PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH BANK DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS)

BAB III PELAKSANAAN PENJAMINAN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SESUAI DENGAN UU RI NOMOR 7 TAHUN 2009

Perlindungan hukum atas dana nasabah pada bank melalui lembaga penjamin simpanan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam agenda pembangunan nasional Tahun , secara politis dikatakan

PENJAMIN SIMPANAN DITINJAU DARI ASPEK HUKUM BISNIS. DR. H. M. Kamal Hijdaz, SH, MH Dosen pada Fakultas Hukum UMI Dan STIE YPUP

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN,

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nomor 7 Tahun 2009 (UU LPS) dan mulai beroperasi secara penuh sejak tanggal

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN MAKALAH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

7. ASPEK HUKUM LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN ANDRI HELMI M, SE., MM.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. nasional dan stabilitas industri perbankan yang mempengaruhi stabilitas

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mendukung sistem perekonomian suatu negara. Jika industri perbankan dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peran Lembaga Penjamin Simpanan Terhadap Klaim Dana Nasabah Bank Likuidasi

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 3/PLPS/2005 TENTANG PENYELESAIAN BANK GAGAL YANG TIDAK BERDAMPAK SISTEMIK

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LIKUIDASI BANK DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN. Pengertian Likuidasi Bank menurut Pasal 1 angka 13 Peraturan Lembaga

I. PENDAHULUAN. yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN [LN 2004/96, TLN 4420]

PENANGANAN BANK GAGAL BERDAMPAK SISTEMIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 31 Tahun 1992 TLN Nomor 3472, Pasal 4. Aditya Bakti, 2003), hal 86. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga kepercayaan. 1 Hal ini berarti bahwa nasabah

BAB III PELAKSANAAN PENJAMINAN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN UNDANG-UNDANG RI NO. 7 TAHUN 2009

PERNYATAAN PEMEGANG SAHAM PERORANGAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SIMPANAN DEPOSITO

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lex et Societatis, Vol. III/No. 4/Mei/2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara, peranan bank sangatlah penting. Pembangunan ekonomi di suatu

BAB I PERUSAHAAN ASURANSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENYIMPAN ATAS SIMPANANNYA YANG TIDAK DIJAMIN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 19 /PBI/2008 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/11/PBI/2007 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

RANCANGAN POJK BANK PERANTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2005 TENTANG PENJAMINAN SIMPANAN NASABAH BANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /POJK.03/2017 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/15/PBI/2004 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/4/PBI/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 3 /PBI/2011 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/ 7 /PBI/2000 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA

BAB IV. Akibat hukum adalah akibat dari melakukan suatu tindakan untuk. memperoleh suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan atau telah

2 UndangNomor 7 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 8, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4963); 2. Peratura

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN POJK PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi.

I. PENDAHULUAN. Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu Negara,

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN TENTANG PENGELOLAAN, PENATAUSAHAAN, SERTA PENCATATAN ASET DAN KEWAJIBAN D

2017, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia t

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 16 /PBI/2012 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2012

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/16/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

2017, No Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (L

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat

TUGAS-TUGAS BANK INDONESIA. Mulyati, SE., M.T.I.

-2- Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu untuk mengatur kembali PLJP bagi Bank yang diharapkan dapat memelihara stabilitas sistem keuangan teruta

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.03/2017 TENTANG BANK PERANTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KAJIAN PENDALAMAN. Perkara Nomor 1/PUU-XVI/2018

Transkripsi:

