BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan undang-undang

dokumen-dokumen yang mirip
PROSES PELAKSANAAN PERKAWINAN ANGGOTA TNI-AD DAN PERMASALAHANNYA (Studi di Wilayah KOREM 074 Warastratama)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 1990 TENTANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan di atas adalah merupakan rumusan dari Bab I Dasar Perkawinan pasal

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.72, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. Perkawinan. Perceraian. Rujuk. Pencabutan.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 7 TAHUN 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI LEMBAGA SANDI NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai peran pengajaran yang cukup penting, hal tersebut sering tidak

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945;

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM FAKTOR PENYEBAB SERTA AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

Perkawinan Sesama Jenis Dalam Persfektif Hukum dan HAM Oleh: Yeni Handayani *

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

2016, No Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan.

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

PEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga karena setiap manusia besar dan dididik di dalamnya. Tidak hanya

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

2018, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 ten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB III. POLIGAMI MENURUT PP No. 45 TAHUN Ketentuan Poligami Bagi Pegawai Negeri Sipil

BUKU KODE ETIK MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

I. PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam kehidupannya sehari-hari selalu dihadapkan dengan

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA. Fungsi bidang pembinaan..., Veronica Ari Herawati, Program Pascasarjana, 2008

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kode Etik PNS. Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil adalah pernyataan kesanggupan untuk melakukan suatu keharusan atau tidak melakukan suatu larangan.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. 4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang bedasarkan kemerdekaan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. generasi-generasi muda menjadi generasi yang cerdas. Maksud dari generasigenerasi

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang, dan

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan dan sebagai syarat terbentuknya suatu keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

UNDANG-UNDANG (UU) NOMOR: 10 TAHUN 1992 (10/1992) TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN;

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DISIPLIN ITU INDAH

BUKU KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan undang-undang perkawinan. Sudah menjadi kodrat alam, adanya dua orang manusia dengan jenis kelamin berbeda mempunyai daya saling menarik satu sama lain untuk hidup bersama dalam satu keluarga. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat sesuai dengan kedudukan manusia sebagai makhluk yang berkehormatan. Tata cara pengajuan perkawinan, perceraian, dan rujuk di lingkungan anggota POLRI pada dasarnya merupakan tindakan yang berlanjut serta saling berhubungan antar berbagai institusi yang berperan di dalamnya baik anggota POLRI dan keluarganya maupun kesatuanya. Selain itu dalam penyelenggaraan sering terjadi ketidak lancaran dan ditemukan pelaksanaan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan prosedur di lingkungan POLRI. Bahwa dalam melaksanakan tugas pokoknya pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia dibutuhkan kehidupan keluarga yang harmonis, serasi agar dapat menciptakan suasana tenteram dan bahagia dalam kehidupan rumah tangga guna mendukung pelaksanaan tugasnya dan dapat memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan sumber daya manusia yang mampu memecahkan 1

2 permasalahan bangsa dan dapat memberikan pelayanan pendidikan menuju masyarakat madani. Anggota POLRI harus mentaati peraturan dan memenuhi kewajiban dalam hal hendak melangsungkan perkawinan, jika anggota POLRI akan beristri lebih dari satu hidup bersama dengan ikatan perkawinan yang sah anggota POLRI mempunyai peraturan-peraturan yang sedikit berbeda dengan masyarakat umum. Izin perkawinan diberikan kepada anggota POLRI yang bersangkutan apabila perkawinan yang akan dilakukan tidak melanggar hukum agama yang dianut oleh kedua calon suami-istri, yang rekomendasinya diberikan oleh pejabat agama (Rohaniawan Bintal) agar dapat menyelenggarakan pendidikan dan pembinaan generasi muda yang hendak melangsungkan perkawinan. Perkawinan yang akan dilakukan menunjukkan prospek keluarga yang harmonis dan serasi agar dapat menciptakan suasana tenteram dan bahagia dalam kehidupan rumah tangganya serta tidak akan membawa pengaruh atau akibat yang dapat merugikan kedinasanya, yang rekomendasinya diberikan oleh pejabat yang diberi wewenang. Surat izin perkawinan hanya berlaku selama enam bulan terhitung mulai tanggal dikeluarkan dengan ketentuan bila perkawinan tidak jadi dilakukan setelah surat izin perkawinan diterbitkan dapat diperpanjang selama tiga bulan oleh pejabat yang berwenang setelah ada surat keterangan dari kasatker yang bersangkutan. Apabila izin perkawinan yang telah diberikan dan perkawinan tidak jadi dilaksanakan, maka yang bersangkutan harus melaporkan pembatalanya kepada pejabat yang berwenang melalui saluran hierarki disertai dengan alasan

