BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PENGARUH KEMIRINGAN RANGKA BATANG RASUK PARALEL TERHADAP LENDUTAN

STATIKA I. Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu : Balok Sederhana dan Balok Majemuk/Gerbe ACEP HIDAYAT,ST,MT. Modul ke: Fakultas FTPD

MODUL KULIAH. Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan MEKANIKA TEKNIK III. Slamet Widodo, S.T., M.T.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Modifikasi itu dapat dilakukan dengan mengubah suatu profil baja standard menjadi

PRINSIP DASAR MEKANIKA STRUKTUR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

MEKANIKA REKAYASA III TC301

MODUL 3 : METODA PERSAMAAN TIGA MOMEN Judul :METODA PERSAMAAN TIGA MOMEN UNTUK MENYELESAIKAN STRUKTUR STATIS TIDAK TERTENTU

MODUL 2 : ARTI KONSTRUKSI STATIS TERTENTU DAN CARA PENYELESAIANNYA 2.1. JUDUL : KONSTRUKSI STATIS TERTENTU

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

STUDI PEMBUATAN BEKISTING DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN, KEKAKUAN DAN KESTABILAN PADA SUATU PROYEK KONSTRUKSI

PENELITIAN PENGARUH PENAMBAHAN BEBAN PADA RANGKA ATAP TERHADAP LENDUTAN

MEKANIKA REKAYASA III

GARIS GARIS BESAR PROGRAM PERKULIAHAN ( GBPP )

BAB III ANALISIS STRUKTUR STATIS TERTENTU

Persamaan Tiga Momen

Struktur Beton. Ir. H. Armeyn, MT. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil dan Geodesi Institut Teknologi Padang

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal

BAB I SLOPE DEFLECTION

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

MODUL PERKULIAHAN. Gaya Dalam Struktur Statis Tertentu Pada Portal Sederhana

METODE PEMBELAJARAN MEKANIKA BAHAN PADA APLIKASI KOMPONEN BETON BERTULANG

Sebuah benda tegar dikatakan dalam keseimbangan jika gaya gaya yang bereaksi pada benda tersebut membentuk gaya / sistem gaya ekvivalen dengan nol.

Program Studi Teknik Mesin S1

sendi Gambar 5.1. Gambar konstruksi jembatan dalam Mekanika Teknik

PERENCANAAN JEMBATAN TUKAD WOS DENGAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG.

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

PERBANDINGAN BERAT KUDA-KUDA (RANGKA) BAJA JENIS RANGKA HOWE DENGAN RANGKA PRATT

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

yang optimal sehingga dapat menekan biaya konstruksi namun tetap memenuhi persyaratan. Jenis jembatan rangka yang digunakan penulis dalam penelitian i

PERENCANAAN JEMBATAN TUKAD YEH POH DENGAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG.

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

KONTRAK PERKULIAHAN. Nama Mata Kuliah : Statika I Kode Mata Kuliah : Prodi / Jurusan : S1 Teknik Sipil : Kasmat Saleh Nur, S.T., M.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perencanaan desain struktur konstruksi bangunan, ditemukan dua

BAB II PELENGKUNG TIGA SENDI

K O N T R A K K U L I. Bobot SKS Prasyarat Mata Kuliah

Kuliah ke-2. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

OPTIMALISASI DESAIN JEMBATAN LENGKUNG (ARCH BRIDGE) TERHADAP BERAT DAN LENDUTAN

COVER TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA DENGAN PELAT LANTAI ORTOTROPIK

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

MATA KULIAH : STATIKA I OLEH KASMAT SALEH NUR

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH

KEKAKUAN KOLOM BAJA TERSUSUN EMPAT PROFIL SIKU DENGAN VARIASI PELAT KOPEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERBANDINGAN PERANCANGAN JUMLAH DAN LUASAN TULANGAN BALOK DENGAN CARA ACI DAN MENGGUNAKAN PROGRAM STAAD2004

KAJI NUMERIK DAN EKSPERIMENTAL LENDUTAN BALOK BAJA KARBON ST 60 DENGAN TUMPUAN ENGSEL - ROL

LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH, SEMARANG

5- STRUKTUR LENTUR (BALOK)

