II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Peternakan adalah kegiatan usaha dalam memanfaatkan kekayaan alam biotik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal hal

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. pendekatan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain :

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

PENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas.

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak

BAB I PENDAHULUAN. yang strategis karena selain hasil daging dan bantuan tenaganya, ternyata ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kambing merupakan ternak kecil pemakan rumput yang dapat dibedakan. menjadi tiga yaitu : potong, perah dan penghasil bulu.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Domba. karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981).

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

EKONOMI. Oleh Soedjana dan Atien Priyanti

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG, KACANG HIJAU DAN SAPI DALAM MODEL KELEMBAGAAN PETANI, PERMODALAN DAN PEMASARAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

PENDAHULUAN. akan protein hewani berangsur-angsur dapat ditanggulangi. Beberapa sumber

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

2. TINJAUAN PUSTAKA. π = f (Py; Pxi; ;Pzj)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kambing Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak perkelahiran sering lebih dari satu ekor, jarak antar kelahiran pendek dan pertumbuhan anaknya cepat. Selain itu, kambing memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi agroekositem suatu tempat (Sarwono (b), 2007). Kambing tergolong hewan memamah biak, berkuku genap dan bertanduk sepasang menggantung. Ternak kambing mampu memanfaatkan sumber makanan bermutu rendah menjadi makanan bergizi tinggi seperti daging dan susu (Sarwono (a), 1991). Kambing memiliki sifat yang cenderung tidak suka bergerombol, hewan yang cerdik dan mudah merasa kesepian, periang, suka bermain dan suka merusak tanaman. Kambing lebih suka makan pada pagi dan sore hari. Perlakuan yang baik pada saat perawatan dan pemeliharaan ternak akan berdampak pada proses pertumbuhan dan perkembangannya (Sumoprastowo, 1997). Populasi kambing terbanyak dan tersebar luas di Indonesia adalah kambing lokal atau kambing kacang. Meskipun populasi ternak kambing yang berkembang di Indonesia terdiri dari banyak jenis (ras), tetapi dalam pemeliharaannya hanya dapat dibedakan untuk tiga tujuan yaitu, penghasil daging (kambing potong), penghasil susu atau gabungan keduanya (Mulyono dan Sarwono, 2007).

2.2. Potensi Ternak Kambing Nilai ekonomi, sosial dan budaya yang diberikan kambing sangat nyata yaitu dapat menyumbangkan 14 25% dari total pandapatan keluarga petani. Peranan kambing sebagai ternak potong dalam upacara agama atau adat merupakan sumbangan terhadap ketahanan budaya bangsa dan status sosial peternak. Potensi kambing untuk agribisnis belum banyak dilirik orang karena belum memperhatikan peluang pasar. Sistem penjualan ternak masih didasarkan atas kebutuhan uang tunai, sehingga pengelolaan ternak yang dilakukan tidak menjamin kontinuitas pendapatan dan sulit meramalkan ketersediaan ternak sebagai barang dagangan (Mulyono dan Sarwono, 2007). Dalam skala agribisnis, peluang meningkatkan potensi ternak kambing masih cukup besar. Kambing cukup potensial dikembangkan sebagai ternak pedaging karena calving interval (jarak beranak) pendek. Pada umur 1-2 tahun anak kambing sudah bisa dipotong untuk dikonsumsi dagingnya. Agar pengelolaan ternak dapat memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan maka pakan ternak, kandang, perkembangbiakan, kesehatan, ketersediaan bibit, kondisi lingkungan setempat, dan permintaan pasar perlu diperhatikan (Mulyono dan Sarwono, 2007). 2.2.1. Potensi Ekonomi Ternak Kambing Kambing memiliki potensi ekonomi yang baik, antara lain : a. Mempunyai badan yang relatif kecil dan pertumbuhan yang cepat sehingga tingkat reproduksi dan produksi lebih tinggi b. Modal usaha (uang) cepat berputar karena pamasarannya mudah c. Ternak kambing tidak memerlukan lahan yang luas, apalagi dapat dilakukan kemitraan dengan pihak pengadaan pakan hijauan