ISSN : NO. 0854-2031 TERAKREDITASI BERDASARKAN SK.DIRJEN DIKTI NO.55a/DIKTI/KEP/2006 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH BANK DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Yunial Laili Mutiari * ABSTRAK Pemerintah memberikan jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank, melalui Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum dan Keputusan Presiden Nomor 193 Tahun 1998 tentang Jaminan terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat yang dikenal dengan blanket guarantee. Namun program ini tidak berjalan dengan baik sehingga perlu diganti dengan sistem penjaminan yang lebih baik yaitu dengan dibentuknya lembaga Independen melalui Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Jumlah nilai yang dijamin oleh LPS paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk setiap nasabah pada suatu bank. Keberadaan LPS ini diharapkan dapat memberikan kepercayaan nasabah penyimpan. Kata Kunci : Nasabah, Lembaga Penjamin Simpanan. PENDAHULUAN Stabilitas industri perbankan sangat mempengaruhi stabilitas perekonomian secara keseluruhan. Pada tahun 1988 ditandai dengan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat pada sistem perbankan Indonesia. Kondisi ini menyebabkan terjadinya rush bank yaitu penarikan dana masyarakat yang signifikan dalam sistem perbankan. Untuk meningkatkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional sekaligus menghambat melemahnya nilai tukar rupiah, Pemerintah memberikan jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat (blanket guarantee). Pemberian jaminan tersebut ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum dan *) Yunial Laili Mutiari Peserta Program Doktor Ilmu Hukum UNDIP Semarang Keputusan Presiden Nomor 193 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat. Dalam pelaksanaannya, blanket guarantee memang terbukti dapat menghentikan arus penarikan dana masyarakat dari sistem perbankan dan secara perlahan ikut menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan. Namun demikian, luasnya ruang lingkup penjaminan telah membebani anggaran negara dan dapat menyebabkan timbulnya moral hazard baik dari pengelola bank maupun dari masyarakat sehingga program penjaminan atas seluruh kewajiban bank kurang mendorong terciptanya disiplin 1 pasar. Untuk mengatasi hal tersebut dan juga menciptakan rasa aman bagi nasabah penyimpan serta menjaga stabilitas sistem perbankan, penjaminan yang sifatnya sangat luas seperti yang diatur dalam 1 Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Annual Report 2006, hal. 1. 76

Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 dan Keputusan Presiden Nomor 193 Tahun 1998 diatas, perlu digantikan dengan sistem penjaminan yang lebih baik. Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 mengamanatkan untuk membentuk suatu Lembaga Penjamin Simpanan dana masyarakat. Akhirnya tanggal 22 September 2004 Presiden Republik Indonesia mengesahkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) LN. Republik Indonesia Tahun 2004 No. 96 yang berlaku efektif satu tahun kemudian yaitu tanggal 22 September 2005. Dengan berlakunya Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 selanjutnya disebut dengan UU LPS diharapkan dapat memberikan perlindungan hukum kepada nasabah penyimpan. Selain itu apakah LPS menjamin semua simpanan nasabah tersebut. Hal-hal yang demikian patut diperhatikan oleh nasabah,. Karena itu bukan tidak mungkin nasabah akan menyiasati bagaimana caranya agar simpanannya dapat terjamin seratus persen. Perlindungan hukum dalam transaksi perbankan, merupakan hal yang patut dikedepankan agar kepentingan para pihak dapat terlindungi. Perlindungan hukum pada dasarnya merupakan upaya penegakan hukum. Upaya penegakan hukum tidak terlepas dari cita hukum yang d i a n u t d a l a m m a s y a r a k a t y a n g bersangkutan ke dalam perangkat berbagai aturan hukum positif, lembaga hukum, dan proses (perilaku birokrasi pemerintahan 2 dan warga masyarakat). Dalam upaya penegakkan hukum terdapat tiga unsur yang harus diperhatikan yaitu kepastian hukum, kemanfaatan dan 3 keadilan. Kepastian hukum merupakan kehendak setiap orang, bagaimana hukum 2 Arief Sidharta, Refleksi tentang Struktur Hukum, Bandung, Mandar Madju, 1999, hal. 180. 3 Sudikno Mertokusumo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1993, hal. 1. harus berlaku atau diterapkan dalam peristiwa konkrit. Kepastian hukum berarti bahwa setiap orang dapat menuntut agar hukum dapat dilaksanakan dan tuntutan itu pasti dipenuhi, setiap pelanggaran hukum akan ditindak dan dikenakan sanksi menurut hukum. Selanjutnya, penegakan hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat, dan terakhir keadilan dituntut oleh masyarakat, dimana sangat berkepentingan bahwa dalam pelaksanaan atau penegakan hukum dalam transaksi perbankan harus memperhatikan ketiga 4 unsur diatas. Dalam tulisan ini akan membahas mengenai perlindungan hukum terhadap nasabah bank oleh lembaga penjamin simpanan. PEMBAHASAN Kelembagaan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Tata kelola LPS berdasarkan UU LPS adalah one board system, yaitu Dewan Komisioner (yang ditetapkan oleh Presiden) sebagai pimpinan LPS yang bertanggung jawab untuk merumuskan dan menetapkan kebijakan, sekaligus melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan (operasional) Sesuai dengan Pasal 4 UU LPS, lembaga ini mempunyai 2 fungsi yaitu pertama; menjamin simpanan nasabah penyimpan dan kedua; turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya. Kedua fungsi tersebut diterapkan pada bank konvensional dan bank berdasarkan prinsip syariah. Pengaturan penjaminan untuk Bank Syariah diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2005 4 Johannes Ibrahim, Dilematis Penerapan Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan Antara Perlindungan Hukum Dan Kejahatan Perbankan, Jurnal Hukum Bisnis, Volume No. 24. No. 1 Tahun 2005, hal/ 43-44. 77