Definisi Balok Statis Tak Tentu

METODA CONSISTENT DEFORMATION

PERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG TUKAD YEH PENET, DI SANGEH

II. GAYA GESER DAN MOMEN LENTUR

ANALISA STRUKTUR PORTAL RUANG TIGA LANTAI DENGAN METODE KEKAKUAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS HERY SANUKRI MUNTE

METODE SLOPE DEFLECTION

sejauh mungkin dari sumbu netral. Ini berarti bahwa momen inersianya

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR. PERENCANAAN GEDUNG IKIP PGRI SEMARANG JAWA TENGAH ( Planning Building Structure IKIP PGRI, Semarang Central Java )

Mekanika Rekayasa III

Jl. Banyumas Wonosobo

I. TINJAUAN UMUM. 1.1 Pendahuluan. A. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KONSTRUKSI BERTAHAP PADA PORTAL BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PANJANG BENTANG DAN JUMLAH TINGKAT

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG TUKAD YEH NGONGKONG DI KABUPATEN BADUNG, BALI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

Struktur Lipatan. Struktur Lipatan 1

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

P ndahuluan alat sambung

TUGAS MAHASISWA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

4Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Informatika Undiknas University

Golongan struktur Balok ( beam Kerangka kaku ( rigid frame Rangka batang ( truss

PERBANDINGAN BIAYA STRUKTUR BAJA NON-PRISMATIS, CASTELLATED BEAM, DAN RANGKA BATANG

Pertemuan I,II I. Struktur Statis Tertentu dan Struktur Statis Tak Tentu

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

Metode Defleksi Kemiringan (The Slope Deflection Method)

STRUKTUR STATIS TAK TENTU

Silabus. Pengesahan Nama Dokumen : SILABUS (MEKANIKA REKAYASA I) No. Dokumen : Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil SLB

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN REGANGAN LENTUR BALOK BAJA AKIBAT BEBAN TERPUSAT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk

Program Studi Teknik Mesin S1

Samuel Layang. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Palangka Raya Kampus Unpar Tunjung Nyaho Jl. H. Timang, 73111A

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

Bab 6 Defleksi Elastik Balok

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAHAN AJAR MEKANIKA REKAYASA 3 PROGRAM D3 TEKNIK SIPIL

PERHITUNGAN KOLOM DARI ELEMEN TERSUSUN PRISMATIS

PERHITUNGAN BALOK DENGAN PENGAKU BADAN

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002

Pertemuan XIII VIII. Balok Elastis Statis Tak Tentu

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MADYA

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN ITSM BAHAN AJAR MEKANIKA REKAYASA 2

Transkripsi:

139 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Dari hasil analisa dan perhitungan data yang sudah didapat dengan menggunakan program yang telah dibuat berdasarkan teori yang ada maka dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Untuk menggambar garis pengaruh reaksi di perletakan, maka suatu stuktur yang statis tak tentu harus dijadikan statis tertentu dengan menggunakan metode atau cara yang sesuai sehingga ordinat garis pengaruh di setiap titik dapat diketahui. 2. Untuk penggunaan kolom yang relatif pendek, nilai vote tidak begitu berpengaruh terhadap besarnya rekasi di perletakan. Dan sebaliknya, untuk kolom yang relatif tinggi nilai vote sangat mempengaruhi besarnya reaksi di perletakan. 3. Penggunaan bentang, kolom dan vote yang semakin kecil maka pengaruh terhadap reaksi di perletakan akan semakin kecil. 4. Pengaruh (hubungan) antara perubahan nilai vote terhadap reaksi di perletakan antara lain : Terhadap reaksi vertikal di perletakan D (G P.V A ) yaitu : 1. Untuk bentang AB, semakin kecil vote maka reaksi di perletakan A makin besar dan sebaliknya. 2. Untuk bentang BC, semakin kecil vote maka makin kecil pula reaksi di perletakan A dan sebaliknya. Terhadap reaksi horisontal di perletakan D (G P.H D ) yaitu : 1. Secara umum semakin besar nilai vote maka makin kecil reaksi horisontal di perletakan D dan sebaliknya. 139

