ANALISIS PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KENTANG DI KABUPATEN KARO

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS USAHATANI BELIMBING (Averhoa carambola) (STUDI KASUS : DESA NAMORIAM KECAMATAN PANCUR BATU, KABUPATEN DELI SERDANG)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables), buah (fruits),

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Tahun Bawang

III. METODE PENELITIAN. banyak membahas mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Belitung Timur Propinsi Bangka

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

ANALISIS EKONOMI USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI MELON

FAKTOR PENENTU PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH DI KECAMATAN BULU DAN TLOGOMULYO, KABUPATEN TEMANGGUNG ABSTRAK

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH LAHAN SEMPIT DIBANDINGKAN DENGAN LAHAN LUAS

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PRODUKSI USAHATANI CABAI (Kasus Kelurahan Tiga Runggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun)

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sayuran.sayuran berperan penting karena mengandung berbagai

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

BAB IV. METODE PENELITIAN

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hortikultura atau tanaman sayuran adalah komoditi pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai komoditas ekspor dan bahan baku industri pangan. Prioritas pengembangan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KAKAO DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Kata kunci: Tanaman kakao, Produktifitas dan fungsi produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KINERJA DAN PROSPEK SWASEMBADA KEDELAI DI INDONESIA. Muhammad Firdaus Dosen STIE Mandala Jember

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI CABAI MERAH (Kasus : Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN. sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI JAGUNG DI KABUPATEN SUMENEP

IV METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

Transkripsi:

WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.1 JAN-JUNI 2014 ISSN : 2089-8592 ANALISIS PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KENTANG DI KABUPATEN KARO Diah Wiyani Budiwan, Parlindungan Purba, Syarifa Mayly B.Dachban Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNIVA Jl.S.M. Raja KM 5,5 Medan E-mail: syarifamayly@yahoo.com ABSTRAK Kabupaten Karo merupakan sentra produksi kentang di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian dilakukan di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, dan dilaksanakan pada bulan Juli Desember 2013. Penelitian dilakukan secara survei berdasarkan pada metode deskriptif analisis. Parameter yang diamati pada penelitian ini antara lain : data keluarga petani, data analisis usaha tani kentang yang terdiri dari biaya variabel, biaya tetap dan pendapatan kotor serta pendapatan bersih petani kentang. Metode Analisis yaitu analisis pendapatan serta model regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan kotor rata rata petani per periode sebesar Rp. 48.500.400,- dari luas rata rata 0,23 ha, dengan biaya produksi rata-rata petani per periode sebesar Rp. 41.865.560,-, sehingga pendapatan bersih rata rata petani per periode sebesar Rp. 6.634.840,-. Analisis R/C RATIO pada usaha agribisnis kentang di Kabupaten Karo adalah sebesar 1,16. Faktor komponen biaya produksi yang paling berpengaruh terhadap pendapatan petani pada usahatani kentang di Kabupaten Karo adalah biaya obat-obatan dan biaya lahan. Hal ini ditunjukkan dari nilai koefisien regresi yang paling besar dibanding faktor biaya produksi lain yang berpengaruh yaitu biaya benih, biaya pupuk dan biaya tenaga kerja. Kata Kunci : Kentang, Analisis Pendapatan, R/C PENDAHULUAN Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang diprioritaskan pengembangannnya karena mempunyai arti penting dalam perekonomian di Indonesia. Kentang sangat potensial sebagai sumber karbohidrat yang dapat mensubstistusi bahan pangan lain seperti beras, jagung dan gandum. Pengembangan agribisnis kentang mempunyai prospek yang baik, karena dapat menunjang program penganekaragaman (diversifikasi) pangan, peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat, sebagai komoditas ekspor dan bahan baku industri pangan. Produksi kentang di Indonesia cukup tinggi dimana produksi kentang pada tahun 2008-2011 berturut-turut sebesar 1.071.543 ton; 1.176.304 ton; 1.060.805 ton; dan 955.488 ton (BPS, 2013). Kabupaten Karo merupakan sentra produksi kentang di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi pengunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah hulu sungai, tepatnya terletak pada posisi 2º 52-3º 19 Lintang Utara dan 97º 55-98º 37 Bujur Timur. Kabupaten Karo termasuk dalam kategori iklim musim tropis dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 1000-4000 mm per tahun. Secara keseluruhan Kabupaten Karo memiliki prospek yang cerah untuk pengembangan tanaman kentang. Luas areal panen kentang di Kabupaten Karo mengalami fluktuatif bahkan cenderung menurun. Pada tahun 2006, luas areal panen kentang di Kabupaten Karo mencapai 7.810 ha menurun menjadi 4.861 ha di tahun 2009 (Dinas Pertanian Kabupaten Karo, 2009). Permasalahan dalam agribisnis kentang di Kabupaten Karo antara lain masalah produktivitas kentang rendah, masalah mutu kentang, masalah mutu bibit, perlu perbaikan pemupukan, perlu perbaikan penggunaan pestisida, kontinuitas pasokan, dan upaya efisiensi biaya produksi kentang. Fluktuatifnya luas areal panen komoditas kentang antara lain disebabkan : 1) meningkatnya harga input baik benih, pupuk serta pestisida dan fungisida, 2) adanya fasilitas bantuan