d. Ternak kambing suka bergerombol, sehingga dalam hal tenaga kerja, sistem pengembalaan akan lebih efisien e. Proses perkembangbiakan dapat diatur (terpola) karena betina/induk dapat dilakukan penjadwalan birahi/estrus f. Skala usaha pembibitan kambing yang dianjurkan adalah 8-12 ekor induk dengan harapan setiap kali melahirkan akan diperoleh anak sapih sekitar 12-18 ekor (Mulyono, 1998). 2.2.2. Sistem Pemelihataan Ternak Kambing Beternak kambing dapat dilakukan secara tradisional, semi-intensif dan intensif. Dari ketiga sistem tersebut semuanya baik untuk dilakukan, tergantung kondisi lahan, tujuan usaha, ketersediaan dana dan keterampilan mengelola ternak. Bila tujuan beternak kambing untuk dijadikan mata pencaharian sistem yang paling tepat adalah sistem intensif. Namun, bila tujuan beternak sekedar untuk usaha sambilan, sistem semi intensif atau tradisional cukup memadai (Mulyono dan Sarwono, 2007). Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari beternak kambing. Namun, pengembangannya sebagai salah satu ternak potong masih banyak mengalami hambatan karena pemeliharaan kambing masih dilakukan secara tradisional. Pemeliharaan kambing secara tradisonal kurang menguntungkan karena tidak dapat diharapkan berproduksi secara maksimal (kambing tetap kecil dan kurus) karena tidak adanya pengawasan yang baik tentang makanan, baik jumlahnya maupun kualitasnya. Perhatian terhadap mutu bibit juga kurang (tanpa seleksi yang baik) dan tingkat kematian karena penyakit sangat tinggi. Padahal, apabila pemeliharaannya

dilakukan secara intensif sebagai ternak pedaging berat badan kambing dapat meningkat 150gr/ekor/hari (Siregar, 1994). 2.2.3. Beberapa Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Usahaternak Kambing Dalam usahaternak kambing ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain : a. Kandang Kambing Kandang berfungsi untuk memudahkan dalam pemeliharaan ternak seharihari seperti pemberian pakan dan minuman, pengendalian penyakit serta vaksinasi. Kandang juga dapat menghemat pemakaian tempat untuk pemeliharaan, membantu memudahkan pengumpulan dan pembersihan kotoran (Sarwono (b), 2007). b. Pembibitan Tujuan pemilihan/seleksi bibit adalah mendapatkan kambing yang memiliki sifat unggul seperti, tingkat kesuburannya tinggi dimana dalam 2 tahun mampu beranak 3 kali, kemungkinan melahirkan anak kembar lebih dari 50% dan setiap kelahiran lebih dari 2 ekor, kecepatan pertumbuhan baik, memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan sehingga tidak mudah terserang penyakit dan angka kematian yang rendah terutama pada anak kambing yang masih kecil dan pada induk saat melahirkan (Cahyono, 1998). c. Pakan Untuk Kambing Mutu makanan yang diberikan pada ternak kambing akan menentukan tingkat produktifitasnya. Oleh karena itu penyediaan pakan harus memperhatikan mutu disamping kuantitasnya. Mutu makanan dimaksud adalah kandungan zat gizi yang terdapat dalam bahan makanan (Rangkuti dkk, 1991).