tentang Penjamninan Simpanan Nasabah Bank Berdasarkan Prinsip Syariah. PP ini isinya menegaskan kembali bahwa LPS menjamin simpanan nasabah bank berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan UU LPS dan bentuk simpanan di bank syariah yang dijamin. Dalam menjalankan fungsi turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem keuangan, LPS bekerjasama dengan Menteri Keuangan, Bank Indonesia dan Lembaga Pengawas Perbankan (LPP) sesuai dengan peran dan 5 tugasnya masing-masing. Dalam menjalankan fungsinya, LPS 6 mempunyai tugas :(1) merumuskan fungsinya, dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan; (2). melaksanakan penjaminan simpanan; (3). merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan; (4). m e r u m u s k a n, m e n e t a p k a n, d a n melaksanakan kebijakan penyelesaian Bank gagal (bank resolution) yang tidak berdampak sistemik; (5). melaksanakan penanganan Bank gagal yang berdampak sisitemik. Berdasarkan UULPS, LPS dapat melakukan penyelesaian atau penangani Bank Gagal dengan cara sebagai berikut: (1). Penyelesaian Bank Gagal yang tidak berdampak sistemik dilakukan dengan melakukan penyelamatan atau tidak melakukan penyelamatan; (2). Penanganan Bank gagal yang berdampak sistemik dilakukan dengan melakukan penyelamat an yang mengikutsertakan pemegang saham lama (open bank assitance) atau tanpa mengikutsertakan pemegang saham lama. Keputusan untuk melakukan penyelamatan atau tidak melakukan penyelamatan ditentukan oleh LPS dengan sekurang-kurangnya didasarkan pada perkiraan biaya penyelamatan dan 5 Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Annual Report 2006, loc.cit. 6 Pasal 5 UU No. 24 Tahun 2004 Tentang LPS. perkiraan biaya tidak melakukan penyelamatan. Sedangkan penyelesaian Bank gagal yang tidak berdampak sistemik, apabila memenuhi syarat, LPS dapat melakukan penyelamatan apabila :(1).biaya penyelamatan secara signifikan lebih rendah dibandingkan apabila tidak diselamatkan; (2). apabila diselamatkan prospek banknya masih lebih baik; (3). kesediaan untuk menyerahkan hak dan wewenang RUPS kepada LPS, termasuk kesediaan untuk tidak menuntut LPS atau pihak yang ditunjuk LPS apabila penyelamatan tidak berhasil, sepanjang LPS atau pihak yang ditunjuk LPS telah menjalankan tugasnya sesuai dengan peraturan dan perundangan. (4). menyerahkan dokumen terkait kepada LPS. Seluruh biaya penyelamatan bank yang dikeluarkan oleh LPS menjadi penyertaan modal sementara LPS pada bank tersebut. LPS wajib menjual saham bank yang diselamatkan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun. Penjualan saham dilakukan secara terbuka dan transparan dengan tetap mem pertimbangkan tingkat pengembalian yang optimal bagi LPS. LPS melakukan penanganan terhadap bank gagal yang berdampak sistemik dengan mengikutsertakan pemegang saham lama (open assistance) apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Pemegang saham telah menyetorkan modal minimal 20% dari perkiraan biaya penanganan. Kekurangannya akan menjadi tanggung jawab LPS. 2. Adanya pernyataan RUPS dari bank yang menyatakan (a) menyerahkan kepada LPS hak dan wewenang RUPS ; (b) menyerahkan kepengurusan kepada LPS dan (c) tidak menuntut LPS atau pihak yang ditunjuk LPS apabila proses penanganan tidak berhasil, sepanjang LPS atau pihak yang ditunjuk LPS telah 78