192 sarana produksi dari pemerintah, 3) serangan hama dan penyakit terutama penyakit busuk daun, penyakit bercak kuning dan penyakit layu fusarium, dan hama Trips. Dalam hal ini tidak semua kentang yang ditanam dapat di panen karena terjadinya serangan hama dan penyakit akibatnya gagal panen. 4) adanya komoditas pesaing yaitu komoditas yang harganya lebih mahal pada saat-saat tertentu seperti bawang merah, wortel dan lainlain. Sistem tanam dan pola tanam tidak hanya didasarkan pertimbangan teknis produksi namun juga telah didasarkan ekspektasi akan harga komoditas apa yang paling menguntungkan. 5) pola tanam dan pola curah hujan di daerah produsen. 6) fluktuasi harga jual kentang (Minsyah, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan dan keuntungan usahatani kentang di Kabupaten Karo. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, dan dilaksanakan pada bulan Juli Desember 2013. Penelitian dilakukan secara survei berdasarkan pada metode deskriptif analisis, yaitu menggambarkan permasalahan sesuai apa adanya dan berdasarkan fakta yang baru saja berlangsung (ex post facto). Metode pengambilan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai tujuan penelitian. Parameter yang diamati pada penelitian ini antara lain : data keluarga petani, data analisis usaha tani kentang yang terdiri dari biaya variabel, biaya tetap dan pendapatan kotor serta pendapatan bersih petani kentang. Tabel 1. Karakteristik Petani Sampel Karakteristik Petani Sampel Range Data Metode Analisis 1. Analisis pendapatan Untuk mengetahui pendapatan usaha tani diperhitungkan dengan cara mengurangkan penerimaan usahatani dengan biaya usahatani menggunakan rumus : NR=TR-TC Keterangan : NR = Net revenue (Pendapatan bersih usahatani Rp/tahun) TR = Total revenue (Penerimaan total usahatani Rp/tahun) TC = Total Cost (Biaya total usahatani Rp/tahun) 2. Model Analisis Untuk mengetahui hubungan relatif antara pengaruh variabel terhadap pendapatan usahatani kentang digunakan model regresi linear berganda. Analisis ini untuk menjelaskan pengaruh variabel X1 (luas lahan petani), X2 (biaya benih), X3 (biaya pupuk), X4 (biaya pestisida), X5 (biaya tenaga kerja), X6 (biaya) terhadap pendapatan bersih (Y) usahatani, secara statistik persamaannya : Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 Keterangan : Y = Pendapatan petani (Rp/luasan) a = Konstanta regresi b1,2,3,4,5 = Koefisien regresi untuk variabel 1,2,3,4,5 X1 = Variabel luas lahan petani X2 = Variabel biaya benih X3 = Variabel biaya pupuk X4 = Variabel biaya pestisida X5 = Variabel biaya tenaga kerja HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Petani Sampel Umur Pendidikan Luas Lahan Kepemilikan Lahan Tahun Tahun Ha/Periode Milik Sendiri/Sewa 31-60 6 16 0,25-2 Jumlah 1145 251 6 34 Rataan 44,04 9,65 0,23 1,31 Sumber : Data Primer Diolah, 2013 Dari data diatas dapat diketahui bahwa rata-rata umur petani sampel adalah 44 tahun dengan umur minimal 31 tahun dan maksimal 60 tahun. Untuk pendidikan rata-rata petani sampel berpendidikan tamat SMP, dengan pendidikan