3 tertulis. Penolakan izin perkawinan dilakukan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang dengan alasan-alasan tertentu bagi anggota POLRI antara lain: 1. Tabiat, kelakuan dan reputasi calon suami atau istri tidak sesuai dengan kaidahkaidah kehidupan bersama yang berlaku dalam masyarakat. 2. Dalam perkawinan yang dilakukan akan mempengaruhi martabat POLRI atau mengakibatkan kerugian terhadap nama baik POLRI baik secara langsung maupun tidak langsung. Perkawinan merupakan suatu perintah sunah rosul merupakan kewajiban bagi manusia karena menyangkut hubungan ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Agar pusat pengembangan kependidikan dan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan tata negara (Pkn-Tn) untuk membentuk nation and character building yang memiliki kesadaran berkonstitusi menuju masyarakat madani. Keluarga terbentuk secara mutlak melalui perkawinan. Manusia tidak dapat berkembang tanpa adanya perkawinan, karena perkawinan menyebabkan adanya keturunan dan keturunan menimbulkan kerabat yang berkembang menjadi masyarakat. Perkawinan merupakan unsur pertalian yang meneruskan kehidupan manusia dan masyarakat. Aturan tata tertib perkawinan sudah ada sejak masyarakat sederhana yang dipertahankan anggota-anggota masyarakat dan para pemuka masyarakat adat dan pemuka agama. Aturan tersebut terus berkembang maju dalam masyarakat yang mempunyai kekuasaan pemerintahan dan di dalam suatu negara.

4 Perkawinan bisa dilangsungkan menurut agama islam, agama kristen, agama budha, agama hindu dan menurut hukum adat yang berbeda-beda antara suatu daerah dengan daerah lainya. Pemerintah menyadari adanya keanekaragaman peraturan mengenai perkawinan, sehingga pemerintah berusaha mengadakan keragaman hukum perkawinan. Pemerintah mencoba menyusun suatu perundang-undangan yang bisa mencakup sepenuhnya dari peraturan perkawinan yang sudah berlaku dan berusaha menambahkan hal-hal yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi sekarang ini. Penyelenggarakan pendidikan guru bidang studi pendidikan kewarganegaraan (PKn-Tn) dan tata negara, dengan kompetensi tambahan sosiologi dan antropologi yang selaras dengan tututan zaman, Kita sekarang telah mempunyai undang-undang Perkawinan No.1 tahun 1974, yang merupakan hukum nasional yang berlaku bagi setiap warga Negara Republik Indonesia ia merupakan hasil legislatif yang pertama yang memberikan gambaran nyata tentang kebenaran dasar asasi kejiwaan dan kebudayaan Bhenika Tunggal Ika. Adanya undangundang ini belum berarti bahwa dalam pelaksanaan perkawinan di kalangan masyarakat sudah terlepas dari pergaulan hukum adat dan undang-undang inipun juga belum berhasil untuk menciptakan suatu peraturan yang seragam. Nilai-nilai hidup yang menyangkut tujuan perkawinan tersebut serta menyangkut pula kehormatan keluarga dan kerabat bersangkutan dalam pergaulan masyarakat, maka proses pelaksanaan perkawinan anggota POLRI diatur dengan tata tertib serta peraturan, agar dapat terhindar dari penyimpangan dan pelang-

5 garan yang memalukan, yang akan menjatuhkan martabat kehormatan keluarga dan kerabat bersangkutan. Keluarga yang memberikan dasar atau pondasi pendidikan bagi anak. Keluarga dibentuk melalui jenjang perkawinan yang merupakan lembaga yang diakui dengan sah oleh seluruh masyarakat sejak zaman dulu, sehingga masalah perkawinan akan selalu menjadi masalah yang menarik dalam kehidupan negara, di tengah-tengah masyarakat maupun dalam pencaturan hukum. Perkawinan ini dilakukan antara seorang wanita sebagai istri dan seorang pria sebagai suami. Dengan perkawinan yang sah akan terlaksana pergaulan hidup manusia secara terhormat sesuai dengan kedudukan manusia sebagai mahkluk yang tertinggi diantara mahkluk Tuhan yang lain. Perkawinan dalam pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 merumuskan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pengertian ikatan lahir batin dimaksudkan bahwa perkawinan tidak hanya cukup dengan ikatan lahir atau batin saja, tapi harus keduanya. Suatu ikatan lahir adalah ikatan yang dapat dilihat, yang mengungkapkan adanya suatu hubungan hukum antara seorang pria dengan seorang wanita untuk hidup bersama sebagai suami isteri. Sebaliknya suatu ikatan batin adalah merupakan hubungan emosional yang tidak kelihatan. Terjadinya ikatan lahir dan ikatan batin merupakan dasar dalam membentuk dan membina keluarga yang bahagia.