menjalankan tugas sesuai dengan peraturan dan perundangan. 3. Bank wajib menyerahkan dokumen terkait kepada LPS. Seluruh biaya penanganan bank yang dikeluarkan oleh LPS menjadi penyertaan modal sementara LPS pada bank tersebut. LPS wajib menjual saham bank yang diselamatkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun, yang dapat diperpanjang maksimum 2 kali dengan masing-masing perpanjangan 1 (satu) tahun. Penjualan saham dilakukan secara terbuka dan transparan dengan tetap mempertimbangakan tingkat pengembali an yang optimal bagi LPS. LPS melakukan penanganan terhadap bank gagal yang berdampak sistemik tanpa mengikutserta kan pemegang saham lama apabila penyelamatan terhadap bank gagal yang berdampak sistemik dengan mengikutserta kan pemegang saham lama (open bank assistance) tidak dapat dilakukan. Terhitung sejak LPS menetapkan untuk melakukan penanganan bank gagal tanpa mengikutsertakan pemegang saham lama, maka:(a).lps mengambil alih segala hak dan wewenang RUPS, kepemilikan, kepengurusan, dan/atau kepentingan lain pada bank dimaksud; (b).pemegang saham dan pengurus tidak dapat menuntut LPS atau pihak yang dituntuk LPS apabila proses penanganan tidak berhasil, sepanjang LPS atau pihak yang ditunjuk LPS telah menjalankan tugasnya sesuai dengan peraturan dan perundangan. Seluruh biaya penanganan bank yang dikeluarkan oleh LPS menjadi penyertaan modal sementara LPS pada bank tersebut. LPS wajib menjual saham bank yang diselamatkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun, yang dapat diperpanjang maksimum 2 kali dengan masing-masing perpanjangan 1 (satu) tahun. Penjualan saham dilakukan secara terbuka dan transparan dengan tetap mempertimbangkan tingkat pengembalian yang optimal bagi LPS. Pembayaran Klaim Penjamin Dalam hal suatu bank dicabut izin usahanya oleh LPP, LPS wajib membayar klaim penjamin kepada nasabah penyimpan. LPS melakukan verifikasi dan rekonsiliasi berdasarkan data nasabah dan informasi lain untuk menentukan simpanan yang layak dibayar selambat-lambatnya 90 hari kerja terhitung sejak izin usaha bank dicabut. LPS mulai membayar klaim yang layak dibayar selambat-lambatnya 5 hari kerja terhitung sejak verifikasi dimulai. Berkenaan dengan hal tersebut, LPS wajib mengumumkan tanggal dimulainya pengajuan klaim sekurang-kurangnya pada 2 surat kabar berperedaran luas. Jangka waktu pengajuan klaim oleh nasabah kepada LPS adalah 5 tahun sejak izin usaha dicabut. Seperti tugas salah satu LPS yang disebutkan diatas adalah melaksanakan penanganan Bank gagal. Selama tahun 2006, LPS telah menangani 6 BPR yang dicabut izin usahanya oleh Bank Indonesia 7 yaitu : PT. BPR Tripilar Artha Yogyakarta; PT. BPR Cimahi Bandung; PT. BPR Mitra Banjaran Bandung; PT. BPR Mranggen Mitraniaga Demak; PT. BPR Samadhana Bandung, dan PT. BPR Gununghalu Sukabumi. Berangkat dengan kejadian pencabutan izin ke-enam bank diatas, nasabah perlu lebih berhati-hati memilih bank. Setelah bank-bank tersebut masuk kedalam proses likuidasi, barulah terkuak fakta bahwa pengelola BPR tidak memasukkan dana nasabah ke dalam program penjaminan. Akibatnya, karena masuk dalam katagori tidak layak bayar, sebagian dari simpanan itu tidak bisa dicairkan. Penyebabnya karena adanya moral hazard dari pengelola bank, misalnya pemalsuan pembukuan atau 7 Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Annual Report 2006, Ringkasan Laporan, hal. V. 79