193 minimal tamat SD dan maksimal tamat Sarjana. Adapun luas lahan yang diusahakan petani sampel rata-rata 0,23 ha/periode dengan luas lahan minimal 0,25 ha/periode dan maksimal 2 ha/ periode. Sedangkan kepemilikan lahan rata-rata adalah lahan milik petani sendiri atau milik keluarga. 2. Luas Tanam, Produksi dan Produktivitas Kentang Perkembangan produksi kentang di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2007-2011 disajikan pada Tabel 2 dibawah ini. Selama periode 2007 2011 produksi kentang menunjukkan kecenderungan penurunan produksi. Tabel 2. Perkembangan Luas Tanam, Panen, Produksi dan Produktivitas Kentang di Sumatera Utara Tahun 2007-2011 No Tahun Perkembangan Luas Tanam Luas Panen Produksi Produktivitas (Ha) (Ha) (Ton) (Ton/Ha) 1 2007 5.337 5.654 90.634 16,03 2 2008 8.667 8.022 130.296 16,24 3 2009 8.072 8.013 129.587 16,17 4 2010 7.119 7.972 126.203 15,83 5 2011 7.333 7.203 123.078 17,09 Jumlah 36.528 36.864 599.798 81,36 Rataan 7.306 7.373 119.960 16,27 Sumber : Buku Statistik Pertanian, Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara 2007-2011 Perkembangan produksi kentang di Kabupaten Karo dari tahun 2007-2011 disajikan pada Tabel 3 di bawah ini. Selama periode 2007 2011 produksi kentang menunjukkan kecenderungan produksi berfluktuasi. Tabel 3. Perkembangan Luas Tanam, Panen, Produksi dan Produktivitas Kentang di Kabupaten Karo Tahun 2007-2011 No Tahun Perkembangan Luas Tanam Luas Panen Produksi Produktivitas (Ha) (Ha) (Ton) (Ton/Ha) 1 2007 2.032 2.303 36.115 15,68 2 2008 2.266 2.137 33.551 15,70 3 2009 2.555 2.558 39.917 15,60 4 2010 2.824 3.457 53.988 15,62 5 2011 2.873 2.631 45.170 17,17 Jumlah 12.550 13.086 208.741 79,77 Rataan 2.510 2.617 41.748 15,95 Sumber : Buku Statistik Pertanian, Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara 2007-2011 Data perkembangan luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas kentang di Kabupaten Karo menurut Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