d. Perawatan Ternak dan Sanitasi lingkungan Tujuan beternak kambing adalah untuk menghasilkan daging, susu, bulu, kulit dan hasil lainnya. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan pengelolaan ternak yang baik dalam hal memilih calon induk, menentukan usia kambing, menentukan masa perkawinan, merawat kambing bunting, menangani kelahiran anak kambing, penanganan masa laktasi dan penanganan induk/anak lepas sapih (Sarwono (b), 2007). e. Pengendalian Penyakit Kambing Kesehatan ternak sangat menentukan keberhasilan usaha peternakan. Oleh karena itu menjaga kesehatan ternak harus menjadi prioritas utama disamping kualitas makanan ternak dan tatalaksana yang memadai (Murtidjo, 1993). 2.2.4. Produktifitas Ternak Kambing Produktifitas adalah kemampuan ternak kambing untuk menghasilkan produksi dari tiap periode yang ditentukan. Produktifitas yang diamati meliputi : a. Jumlah anak lahir/liter size (ekor/kelahiran/tahun), yaitu jumlah ternak kambing yang lahir dari setiap induk dari kelahiran periode terakhir atau per tahun. b. Pertambahan berat anak kambing atau PBB (Kg/hari), merupakan pertambahan berat kambing dari lahir sampai berumur < 6 bulan, kemudian antara 6-12 bulan sampai dewasa (>12 bulan). c. Periode antara 2 kelahiran/calving interval adalah lama periode antara kelahiran terakhir dengan kelahiran sebelumnya yang dihitung dalam bulan. d. Tingkat kematian ternak kambing (%/tahun), dalam hal ini dihitung seluruh ternak kambing yang mati dan dibandingkan dengan jumlah populasi awal tahun dan kelahiran dalam satu tahun dari setiap peternak sampel (Sarwono (b), 2007).

2.3. Landasan Teori Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi. Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993). Analisis usahaternak kambing sangat penting sebagai kegiatan rutin suatu usahaternak komersial. Dengan adanya analisis usaha dapat dievaluasi dan mencari langkah pemecahan berbagai kendala, baik usaha untuk mengembangkan, rencana penjualan maupun mengurangi biaya-biaya yang tak perlu (Murtidjo, 1993). Usahaternak kambing telah memberi kontribusi dalam peningkatan pendapatan keluarga peternak. Peningkatan pendapatan keluarga peternak kambing tidak dapat dilepaskan dari cara mereka menjalankan dan mengelola usahaternaknya yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah faktor sosial dan faktor ekonomi (Soekartawi (c), 1995). Para petani yang berusia lanjut biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Petani ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru (Soekartawi (e), 2002). Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan keterampilan/pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja (Ahmadi, 2003).

Seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mampu memanfaatkan potensi didalam maupun diluar dirinya dengan lebih baik. Orang itu akan menemukan pekerjaan yang paling tidak setara dengan pendidikannya (Soekartawi (d), 1996). Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh terhadap penerimaan inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman diukur mulai sejak kapan peternak itu aktif secara mandiri mengusahakan usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian (Fauzia dan Tampubolon, 1991). Semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat pula beban hidup yang harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Keluarga yang memiliki sebidang lahan tetap saja jumlahnya semakin sempit dengan bertambahnya anggota keluarga sementara kebutuhan akan produksi terutama pangan semakin bertambah (Daniel, 2002). Tingkat kosmopolitan adalah tingkat keterbukaan peternak terhadap dunia luar yang selanjutnya akan memberikan inovasi baru bagi para petani dalam menjalankan usahataninya. Tingkat kosmopolitan diukur berdasarkan perkembangan inovasi baru antara lain media elektronik, media cetak dan banyaknya melakukan kunjungan ke luar daerah tinggal atau keluar desa dalam rangka memasarkan usahatani mereka serta memperoleh pendidikan dan informasi mengenai inovasi pertanian (Fauzia dan Tampubolon, 1991). Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan akhirnya mempengaruhi efisien tidaknya suatu usaha pertanian. Makin luas lahan pertanian maka lahan semakin tidak efisien, karena pemikiran untuk mengupayakan lahan secara efisien semakin berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit, upaya