8 menciptakan nasabah fiktif. Kalau dulihat secara umum sampai dengan 31 Desember 2006, LPS telah membayar klaim penjaminan sebesar Rp.38,56 milyar atau 98% simpanan layak bayar telah dicairkan oleh nasabah. terhadap 6 BPR yang telah dicabut izin usaha tersebut, LPS telah melaksanakan RUPS dan proses likuidasi terhadap 3 BPR. dalam rangka memberikan pemahaman Penjaminan Simpanan Bank Setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia, baik Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah, wajib menjadi peserta Penjaminan seperti yang secara tegaskan diatur dalam Pasal 8 ayat (1) UU LPS. Sebagai peserta penjaminan, bank mempunyai beberapa kewajiban antara lain; menyerahkan dokumen-dokumen yang diperlukan sehubungan dengan kepesertaan, membayar kontribusi kepesertaan, membayar premi penjaminan, dan 9 menyampaikan laporan berkala. Sebagai peserta penjaminan, bank mempunyai kewajiban untuk membayar premi penjaminan sebesar 0,1% dari ratarata saldo bulanan total simpanan dalam setiap periode. Premi penjaminan tersebut dibayarkan sebanyak dua kali dalam satu 10 tahun, yaitu :(a). periode 1 Januari s/d 30 Juni, yang dibayarkan paling lambat 31 Januari; dan (b). periode 1 Juli s/d 31 Desember, yang dibayarkan paling lambat 31 Juli. Jenis simpanan nasabah bank yang dijamin oleh LPS adalah giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau 8 http://www.majalagtrust.com/ekonomi/keuangan/ 1030.php. 9 Pasal 9 UU LPS 10 Pasal 12 UU LPS bentuk lainnya yang dipersamakan dengan 11 itu. Untuk simpanan nasabah bank yang berdasarkan prinsip syariah, LPS Menjamin Simpanan yang meliputi :1.Giro berdasarkan Prinsip Wadiah; 2.Tabungan berdasarkan Prinsip Wadiah;3.Tabungan berdasarkan Prinsip Mudharabah Muthlaqah atau Prinsip Mudharabah Muqayyadah yang risikonya ditanggung oleh bank; 4.Deposito berdasarkan Prinsip Mudharabah Muthlaqah atau Prinsip Mudharabah Mugayyadah yang risikonya ditanggung oleh bank; 5.Simpanan berdasarkan Prinsip syariah lainnya yang ditetapkan oleh LPS setelah mendapatkan pertimbangan LPP. Jumlah nilai yang dijamin oleh LPS sebagaimana yang diatur dalam Pasal 11 UU No. 24 Tahun 2004 adalah paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk setiap nasabah pada suatu bank terhitung mulai tanggal 22 Maret 2007. Pembatasan penjaminan hingga Rp. 100 juta berpotensi membuat nasabah dengan simpanan 1 Milyar berpindah alias bermigrasi ke bank lain dengan cara memecah-mecah simpanannya ke bank- 12 bank lain. Jumlah dana yang berpotensi bermigrasi berkisar Rp.200 triliun sampai dengan Rp. 300 triliun. Bahkan bukan tidak mungkin, dana tersebut bisa keluar dari industri perbankan. Meski begitu menurut Krisna Wijaya Kepala Eksekutif LPS memperkirakan dana Rp 300 triliun masih 13 berada di perbankan. Untuk menjaring dana baru dan mempertahankan dana nasabah lama adalah memberikan 14 pelayanan prima (service exllence). Tabel 1 di bawah ini menampilkan 11 Pasal 10 UU LPS. 12 Info Bank, No. 336, Maret VolumeXXIX, 2007, hal 13. 13 Info Bank, No. 336, Maret Volume XXIX, 2007, loc.cit. 14 Info Bank, No. 337, April Volume XXIX, 2007, hal.14. 80