194 Tabel 4. Perkembangan Luas Tanam, Panen, Produksi dan Produktivitas Kentang di Kabupaten Karo Menurut Kecamatan Tahun 2011 2012 No Kecamatan Luas Tanam Luas Panen 2011 2012 Produksi Produk Tivitas Luas Tanam Luas Panen Produksi Produk Tivitas 1 (Ha) (Ha) (Ton) (Ton/Ha) (Ha) (Ha) (Ton) (Ton/Ha) Simpang Empat 292 309 5.740 18,58 210 234 3.041 13,00 2 Namankeran 1.002 832 6.852 8,24 1.073 1.183 22.584 19,09 3 Merdeka 266 296 7.357 24,85 416 383 5.606 14,64 4 Kabanjahe 283 262 5.458 20,83 362 381 7.237 18,99 5 Berastagi 86 104 2.634 25,33 123 108 2.083 19,29 6 Tiga Panah 162 178 3.420 19,21 311 298 3.178 10,66 7 Dolat Rakyat 178 201 3.528 17,55 67 94 1.410 15,00 8 Merek 487 299 5.362 17,93 322 502 7.076 14,10 9 Barus Jahe 114 150 4.826 32,17 104 89 1.744 19,60 JUMLAH 2.870 2.631 45.177 185 2.988 3.272 53.959 85,01 RATAAN 574 526 9.035 36,94 598 654 10.792 17,00 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Karo 2011-2012 Dari tabel dapat diketahui untuk Kecamatan Merek kecendrungan produksi meningkat karena meningkatnya luas panen pada tahun 2012 dibandingkan pada tahun 2011. 3. Analisa Usahatani Kentang A. Komponen Biaya Produksi Faktor non ekonomi yang menjadi motivasi petani responden dalam memutuskan untuk berusahatani kentang adalah komoditi ini cocok dengan iklim yang ada di Kabupaten Karo dan masih merupakan komoditi unggulan. Sedangkan faktor ekonomi yang juga menjadi faktor pertimbangan petani adalah harga produksi yang masih dapat dikatakan cukup tinggi, sehingga akan memberikan penerimaan dan juga akan menaikkan pendapatan petani. 1. Biaya Lahan Dari hasil penelitian kepemilikan lahan adalah milik petani sendiri atau milik keluarga dengan luas yang diusahakan bervariasi antara 0,25 ha/periode hingga 2 ha/periode, dengan biaya lahan sebesar Rp. 1 juta per ha/periode. Biaya lahan rata rata Rp. 580.000,- per periode. 2. Biaya Benih Benih yang digunakan adalah benih yang berasal dari penangkar benih di Jawa. Rata-rata biaya benih adalah Rp. 13.56.200,- 3. Biaya Pupuk Pupuk yang digunakan adalah pupuk anorganik dan pupuk organik, rata-rata biaya pupuk adalah Rp. 10.030.640,- 4. Biaya Obat-Obatan Penggunaan obat-obatan di kalangan petani sangat bervariasi dengan rata-rata biaya obat-obatan adalah Rp. 8.087.120,- 5. Biaya Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan usahatani ini, berasal dari dalam dan luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga yang sering membantu kegiatan usahatani adalah istri, anak, menantu, dan saudara. Jumlah jam kerja petani berkisar antara 5 jam hingga 8 jam/ hari. Tenaga kerja yang dihitung dalam penelitian ini adalah untuk kegiatan pengolahan tanah, pemeliharaan, pengendalian OPT, pemupukan, dan panen. Dalam perhitungan data, peneliti menggunakan satuan HKO (Hasil Kerja Orang) dengan upah sebesar Rp. 65.000,-. Rata-rata biaya tenaga kerja sebesar Rp. 9.231.600,-. Komponen biaya produksi terbesar pada biaya benih dan terkecil pada biaya lahan. 6. Produksi Kentang dipanen apabila telah cukup umur yaitu 90-120 hari atau dengan melihat ciri tanaman yang siap panen yaitu daun dan batang berwarna kekuning-