pengawasan terhadap pemakaian faktor produksi semakin baik sehingga lebih efisien. Meskipun demikian, luasan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula (Soekartawi (a), 1989). Menurut Soekartawi (1995), bahwa pendapatan usahaternak kambing sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak kambing maka semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh. Tujuan pokok dari sebuah usahatani keluarga adalah untuk memperoleh hasil setinggi mungkin guna mencukupi kebutuhan hidup keluarga terlebih dahulu, kemudian mencukupi kebutuhan bagi pelaksanaan usahataninya dan pembentukan modal. Maka selain berusahatani peternak juga memiliki usahatani lain untuk mendukung usahanya (Tohir, 1991). Faktor produksi (input) sering disebut dengan korbanan produksi, karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi. Macam faktor produksi, jumlah dan kualitasnya perlu diketahui oleh seorang produsen dalam menghasilkan suatu produk/output (Soekartawi (b), 1994). Lahan pertanian diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usahatani. Disamping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tanah perlu diperhatikan seperti tingkat kesuburan tanah, lokasi, topografi, status kepemilikan tanah dan faktor lingkungan. Nilai atau harga tanah dengan status milik lebih mahal bila dibandingkan dengan lahan yang bukan milik. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan akhirnya mempengaruhi efisien tidaknya suatu usaha pertanian (Soekartawi (a), 1989).

Modal dibedakan menjadi dua, yaitu modal tetap dan modal tidak tetap. Modal tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi berlaku dalam jangka waktu yang relatif pendek dan tidak berlaku untuk jangka panjang, seperti tanah, bangunan dan mesin-mesin. Modal tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali proses, misalnya biaya bibit, obat-obatan atau gaji tenaga kerja. Besar kecilnya modal yang digunakan dalam usaha pertanian tergantung pada skala usaha, macam komoditas dan tersedianya kredit (Soekartawi (b), 1994). Tenaga kerja merupakan alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Tenaga kerja berkaitan erat dengan konsep penduduk, dalam hal ini pengertian tenaga kerja adalah semua penduduk usia kerja (15-64 tahun) yakni penduduk yang potensial dapat bekerja dan yang tidak bekerja tetapi siap untuk bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan (Rusli, 1993). Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja pria, wanita dan tenaga kerja anak-anak yang berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Satu hari kerja setara pria (1 HKP) menggunakan jumlah jam kerja selama 8 jam dengan standart : Tenaga kerja pria dewasa >15 tahun = 1 HKP Tenaga kerja wanita dewasa >15 tahun = 0,8 HKP Tenaga kerja anak-anak 10-15 tahun = 0,5 HKP (Hernanto, 1993). Produksi adalah sejumlah hasil dalam satu lokasi dan waktu tertentu. Satuan dari produksi adalah satuan berat. Hasil merupakan keluaran (output) yang diperoleh dari pengelolaan input produksi atau sarana produksi dari suatu usahatani. Produksi

juga merupakan fungsi tanah, modal, tenaga kerja dan manajemen sebagai suatu kesatuan yang mutlak diperlukan dalam proses produksi atau usahatani (Daniel, 2002). Penerimaan usahaternak meliputi penjualan ternak dan hasil ikutannya, produk yang sudah dikonsumsi dan yang diberikan selama kegiatan, dan kenaikan nilai inventaris dan jasa yang lain. Pengeluaran usahaternak terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap baik secara tunai maupun kredit (Aritonang, 1993). Pengeluaran usahatani terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang dihasilkan banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh, misalnya bunga modal, sewa tanah dan pajak. Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, misalnya biaya untuk sarana produksi (ransum, obat dan upah). Pendapatan yang diterima dalam usahatani antara lain pendapatan bersih dan pendapatan keluarga. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan (Soekartawi (c), 1995). 2.4. Kerangka Berpikir Bertani merupakan pekerjaan utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan. Disamping kegiatan bercocok tanam, petani memelihara ternak sebagai usaha tambahan untuk memanfaatkan kelebihan tenaga kerja keluarga. Ternak merupakan komponen penting dalam sistem usahatani yang ditangani para petani secara keseluruhan. Kegunaan ternak dalam sistem usahatani total ini antara lain sebagai sumber pupuk kandang yang baik, sumber uang tunai