6 Perkawinan bertujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, maka sedapat mungkin perceraian itu dihindarkan. Perkawinan itu haruslah berlangsung seumur hidup dan tidak boleh diputuskan begitu saja. Pemutusan karena sebabsebab lain dari pada kematian diberikan suatu pembahasan yang ketat. Sehingga suatu pemutusan yang berbentuk perceraian hidup akan merupakan jalan terakhir setelah jalan lain tidak dapat ditambahi lagi. Ditegaskan pula bahwa pembentukan keluarga yang bahagia dan kekal itu haruslah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama Pancasila. Kehidupan masyarakat yang didambakan oleh pemerintah suatu negara, termasuk pemerintah Republik Indonesi ini, adalah suatu kehidupan dimana warga negaranya dalam keadaan hidup bahagia, sejahtera, aman, adil, dan makmur, tidak akan dapat diwujudkan tanpa adanya faktor-faktor pendukung. Faktor pendukung dalam usaha mensejahterakan warga negara tersebut sangat beragam, mulai dari faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor kesehatan, faktor lingkungan hidup, faktor pengadaan sarana, seperti listrik, air bersih, telepon, perumahan dan lain sebagainya. Namun semua itu masih ditunjang lagi dengan satu faktor yang sangat menentukan yaitu faktor keamanan. Faktor keamanan ini merupakan faktor penentu dari semua keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang sedang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia dewasa ini, guna mewujudkan kehendak pemerintah untuk mensejahterakan warga negaranya. Secara luas tanggung jawab memelihara keamanan suatu wilayah dan pemerintah dibebankan pada POLRI. Salah satu upaya yang dilakukan POLRI dalam mewujudkan suasana yang aman di wilayah

7 yang menjadi lingkup tugasnya termasuk mengamankan diri warga negara Indonesia, ialah pelaksanaan tugas atau kewajiban yang dilaksanakan dengan menggelar berbagai macam operasi salah satu diantaranya adalah operasi ketupat, operasi lilin, operasi patuh dan juga operasi yang berkaitan dengan keamanan dalam negeri misal operasi tegak rencong (dilaksanakan di aceh). Guna menyukseskan operasi tersebut, POLRI menyiapkan anggota-anggota dengan sebaik-baiknya. Setiap anggota harus memiliki rasa disiplin, kepribadian yang tinggi, serta memiliki keahlian dan ketrampilan secara profesional dan diharapkan akan menjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya, agar mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat. POLRI yang merupakan organisasi yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberikan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk dapat melaksanakan peran tersebut, setiap anggota POLRI diharapkan mampu memelihara tingkat profesionalismenya, yaitu sebagai bagian dari komponen utama memelihara keamanan dan ketertiban dalam rangka menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk memelihara tingkat profesionalisme anggota agar selalu berada pada kondisi yang diharapkan, salah satu upaya alternatif yang dilakukan adalah dengan tetap menjaga dan meningkatkan kualitas moral anggota POLRI melalui pembinaan mental dan juga kesadaran hukum yang tinggi. Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai abdi masyarakat dan salah satu komponen dalam memelihara keamanan negara menghendaki setiap anggotanya memiliki disiplin yang tinggi yang dilandasi oleh keluhuran budi

8 pekerti sesuai dengan agamanya masing-masing. Kehidupan yang demikian harus diciptakan di lingkungan POLRI. Dalam kehidupan POLRI juga mempunyai tatanan atau peraturan-peraturan khusus yang belaku di kalangan POLRI itu sendiri, atau yang lebih dikenal dengan Kode Etik Profesi POLRI (KEPP). Mungkin akhir-ahkir ini orang menganggap bahwa hukum militer POLRI itu cukup diketahui oleh kalangan POLRI saja. Hal ini tentu tidak salah, tetapi juga tidak seluruhnya benar. Hukum militer dari suatu negara merupakan subsistem hukum dari hukum negara tersebut. Dijelaskan dalam undang-undang RI Nomor 2 tahun 2002 tentang tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukun, memberi perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Memperhatikan hal itu sebelum melaksanakan perkawinan, setiap anggota POLRI harus memenuhi yang ditentukan supaya tidak terjadi hal-hal tertentu yang tidak diinginkan dalam kehidupan rumah tangga mereka. Dengan berpedoman undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan peraturan pemerintah Nomor 10 tahun 1983 tentang izin perkawinan dan perceraian bagi pegawai negeri sipil. Maka kepala staf POLRI mengeluarkan surat keputusan yang memberikan petunjuk tata cara pengajuan perkawinan, perceraian, dan rujuk bagi anggota POLRI yaitu PERKAP No. 9 Tahun 2011 tanggal 19 maret 2010 tentang tata cara pengajuan perkawinan, perceraian, dan rujuk bagi pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.