195 kuningan tetapi bukan karena penyakit. Rata rata produksi kentang sebesar 7,63 ton/periode 7. Harga Produksi Petani sampel langsung menjual produksinya kepada pedagang pengumpul/ agen. Harga berkisar antara Rp. 6.000,- hingga Rp. 6.500,-. Rata rata harga penjualan produksi adalah Rp. 6.336,-. 8. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Petani Penerimaan adalah penghasilan yang belum dikurangi biaya produksi, yang dikeluarkan petani dalam menghasilkan produksi. Penerimaan ini merupakan harga jual dikali dengan produksi (yang dihitung dalam periode). Penerimaan rata rata petani per periode sebesar Rp. 48.500.400,- dari luas rata rata 0,23 ha. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam menghasilkan produksi. Biaya produksi yang dikeluarkan antara lain: biaya lahan, biaya benih, biaya pupuk, biaya obat-obatan dan biaya tenaga kerja yang dihitung dalam satu periode produksi. Rata rata biaya produksi per periode sebesar Rp. 41.865.560,-. Pendapatan adalah penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan yang dikurangi dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan petani dalam menghasilkan produksi. Pendapatan rata rata petani per periode sebesar Rp. 6.634.840,-. Rata-Rata Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan, Produksi dan Harga Jual serta komponen biaya produksi usahatani kentang dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6 di bawah ini. Tabel 5. Rata-Rata Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan, Produksi dan Harga Jual Biaya Produksi Penerimaan Pendapatan Produksi Harga Jual Rp. Rp. Ton/Periode Rp. / Kg Total 1.046.639.000 1.212.510.000 165.871.000 190,75 158.400 Rataan 41.865.560 48.500.400 6.634.840 7,63 6.336 Sumber : Data Primer Diolah, 2013 Tabel 6. Rata-Rata Komponen Biaya Produksi Usahatani Kentang Komponen Biaya Produksi Lahan Benih Pupuk Obat-Obatan Tenaga Kerja Total 14.500.000 339.205.000 250.766.000 202.178.000 230.790.000 Rataan 580.000 13.568.200 10.030.640 8.087.120 9.231.600 Sumber : Data Primer Diolah, 2013 B. Analisa R / C Ratio Analisa R / C Ratio pada usahatani kentang dengan membandingkan antara penerimaan dengan biaya produksi. Perhitungan R / C Ratio Tingkat keuntungan yang diperoleh petani dalam mengusahakan usahatani kentang adalah dengan melihat perbandingan antara jumlah penerimaan yang diperoleh petani (Revenue) dengan pengeluaran (Cost). Tabel 7. Perbandingan Penerimaan dan Biaya Usahatani Kentang per Periode Biaya Produksi Total Penerimaan Total 1.046.639.000 1.212.510.000 Rataan 41.865.560 48.500.400 Sumber: Data Primer diolah, 2013 R/C RATIO = REVENUE/COST R/C RATIO = 48.500.400/41.865.560 R/C RATIO = 1,16

196 R / C Rata rata adalah 1,16. Hal tersebut dapat diartikan bahwa untuk setiap Rp. 100,- yang dikeluarkan dalam suatu awal kegiatan usaha diperoleh penerimaan sebesar Rp. 116,- pada akhir kegiatan usaha. Sehingga dapat dikatakan usahatani kentang di daerah penelitian layak diusahakan karena nilai R/C Ratio nya lebih besar dari 1. Semakin besar R/C Ratio maka akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh petani. Hal ini dapat dicapai bila petani mengalokasikan faktor produksi dengan lebih efisien. Dari jumlah pendapatan dan keuntungan yang diperoleh petani kentang dapat ditarik kesimpulan bahwa usahatani kentang memberikan keuntungan bagi petani yang mengusahakan kentang, sehingga kentang dapat dikatakan sebagai salah satu usahatani yang layak untuk dikembangkan khususnya diusahakan di Kabupaten Karo. 4. Analisis Regresi Pengaruh Komponen Biaya Produksi Terhadap Penerimaan Petani Dari hasil analisa regresi linier berganda komponen biaya produksi terhadap penerimaan petani pada Tabel 8 berikut. Tabel 8. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Komponen Biaya Produksi Usahatani Terhadap Penerimaan Petani Tahun 2013. Variabel Faktor Produksi Belimbing Intercept X1 Biaya Lahan (Log X1) X2 Biaya Benih (Log X2) X3 Biaya Pupuk (Log X3) X4 Biaya Obat-Obatan (Log X4) X5 Biaya Tenaga Kerja (Log X5) R : 0,763 R Square (R 2 ) : 0,583 t-tabel ( =0,05) : 2,093 F-hitung ( =0,05) : 5,31 F-tabel ( =0,05) : 2,71 P_value ( =0,05) : 0,003 Sumber: Data Primer diolah, 2013 Koefisien Regresi 5,138 0,102 0,005-0,223 0,558-0,021 t-hitung 2,127 3,021 0,166-0,737 1,113-0,314 P_value 0,047 0,007 0,879 0,470 0,279 0,757 Persamaan regresi linier berganda berdasarkan hasil analisis di atas adalah: Log Y = Log 5,138 + 0,102 Log X1 + 0,005 Log X2-0,223 Log X3 + 0,558 Log X4-0,021 Log X5 Dari hasil penelitian diperoleh Fhitung sebesar 5,310 dan Ftabel sebesar 2,71 Hal ini berarti Fhitung>Ftabel artinya ada pengaruh komponen biaya produksi terhadap pendapatan petani secara nyata bersama-sama (simultan). Begitu juga apabila dilihat dari nilai probabilitas sebesar 0,003 atau 0,3 %, dan nilai tingkat signifikansi ( ) sebesar 5% atau 0,05 dimana nilai probabilitas ini lebih kecil dari nilai tingkat signifikansi ( ) yang memiliki arti secara statistik dapat dibuktikan bahwa semua variabel independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel dependen. Dari hasil penelitian diperoleh koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,583 artinya besarnya pengaruh variabel komponen produksi biaya lahan, biaya benih, biaya pupuk, biaya obat-obatan dan biaya tenaga kerja terhadap pendapatan petani yang dapat dijelaskan oleh garis regresi adalah sebesar 58,30 % dipengaruhi oleh variabel komponen biaya produksi dan sisanya 41,70% dipengaruhi oleh faktor lain selain variabel bebas yang terdapat pada persamaan regresi linier berganda. Dari hasil penelitian X1 = biaya lahan, diperoleh bahwa ada pengaruh biaya lahan terhadap pendapatan petani secara nyata. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis regresi linier berganda yang