140 2. Untuk kasus panjang bentang (L = 5) reaksi horisontal di perletakan D akan mengalami titik balik maksimum pada nilai vote tertentu dimana nilai maksimumnya juga dipengaruhi oleh tinggi pilar. Pengaruh perubahan nilai vote terhadap besarnya reaksi vertiakal di D adalah berbanding terbalik dengan besarnya reaksi vertikal di perletakan D (G P.V D ) yaitu : 1. Semakin kecil nilai vote maka semakin kecil reaksi vertikal di perletakan D dan sebaliknya. 2. Semakin besar nilai vote maka semakin besar reaksi vertikal di perletakan D Terhadap besarnya reaksi momen di perletakan D (G P.M D ) adalah sama dengan pengaruh perubahan nilai vote terhadap besarnya reaksi horisontal di perletakan D (G P.H D ) yaitu : 1. Secara umum semakin besar nilai vote maka makin kecil reaksi momen di perletakan D dan sebaliknya. 2. Khusus untuk panjang bentang (L = 5) reaksi momen di perletakan D akan mengalami titik balik maksimum pada nilai vote tertentu dimana nilai maksimumnya juga dipengaruhi oleh tinggi pilar. 5. Pengaruh (hubungan) antara perubahan panjang bentang dan tinggi pilar terhadap reaksi di perletakan antara lain : Terhadap reaksi vertikal di perletakan A (G P.V A ) adalah : 1. Untuk bentang AB, pengaruh perubahan panjang bentang dan tinggi kolom (pilar) terhadap besarnya reaksi di perletakan di A bervariatif karena memiliki titik balik maksimum pada nilai-nilai tertentu : Semakin panjang bentang L, titik balik maksimum pada L = 20, dan Pengaruh perubahan tinggi pilar t terhadap reaksi perletakan di A sangat bervarisasi, ada tren naik, turun dan parabola pada panjang bentang tertentu. 2. Untuk bentang BC, makin panjang bentang dan makin tinggi kolom (pilar) maka makin kecil reaksi di perletakan A dan sebaliknya.

141 Terhadap reaksi horisontal di perletakan D (G P.H D ) adalah berbanding terbalik yaitu : 1. Semakin panjang bentang maka semakin kecil reaksi horisontal di perletakan D, dan sebaliknya. 2. Semakin tinggi pilar maka semakin kecil reaksi horisontal di perletakan D, dan sebaliknya. Perubahan panjang bentang dan tinggi pilar ( nilai Vote tetap) tidak mempengaruhi besarnya reaksi vertikal di perletakan D (G P.V D ) sehingga nilainya akan sama. Pengaruh perubahan panjang bentang dan tinggi pilar terhadap besarnya reaksi momen di perletakan D (G P.M D ) adalah sama dengan pengaruh perubahan panjang bentang dan tinggi pilar terhadap besarnya reaksi horisontal di perletakan D (G P.H D ) yaitu : 1. Semakin panjang bentang maka semakin kecil reaksi horisontal di perletakan D, dan sebaliknya. 2. Semakin tinggi pilar maka semakin kecil reaksi horisontal di perletakan D, dan sebaliknya. 6. Nilai optimum akibat perubahan vote serta panjang bentang dan tinggi pilar dari segi besarnya reaksi di perletakan pada : 1. Terhadap reaksi vertikal perletakan di A (G P.V A ) adalah Karena reaksi vertikal di A akibat pembebanan di batang BC bernilai negatif maka dicari nilai yang terbesar untuk nilai minimum dan sebaliknya pada batang AB, sehingga nilai minimum reaksi vertikal di A adalah sebesar 67.45 % (pada batang AB) dan -3321.21 % (pada batang BC) dengan nilai vote = 0.1, panjang betang (L = 5) dan tinggi pilar (t = 5). Nilai maksimum reaksi vertikal di A sebesar 98.43 % (pada batang AB) dan -108.10 % (pada batang BC) dengan nilai vote = 0.9, panjang betang (L = 30) dan tinggi pilar (t = 50). 2. Terhadap reaksi horisontal perletakan di D (G P.H D ) adalah :