jumlah rekening nasabah yang berjumlah kurang dari Rp. 100 juta dan sama dengan Rp. 100 juta. Tabel. 1 Perkiraan Jumlah Simpanan yang Dijamin LPS mulai 22 Maret 2007. NOMINAL REKENING JUMLAH (%) NOMINAL (Rp Triliun) (%) < = Rp. 100 Juta 91.826.863 98,60 240,88 21,08 Sumber : LPS, diolah kembali oleh Biro Riset Info Bank, Volume XXIXMaret 2007 Sebelum LPS terbentuk, seluruh dana pihak ketiga (DPK) pada industri perbankan memang dijamin oleh pemerintah sepenuhnya, yakni dengan adanya penjaminan simpanan nasabah bank (blanket guarantee). Dengan adanya blanket guarantee, industri perbankan bisa menerapkan suku bunga simpanan yang tinggi. Yang jelas sejak pasca pencabutan blanket guarantee dan bergeser ke limited guarantee, tidak hanya nasabah yang khawatir tapi juga bank. Setelah keluarnya U U L P S s e b a g i a n b a n k f o k u s meningkatkan kualitas layanan kepada nasabahnya. Kalangan perbankan berharap, dengan kualitas layanan yang bagus, nasabah akan makin dekat dan loyal dengan bank. Nasabah-nasabah bank sekarang tentu makin memahami perbankan karena lebih banyak informasi yang tersedia. Persoalannya, kalau seorang nasabah kecewa dengan pelayanan suatu bank tentu dia lebih mudah untuk terdorong memilih bank lain. Akibatnya dana tersebut dapat saja bermigrasi ke 15 tempat lain. Menurut versi Info bank, dana dapat bermigrasi antara lain : a Dana perbankan masih tetap akan mengendap dalam bentuk deposito berjangka pendek. b Bank-bank asing dengan cabangnya di luar negeri akan makin agresif mencari dana di Indonesia-wealth management. c Bank-bank BUMN sedikit akan diuntungkan dengan pengurangan penjaminan (stempel milik negra) menjadi jaminan d Dana-dana akan bergerak ke bank-bank yang berkinerja sangat bagus & service yang baik. e Dana perbankan akan mudah berpindah manakala terjadi isu bank sakit atau bank bermasalah. f Dana-dana akan mengalir ke daerah. g Nominal dana antara Rp.100 juta sampai Rp. 1 Milyar mempunyai potensi untuk berpindah dengan cara di pecah ke bankbank lain. Pemberlakuan nilai simpanan yang dijamin dilakukan secara bertahap, dengan 16 tahapan sebagai berikut : (1). Tanggal 22 September 2005 s/d 21 Maret 2006, seluruh simpanan dijamin; (2). Tanggal 22 Maret 2006 s/d 21 September 2006, maksimum simpanan yang dijamin Rp. 5 Milyar; (3). Tanggal 22 September 2006 s/d 21 Maret 2007, maksimum simpanan yang dijamin Rp 1. Milyar; dan (4). Mulai tanggal 22 Maret 2007, maksimum simpanan yang dijamin Rp. 100.000.000, Nilai simpanan yang dijamin sebesar Rp.100 juta dapat diubah apabila, terjadi penarikan dana perbankan dalam jumlah besar secara bersamaan, terjadi inflasi yang 15 ibid 13-14 Biro Riset Info Bank. 16 Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Annual Report 2006, op. cit. hal. 7. 81