197 dilakukan diperoleh nilai thitung sebesar 3,021 > t0.025,25 sebesar 2,093 dan jika dilihat dari nilai probabilitas (p_ value) sebesar 0,007 atau sebesar 0,7 %. Dimana nilai ini lebih kecil dari nilai tingkat signifikansi ( ) sebesar 5% atau 0,05. Ini menunjukkan bahwa pengaruh biaya lahan terhadap pendapatan petani secara nyata. Hal ini disebabkan karena semakin besar biaya lahan yang dikeluarkan petani untuk usahatani maka akan semakin mengurangi penerimaan petani. Biaya untuk lahan jika lahan nya disewa maka akan mengurangi pendapatan petani, tetapi jika lahan tersebut milik sendiri maka biaya lahan dapat menjadi sumber pendapatan petani. biaya lahan (X1) mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan petani dalam usahatani (Y), dimana koefisiennya menunjukkan sebesar 0,102 artinya apabila variabel biaya lahan bertambah 1% cateris paribus (faktor lain dianggap tetap) maka pendapatan petani dalam usahatani akan bertambah sebesar 10,2%. Keadaan ini disebut increasing productivity, yaitu penambahan satu satuan input menyebabkan penambahan satu satuan output lebih tinggi. Dengan kata lain elastisitas variabel biaya lahan terhadap variabel pendapatan petani sebesar 0,102 (b1) artinya proporsi kenaikkan hasil lebih besar dari proporsi penambahan input (increasing return to scale). Untuk X2 = biaya benih, diperoleh bahwa ada pengaruh biaya benih terhadap pendapatan secara tidak nyata. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis regresi linier berganda yang dilakukan diperoleh thitung sebesar 0,166 < t0.025,25 sebesar 2,093, dan jika dilihat dari nilai probabilitas (p_ value) sebesar 0,870 atau sebesar 87,0%. Dimana nilai ini lebih besar dari nilai tingkat signifikansi ( ) sebesar 5% atau sebesar 0,05. Ini menunjukkan bahwa pengaruh biaya benih terhadap pendapatan secara tidak nyata. Hal ini disebabkan biaya benih merupakan komponen biaya produksi terbesar dalam usahatani. biaya benih (X2) mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan usahatani kentang (Y), dimana koefisiennya menunjukkan sebesar 0,005 artinya apabila variabel biaya benih bertambah 1% cateris paribus (faktor lain dianggap tetap) maka pendapatan usahatani akan bertambah sebesar 3,0%. Keadaan ini disebut increasing productivity, yaitu penambahan satu satuan input menyebabkan penambahan satu satuan output lebih tinggi. Dengan kata lain elastisitas variabel biaya benih terhadap variabel pendapatan sebesar 0,005 (b2) artinya proporsi kenaikkan hasil lebih besar dari proporsi penambahan input (increasing return to scale). Untuk X3 = biaya pupuk, diperoleh bahwa ada pengaruh biaya pupuk terhadap pendapatan secara tidak nyata. Walaupun dari hasil analisis regresi linier berganda yang dilakukan diperoleh thitung sebesar -1,249 <t0.025,25 sebesar 2,093 variabel ini pengaruhnya tidak nyata, dan jika dilihat dari nilai probabilitas (p_ value) sebesar 0,470 atau sebesar 47,0%. Dimana nilai ini lebih besar dari nilai tingkat signifikansi ( ) sebesar 5% atau 0,05, maka hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh biaya pupuk terhadap pendapatan secara tidak nyata. biaya pupuk (X3) mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pendapatan usahatani kentang (Y), dimana koefisiennya menunjukkan sebesar -0,223 artinya apabila variabel biaya pupuk bertambah 1% cateris paribus (faktor lain dianggap tetap) maka pendapatan usahatani akan berkurang sebesar 22,3%. Keadaan ini disebut decreasing productivity, yaitu penambahan satu satuan input menyebabkan penambahan satu satuan output lebih rendah. Dengan kata lain elastisitas variabel biaya lahan terhadap variabel pendapatan sebesar 0,223 (b3) artinya proporsi kenaikkan hasil lebih kecil dari proporsi penambahan input (decreasing return to scale). Untuk X4 = biaya obat-obatan, diperoleh bahwa ada pengaruh biaya obatobatan terhadap pendapatan secara tidak nyata. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis regresi linier berganda yang dilakukan diperoleh thitung sebesar 1,113 <t0.025,28 sebesar 2,093, dan jika dilihat dari nilai probabilitas (p_ value) sebesar 0,279 atau sebesar 27,9%. Dimana nilai ini lebih besar dari nilai tingkat signifikansi ( ) sebesar 5% atau 0,05. Ini menunjukkan bahwa pengaruh biaya obat-