142 Nilai maksimum reaksi horisontal sebesar 137,481 % dengan nilai vote = 0.4, panjang betang (L = 5) dan tinggi pilar (t = 5). Nilai minimum reaksi horizontal sebesar 5,204 % dengan nilai vote = 0.1, panjang bentang (L = 5) dan tinggi pilar (t = 30). 3. Terhadap reaksi vertikal perletakan di D (G P.V D ) maksimum adalah sebesar 138,147 % dengan nilai vote = 0.1 tanpa ada pengaruh dari panjang bentang dan tinggi pilar. 4. Terhadap reaksi momen perletakan di D (G P.M D ) adalah : Nilai maksimum reaksi momen di D sebesar 137,481 % dengan nilai vote = 0.4, panjang betang (L = 5) dan tinggi pilar (t = 5). Nilai minimum reaksi momen di D sebesar 5,204 % dengan nilai vote = 0.1, panjang bentang (L = 5) dan tinggi pilar (t = 30). 7. Karena pengaruh kekakuan kolom maka reaksi gaya akan banyak terdistribusi ke perletakan di D dari pada ke perletakan di A, sehingga semakin kaku kolom maka reaksi makin kecil reaksi di A dan sebaliknya makin besar raksi perletakan di D.

143 6.2 SARAN Dari hasil perhitungam dan analisa Tugas Akhir ini terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk pengembangan lebih lanjut, antara lain yaitu : 1 Analisa pada penulisan Tugas Akhir ini dilakukan dengan menggunakan garis pengaruh sehingga dari hasil analisa ini bisa digunakan untuk berbagai jenis kombinasi beban yang sesuai dengan standart pembebanan pada struktur jembatan kecuali beban mati atau berat sendiri. 2 Hasil analisa akan berlaku pada bentuk struktur yang sama, seperti jenis perletakan maupun bentuk profil yang mempengaruhi besarnya momen inersia. 3 Analisa ini bertujuan untuk mendapatkan besarnya reaksi pada perletakan jembatan sebagai pengaruh dari perubahan vote akibat penebalan balok non-prismatis dan pengaruh perubahan panjang bentang serta tinggi pilar jembatan. 4 Besarnya momen inersia pada kolom yang diasumsikan dalam perhitungan adalah satu (I = 1), sehingga analisa ini tidak sesuai untuk penerapan struktur lain dengan momen inersia yang berbeda. 5 Dalam menentukan desain mana yang paling ekonomis dari segi besarnya reaksi, tidak bisa hanya meninjau dari satu perletakan saja tetapi harus keseluruhan. 6 Nilai persentase hasil analisa bukan menggambarkan besarnya reaksi di perletakan tetapi merupakan jumlah kenaikan atau penurunan reaksi perletakan struktur yang nonprismatis terhadap struktur prismatis. 7 Ditinjau dari segi keuntungannya, hasil dari analisa ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan alternatife penggunaan balok bertampang non-prismatis untuk bentuk struktur yang sesuai. 8 Dalam perhitungan telah ditetapkan segmen sejumlah 50 segmen dimana untuk menghemat analisa selajutnya perlu dilakukan cek terhadap penggunaan jumlah segmen yang lebih kecil tetapi masih memenuhi syarat-syarat konvergensi.

DAFTAR PUSTAKA Dayaratnam, Pasala. 1977. Analysis of Statically Indeterminate Structures, Affiliated East-West Press Private Limited, New Delhi-Madras Frick, Ir. Heinz. 1978. Mekanika Teknik 2 (Statika dan Kegunaannya), Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Kinney, Sterling. 1957. Indeterminate Structural Analysis, Addison Wesley Publishing Company, Inc. Kusrianto, Adi. 2004. Cara Mudah Menggunakan VBA Excel,, Penerbit PT Elex Media Koputindo, Jakarta. Pangaribuan, Guntar. 2003. Aplikasi Excel untuk Rekayasa Teknik Sipil, Penerbit PT Elex Media Koputindo, Jakarta. Popov, E.P. 1983. Mechanics Of Materials, Penerbit Erlangga, Jakrata. Wang, Chu-Kia. 1987. Analisa Struktur Lanjutan, Penerbit Erlangga, Jakarta. Wang, Chu-Kia. 1986. Struktur Statis Tak Tentu, Penerbit Erlangga, Jakarta. Yohannes, H dan Antono, Achmad. 1986. Metode Faktor Lenturan, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta. 144