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, dalam tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan, khususnya tujuan pendidikan menengah, dinyatakan bahwa tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam pembelajaran di sekolah, banyak usaha yang ditempuh oleh guru PKn agar mata pelajaran PKn menarik ataupun tidak memberikan kesan membosankan. Dewasa ini, banyak strategi pembelajaran yang telah dicoba oleh

3 guru, salah satunya adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Adanya berbagai metode pembelajaran tak lain untuk menggugah semangat belajar dan meningkatkan kecerdasan siswa. Namun diantara beberapa metode, rata-rata guru menerapkan metode pembelajaran ceramah murni. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sundawa (2005:340), bahwa: Di lapangan menunjukkan bahwa sebagian guru PKn dalam proses belajar mengajar (PBM) terbatas pada penggunaan metode ceramah dan tanya jawab, sementara itu dilihat dari substansi materinya, kelemahan umum dalam meningkatkan mutu pendidikan terbatas pada proses pembelajaran mata pelajaran PKn yang selama ini masih terpengaruh oleh proses indoktrinasi, padahal dalam proses pembelajaran PKn memerlukan keterlibatan siswa secara aktif dalam pengembangan berpikir kritis. Dari kutipan di atas, apabila dalam proses pembelajaran siswa tidak dilibatkan secara aktif, maka kemampuan siswa dalam berpikir tentu tidak akan berkembang. Untuk itu, diperlukan adanya strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan motivasi belajar siswa. Menurut Sardiman (2007:75) motivasi belajar memiliki peranan khas dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Peserta didik yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Jika hal ini terus berlanjut, tentu dapat berpengaruh buruk dalam pembelajaran. Sedangkan A. Kosasih Djahiri (1985:28), menyatakan bahwa guru harus memiliki strategi yang merupakan sejumlah metode atau cara atau pola dalam mencapai atau melaksanakan sesuatu dalam mengerjakan sesuatu.

4 Nana Sudjana (1989:8) memandang bahwa guru dalam proses belajar mengajar berperan sebagai pembimbing, pemimpin, dan fasilitator belajar peserta didik, sebagaimana dikemukakannya bahwa : Titik berat peranan guru bukan sebagai pengajar, melainkan sebagai pembimbing belajar, atau pemimpin belajar, atau fasilitator belajar. Dikatakan pembimbing karena dalam proses tersebut guru memberikan bantuan kepada siswa agar siswa itu sendiri yang melakukan kegiatan belajar. Dikatakan pemimpin belajar sebab guru yang menentukan kemana kegiatan siswa akan diarahkan. Dan dikatakan sebagai fasilitator sebagai guru harus menyediakan fasilitas setidak-tidaknya menciptakan kondisi lingkungan yang dapat menjadi sumber bagi siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Ini berarti bahwa, inti proses mengajar adalah menumbuhkan kegiatan siswa belajar. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nana Sudjana di atas, salah satu usaha guru dalam menjalankan perannya adalah dengan menerapkan pembelajaran aktif yang berorientasi kepada siswa, dimana aktivitas pembelajaran dipusatkan pada siswa (student centered) yang mengembangkan keterampilan berpikir agar kecerdasannya terasah. Menurut Arends, bahwa Problem Based Learning (PBL) membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah, mempelajari peran-peran orang dewasa dan menjadi pelajar yang mandiri. Seiring dengan berkembangnya zaman, yang ditandai dengan kecanggihan teknologi, kemudahan berkomunikasi, akses informasi yang tanpa batas, siswa pada masa kini pun dituntut untuk peka terhadap masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat. Tak jarang, guru pun selalu menyajikan masalah yang ada di masyarakat untuk materi pembelajaran agar siswa dapat memberikan suatu solusi atau pemecahan masalah.

5 Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn SMAN 1 Kota Bandung, bahwa masalah yang dihadapi dalam pembinaan karakter cerdas siswa di SMAN 1 Kota Bandung adalah kurangnya minat membaca siswa, beberapa siswa yang pasif, dan kurangnya rasa disiplin siswa, misalnya malasnya siswa dalam mengerjakan tugas. Hal ini menurut guru PKn SMAN 1 Kota Bandung dikarenakan adanya pengaruh dari lingkungan, baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan pertemanannya. Guru PKn SMAN 1 Kota Bandung pun menambahkan, bahwa dalam pembelajaran PKn, siswa lebih menyukai proses pembelajaran yang materinya berhubungan atau dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Adanya berbagai metode dan model pembelajaran tak lain untuk menggugah semangat siswa belajar, untuk membantu siswa agar lebih memahami materi pembelajaran yang diberikan oleh guru, meningkatkan kegiatan belajar siswa di dalam kelas dan tentunya kecerdasan siswa semakin terasah. Dari hal tersebut, tampaknya model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model yang tepat. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka mendorong peneliti untuk mengkaji lebih dalam tentang: Pembelajaran Aktif Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Untuk Membina Karakter Cerdas Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif di SMAN 1 Kota Bandung).