9 Penelitian ini akan sangat berguna bagi para pihak yang akan melaksanakan perkawinan, khususnya anggota POLRI hendaknya benar-benar mempersiapkan diri melengkapi syatat-syarat pelaksanaan perkawinan dan menjalankan ketentuan hukum yang berlaku. Penulis berharap dengan penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa pada umumnya dan mahasiswa fakultas keguruan dan ilmu pendidikan jurusan pendidikan kewarganegaraan pada khususnya. Sepengetahuan penulis penelitian ini belum pernah ada atau pernah diteliti, oleh karena itu dengan adanya latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini. Berdasarkan uraian tersebut diatas, dengan melihat beberapa kasus pelaksanaan perkawinan anggota POLRI, maka penulis lebih tertarik menuangkan sebuah penulisan karya ilmah yang berjudul PROSES PELAKSANAAN PERKAWINAN ANGGOTA POLRI: PERMASALAHAN DAN ALTERNATIF SOLUSINYA (Studi Kasus di Wilayah Polresta Yogyakarta). B. Perumusan Masalah dan Fokus Penelitian Perumusan masalah atau sering di istilahkan problematika merupakan kegiatan penting yang harus ada dalam penulisan karya ilmiah. Untuk memberikan kemudahan bagi penulis dalam membatasi permasalahan yang akan ditelitinya. Dengan adanya permasalahan yang jelas maka proses pemecahannya akan terarah dan terfokus pada permasalahan tersebut. Sehingga akan tercapai

10 tujuan dan sasaran yang jelas serta memperoleh jawaban yang sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana proses pelaksanaan perkawinan anggota POLRI (Studi Kasus di Wilayah Polresta Yogyakarta)? 2. Apa saja permasalahan perkawinan anggota POLRI (Studi Kasus di Wilayah Polresta Yogyakarta)? 3. Bagaimana alternatif solusinya dari permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan perkawinan anggota POLRI (Studi Kasus di Wilayah Polresta Yogyakarta)? C. Tujuan Penelitian Tujuan merupakan pedoman untuk merealisasikan aktifitas yang akan dilaksanakan, sehingga dapat dirumuskan secara jelas. Dalam penelitian ini perlu adanya tujuan yang berfungsi sebagai acuan pokok terhadap masalah yang akan diteliti, sehingga peneliti akan dapat bekerja secara terarah dalam mencari data sampai pada langkah pemecahan masalah. Dalam hubungannya dengan tujuan penelitian, Hamidi (2008:44) mengungkapkan bahwa menulis tujuan penelitian sebenarnya ingin memperjelas apa yang sebenarnya hendak diteliti. Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini pada garis besarnya dapat terperinci dalam tujuan sebagai berikut: a. Memperoleh data-data tentang pelaksanaan perkawinan bagi anggota POLRI.

11 b. Untuk memperoleh gambaran jelas mengenai proses pelaksanaan perkawinan anggota POLRI. c. Untuk mengetahui permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan perkawinan bagi anggota POLRI. d. Untuk Mengetahuai alternatif solusinya dari permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan perkawinan anggota POLRI. D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian Berkaitan dengan penulisan ini, ada 2 manfaat penelitian yang dapat digolongkan yaitu: 1. Manfaat Teoritis a. Penulis berharap dengan penelitian ini dapat memberikan sumbangan perkembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa maupun bagi masyarakat luas pada umumnya dan mahasiswa pendidikan kewarganegaraan pada khususnya mengenai proses pelaksanaan perkawinan anggota POLRI permasalahan dan alternatif solusinya. b. Menambah dan memperluas pengetahuan khususnya mengenai proses pelaksanaan perkawinan anggota POLRI permasalahan dan alternatif solusinya. c. Diharapkan mampu memberikan jawaban terhadap permasalahan yang sedikit diteliti. d. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk kegiatan penelitian selanjutnya.

12 2. Manfaat Praktis a. Memberikan masukan kepada pihak-pihak yang menangani masalahmasalah perkawinan anggota POLRI supaya dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Sebagai calon pendidik, mengenai pengetahuan dan pengalaman selama mengadakan penelitian sehingga dapat mentranformasikan kepada peserta didik, kelak tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan. E. Daftar Istilah Menurut Maryadi, dkk., (2010:11), daftar istilah merupakan penjelasan dari istilah yang diambil dari kata-kata kunci dalam judul penelitian. Penjelasan istilah yang diambil dalam setiap kata kunci akam mempermudah untuk memahami isi yang ada didalamnya dan lebih mudah untuk dipelajari. Yang menjadi kata kunci dalam judul penelitian sebagai berikut: a. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat POLRI adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan, ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpiliharanya keamanan dalam negeri. b. Pegawai Negeri pada POLRI adalah anggota POLRI dan pegawai negeri sipil (PNS) pada POLRI.

13 c. Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.