cukup besar dalam beberapa tahun, atau jumlah nasabah yang dijamin seluruh simpannya menjadi kurang dari 90% dari jumlah nasabah penyimpan seluruh bank (Pasal 11 ayat (2) UU LPS). Berdasarkan data yang diperoleh LPS dari seluruh bank peserta per 31 Desember 2006, diketahui bahwa 98,26 % dari total rekening bank Indonesia memiliki saldo sampai dengan Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) seperti tercantum pada table.2 di bawah ini. No 1 2 3 4 Tabel. 2 Distribusi Simpanan di Bank Umum Per 31 Desember 2006 Nominal 0 s/d 100 J 100 J s/d 1 M 1 M s/d 5 M > 5 Milyar Jml Rek. 80.012.412 1.278.602 116.710 23,333 TOTAL 81.430.946 100% 1.297,860 100% Sumber : Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Annual Report 2006; 8. Nilai simpanan yang dijamin LPS mencakup saldo pada tanggal pencabutan izin usaha bank, saldo dimaksud berupa : 1. pokok ditambah bagi hasil yang menjadi hak nasabah, untuk simpanan yang memiliki komponen bagi hasil yang timbul dari transaksi dengan prinsip syariah. 2. pokok ditambah bunga yang telah menjadi hak nasabah, untuk simpanan yang memiliki komponen bunga. 3. nilai sekarang per tanggal pencabutan izin usaha dengan tingkat diskonto yang tercatat pada bilyet, untuk simpanan yang memiliki komponen diskonto. % 98,26% 1,57% 0,14% 0,03% Jml Nominal 268,553 355,435 225,339 448,473 % 20,69% 27,39% 17,37% 34,55% Dikotomi Perlindungan Hukum Nasabah Penyimpan dan Potensi Kejahatan Perbankan. Penerapan UU LPS terdapat dikotomi antara perlindungan hukum terhadap nasabah penyimpan dan potensi kejahatan perbankan. Dikotomi ini muncul dikarenakan penjaminan yang diberikan oleh LPS adalah terhadap segala bentuk simpanan yang ada pada bank yang mengalami penutupan izin usaha atau dikatakan sebagai bank gagal. Kegagalan bank dalam kasus perbankan di Indonesia sejak penutupan pertama di tahun 1977 hingga yang terakhir, pemicunya adalah internal bank dari pelaku-pelaku bisnis bank yang melakukan berbagai kejahatan 17 bisnis, misalnya ; 1. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) Pemicu Penutupan Bank. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada perbankan untuk menjaga kestabilan sistem pembayaran dan sektor perbankan, agar tidak terganggu oleh adanya ketidak-seimbangan (mismatch) likuiditas, antara penerimaan dan penarikan dana pada bank-bank. Bantuan BLBI merupakan salah satu piranti kebijaksanaan BI selaku bank sentral dalam rangka melaksanakan tiga fungsi pokok, yaitu ; menjaga kestabilan moneter, kestabilan sistem pembayaran, dan menjaga kestabilan sistem perbankan. Bantuan likuiditas merupakan peran BI untuk mengatasi kesulitan-kesulitan 17 Johannes Ibrahim, op.cit. hlm. 46-47. 82