apabila diperlukan sewaktu waktu dan untuk tenaga kerja seperti sapi atau kerbau dimana tenaganya dapat dimanfaatkan untuk mengolah lahan pertanian. Usahaternak kambing sistem tradisional adalah kegiatan pemeliharaan ternak kambing dimana campur tangan peternak terhadap ternak peliharaannya hampir tidak ada. Pemberian pakannya hanya sekedar saja tanpa memperhitungkan standart gizi. Kambing dilepas begitu saja untuk mencari makan sendiri. Tata laksana pemeliharaannya tidak terprogram dengan baik dan kandangnya hanya dibuat sekedar tempat berlindung pada saat siang dan malam hari. Dalam melaksanakan usahaternak kambingnya, peternak berfungsi sebagai pembuat keputusan yang berusaha mengambil keputusan yang efektif dan efisien dalam menjalankan dan mengelola usahaternaknya. Karakteristik sosial ekonomi peternak (umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah tanggungan, tingkat kosmopolitan, luas kandang, jumlah ternak, jumlah investasi, total penerimaan produksi dan total biaya produksi) dapat mempengaruhi peternak dalam mengambil keputusan yang dapat memberikan keuntungan bagi usahaternaknya. Peternak berusaha untuk mengalokasikan faktor produksi (lahan, modal dan tenaga kerja) seefisien mungkin untuk memperoleh hasil dan keuntungan maksimal. Proses pemeliharaan ternak juga perlu diperhatikan seperti perkandangan, seleksi bibit, pemberian pakan dan minum, kebersihan ternak dan obat-obatan. Pendapatan peternak dipengaruhi oleh faktor permintaan dan harga jual. Harga akan naik ketika permintaan terhadap suatu komoditi meningkat, apabila harga naik maka permintaan akan menurun. Penerimaan akan diperoleh peternak tergantung pada jenis usahaternaknya baik sebagai ternak potong atau perah. Pada umumnya peternak menjual kambing

yang telah dewasa, mereka akan menjual ternaknya ketika mereka membutuhkan uang tunai untuk keperluan keluarganya. Pendapatan bersih usahaternak kambing diperoleh dari hasil pengurangan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi/pemeliharaan. Pendapatan keluarga diperoleh dengan menjumlahkan nilai total tenaga kerja dalam keluarga dengan pendapatan bersih usahaternak kambing. Pendapatan keluarga usahaternak kambing diperoleh dari penjumlahan pendapatan bersih usahaternak kambing dengan nilai tenaga kerja dalam keluarga peternak kambing. Total pendapatan keluarga merupakan pendapatan yang diperoleh keluarga peternak dari hasil usahaternak kambingnya ditambah dengan pendapatan yang diterima peternak dari usahaternak lain selain ternak kambing dan pendapatan yang diperoleh peternak dari non usahaternak.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam skema kerangka pemikiran dibawah ini: Karakteristik Sosial Peternak Kambing : Umur Tingkat Pendidikan Lama Beternak Jumlah Tanggungan Tkt. Kosmopolitan Usahaternak Kambing Sistem Tradisional Karakteristik Ekonomi Peternak Kambing : Jumlah Ternak Luas kandang Jumlah Investasi Total Penerimaan Total Biaya Produksi Faktor Produksi Proses Produksi/ Pemeliharaan Produksi Harga Jual Biaya Produksi Penerimaan Pendapatan Bersih Usahatenak Kambing Nilai TKDK Pendapatan Keluarga Pendapatan Usahaternak Lain Dan Pendapatan Non Usahaternak Total Pendapatan Keluarga Keterangan : : menyatakan hubungan Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Analisis Pendapatan dan Karakteristik Sosial Ekonomi Usahaternak Kambing

2.5. Hipotesis Penelitian 1. Terdapat hubungan antara karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah tanggungan dan tingkat kosmopolitan) peternak kambing dengan pendapatan bersih dari usahaternak kambing. 2. Terdapat hubungan antara karakteristik ekonomi (luas kandang, jumlah ternak, jumlah investasi, total penerimaan dari usahaternak kambing dan total biaya produksi) peternak kambing dengan pendapatan bersih dari usahaternak kambing. 3. Terdapat hubungan jumlah pendapatan diluar usahaternak kambing dengan jumlah ternak kambing.