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah Bagaimana penerapan pembelajaran aktif berbasis masalah (problem based learning) membina karakter cerdas siswa?. Sedangkan sub-sub masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan pembelajaran aktif berbasis masalah (problem based learning) untuk membina karakter cerdas siswa? 2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam pembelajaran aktif berbasis masalah (problem based learning) untuk membina karakter cerdas siswa? 3. Apa saja upaya-upaya yang dilakukan guru dan siswa dalam mengatasi kendala pembelajaran aktif berbasis masalah (problem based learning) untuk membina karakter cerdas siswa? 4. Bagaimana dampak penerapan pembelajaran aktif berbasis masalah (problem based learning) terhadap karakter cerdas siswa? C. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas bagaimana penerapan pembelajaran aktif berbasis masalah (problem based learning) untuk membina karakter cerdas siswa. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk menggali, mengkaji, dan mengorganisasikan informasi-argumentasi tentang:

7 1. Penerapan pembelajaran aktif berbasis masalah (problem based learning) untuk membina karakter cerdas siswa. 2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam pembelajaran aktif berbasis masalah (problem based learning) untuk membina karakter cerdas siswa. 3. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam pembelajaran aktif berbasis masalah (problem based learning) untuk membina karakter cerdas siswa. 4. Dampak dari penerapan pembelajaran aktif berbasis masalah (problem based learning) terhadap karakter cerdas siswa. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara keilmuan (teoritik) maupun secara empirik (praktis). Secara keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat menggali, mengkaji dan mengorganisasikan mengenai pembelajaran aktif berbasis masalah (problem based learning) untuk membina karakter cerdas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, yang diharapkan dapat memberikan konsep-konsep baru dan sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan terutama dalam pengembangan model pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu, hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi keilmuan terhadap pendidikan dan pengajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui pembelajaran aktif berbasis masalah (problem based learning).

8 Secara praktis, diharapkan dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran bagi pihak-pihak berikut : 1. Siswa Diharapkan dengan diterapkannya pembelajaran aktif berbasis masalah (problem based learning) dapat membina karakter cerdas siswa. Dengan ditandai adanya kepekaan terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat dan dapat memberikan pemecahan terhadap masalah tersebut. 2. Guru Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu guru dalam mengatasi kesulitan dalam pembelajaran. Serta dapat menambah wawasan, keterampilan dan teknik mengajar guru agar proses pembelajaran ke depannya dapat lebih baik. 3. Sekolah Memberi masukan bagaimana penerapan pembelajaran aktif berbasis masalah (problem based learning) yang baik, sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran khususnya Pendidikan Kewarganegaraan. 4. Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Diharapkan pembelajaran aktif berbasis masalah (problem based learning) menjadi salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dalam kegiatan belajar pembelajaran bagi mahasiswa PKn sebagai persiapan menjadi guru PKn di lapangan nantinya.

9 5. Penulis Memperluas wawasan dan memperoleh pengalaman mengenai model pembelajaran aktif berbasis masalah (problem based learning) untuk membina karakter cerdas siswa. E. Penjelasan Istilah Dalam melaksanakan penelitian ini agar masalah yang dikemukakan peneliti tidak terjadi salah penafsiran, maka peneliti perlu menjelaskan judul dari skripsi, sebagai berikut: 1. Pembelajaran Aktif Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut. Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: a. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas. b. Siswa tidak hanya mendengarkan materi secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran. c. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi pembelajaran. d. Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi. e. Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.