likuiditas yang dihadapinya dalam keadaan darurat atas resiko kredit atau resiko pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, risiko manjemen dan risiko pasar. Kebijakan penyaluran BLBI dalam praktiknya terjadi berbagai penyimpangan dikarenakan kelemahan sistem pembinaan dan pengawasan bank, dan kelemahan manajemen penyaluran BLBI. Penyimpangan penyaluran BLBI berpotensi menjadi kerugian negara dan dapat dijerat UU Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Diberlakukannya UU LPS atas b a n t u a n y a n g d i b e r i k a n d a l a m penyelesaian dan penanganan bank gagal tidak menutup kemungkinan pemilik bank mengulangi tindakan seperti yang telah dilakukan oleh pemilik bank lainnya di masa lalu. Penutupan bank tetap menyisakan beban bagi negara dalam penyelesaian kewajiban atas nasabah penyimpan dana. 2. Kepercayaan Nasabah dan Jaminan Simpanan Untuk menjamin tingkat kepercaya an nasabah terhadap perbankan, simpanan yang dapat dijamin berbentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan,dan/ atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Selanjutnya klaim dibayarkan oleh LPS setelah melakukan rekonsiliasi 18 dan verifikasi. Pembentukan LPS merupakan beban teramat mahal yang dilakukan pemerintah untuk menumbuhkan kepercayaan di sektor perbankan. Bayangkan untuk pembentukan lembaga ini (baca LPS) Pemerintah harus mencadangkan dana berkisar Rp.4.000.000.000.000,- (empat t r i l i u n r u p i a h ) h i n g g a R p. 8.000.000.000.000,- (delapan triliun r u p i a h ). B e r d a s a r k a n P e r a t u r a n Pemerintah No. 32 Tahun 2005 ditetapkan bahwa modal awal LPS sebesar 4 triliun rupiah yang merupakan kekayaan negara yang dipisahkan. Menurut Johannes Ibrahim pembentukan lembaga ini tidak m e n j a m i n n a s a b a h s e t i a u n t u k menempatkan dananya di Indonesia dan menggunakan mata uang rupiah sebagai 19 legal tender. Ketidak stabilan politik, sosial dan ekonomi juga dapat menjadi pemicu terjadinya pelarian dana secara besarbesaran keluar dari Indonesia. Keberadaan LPS tidak dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memberikan kepercayaan penuh bagi nasabah. Nasabah tetap memiliki kebebasan untuk menempatkan dana dimanapun juga sesuai prinsip kebebasan berkontrak. 3. Kejahatan Kerah Putih dan penjaminan Simpanan dalam Kejahatan bisnis Kejahatan yang berkembang dalam era teknologi dan otak kejahatan dilakukan oleh orang terhormat dikenal dengan sebutan kejahatan kerah putih (white collar crime) sebagai sasarannya adalah sektor perbankan. Sarana memanfaatkan piranti hukum dalam pembobolan bank dilakukan dengan berbagai modus operandi, berupa penyimpangan bantuan BLBI dengan menyalurkan dalam bentuk kredit fiktif, 18 Pasal 10, Pasal 16 20 UU LPS. 19 Johannes Ibrahim, loc.cit. 83

dan mark up neraca bank (window dressing). Piranti Undang-Undang tentang LPS tidak luput dapat dimanfaatkan oleh pelaku bisnis bank dengan memalsukan data nasabah penyimpan dalam pasiva bank, atau kemungkinan melakukan konsep kompensasi/pengimpasan pinjaman (set-off) dengan kredit fiktif di bank tersebut atau data nasabah penyimpan tidak tercatat pada neraca bank dan dialokasikan di tempat lain dalam bentuk surat berharga. Risiko atas kejahatan yang dilakukanoleh pelaku bisnis bank yang melakukan tindakan manipulasi, sehingga berdampak data nasabah tidak tersimpan dan tidak terjaminnya simpanan nasabah, LPS tidak dapat membayarkan klaim sesuai prosedur Undang-undang dimaksud. KESIMPULAN Keberadaan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 bertujuan untuk melindungi nasabah penyimpan dana pada dunia p e r b a n k a n. N a m u n w a l a u p u n perlindungan itu dijamin oleh undangundang, akan tetatpi sebagai nasabah tetap berhati-hati dalam memilih bank tempat menyimpan dana tersebut. Misalnya tidak mudah terpengaruh dengan hadiah-hadiah, bunga yang tinggi. Walaupun demikian nasabah tetap memiliki kebebasan untuk menempatkan dana dimanapun juga sesuai prinsip kebebasan berkontrak DAFTAR PUSTAKA Arief Sidharta, Refleksi tentang Struktur Hukum, Bandung, Mandar Madju, 1999. Johannes Ibrahim, Dilematis Penerapan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan Antara Perlindungan Hukum Dan Kejahatan Perbankan, Jurnal Hukum Bisnis, Volume No. 24 No. 1 Tahun 2005. Sudikno Mertokusumo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1993. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), A n n u a l R e p o r t 2 0 0 6. http://www.majalagtrust.com/ekono mi/keuangan/1030.php. Info Bank, No. 336, Maret VolumeXXIX, 2007. Info Bank, No. 337, April Volume XXIX, 2007. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Annual Report 2006. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). 84