198 obatan terhadap pendapatan secara tidak nyata. biaya obat-obatan (X4) mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan usahatani kentang (Y), dimana koefisiennya menunjukkan sebesar 0,558 artinya apabila variabel biaya obat-obatan bertambah 1% cateris paribus (faktor lain dianggap tetap) maka pendapatan usahatani akan bertambah sebesar 55,8%. Keadaan ini disebut increasing productivity, yaitu penambahan satu satuan input menyebabkan penambahan satu satuan output lebih tinggi. Dengan kata lain elastisitas variabel biaya pupuk terhadap variabel pendapatan sebesar 0,558 (b4) artinya proporsi kenaikkan hasil lebih besar dari proporsi penambahan input (increasing return to scale). Untuk X5 = biaya tenaga kerja, diperoleh bahwa ada pengaruh biaya tenaga kerja terhadap pendapatan secara tidak nyata. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis regresi linier berganda yang dilakukan diperoleh thitung sebesar - 0,314.<t0.025,28 sebesar 2,093, dan jika dilihat dari nilai probabilitas (p_ value) sebesar 0,757 atau sebesar 75,7%. Dimana nilai ini lebih besar dari nilai tingkat signifikansi ( ) sebesar 5% atau 0,05. Ini menunjukkan bahwa ada pengaruh biaya tenaga kerja terhadap pendapatan secara tidak nyata. biaya tenaga kerja (X5) mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pendapatan usahatani kentang (Y), dimana koefisiennya menunjukkan sebesar -0,021 artinya apabila variabel biaya tenaga kerja bertambah 1% cateris paribus (faktor lain dianggap tetap) maka pendapatan usahatani akan berkurang sebesar 0,021%. Keadaan ini disebut decreasing productivity, yaitu penambahan satu satuan input menyebabkan penambahan satu satuan output lebih rendah. Dengan kata lain elastisitas variabel biaya tenaga kerja terhadap variabel pendapatan sebesar 0,021 (b5) artinya proporsi kenaikkan hasil lebih kecil dari proporsi penambahan input (decreasing return to scale). Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa ada pengaruh faktor faktor komponen biaya produksi terhadap pendapatan secara bersama-sama (simultan). Hal ini disebabkan adanya pengaruh biaya lahan terhadap pendapatan dimana biaya lahan dikaitkan pada status kepemilikan dan luas lahan yang digunakan petani untuk kegiatan usahataninya sehingga jumlah produksi dapat lebih ditingkatkan yang akan menambah jumlah pendapatan yang diterima petani. KESIMPULAN 1. Penerimaan kotor rata rata petani per periode sebesar Rp. 48.500.400,- dari luas rata rata 0,23 ha. Biaya produksi rata-rata petani per periode sebesar Rp. 41.865.560,-. Pendapatan bersih rata rata petani per periode sebesar Rp. 6.634.840,-. 2. Analisis R/C RATIO pada usaha agribisnis kentang di Kabupaten Karo adalah sebesar 1,16. 3. Faktor komponen biaya produksi yang paling berpengaruh terhadap pendapatan petani pada usahatani kentang di Kabupaten Karo adalah biaya obatobatan dan biaya lahan. Hal ini ditunjukkan dari nilai koefisien regresi yang paling besar dibanding faktor biaya produksi lain yang berpengaruh (biaya benih, biaya pupuk dan biaya tenaga kerja). UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan yang baik ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada Yth : Bapak Dirjen Dikti yang telah membiayai penelitian ini melalui program penelitian Dosen Pemula, Bapak Koordinator Kopertis I NAD- SUMUT, Bapak Rektor serta Ketua Lemlit Univa atas kesempatan serta fasilitas yang diberikan. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2013. Data Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Kentang. Badan Pusat Statistik. Jakarta. www.bps.go.id.tanggal akses 18 Maret 2013. Dinas Pertanian Kabupaten Karo. 2009. Pertanian Kabupaten Karo. Pemerintah Kabupaten Karo.