10 2. Problem Based Learning Esensi Problem Based Learning (PBL) berupa menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan (Arends, 2008:41). 3. Membina Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, membina adalah mengurus, memelihara dsb. Ada juga yang mengartikan bahwa membina adalah membangun, mendirikan, dan mengusahakan agar menjadi lebih baik. Dan yang dimaksud kemampuan membina adalah kemampuan seseorang guru untuk membina dan mengembangkan bakat siswanya. 4. Karakter Cerdas Prayitno (Budimansyah, 2010:33) mengemukakan bahwa kecerdasan sendiri didefinisikan sebagai kemampuan memanipulasi unsur-unsur kondisi yang dihadapi untuk sukses mencapai tujuan. Karakter cerdas diawali oleh suatu pandangan bahwa setiap individu memiliki kecerdasan dalam taraf tertentu yang tercermin dari perilakunya yang aktif, objektif, analitis, aspiratif, kreatif dan inovatif, dinamis dan antisipatif, berpikir terbuka dan maju, serta mencari solusi. Kecerdasan tersebut diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, dan pertahanan keamanan, serta dalam berbagai wilayah kehidupan pribadi, keluarga, sosial, kewarganegaraan, dan global, 5. Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (Sumantri, 2001:299).

11 Winataputra (Budimansyah, 2010:111) mengemukakan bahwa civics atau kewarganegaraan sebagai suatu studi tentang pemerintahan yang dilaksanakan di sekolah, yang merupakan mata pelajaran tentang bagaimana pemerintahan demokrasi dilaksanakan dan dikembangkan, serta bagaimana warga negara seyogyanya melaksanakan hak dan kewajibannya secara sadar dan penuh rasa tanggung jawab. Civic education/citizenship education merupakan program pembelajaran yang memiliki tujuan utama mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sehingga peserta didik menjadi warga negara yang baik, melalui pengalaman belajar yang dipilih dan diorganisasikan atas dasar konsep-konsep ilmu politik. Dalam pengertian lain, civic education juga dinilai sebagai nurturant effects atau dampak pengiring dari berbagai mata pelajaran di dalam maupun di luar sekolah dan sebagai dampak pengiring dari interaksi antar manusia dalam kehidupan sehari-hari, yang berkenaan dengan pengembangan tanggung jawab warga negara. (Budimansyah, 2010:111-112) F. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Ali (1984) menyebutkan bahwa, metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh pengetahuan atau memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, Sugiono (2011:9) menyatakan bahwa: Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme, sedangkan untuk meneliti pada objek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi. Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasari oleh peneliti ingin mengetahui secara keseluruhan dan alamiah mengenai bagaimana pembelajaran aktif berbasis masalah (problem based learning), selain itu pemilihan pendekatan ini juga berdasarkan permasalahan yang dikaji dalam

12 penelitian ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik suatu situasi, kondisi objek bidang kajian pada suatu waktu secara akurat. Tujuan metode deskriptif adalah memperlihatkan keberadaan suatu fenomena yang ada, misalnya dengan menggunakan sensus, sosial ekonomi penduduk, potensi pendidikan dan lainnya (Danial, 2009:62). 2. Teknik Penelitian Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini cukup variatif, antara lain : a. Observasi, dalam bahasa Indonesia sering digunakan istilah pengamatan. Alat ini digunakan untuk mengamati dengan melihat, mendengarkan, merasakan, mencium, mengikuti, segala hal yang terjadi dengan cara mencatat atau merekam segala sesuatunya tentang orang atau kondisi suatu fenomena tersebut (Danial, 2009:77) b. Wawancara, adalah teknik mengumpul data dengan cara mengadakan dialog, tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh (Danial, 2009:71). Dalam penelitian ini, metode wawancara digunakan untuk memperoleh informasi dari guru mengenai bagaimana pembelajaran aktif berbasis masalah (problem based learning) diterapkan dan bagaimana komentar siswa dalam menerima pembelajaran aktif berbasis masalah (problem based learning).

13 c. Angket. Pengertian angket menurut Arikunto (2006 : 151) adalah Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memeproleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Angket dalam penelitian ini digunakan hanya kepada siswa. Angket digunakan untuk mengukur karakter cerdas siswa, bentuk dari angket ini berupa semantik diferensial. d. Studi dokumentasi, adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb (Danial, 2009:79). e. Studi kepustakaan, adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet, yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian (Danial, 2009:80). G. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi adalah tempat dimana penelitian berlangsung, lokasi dalam penelitian ini adalah SMAN 1 Kota Bandung, yang beralamatkan di Jalan Ir. H.Juanda Nomor 93, Bandung. 2. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 1 Kota Bandung dan guru mata pelajaran PKn SMAN 1 Kota Bandung.