199 Minsyah N.I., dan N Hasan. 2004. Karakteristik dan Analisis Usahatani Kentang di Dataran Tinggi Kerinci. Jurnal Stigma. XII. (1) : 116-122. Minsyah N.I., 2009. POTENSI Dan Strategi Pengembangan Agribisnis Kentang Di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Laporan Penelitian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi. Mustika, Y.A., 2009 Formulasi Strategi Pengembangan Bisnis Kentang (Solanum Tuberosum L.) Pada PT. Dafa Teknoagro Mandiri Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Jawa Barat. Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Rangkuti, Freddy. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Saragih, B., 2001. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. PT. Loji Grafika Sarana. Singh, J., and Kaur, L. 2009 Advances in Potato Chemistry and Technology. Chapter 1. Potato Origin and Production by John E. Bradshaw and Gavin Ramsay. pp 1-3. Elsevier Inc. UK. ISBN: 978-0-12-374349-7 Sihombing, L. 2005. Analisis Tataniaga Kentang di Propinsi Sumatera Utara. Jurnal Ilmiah Pertanian KULTURA Vol. 40 No. 2 pp 94-99 September 2005. Sudaryanto, T., IW. Rurastra dan P. Simatupang. 2001. Strategi dan Kebijaksanaan Pembanguna Ekonomi Pedesaan Berasis Agribisnis. Makalah disampaikan pada Seminar Optimalisasi Pemanfaatan Hasil- Hasil Peneltian dan Pengkaian Spesifik Lokasi Berwawasan Agribisnis Dalam Mendukung Otonomi Daerah, Jambi 12 13 November 2001. Sudhono. 2000. Kajian Teknologi Pembibitan Kentang Tingkat Petani di Kabupaten Kerinci, Jambi. Laporan Hasil Penelitian.